Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN

PERTOLONGAN PERTAMA KEJANG DEMAM PADA BALITA DI


POSYANDU GIRIMARGO SRAGEN

HafidzKurnia Septyanto1) RatihDwilestariPuji Utami2)Saelan3)

1)
Mahasiswa Program StudiSarjanaKeperawatanSTIKesKusumaHusada Surakarta
hafidkurnia2@gmail.com
2,3)
Dosen Program StudiSarjanaKeperawatanSTIKesKusumaHusada Surakarta
ratihaccey@gmail.com

ABSTRAK

Kejang Demam adalah kegawat daruratan medis yang memerlukan pertolongan


yang tepat dan diperlukan untuk menghindari cacat yang parah. Angka kejadian kejang
demam di Indonesia sendiri mencapai 2-4% tahun 2008 dengan 80% disebabkan oleh
infeksi saluran pernafasan dan meningkat pada tahun 2013 yaitu sebesar 3-4 % pada usia
6 bulan sampai 5 tahun. Pertolongan yang yang tepat akan bisa mengurangi resiko
berulang kejang, kejang demam umumnya terjadi pada anak usia balita.Tujuan penelitian
ini mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu terhadap pertolongan pertama kejang
demam pada balita.
Metode Peneliti ini menggunakan rencangan discribtif corelations dengan
metode penelitian probality sampling thekhnik simple menggunakan simpel random
samplingdengan jumlah semple 43 responden uji analisa data menggunakan uji
spearman.Hasil penelitian didapat corelation coefisient dari kedua variable 0,655 dengan
p-value 0,000 ( p < 0,05 ) sehingga terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu
dengan pertolongan pertama kejang demam pada balita di Posyandu Girimargo,
Sragen.Kesimpulan : Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan
pertolongan pertama kejang demam pada balita di Posyandu Girimargo, Sragen.

Kata kunci : Tingkat pengetahuan, Pertolongan pertama, Kejang demam.

Daftar Pustaka : 21 (2008-2016)


CORRELATION BETWEEN MOTHERS’ KNOWLEDGE LEVEL AND THE FIRST
AID OF FEBRILE SEIZURE FOR TODDLERS AT INTEGRATED HEALTH POST
OF GIRIMARGO, SRAGEN

HafidzKurnia Septyanto1) RatihDwilestariPuji Utami2)Saelan3)


1)
Student of Bachelor’s Degree Program in Nursing of KusumaHusada College of Health
Sciences of Surakarta
hafidkurnia2@gmail.com
2,3)
Lecturers of Bachelor’s Degree Program in Nursing of KusumaHusada College of
Health Sciences of Surakarta
ratihaccey@gmail.com

ABSTRACT

Febrile seizure or febrile convulsion is a medical emergency which requires a


proper aid as to avoid severe disability. Its incidence rate in Indonesia reached 2-4% in
2008, and 80% of the incidences were caused by respiratory tract infection, and the
number of such incidences increased to 3-4% 2013, which attacked toddlers aged six
months old – 5 years old. A proper aid will reduce its recurrent risk. Febrile seizure
commonly attacks toddlers. The objective of this research is to investigate the correlation
between mothers’ knowledge level and the first aid of febrile seizure for toddlers.
This research used the descriptive correlation research method. Probability
sampling with random sampling was used to determine its samples. The samples
consisted of 43 respondents. The data of the research were analyzed by using the
Spearman’s Test. The value of the coefficient correlation of the two variables was 0.655
with the p-value 0.000which was less than 0.05. Thus, the mothers’ knowledge level had a
correlation with the first aid of febrile seizure for toddlers at Integrated Health Post of
Girimargo, Sragen.

Keywords: Knowledge level, first aid, febrile seizure

References: 21 (2008-2016)
I. PENDAHULUAN 5 tahun (Wibisono, 2015). Angka
kejadian di wilayah Jawa Tengah pada
Kejang demam merupakan
tahun 2010, 2-5% pada anak usia 6
kedaruratan medis yang memerlukan
bulan- 5 tahun dan 25-50% kejang
pertolongan segera, pengelolaan yang
demam akan mengalami bangkitan
tepat sangat diperlukan untuk
kejang demam berulang (Gunawan,
menghindari cacat yang lebih parah,
2008), sedangkan pada tahun 2013
yang diakibatkan kebangkitan kejang
angka kejadian kejang demam pada
yang sering. Pertolongan pertama untuk
anak usia 6 bulan sampai 5 tahun
menangani korban segera dilakukan
mengalami penurunan yaitu 2-3% (
untuk mencegah cidera dan komplikasi
Depkes 2013).
yang serius pada anak. Kejang lebih
Kejang demam biasanya terjadi pada
dari 15 menit dapat menyebabkan
awal kejang demam dimana anak akan
kecatatan otak bahkan kematian
terlihat kaku, kelojotan dan memutar
(Candra, 2009). Kejang demam
matanya. Anak tidak responsif untuk
merupakan kelainan neurologis yang
beberapa waktu, napas akan terganggu,
paling sering terjadi pada anak, 1 dari
dan kulit akan tampak lebih gelap dari
25 anak akan mengalami satu kali
biasanya. Setelah kejang, anak akan
kejang demam (Harjaningrum, 2011).
segera normal kembali. Kejang
WHO memperkirakan pada tahun
biasanya akan berakhir kurang dari satu
2010 terdapat lebih dari 21,65 juta
menit. Kejang sendiri terjadi akibat
penderita kejang demam dan lebih dari
adanya kontraksi otot yang berlebihan
216 ribu diantaranya meninggal. Di
dalam waktu tertentu tanpa bisa
Amerika pada tahun 2008, kejadian
dikendalikan. Kejang demam
kejang demam, hampir sebanyak 1,5
merupakan kedaruratan medis yang
juta dan sebagian besar lebih sering
memerlukan pertolongan segera untuk
terjadi pada rentang usia 6 bulan hingga
menangani korban segera dilakukan
36 bulan.
untuk mencegah cedera dan komplikasi
Angka kejadian kejang demam di
pada anak, pengelolaan yang tepat
Indonesia sendiri mencapai 2-4% tahun
sangat diperlukan untuk menghindari
2008 dengan 80% disebabkan oleh
cacat yang lebih parah, yang
infeksi saluran pernafasan dan
diakibatkan bangkitan kejang yang
meningkat pada tahun 2013 yaitu
sering (Candra 2009).
sebesar 3-4 % pada usia 6 bulan sampai
Faktor orang tua sangat berperan dapat dilihat dari hasil yang
dalam mencegah untuk terkena suatu disampaikan oleh ibu tentang
penyakit (Erfina, 2013). Orang tua yang pengetahuan mereka, apa itu pengertian
telah mendapatkan pengetahuan tentang kejang demam, klasifikasi kejang
penyakit dan cara penanganan serta demam, penyebab kejang demam, tanda
penanganannya dari petugas kesehatan dan gejala kejang demam, faktor resiko
melakukan perilaku atau tindakan kejang demam, komplikasi kejang
pencegahan atau penanganan yang baik demam, pencegahan kejang demam dan
sehingga akan mencegah anak pertolongan pertama kejang demam.
mendapatkan dampak yang buruk II. METODOLOGI PENELITIAN
(Gandhi,et.al, 2013). Penelitian yang Penelitian ini dilakukan di Posyandu
dilakukan oleh Riandita (2012) bahwa Girimargo pada bulan April 2018 – Mei
terdapat hubungan antara tingkat 2018. kuantitatif dengan rancangan
pengetahuan ibu tentang demam descriptif corelation. Metode
dengan pengelolaan demam pada anak. pengambilan semple adalah Probality
Ibu dengan tingkat pengetahuan rendah Sampling dengan Desain Simple
memiliki resiko tujuh kali lebih besar Random Sampling adalah metode
untuk melakukan pengelolaan demam pengambilan sample secara acak
anak yang buruk dari pada ibu dengan sederhana dengan asumsi bahwa
tingkat pengetahuan yang tinggi. karakteristik tertentu yang dimiliki oleh
Hasil studi pendahuluan dari populasi tidak dipertimbangkan dalam
Posyandu Girimargo pada tanggal 8 penelitian (Dharma, 2011).
maret 2018, tercatat bahwa ada 75 Instrumen penelitian ini adalah
balita. Ada 25 balita mengalami kejang kuesioner tentang pengetahuan ibu
demam dalam 3 bulan terakhir yaitu tentang pertolongan pertama kejang
bulan desember dan febuari 2018. demam dan pertolongan kejang demam.
Berdasarkan hasil observasi dan Peneliti melakukan uji validitas pada
wawancara melalui kader posyandu di pertolongan kejang demam. kuesioner
Girimargo, dalam waktu 3 bulan tentang pengetahuan ibu tentang
terakhir terdapat 30 anak yang pertolongan pertama kejang demam
mengalami demam tinggi. Wawancara terdiri dari 15 pertanyaan. kuesioner
dilakukan ke 15 ibu, dari 5 ibu tidak tentang pertolongan kejang demam
ada yang mengetahui bahwa demam terdiri dari 14 pertanyaan. Untuk
bisa menjadi penyebab kejang dan 15 kuesioner pertolongan Pertama Kejang
Demam penilaianya 0 = Tidak Pernah, sebanyak 7 reponden (16.3), SMP
1 = Kadang-kadang,2 = Sering,3 = sebanyak 12 responden (27,9) dan
Tidak pernah. SMA sebanyak 24 responden (55,8).
III. HASILDAN PEMBAHASAN
3. Karakteristik Responden
1. Karakteristik Responden
Berdasarkan Pekerjaan
Berdasarkan Usia
Tabel 3. Distribusi pekerjaan Pada
Tabel 1. Distribusi Usia Pada
Responden (n : 43)
Responden (n : 43)
Jenis pekerjaan F %
Variabel Mean Min maks Std
IRT 32 74.4
deviasi
Swasta 7 16.3
Umur 32.09 21 53 6.715
Wiraswasta 4 9.3
( Data primer, 2018)
Total 43 100

Berdasarkan tabel 1 dapat ( Data primer, 2018)


diketahui responden maksimal berumur
Tabel 3. menunjukkan bahwa
53 tahun, minimal berumur 21 tahun ,
distribusi responden berdasarkan
rata-rata berumur 32,09. Mayoritas
pekerjaan didapat IRT sebanyak 32
responden berusia 35 tahun sebanyak 5
responden (74.4%), Swasta sebanyak 7
responden (53,3,%) dari total
responden (16.3%) dan Wiraswasta
responden 43 responden.
sebanyak 4 responden (9.3%).
2. Karakteristik Responden
berdasarkan pendidikan
2. ANALISA BIVARIAT
Tabel 2 Distribusi pendidikan Pada
Tabel 4. Distribusi Tingkat
Responden (n : 43)
Pengetahuan Ibu terhadap pertolongan
Jenis F %
pertama kejang demam pada Balita
pendidikan
SD 7 16.3 No Pengetahuan F %
SMP 12 27.9 1 Baik 7 16.3
SMA 24 55.8 2 Cukup 30 69.8
Total 43 100 3 Kurang 6 14.0
( Data primer, 2018) Total 43 100
( Data primer, 2018)
Tabel 2. Diketahui distribusi
responden berdasarkan pendidikan SD
Tabel 4 Menunjukkan bahwa pengetahuan ibu dengan pertolongan
distribusi tingkat pengetahuan Ibu pertama kejang demam pada balita di
didapat hasil Baik sebanyak 7 posyandu Girimargo Sragen.
responden (16.3%), Cukup sebanyak 30
IV. PEMBAHASAN
responden (69.0%), Kurang sebanyak 6
a. Karakteristik responden berdasarkan
responden (14.0%).
Umur
4. Distribusi Frekuensi perilaku Berdasarkan hasil peneliti dapat
pertolongan pertama kejang diketahui sebagai besar responden
demam pada Balita berumur 30 tahun 5 responden
(53,3%) dari total 43 responden.
No F %
Usia merupakan tanda kedewasaan
1 Buruk 22 51.2
fisik dan kematangan kepribadian
2 Baik 21 48.8
Total 43 100
seseorang. Ketika seseorang berusia

( Data primer, 2018) 20 tahun maka taraf berfikir


seseorang tersebut akan semakin
Tabel 4. Menunjukkan matang. Ibu yang berusia 20-35
distribusi pertolongan pertama kejang tahun termasuk dalam golongan
demam pada anak yaitu Buruk cukup umur atau bisa disebut umur
sebanyak 22 responden (51.2%), Baik matang (Syari, 2015). Akan tetapi
sebanyak 21 responden (48.8%). menjelang usia lanjut kemampuan
mengingat atau menerima suatu
5. Hasil Uji Spearman
pengetahuan akan berkurang. Selain
Variabel Corelation Sig.(2- itu, pada akhir usia 30-an dan awal
Coefisient tailed) 40-an, daya ingat seseorang mulai
**
Pengetahuan .657 .000 melemah dan sulit untuk belajar dan
**
Perilaku .657 .000 mengingat informasi tertentu
( Data primer, 2018) (Desmita,2010.).
b. Karakteristik responden berdasarkan
Tabel 4.6 Menunjukkan Hasil
tingkat Pendidikan
Uji Spearman didapat corelatian
Berdasarkan hasil penelitian dapat
coefisient dari kedua variabel yaitu .655
diketahui bahwa tingkat pendidikan
dan nilai p-value dari kedua variabel
terbanyak responden SMA sebanyak
.000 maka dapat disimpulkan bahwa
24 responden ( 55,8 % ) dari total 43
terdapat hubungan antara tingkat
responden. Pengetahuan seseorang terulang kembal (Ervina Tri Untari,
dapat dipengaruhi oleh beberapa 2013).
faktor antara lain faktor internal c. Karakteristik responden
(pengalaman, keyakinan) dan faktor berdasarkan pekerjaan
eksternal (fasilitas, sosial budaya Berdasarkan hasil penelitian dapat
dan tingkat pendidikan). Seorang ibu diketahui bahwa pekerjaan terbanyak
mendapatkan pengalaman dari responden yaitu IRT dengan 32
lingkungannya melalui radio, responden (74.4%). Didukung oleh
televisi, majalah, koran, buku penelitian yang dilakukan Winda
maupun dari orang lain mengenai (2013) bahwa mayoritas responden
perkembangan bahasa anak usia 1-3 pekerjaannya sebagai
tahun saling bertukar informasi yang IRT.SejalandenganpenelitianNisa
diterimanya sehingga dapat (2012),
mengaplikasikannya kepada menjelaskanberdasarkanpekerjaan,
anaknya, dan seorang ibu yang mayoritaspekerjaanrespondenadalahIb
tingkat pendidikan tinggi akan uRumahTangga yang berjumlah 29
mempunyai pengetahuan yang lebih responden (80,6%)Pekerjaan dalam
luas dibandingkan dengan seorang arti luas adalah aktifitas utama yang
ibu yang tingkat pendidikannya dilakukan oleh manusia. Dalam arti
rendah (Karo, 2015). sempit, istilah pekerjaan digunakan
Hal ini apabila dikaitkan dengan untuk suatu tugas atau kerja yang
kejang demam maka semakin tinggi menghasilkan uang bagi seseorang
tingkat pendidikan responden (Simamora, 2006). Dengan demikian
semakin baik pula pengetahuannya responden sebagai ibu rumah tangga
tentang kejang demam. Pendidikan dikategorikan ibu yang tidak bekerja.
yang cukup pada seseorang akan d. Karakteristik responden
memudahkan untuk mencari dan berdasarkan Tingkat Pengetahuan
menerima informasi dari luar, IbuBerdasarkan hasil penelitian dapat
khususnya yang berkaitan dengan diketahui bahwa tingkat pengetahuan
kejang demam sehingga ibu bisa ibu terbanyak responden yaitu pada
segera melakukan tindakan saat kategori cukup dengan 30 responden
anak demam supaya tidak terjadi (69.8%). Didukung oleh penelitian
kejang dan bisa melakukan yang dilakukan Winda (2016) bahwa
pencegahan supaya kejang tidak mayoritas responden berdasarkan
tingkat pengetahuan ibu yaitu berada tidak salah dalam menagani kejang
pada kategori cukup. Menurut peneliti demam.
bahwa semakin baikpengetahuan ibu e. Karakteristik responden
maka semakin positif sikap ibu. Tetapi berdasarkan Perilaku Pertolongan
pengetahuan ibu bukanlah sesuatu yang Pertama Kejang Demam
mutlak mempengaruhi sikap ibu. Faktor Berdasarkan hasil penelitian dapat
lingkungan, teman sebaya. Beberapa diketahui bahwa frekuensi perilaku
faktor di atas tidak di teliti dalam pertolongan pertama kejang demam
penelitian ini, tetapi tidakdapat dalam kategori buruk yaitu 22
dipungkiri bahwa faktor – faktor responden (22%). Demam di rumah
tersebut dapat mempengaruhi sikap ibu. sangat dibutuhkan, agar tidak terjadi
Menurut Notoatmodjo (2012) komplikasi yang serius. Tindakan yang
faktor yang dapat mempengaruhi harus dilakukan ibu di rumah adalah
pengetahuan seseorang adalah faktor melakukan perawatan yang adekuat.
informasi. Informasi yangkurang Penderita dimiringan kesalah satu sisi
diperoleh dapat mengakibatkan agar tidak terjadi aspirasi ludah atau
perbedaan pengetahuaan responden lendir dari mulut. Melonggarkan
lainnya. Penelitian yang pakaian yang ketat agar jalan napas
dilakukanolehRiandita (2012) tetap terbuka lega sehingga suplai
bahwaterdapathubunganantaratingkatpe oksigen terjamin. Tidak mengekang
ngetahuanibutentangdemamdenganpen balita saat kejang terjadi, tidak
gelolaandemampadaanak. memberikan minum apapun pada balita,
Ibudengantingkatpengetahuanrendahme dan tidak memasukkan apapun diantara
milikirisikotujuh kali gigi balita yang mengalami kejang
lebihbesaruntukmelakukanpengelolaan demam. Suhu yang tinggi (demam)
demamanak yang harus segera diturunkan dengan
burukdaripadaibudengantingkatpengeta melakukan kompres hangat.
huan yang tinggi. Penanganan pertama kejang demam
Berdasarkan observasi peneliti pada anak bisa didapatkan ibu dengan
bahwa semakin tinggi pengetahuan mengetahui tentang kejang demam
semakin baik unruk merubah perilaku serta pemahaman dengan benar agar
responden dalam mengatasi kejang ketika anak dengan kejang ibu dapat
demam pada anak sehingga orang tua menangani dengan benar dan
melakukan tindakan awal tanpa
menimbulkan bahaya yang banyak.Ibu Girimargo Sragen Berdasarkan hasil
memiliki peranan penting dalam penelitian dapat diketahui bahwa
pertolongan pada kejang demam anak corelation Coefisient kedua variabel
sehingga diharapkan mampu yaitu 0,657 dan nilai p-value dari kedua
melakukan pertolongan pertama pada variabel 0,000 maka, dapat disimpulkan
kejang demam anak dengan baik (Labir, bahwa terdapat hubungan antara tingkat
2014). Penatalaksanaan kejang demam pengetahuan ibu dengan pertolongan
pada anak sangat tergantung pada peran pertama kejang demam pada balita di
orang tua khususnya ibu. Pengetahuan Posyandu Girimargo Sragen.Hasil
ibu tentang kejang demam merupakan penelitian ini sejalan dengan penelitian
faktor langsung yang mempengaruhi oleh Ervina, (2013) tentang hubungan
penatalaksanaan kejang demam. Karena antara tingkat pengetahuan ibu tentang
dengan memiliki pengetahuan yang kejang demam dengan frekuensi kejang
cukup khususnya tentang kesehatan, anak toddler dirawat inap Puskesmas
seseorang dapat mengetahui berbagai Gatak Sukoharjo yaitu 65,8%
macam gangguan kesehatan yang mempunyai tingkat pengetahuan yang
mungkin timbul sehingga dapat dicari termasuk kategori cukup.
pemecahannya (Notoatdmojo, 2010) Menurur Darwanto 2007, menyatakan
Pemahaman dan pengalaman ibu bahwa penatalaksanaan yang dilakukan
tentang penanganan kejang demam saat terjadi kejang demam dirumah
pada anak dapat menjadi faktor yang yaitu Pemberian kompres hangat untuk
memperngaruhi perilaku penanganan membantu suhu tubuh dengan metode
kejang demam pada anak. jika konduksi yaitu perpindahan panas dari
seseorang hanya memiliki pengetahuan, derajat tinggi (suhu tubuh) ke benda
sikap, dan ketrampilan tertentu tanpa yang mempunyai derajat yang lebih
adanya efikasi diri yang tinggi maka rendah (kain kompres). Kompres
kecil kemungkinan seseorang tersebut diletakkan pada jaringan penghantar
akan melakukan tindakan atau perilaku panas yang banyak seperti kelenjar
tersebut ( Kurniawan,2014) limfe di ketiak, leher, lipatan paha, serta
f. Karakteristik responden area pembuluh darah yang besar seperti
berdasarkan Hasil Uji Hubungan di leher. Pemberian obat penurun panas
Antara Tingkat Pengetahuan Ibu biasanya diberikan paracetamol sebagai
Dengan Pertolongan Pertama Kejang obat penurun panas dirumah, Posisikan
Demam Pada Anak Balita Di Posyandu ditempat datar, Jauhkan dari benda-
benda tajam,Jangan menahan infeksi saluran pernafasan dan
gerakannya, Jangan memasukkan benda meningkat pada tahun 2013 yaitu
apapun ke dalam mulutnya. sebesar 3-4 % pada usia 6 bulan sampai
Pengetahuan yang didapat dari berbagai 5 tahun (Wibisono, 2015). Angka
gejala yang ditemui dan diperoleh kejadian di wilayah Jawa Tengah pada
manusia melalui pengamatan akal. tahun 2010, 2-5% pada anak usia 6
Pengetahuan muncul ketika seseorang bulan- 5 tahun dan 25-50% kejang
menggunakan akalnya untuk mengenali demam akan mengalami bangkitan
benda atau kejadian tertentu kejang demam berulang (Gunawan,
dilingkungannya yang belum pernah 2008), sedangkan pada tahun 2013
dilihat dan dirasakan sebelumnya.Salah angka kejadian kejang demam pada
satu faktor yang mempengaruhi anak usia 6 bulan sampai 5 tahun
pengetahuan seseorang adalah mengalami penurunan yaitu 2-3%
informasi.Kurangnya informasi yang (Depkes, 2013).
diterima oleh responden menjadi V. SARAN
penyebab kurangnya pengetahuan 1. Puskesmas Dan Petugas
tentang penanganan kejang demam Kesehatan
(Marwan,2017). Kejang demam Hasil dari penelitian ini diharapkan
merupakan kelainan neurologis yang dapat memberikan masukan serta
paling sering terjadi pada anak, 1 dari diharapkan membantu dan memberikan
25 anak akan mengalami satu kali pelatian tentang metode penanganan
kejang demam (Harjaningrum, kejang demam dengan cara yang benar
2011).WHO memperkirakan pada sehingga mengurangi resiko dampak
tahun 2010 terdapat lebih dari 21,65 yang lebih buruk pada anak.
juta penderita kejang demam dan lebih 2. Bagi Institusi Pendidikan
dari 216 ribu diantaranya meninggal. Di Hasil penelitian ini diharapkan dapat
Amerika pada tahun 2008, kejadian menambahkan khasanah pustaka dan
kejang demam, hampir sebanyak 1,5 pengembangan ilmu pengetahuan,
juta dan sebagian besar lebih sering untuk menambah literature buku buku
terjadi pada rentang usia 6 bulan hingga yang terkat tentang kejang demam.
36 bulan. 3. Bagi Masyarakat
Angka kejadian kejang demam di Hasil penelitian ini dapat bermanfaat
Indonesia sendiri mencapai 2-4% tahun sebagai kajian pengetahuan serta ibu
2008 dengan 80% disebabkan oleh dapat aktif pada kegiatan posyandu
yang diadakan dimasing masing desa
atau wilayah.
4. Bagi Penelitian Lain

Memberikan bahan kajian dan acuan


bagi peneliti berikutnya dalam
melaksanakan penelitian sejenis yang
lebih kompleks.

DAFTAR PUSTAKA

Afif wibisono (2015). ASUHAN Dengan Frekuensi Kejang Anak


KEPERAWATAN PADA Toddler Di Rawat Inap
An.M DENGAN GANGGUAN Puskesmas Gatak Sukoharjo.
SISTEM PERSARAFAN : Jurnal.
KEJANG DEMAM DI RUANG
MAWAR RSUD Gunawan W, Kari K, Soetjiningsih.
BANYUDONO BOYOLALI.
(2008). Knowledge, attitude,
Sekripsi.
and practices of perents with
children of first time and
Candra,. (2009). Kejang demam.
reccurent febrille seizure.
Diakses : 03 November 2017, Pediatrica Indonesia.
dari http : // www.Scribd. Com/
Harjaningrum, A,. (2011). Kejang
doc/ 15689407
demam dan penatalaksanaannya.
Dharma, Kusuma Kelana. (2011).
Yogyakarta: EGC
Metodelogi Penelitian
Ketut Labir (2014). Pertolongan
Keperawatan: Panduan
Melaksanakan dan Menerapkan Pertama Dengan Kejadian
Hasil Penelitian. Jakarta : Trans Kejang Demam pada anak.
Info Media jurnal.

Ervina Tri Untari (2013). HUBUNGAN Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi


ANTARA Tingkat Pengetahuan Kesehatan dan Ilmu Perilaku,
Ibu Tentang Kejang Demam Jakarta: PT. Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu
Prilaku Kesehatan, Jakarta:
Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Konsep


Penelitian Ilmu Keperawatan,
Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Roly marwan (2017) FAKTOR YANG

BERHUBUNGAN DENGAN
PENANGANAN PERTAMA
KEJADIAN KEJANG
DEMAM PADA ANAK USIA
6 BULAN – 5 TAHUN DI
PUSKESMAS. Caring Nursing
Jurnal Vol. 1 No. 1

WHO. (2010). Kejadian Kejang Demam

di dunia. Dari :
http://www.ph.who.org.diakses
pada tanggal 23 Oktober 2017

Winda ade kusuma (2016). Hubungan

antara pengetahuan dengan


perilaku ibu tentang pencegahan
kejang demam pada balita di
posyandu gondangsari juwiring
klaten. Sekripsi.

Anda mungkin juga menyukai