Anda di halaman 1dari 13

PERISTIWA RENGASDENGKLOK

- Alasan dipilihnya rengasdengklok


o Merupakan markas TKR sehingga akan aman dari ancaman tentara Jepang
o Relatif dekat dengan Jakarta, di daerah Karawang, sehingga tidak menyulitkan atau
terlalu jauh dari Jakarta
- Latar belakang
o adanya perbedaan pendapat antara golongan tua dengan golongan muda. Golongan
tua seperti Ir. Soekarno dan Moh. Hatta menginginkan bahwa proklamasi
didiskusikan terlebih dahulu dengan PPKI.
o Sedangkan golongan muda memaksa agar cepat-cepat diumumkan kemerdekaan,
selain itu golongan muda tidak suka dengan PPKI yang tak ingin negara Jepang ikut
campur dan tidak terpengaruh oleh Jepang.
- Tujuan
o Untuk mendesak Ir Soekarno dan Mohammad Hatta agar segera melakukan
proklamasi kemerdekaan Indonesia tanpa bantuan dari pemerintah Jepang dengan
melalui PPKI.
- Hasil terpenting
o Mereka sepakat bahwa akan melaksanakan proklamasi di Jakarta, dan Laksamana
Tadachi Maeda mengizinkan rumah kediamanya sebagai tempat perundingan dan
menjamin keselamatan mereka.
- Tokoh yang terlibat
o Ir. Soekarno : menulis teks proklamasi
o Chaerul shaleh : pemimpin rapat golongan muda di Lembaga Bakteriologi

o Wikana : perwakilan dari golongan muda untuk mendesak Ir. Soekarno.


o Darwis : perwakilan dari golongan muda untuk mendesak Ir. Soekarno.
o Jusuf Kunto : dikirim untuk berunding dengan pemuda-pemuda yang ada di Jakarta
o Sukarni : membawa Soekarno dan Hatta ke garnisun PETA di Rengasdengklok
o Syudanco Singgih : membawa Soekarno dan Hatta ke garnisun PETA di
Rengasdengklok
o Mr. Achmad Soebardjo : meyakinkan para pemuda bahwa proklamasi kemerdekaan
akan dilaksanakan keesokan harinya dan nyawanya sebagai jaminan
o Subeno : komandan kompi Peta
o Laksamana Muda Maeda : meminjamkan rumahnya untuk menjadi tempat
penyusunan teks proklamasi
o Sayuti Melik : mengetik teks proklamasi
o Fatmawati : menjahit bendera merah putih
o Sutan Syahrir : mendengar berita kekalahan Jepang
o Mr. Iwa Kusumasumantri : Anggota dari Golongan Tua dalam Rapat antara golongan
tua dan muda
o Adam Malik : Anggota dari Golongan Muda dalam rapat antara golongan tua dan
muda
o Abubakar Lubis : Menerima kabar bahwa Jepang menyerah kepada sekutu melalui
siaran Radio

PENYEBARLUASAN BERITA PROKLAMASI


- SARANA PENYEBARLUASAN
- a. Kantor Berita Domei

- Pada tanggal 17 Agustus 1945 sekitar puku1 18.30 WIB wartawan Kantor Berita Domei
(sekarang Kantor Berita Antara) Syahrudin menyampaikan salinan teks proklamasi
kepada Daidan B. Panelewen yang segera memerintahkan kepada seorang markonis
(petugas telekomunikasi), yaitu F. Wuz agar segera menyiarkan berita tersebut tiga kali
berturut-turut. Bahkan setiap 30 menit hingga berakhirnya siaran pukul 16.00 berita
tersebut terus diulang.

- b. Radio

- Syahrudin juga berhasil memasuki ruang siaran radio Hoso Kanri Kyoku (sekarang RRI).
Tepat puku1 19.00 teks proklamasi berhasil disiarkan. Tokoh-tokoh yang berperan besar
dalam menyiarkan berita proklamasi tersebut adalah M. Yusuf Ronodipuro, Bachtiar
Lubis, dan Suprapto.

- c. Pers

- Harian “Soeara Asia” di Surabaya adalah koran pertama yang menyiarkan berita
proklamasi pada hari Senin tanggal 20 Agustus 1945. Para pemuda yang berjuang lewat
pers, antara lain B.M. Diah, Sukarjo Wiryo Pranoto, Iwa Kusuma Sumantri, Ki Hajar
Dewantoro, Otto Iskandardinata, GS.S.J. Ratulangi, Adam Malik, Sayuti Melik, Sutan
Syahrir, Madikin Wonohito, Sumanang SH, Manai Sophian, dan Ali Hasyim.

- d. Kawat/Telepon

- Adam Malik yang waktu itu sebagai wartawan menyampaikan teks proklamasi melalui
telepon kepada Asa Bafaqih yang kemudian diteruskan kepada Penghulu Lubis untuk
mendapatkan pengesahan lolos sensor. Selanjutnya dikawatkan ke daerah-daerah.

- e. Anggota PPKI dari Daerah

- Berita proklamasi disebarluaskan ke luar pulau Jawa oleh para anggota PPKI yang
berasal dari daerah yang menghadiri sidang PPKI dan menyaksikan peristiwa
proklamasi. Anggota PPKI tersebut antara lain: Teuku Muhammad Hasan (Sumatera),
Sam Ratulangi (Sulawesi), Ktut Pudja (Sunda Kecil, Bali), dan AA Hamidan (Kalimantan).

- f. Pengiriman Delegasi

- Pengiriman delegasi ke negara-negara sahabat untuk menyebarluaskan berita


proklamasi kemerdekaan, misalnya Mr. Palar dan Mr. A.A. Maramis yang diutus ke India
untuk menggalang dukungan atas kemerdekaan RI.

- g. Sarana Lain

- Berita proklamasi kemerdekaan Indonesia juga disebarkan melalui pemasangan pamflet,


poster, dan coretan pada tembok-tembok dan gerbong-gerbong kereta api. Sejumlah
besar pamflet disebarkan ke berbagai penjuru kota. Pamflet itu juga dipasang di tempat-
tempat strategis, misalnya dengan slogan “Respect our Constitution, August 17!” Selain
itu, berita proklamasi kemerdekaan juga menggunakan pengerahan massa dan
penyampaian dari mulut ke mulut. Penyebaran berita proklamasi kemerdekaan Indonesia
ini sendiri berawal dari pesan Drs. Moh. Hatta kepada pemuda B.M. Diah seorang
wartawan yang ikut hadir dalam perumusan teks proklamasi, untuk, memperbanyak teks
proklamasi dan menyiarkannya ke seluruh dunia. Pesan ini disampaikan oleh Drs.
Mohammad Hatta, pada tanggal 16 Agustus 1945 jam 20.00 WIB sesaat setelah teks
proklamasi kemerdekaan selesai dirumuskan.

TOKOH-TOKOH YANG TERLIBAT

Soekarno-Hatta membacakan teks proklamasi di Jl Pegangsaan Timur nomor 56 Jakarta.


Setelah itu para pemuda berusaha menyebarkan berita itu ke seluruh pelosok tanah air.

Jenderal Yamamoto, pemimpin tentara Jepang di Indonesia, memerintahkan berita tentang


proklamasi tidak disebarluaskan. Kantor Berita Domei dan Harian Asia Raya dilarang
memuat berita proklamasi.

Tapi hal ini tidak dituruti para pemuda. Seorang pemuda bernama Syahruddin yang bekerja
sebagai wartawan Kantor Berita Domei, menyerahkan teks proklamasi untuk disiarkan
stasiun Radio Domei. Waidan Palenewan yang menjadi kepala bagian radio memerintahkan
seorang Markonis bernama F Wuz untuk menyiarkan berita proklamasi tiga kali.

Baru dua kali F Wuz melaksanakan tugasnya, masuklah orang Jepang ke ruangan radio
sambil marah-marah, sebab mengetahui berita proklamasi telah tersiar ke luar melalui
udara. Tapi mereka nekat terus menyiarkan berita proklamasi.

Akibat jasa mereka, berita ini bisa diteruskan hingga ke luar negeri. Wartawati SK Trimurti
menjelaskan pada tanggal 18 Agustus 1945, sebuah kantor berita Amerika di San Fransisco
telah memberitakan kemerdekaan sebuah negara baru di Asia Tenggara bernama
Indonesia.

Jepang kemudian menyegel kantor berita tersebut tanggal 20 Agustus 2010. Tapi para
pemuda tak kehilangan akal. Seorang pembaca berita stasiun radio Domei bernama Jusuf
Ronodiputro membuat pemancar baru di markas aktivis Menteng 31. Jusuf dibantu para
teknisi radio Sukarman, Sutamto, Susilahardja, dan Suhandar.
Perjuangan juga dilakukan para pemuda lewat surat kabar, poster dan pamflet. BM Diah,
Sayuti Melik, dan Sumanang berjuang lewat berita di surat kabar. Sementara rekan-rekan
mereka menempelkan poster di mana-mana. Mulai dari gedung, rumah penduduk
hingga kereta api. Mereka juga mencoreti kereta api dengan tulisan-tulisan yang
menggambarkan kemerdekaan Indonesia.

Selain itu para anggota PPKI yang berasal dari daerah ikut menyebarkan berita ini di daerah
masing-masing. Mereka adalah Teuku Mohammad Hassan dari Aceh, Sam Ratulangi dari
Sulawesi, Ktut Pudja dari Sunda Kecil (Bali) dan AA Hamidan dari Kalimantan.

ALASAAN MENGAAPA JEPANG TIDAK MENDUKUNG KEMERDEKAAN


INDONESIA

Karena pada saat itu, Jepang harus menjaga status quo, yaitu Jepang harus tetap
menjaga Indonesia supaya tetap seperti pada masa penjajahan Belanda sampai Belanda
datang ke Indonesia. Dalam keadaan menjaga status quo, indonesia memproklamasikan
kemerdekaannya, itulah yang membuat jepang tidak mendukung kemerdekaan indonesia.

A. Dukungan Spontan Terhadap Proklamasi


Setelah mendengar berita proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945, rakyat menyambut dengan gembira dan penuh semangat untuk
mempertahankannya. Hal ini nampak dari dukungan spontan terhadap proklamasi.
Dukungan spontan ini umumnya bertujuan mengusahakan secepatnya tegaknya
negara Republik Indonesia.

1. Komite Van Aksi


Komite Van aksi merupakan utusan Laskar perjuangan yang terdiri dari Angkatan
Pemuda Indonesia (API), Barisan Rakyat Indonesia (BARA), Barisan Buruh Indonesia
(BBI), dan lain-lain. Pada 2 September 1945 memberikan dukungan terhadap negara
kesatuan RI dengan mengeluarkan sebuah manifesto yang disebut “Suara Rakyat
Nomor 1”.

2. Pernyataan Sri Sultan Hamengkubuwono IX


Di Yogyakarta, Sultan Hamengkubuwono IX menyatakan “Negeri Ngayogyakarta
Hadiningrat” yang bersifat kerajaan, sebagai daerah istimewa dalam wilayah negara
Indonesia. Pernyataan Sri Sultan Hamengkubuwono IX dinyatakan pada tanggal 5
September 1945.
Berikut kutipan pernyataan Sri Sultan Hamengkubuwono IX :
a. Bahwa Negara Ngayogyakarta Hardiningrat yang bersifat kerajaan adalah daerah
istimewa dari negara Republik Indonesia.
b. Sebagai kepala daerah, Sri Sultan HB IX memegang pemerintahan di wilayah
kesultanan Yogyakarta.
c. Kesultanan Yogyakarta mempunyai hubungan langsung dengan pemerintah
pusat RI dan Sultan Yogyakarta bertanggung jawab atas negeri Yogyakarta langsung
kepada presiden RI.
Pernyataan ini merupakan kebesaran jiwa dan pengorban Sultan Hamengkubuwono IX
dalam mendukung berdirinya Negara Republik Indonesia.
Kemudian Presiden Republik Indonesia, Soekarno secara khusus mengirim utusan ke
Yogyakarta untuk menyampaikan piagam pernyataan Pemerintah Republik Indonesia
yang menyatakan :
“Kami Presiden Republik Indonesia menyatakan Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengkubuwono Senopati Ing Ngalogo
Abdurachman Sayidin Panotogomo Khalifatullah Ingkang kaping IX ing Ngayogyakarta Hadiningrat, pada kedudukannya, dengan
kepercayaan bahwa Sri Paduka Kanjeng Sultan akan mencurahkan segala pikiran, tenaga, jiwa, dan raga untuk keselamatan daerah
Yogyakarta sebagai bagian Republik Indonesia.
Djakarta, 19 September 1945
Presiden Republik Indonesia.

Soekarno

Pernyataan Sultan dan Piagam Pemerintah RI inilah menjadi dokumen historis yang
menjadi dasar keistimewaan Propinsi Yogyakarta.

3. Rapat Raksasa di Lapangan IKADA


Comitë van Actie sebagai wadah para pemuda dan mahasiswa berperan dalam
merencanakan rapat raksasa di lapangan Ikada, memobilisasi massa dan mendesak
pemerintah untuk hadir dalam rapat raksasa di lapangan Ikada pada tanggal 19
September 1945.
Latar belakangnya adalah ketidak puasan komite Van Aksi terhadap kondisi dan
struktur awal pemerintahan Indonesia. Tujuan rapat raksasa IKADA adalah :
a. Untuk mendekatkan emosional Pemerintah Republik Indonesia dengan rakyat
Indonesia bahwa Indonesia telah merdeka.
b. Untuk menunjukkan kepada tentara sekutu bahwa rakyat Indonesia siap
menghadapi apa saja yang hendak mengganggu kemerdekaan Indonesia.
Lalu, presiden Soekarno berpidato selama lima menit. Beliau meminta agar rakyat
percaya pada pemerintah. Setelah 10 jam massa berkumpul di lapangan IKADA,
akhirnya massa membubarkan diri karena sudah puas atas kehadiran pemimpin
negara Indonesia.

Rapat raksasa di lapangan IKADA meskipun hanya beberapa menit, namun memiliki
makna besar, yaitu :
a. Berhasil mempertemukan pemerintah Republik Indonesia dengan rakyatnya.
b. Merupakan perwujudan kewibawaan pemerintah RI di hadapan rakyat.
c. Berhasil menggugah kepercayaan rakyat akan kekuatan bangsa Indonesia sendiri.
B. Tindakan Heroik di Berbagai Daerah di Indonesia
Sejak dikumandangankan proklamasi kemerdekaan, bendera Merah Putih berkibar
dimana-mana. Di samping itu, pekik “Merdeka” menjadi salam nasional. Keadaan itu
mengambarkan dukungan luas rakyat terhadap proklamasi kemerdekaan.

· Tindakan Heroik Terhadap Jepang


Tindakan terhadap Jepang terutama untuk merebut dan melucuti senjata-senjata
Jepang. Tujuan melucuti senjata Jepang :
a. Mendapatkan senjata untuk modal perang.
b. Mencegah senjata Jepang agar tidak jatuh ke tangan sekutu.
c. Mencegah agar senjata Jepang tidak digunakan untuk membunuh rakyat.

1. Pertempuran di Surabaya dan sekitarnya


Selama bulan September 1945, rakyat dan BKR merebut senjata di gudang mesiu Don
Bosco. Merebut kompleks penyimpanan senjata dan pemancar radio di Embong,
Malang. Dan pada tanggal 1 Oktober 1945, rakyat merebut Markas Kompetai (polisi
rahasia) yang dianggap lambing kekejaman Jepang.

2. Pertempuran di Yogyakarta
Pada tanggal 26 September 1945, para pegawai pemerintah dan perusahaan yang
dikuasai Jepang mengadakan aksi mogok. Mereka memaksa pihak Jepang untuk
menyerahkan semua kantor kepada pihak Indonesia. Tindakan itu diperkuat oleh
Komite Nasional Indonesia daerah Yogyakarta yang mengumumkan berdirinya
pemerintah RI di Yogyakarta. Pada tanggal 7 Oktober 1945, rakyat dan BKR merebut
tangsi Otsukai Butai.

3. Pertempuran Lima Hari di Semarang


Pertempuran Lima Hari di Semarang merupakan pertempuran besar yang terjadi
setelah Jepang menyerah kepada Sekutu. Pertempuran ini terjadi pada tanggal 15 –
20 Oktober 1945.
Pertempuran Lima Hari di Semarang diawali dari peristiwa kaburnya para tawanan
bekas tentara Jepang yang akan dijadikan buruh pabrik di daerah Cepiring. Kaburnya
tentara-tentara Jepang ke wilayah Semarang ini menimbulkan ketakutan pada diri
rakyat Semarang. Apalagi kemudian Jepang menguasai pusat persediaan air yang ada
di daerah Candi. Keadaan semakin meresahkan rakyat saat tersiar desas-desus bahwa
Jepang telah meracuni persediaan air minum di daerah Candi.
Untuk membuktikan desas-desus itu, Dr. Karyadi memberanikan diri untuk memeriksa
air minum tersebut. Ketika sedang melakukan pemeriksaan, ia ditembak Jepang dan
kemudia gugur. Peristiwa ini menimbulkan amarah rakyat sehingga berkobarlah
pertempuran Lima Hari di Semarang.
Dalam pertempuran tersebut, sebanyak 2. 000 rakyat Semarang menjadi korban dan
100 orang Jepang tewas.
Pertempuran ini berhasil diakhiri setelah pimpinan TKR berunding dengan pasukan
Jepang. Usaha perdamaian tersebut akhirnya lebih dipercepat setalah pasukan Sekutu
(Inggris) mendarat di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945. Untuk selanjutnya,
pasukan Sekutu menawan dan melucuti senjata Jepang.

4. Pertempuran di Kalimantan
Di Kalimantan dukungan Proklamasi Kemerdekaan dilakukan dengan berdemokrasi,
pengibaran Bendera Merah-Putih dan mengadakan rapat-rapat. Pada 14 November
1945 dengan beraninya sekitar 8000 orang berkumpul di komplek NICA dengan
mengarak Bendera Merah-Putih.

5. Pertempuran di Makassar
Para pemuda mendukung Gubernur Sulawesi, Dr. Sam Ratulangi dengan merebut
gedung-gedung Vital dari tangan polisi. Di Gorontalo para pemuda berhasil merebuAt
senjata dari markas-markas Jepang pada 13 Sepember 1945. Di Sumbawa pada bulan
Desember 1945, rakyat berusaha merebut markas-markas Jepang. Pada 13 Desember
1945 secara serentak para pemuda melakukan penyerangan terhadap Jepang.

6. Pertempuran di Aceh
Di Aceh pada 6 Oktober 1945 para pemuda dan tokoh masyarakat membentuk
Angkatan Pemuda Indonesia (API). 6 hari kemudian Jepang melarang berdirinya
organisasi tersebut. Pimpinan pemuda menolak dan timbulah pertempuran. Para
pemuda mengambil alih kantor-kantor pemerintah Jepang, melucuti senjatanya dan
mengibarkan Bendera Merah-Putih.

7. Pertempuran di Palembang
Di Palembang pada 8 Oktober 1945 Dr. A. K. Gani memimpin rakyat mengadakan
upacara pengibaran Bendera Merah-Putih. Perekutan kekuasaan di Palembang
dilakukan tanpa Insiden. Pihak Jepang berusaha menghindari pertempuran.

8. Pertempuran di Sumbawa
Pada bulan Desember 1945, para pemuda Indonesia di Sumbawa melakukan aksi.
Mereka melakukan perebutan terhadap pos-pos militer Jepang, yaitu terjadi di
Gempe, Sape, dan Raba.

· Tindakan Heroik Terhadap Sekutu

1. Peristiwa bendera di Surabaya


Pada tanggal 19 September 1945, terjadi insiden bendera di hotel Yamato, yaitu
peristiwa penyobekan bendera Belanda merah putih biru, menjadi bendera merah
putih. Peristiwa itu disebut Insiden Bendera atau Insiden Tunjungan.
Lalu, saat terbunuhnya Jenderal Mallaby pada tanggal 28 Oktober 1945, pihak sekutu
menuduh para pemuda Indonesia yang menuduhnya. Inggris mengeluarkan
ultimatum agar pemuda Indonesia yang merasa membunuh menyerahkan diri sampai
batas waktu tanggal 10 November 1945. Karena ultimatum tidak ditanggapi maka
terjadi pertempuran antar Sekutu dengan Arek-arek Surabaya yang dipimpin Bung
Tomo, Sungkono dan Gubernur Suryo untuk mempertahankan Surabaya dari
gempuran sekutu hampir satu bulan lamanya. Akhirnya, tanggal 10 November
dijadikan sebagai Hari Pahlawan.

2. Peristiwa Bandung Lautan Api


Pertempuran ini terjadi pada tanggal 10 Oktober 1945 di kota Bandung, disebabkan
oleh adanya tuntutan sekutu agar para pemuda menyerahkan senjata dan
meninggalkan kota Bandung paling lambat 29 November 1945. Pasukan TRI akhirnya
menyerbu Sekutu serta membumi hanguskan kota Bandung Selatan. Tokoh dalam
Bandung Lautan Api diantaranya : Kol. A. H. Nasution, Kol. Hidayat, Moh. Toha, dan
Aruji Kartawinata.

3. Peristiwa Medan Area


Tentara yang dipimpin oleh Jenderal Ted Kelly mendarat di Medan dan ternyata
diboncengi oleh tentara NICA yang dipimpin oleh Kapten Westerling. Mereka
menuntut para pemuda menyerahkan senjatanya, namun tidak dipenuhi sehingga
terjadi pertempuran pada tanggal 13 Oktober 1945.

4. Pertempuran Lima Hari di Semarang


Pertempuran Lima Hari di Semarang merupakan pertempuran besar yang terjadi
setelah Jepang menyerah kepada Sekutu. Pertempuran ini terjadi pada tanggal 15 –
20 Oktober 1945.
Pertempuran Lima Hari di Semarang diawali dari peristiwa kaburnya para tawanan
bekas tentara Jepang yang akan dijadikan buruh pabrik di daerah Cepiring. Kaburnya
tentara-tentara Jepang ke wilayah Semarang ini menimbulkan ketakutan pada diri
rakyat Semarang. Apalagi kemudian Jepang menguasai pusat persediaan air yang ada
di daerah Candi. Keadaan semakin meresahkan rakyat saat tersiar desas-desus bahwa
Jepang telah meracuni persediaan air minum di daerah Candi. Untuk membuktikan
desas-desus itu, Dr. Karyadi memberanikan diri untuk memeriksa air minum tersebut.
Ketika sedang melakukan pemeriksaan, ia ditembak Jepang dan kemudia gugur.
Peristiwa ini menimbulkan amarah rakyat sehingga berkobarlah pertempuran Lima
Hari di Semarang. Dalam pertempuran tersebut, sebanyak 2. 000 rakyat Semarang
menjadi korban dan 100 orang Jepang tewas.
Pertempuran ini berhasil diakhiri setelah pimpinan TKR berunding dengan
pasukan Jepang. Usaha perdamaian tersebut akhirnya lebih dipercepat setalah
pasukan Sekutu (Inggris) mendarat di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945. Untuk
selanjutnya, pasukan Sekutu menawan dan melucuti senjata Jepang.

5. Peristiwa Palagan Ambarawa


Pertempuran ini terjadi tanggal 21 November sampai 15 Desember 1945.
Pertempuran terjadi antara TKR dengan Belanda dan Sekutu. Pertempuran bermula
ketika tentara Sekutu secara sepihak membebaskan orang-orang Belanda yang
ditahan di Magelang dan Ambarawa. Setelah mendapat bantuan dari Devisi V
pimpinan Kolonel Soedirman, pasukan Sekutu dapat dipukul mundur. Untuk
mengenang pertempuran ini, didirikan monument dan museum Palagan Ambarawa.

6. Pertempuran Margadana di Bali


Pertempuran ini terjadi di desa Margadana pada tanggal 18 November 1946
yang dipimpin oleh I Gusti Ngura Rai dengan pasukannya Ciung Wanara. Peristiwa ini
terjadi karena menentang pembentukan NIT. Dalam pertempuran ini, I Gusti Ngurah
Rai mengadakan perlawanan habis-habisan sehingga disebut dengan Perang Puputan.

7. Pertempuran di Biak
Rakyat Irian (Papua Barat) di berbagai kota di seperti Jayapura, Sorong, Serui,
dan Biak member sambutan hangat dan mendukung proklamasi kemerdekaan
Indonesia. Pada tanggal 14 Maret 1948, terjadi pertempuran antara rakyat Biak
dengan tentara NICA. Peristiwa ini diawali dari penyerangan tangsi militer Belanda di
Sosido dan Biak yang dilakukan oleh rakyat. Para pemuda yang dipimpin Joseph
berusaha mengibarkan bendera merah putih di seluruh Biak. Serangan itu gagal dan
dua orang pemimpinnya dihukum mati, sedangkan yang lainnya dihukum seumur
hidup.

SIDANG PPKI
dilaksanakan sebanyak 3 kali yakni :
1. Sidang pertama PPKI dilaksanakan tanggal 18 Agustus 1945
2. Sidang kedua PPKI dilaksanakan tanggal 19 Agustus 1945
3. Sidang ketiga PPKI dilaksanakan tanggal 22 Agustus 1945

Hasil Sidang PPKI Tanggal 18 Agustus 1945

Berikut merupakan beberapa keputusan dan hasil sidang PPKI pada tanggal 18
Agustus 1945 atau hasil sidang PPKI yang pertama.

1. Mengesahkan UUD 1945


Hasil sidang PPKI pertama adalah mengesahkan undang-undang dasar sebagai
konstitusi negara. PPKI mengesahkan Undang-Undang Dasar (UUD 1945). Adapun
rancangan batang tubuh UUD 1945 sudah dibuat oleh BPUPKI sebelumnya. Selain
itu juga dilakukan revisi Piagam Jakarta dimana kalimat ‘Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya’ diganti menjadi
‘Ketuhanan Yang Maha Esa’.
2. Mengangkat Soekarno sebagai Presiden dan Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden
Hasil sidang pertama PPKI berikutnya adalah memilih dan mengangkat presiden
serta wakil presiden Indonesia. Atas usulan Otto Iskandardinata secara aklamasi, Ir.
Soekarno terpilih sebagai presiden Indonesia pertama didampingi oleh Drs.
Mohammad Hatta sebagai wakil presidennya.

3. Membentuk Komite Nasional


Sidang PPKI juga memutuskan pembentukan sebuah komite nasional. Fungsi komite
nasional ini adalah untuk sementara membantu tugas tugas Presiden sebelum
dibentuknya MPR dan DPR.

Hasil Sidang PPKI Tanggal 19 Agustus 1945

Berikut merupakan beberapa keputusan dan hasil sidang PPKI pada tanggal 19
Agustus 1945 atau hasil sidang PPKI yang kedua.

1. Membentuk pemerintah daerah yang terdiri dari 8 provinsi


Hasil sidang PPKI kedua salah satunya adalah pembentukan pemerintah daerah.
Indonesia dibagi menjadi 8 provinsi, dimana tiap provinsi dipimpin oleh seorang
gubernur sebagai kepala daerah.

No Provinsi Nama Gubernur

1 Sumatra Teuku Mohammad Hassan

2 Jawa Barat Sutarjo Kartohadikusumo

3 Jawa Tengah R. Panji Suroso

4 Jawa Timur R. A. Suryo

5 Sunda Kecil I Gusti Ketut Puja Suroso

6 Kalimantan Ir. Pangeran Mohammad Nor

7 Sulawesi Mr. J. Ratulangi

8 Maluku Dr G. S. S. J. Latuharhary

2. Membentuk komite nasional daerah


Setelah membagi wilayah Indonesia menjadi 8 provinsi, selanjutnya juga dibentuk
komite nasional di tingkat daerah di tiap-tiap provinsi, mulai dari Sumatera, Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sunda Kecil, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku.

3. Membentuk 12 Kementerian dan 4 Menteri Negara


Hasil sidang kedua PPKI berikutnya adalah pembentukan 12 kementrian kabinet
di tiap departemen serta 4 menteri negara non-departemen. Berikut merupakan
nama-nama menteri dan departemen yang dipimpin pada kabinet Republik
Indonesia yang pertama.

No Nama Menteri Departemen

1 R.A.A. Wiranata Kusumah Departemen Dalam Negeri

2 Mr. Achmad Soebardjo Departemen Luar Negeri

3 Prof. Dr. Mr. Soepomo Departemen Kehakiman

4 Ki Hajar Dewantara Departemen Pengajaran

5 Abikusno Tjokrosujoso Departemen Pekerjaan Umum

6 Abikusno Tjokrosujoso Departemen Perhubungan

7 A.A. Maramis Departemen Keuangan

8 Ir. Surachman Tjokroadisurjo Departemen Kemakmuran

9 Dr. Buntaran Martoatmojo Departemen Kesehatan

10 Mr. Iwa Kusuma Sumantri Departemen Sosial

11 Soeprijadi Departemen Keamanan Rakyat

12 Mr. Amir Syarifudin Departemen Penerangan

13 Wachid Hasjim non-departemen

14 Dr. M. Amir non-departemen

15 Mr. R. M. Sartono non-departemen

16 R. Otto Iskandardinata non-departemen


4. Membentuk Tentara Rakyat Indonesia
Usai sidang PPKI kedua dilakukan rapat kecil yang menghasilkan keputusan untuk
segera membentuk Tentara Rakyat Indonesia. Atas usulan Adam Malik,
pembentukan pasukan tentara nasional ini berasal dari tentara Heiho dan PETA.
Selain itu anggota kepolisian dimasukkan dalam departemen dalam negeri.
Keputusan ini dihasilkan dari buah pikiran Otto Iskandardinata. Kemudian Otto
Iskandardinata, Abdul Kadir dan Kasman Singodimerjo ditunjuk untuk
mempersiapkan pembentukan tentara kebangsaan dan kepolisian negara.

Hasil Sidang PPKI Tanggal 22 Agustus 1945

Berikut merupakan beberapa keputusan dan hasil sidang PPKI pada tanggal 22
Agustus 1945 atau hasil sidang PPKI yang ketiga.

1. Menetapkan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)


Di sidang pertama telah diputuskan untuk membentuk komite nasional, namun
baru di sidang ketiga Komite Nasional Indonesia Pusat atau KNIP resmi terbentuk.
Sebanyak 137 anggota KNIP dilantik terdiri dari golongan muda dan masyarakat.
Pada sidang KNIP, ditunjuk Kasman Singodimerjo sebagai ketua. Sementara
terdapat tiga wakil ketua, yakni M. Sutarjo sebagai wakil ketua pertama,
Latuharhary sebagai wakil ketua kedua serta Adam Malik sebagai wakil ketua
ketiga.

2. Membentuk Partai Nasional Indonesia (PNI)


Hasil sidang PPKI ketiga salah satunya adalah membentuk Partai Nasional
Indonesia atau PNI yang diketuai oleh Ir. Soekarno. Pembentukan PNI awalnya
ditujukan sebagai satu-satunya partai di Indonesia. Tujuannya untuk
mewujudkan negara Republik Indonesia yang berdaulat, adil, dan makmur
berdasarkan kedaulatan rakyat.

Rancangan awal PNI sebagai partai tunggal di Indonesia kemudian ditolak. Pada
akhir Agustus 1945, rencana ini pun dibatalkan dan sejak itu gagasan yang hanya
ada satu partai di Indonesia tidak pernah dimunculkan lagi.

3. Membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR)


Hasil sidang ketiga PPKI juga menghasilkan keputusan untuk membentuk Badan
Keamanan Rakyat atau BKR. Fungsi BKR adalah untuk menjaga keamanan umum
bagi masing-masing daerah.
Berkaitan dengan pembentukan BKR, maka PETA, Laskar Rakyat dan Heiho resmi
dibubarkan. Pembentukan tentara kebangsaan Indonesia harus dilakukan segera
demi kedaulatan negara Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai