Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penataan, pengolahan, pengaturan serta pengelolaan keuangan memiliki pengaruh


yang cukup signifikan dalam keberlangsungan organisasi-organisasi, salah satunya
organisasi sektor publik. Pengelolaan (manajemen) dalam bagian keuangan akan
berpengaruh terhadap baik buruknya suatu organisasi tersebut untuk tetap eksis. Dengan
pengelolaan organisasi sektor publik yang sesuai dengan perencanaan dan tujuan yang
berdasarkan karakteristik organisasi sektor publik, maka organisasi sektor publik akan tetap
eksis bahkan mampu berkembang dengan baik. Sebaliknya, apabila organisasi sektor publik
dikelola dengan tidak berlandaskan tujuan organisasi tersebut atau pengelolaan dilakukan
dengan sembarangan, maka hal tersebut akan berdampak negatif bagi organisasi tersebut,
yaitu tidak tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.Dalam
perkembangannya, pengelolaan organisasi sektor publik, khususnya dalam bagian keuangan
telah melakukan reformasi yang bisa disebut value for moneyyang menekankan tentang
pengelolaan organisasi sektor publik yang dilakukan secara ekonomis, efisien, dan efektif.
Ketiga hal tersebut merupakan elemen pokok dalam konsepvalue for money. Adanya ketiga
unsur pokok tersebut diharapkan di terapkan pada setiap organisasi sektor publik yang ada
di Indonesia, agar terjadi sinergi positif terhadap perkembangan perekonomian bangsa
Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Terkait pembahasan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah :

1. Bagaimana konsep Value For Money Audit?

2. Bagaimana ruang lingkup dan tujuan audit kinerja?

3. Bagaimana fungsi indikator kinerja dalam audit kinerja pemerintah?

C. Tujuan Makalah

Tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui konsep value for money audit, ruang
lingkup dan tujuan audit kinerja serta fungsi indikator kinerja dalam audit kinerja pemerintah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Karakteristik Value For Money Audit

Audit kinerja yang meliputi audit ekonomi, efisiensi dan efektivitas pada dasarnya
merupakan perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan dan prosedurnya. Pada audit
keuangan dan audit kinerja, tidak terdapat perbedaan definisi yang tajam karena definisi audit
kinerja sebagai suatu proses dapat diturunkan dari definisi audit keuangan. Pengertian audit
dalam audit keuangan adalah suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai asersi atas tindakan dan kejadian ekonomi,
kesesuaiannya dengan kinerja/standar yang telah ditetapkan dan kemudian
mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak pengguna laporan tersebut (Malan, 1984).

Audit kinerja memfokuskan pemeriksaan pada tindakan-tindakan dan kejadian-


kejadian ekonomi yang menggambarkan kinerja entitas atau fungsi yang diaudit. Definisi audit
kinerja adalah suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara
obyektif, agar dapat melakukan penilaian secara independen atas ekonomi dan efisiensi
operasi, efektivitas dalam pencapaian hasil yang diinginkan, dan kepatuhan terhadap
kebijakan, peraturan dan hukum yang berlaku menentukan kesesuaian antara kinerja yang
telah dicapai dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya, serta mengkomunikasikan
hasilnya kepada pihak-pihak pengguna laporan tersebut (Malan, 1984).

Kinerja suatu organisasi dinilai baik jika organisasi yang bersangkutan mampu
melaksanakan tugas-tugas dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapakan pada
standar yang tinggi dengan biaya yang rendah. Secara teknis kinerja yang baik bagi suatu
organisasi dicapai ketika administrasi dan penyediaan jasa oleh organisasi yang
bersangkutan dilakukan pada tingkat yang ekonomis, efisien, dan efektif. Konsep ekonomi,
efisiensi, dan efektivitas saling berhubungan satu sama lain dan tidak dapat
diartikan/dimaknai secara terpisah atau sendiri-sendiri. Konsep ekonomi memastikan bahwa
biaya input yang digunakan dalam operasional organisasi apat diminimalkan, konsep efisien
memastikan bahwa output yang maksimal dapat dicapai dengan sumber daya yang tersedia,
konsep efektif berarti bahwa jasa yang disediakan/dihasilkan oleh organisasi dapat melayani
kebutuhan pengguna jasa dengan tepat.

Salah satu hal yang membedakan VFM audit dengan conventional audit adalah
dalam hal laporan audit. Dalam audit yang konvensional, hasil audit adalah berupa pendapat
(opini) auditor secara independen dan obyektif tentang kewajaran laporan keuangan sesuai
dengan kriteria standar yang telah ditetapkan, tanpa pemberian rekomendasi perbaikan.
Sedangkan dalam VFM audit tidak sekedar menyampaikan kesimpulan berdasarkan tahapan
audit yang telah dilaksanakan, akan tetapi juga dilengkapi dengan rekomendasi untuk
perbaikan di masa mendatang.
B. Audit Ekonomi dan Efisiensi

Ekonomi mempunyai arti biaya terendah, sedangkan efisiensi mengacu pada rasio
terbaik antara output dengan biaya (input). Karena output dan biaya diukur dalam unit yang
berbeda maka efisiensi dapat terwujud ketika dengan sumberdaya yang ada dapat dicapai
output yang maksimal atau output tertentu dapat dicapai dengan sumberdaya yang sekecil-
kecilnya. Audit ekonomi dan efisiensi bertujuan untuk menentukan:

1. Apakah suatu entitas telah memperoleh, melindungi, dan menggunakan sumber dayanya (seperti
karyawan, gedung, ruang, dan peralatan kantor) secara ekonomis dan efisien.

2. Penyebab terjadinya praktik-praktik yang tidak ekonomis atau tidak ekonomis atau tidak efisien,
termasuk ketidakmampuan organisasi dalam mengelola sistem informasi, prosedur administrasi,
dan struktur organisasi.

Secara lebih spesifik, The General Accounting Office Standards (1994) menegaskan
bahwa audit ekonomi dan efisiensi dilakukan dengan mempertimbangkan apakah entitas
yang diaudit telah :

1. Mengikuti ketentuan pelaksanaan pengadaan yang sehat.

2. Melakukan pengadaan sumber daya (jenis, mutu, dan jumlah) sesuai dengan kebutuhan pada
biaya terendah.

3. Melindungi dan memelihara semua sumber daya yang ada secara memadai.

4. Menghindari duplikasi pekerjaan atau kegiatan yang tanpa tujuan atau kurang jelas tujuannya.

5. Menghindari adanya pengangguran sumberdaya umlah pegawai yang berlebihan.

6. Menggunakan prosedur kerja yang efisien.

7. Menggunakan sumber daya (staf, peralatan, dan fasilitas) yang minimum dalam menghasilkan
atau menyerahkan barang/jasa dengan kuantitas dan kualitas yang tepat.

8. Mematuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perolehan,


pemeliharaan, dan penggunaan sumber daya negara.

9. Melaporkan ukuran yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan mengenai kehematan dan
efisiensi.

Pada audit ekonomi danefisiensi, ukuran output idealnya dispesifikasikan oleh


organisasi yang bersangkutan dan ukuran tersebutdigunakan untuk mengukur kinerja
manajer. Akan menyimpang bila auditor mengukur efisiensi berdasarkan criteria yang tidak
digunakan oleh manajer dalam mencapai tujuan. Bagaimanapun juga, dalam praktek
mungkin output organisasi sektor publik tidak dapat dinyatakan secara eksplisit. Dengan
berdasarkan pada ukuran input dan output yang telah ditetapkan sebelumnya, auditor harus
mampu menilai apakah output telah dihasilkan dengan biaya yang lebih rendah atau apakah
yang terjadi dapat menghasilkan output yang lebih besar. Untuk dapat mengetahui apakah
organisasi telah menghasilkan output yang optimal dengan sumber daya yang dimilikinya,
auditor dapat membandingkan yang telah dicapai pada periode yang bersangkutan dengan:
1. Standar yang telah ditetapkan sebelumnya,

2. Kinerja tahun-tahun sebelumnya,

3. Unit lain pada organisasi yang samaatau pada organisasi yang berbeda.

Berkaitan dengan standar yang telah ditentukan, harus diakui bahwa aktivitas sektor publik
tidak dapat sepenuhnya dipertanggungjawabkan dengan sistem biaya standar. Hal ini
disebabkan karena output yang dihasilkan oleh organisasi sektor publik seringkali tidak dapat
dihubungkan secara langsung dengan biaya. Prosedur untuk melakukan audit ekonomi dan
efisiensi sama dengan jenis audit yang lainnya. Secara umum, tahapan-tahapan audit
yangdilakukan meliputi:

1. Perencanaan audit,

2. Mereview sistem akuntansi dan pengendalian interen,

3. Menguji sistem akuntansi dan pengendalian interen,

4. Melaksanakan audit,

5. Menyampaikan laporan.

C. Audit Efektivitas

Efektivitasberkaitan dengan pencapaian tujuan. Menurut Audit Commission (1986),


efektivitas berarti menyediakan jasa-jasa yang benar sehingga memungkinkan pihak yang
berwenang untukmengimplementasikan kebijakan dan tujuannya. Audit efektivitas (audit
program) bertujuan untuk menentukan: 1) tingkat pencapaian hasil atau manfaat yang
diinginkan 2) kesesuaian hasil dengan tujuan ditetapkansebelumnya 3) apakah entitas yang
diaudit telah mempertimbangkan alternatif lain yang memberikan hasil yang sama dengan
biaya yang paling rendah.

Secara lebih rinci, tujuan pelaksanaan audit efektivitas atau auditprogram adalah untuk:

1. Menilai tujuan program, baik yang baru maupun yang sudah berjalanapakah sudah memadai dan
tepat,

2. Menentukan tingkat pencapaian hasil suatu program yang diinginkan,

3. Menilai efektivitasprogram dan atau unsur-unsur program secara terpisah/sendiri-sendiri,


4. Mengidentifikasi faktor yang menghambat pelaksanaan kinerja yangbaik dan memuaskan,

5. Menentukan apakah manajemen telah mempertimbangkan alternatif untuk melaksanakan


program yang mungkin dapat memberikan hasil yang lebih baik dan dengan biaya yang lebih
rendah,

6. Menentukan apakah program tersebut saling melengkapi, tumpang-tindih atau bertentangan


dengan program lain yang terkait,

7. Mengidentifikasi cara untuk dapat melaksanakan program tersebut dengan lebih baik,

8. Menilai ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk program tersebut,

9. Menilai apakah sistem pengendalian manajemen sudah cukup memadai untuk mengukur,
melaporkan, dan memantau tingkat efektivitas program,

10. Menentukan apakah manajemen telah melaporkan ukuran yang sah dan dapat di
pertanggungjawabkan mengenai efektivitas profram.

Efektivitas berkenaan dengan dampak suatu output bagi pengguna jasa (konsumen).
Untuk mengukur efektivitas suatu kegiatan harus didasarkan pada criteria yang telah
ditetapkan (disetujui) sebelumnya. Jika hal ini belum tersedia, auditor bekerja sama dengan
top management dan badan pembuat keputusan untuk menghasilkan criteria tersebut dengan
berpedoman pada tujuan pelaksanaan suatu program. Meskipun efektivitas suatu program
tidak dapat diukur secara langsung, ada beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi pelaksanaan suatu program yaitu: 1) Proksi untuk mengukur
dampak/pengaruh, 2) Evaluasi oleh konsumen, 3) Evaluasi yang menitikberatkan pada
proses bukan pada hasil.Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa tingkat complain dan
tingkat permintaan dari pengguna jasa (konsumen) dapat dijadikan proksipengukuran standar
kinerja yang sederhana untuk berbagai jasa. Evaluasi terhadap pelaksanaan suatu program
hendaknya senantiasa mempertimbangkan hal-hal berikut: 1) Apakah program tersebut
relevan atau realistis, 2) Apakah ada pengaruh dari program tersebut, 3) Apakah program
telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dan 4) Apakah ada cara-cara yang lebih baik
dalam mencapai hasil.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa audit kinerja pada dasarnya merupakan
perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan dan prosedurnya. Pada audit kinerja,
kegiatan pemeriksaan terhadap pengelolaan organisasi sektor publik terutama didasarkan
pada tiga elemen utama yaitu, ekonomi, efesiensi, dan efektivitas. Penekanan kegiatan audit
pada ekonomi, efesisensi dan efektivitas suatu organisasi memeberikan ciri khusus yang
membedakan audit kinerja dengan audit jenis lainnya. Bagan berikut menjelaskan
karakteristik audit kinerja yang merupakan gabungan antara audit manajemen dan audit
program.
Value for money audit secara umum mempunyai tiga kategori kegiatan yaitu:

1. By-produck’ VFM work

Pekerjaan value for money audit yang merupakan tujuan sekunder di samping pekerjaan–
pekerjaan utama yang lebih penting, pekerjaan ini biasanya kurang terstruktur dibandingkan
dengan kegiatan/tugas yang lainnya. Tipe pekerjaan ini biasanya berupaya untuk mencari
penghematan-penghematan dengan jalan melakukan sedikit perubahan dalam praktik kerja.
Perubahan yang dilakukan mungkin hanya sebagian kecil tapi seringkali memiliki manfaat yang
substansial.

2. An’Arrangement Review’

Pekerjaan value for moneyaudit yang dilakukan untuk menjamin/memastikan bahwa klien
telah melakukan tugas administrasi yang diperlukan untuk mencapai value for money. Dalam
organisasi yang memberikan jasa yang kompleks, operasi yang ekonomis, efisien,dan efektif
hanya dapat dilakukan jika terdapat serangkaian peraturanformal untuk mengontrol
penggunaan sumber daya. Auditordapat mengecek dan menilai keberadaan peraturan formal
semacam ini.Arrangement Review akan memberikan gambaran bagiauditor untuk mereview
kinerja dan mereview jasa-jasa tertentu/khusus.

3. Performance Review

Pekerjaan yang dilakukan untuk menilai secara obyektif value for money
yang telah dicapai oleh klien dan membandingkannya dengan kriteria (pembanding)
yang valid. Penilaian terhadap kinerja klien dapat dilakukan dengan
membandingkan hasil yang telah dicapai dengan kinerja masa lalu, target yang
telah ditetapkan sebelumnya atau kinerja organisasi sejenis lainnya

Untuk melaksanakan proses audit kinerja pada organisasi sektor publik


(pemerintahan) diperlukan beberapa prasyarat. Prasyarat-prasyarat yang harus dipenuhi
dalam audit kinerja yaitu:

1. Auditor (orang/lembaga yang melalukan audit), auditee (pihak yang diaudit), recipent
(pihak yang menerima hasil audit).

2. Hubungan akuntabilitas antara auditee (subordinate) dan audit recipent (otoritas yang
lebih tinggi).

3. Independensi antara auditor dan auditee.

4. Pengujian dan evaluasi tertentu atas aktivitas yang menjadi tanggung jawab auditee oleh
auditor untuk audit recipent.
Auditor sering disebut sebagai pihak pertama, dan memegang peran utama dalam
pelaksanaan audit kinerja karena auditor dapat mengakses informasi keuangan dan informasi
manajemen dari organisasi yang diaudit, memiliki kemampuan professional dan bersifat
independen. Walaupun pada kenyataannya prinsip independen ini sulit untuk benar-benar
dilaksanakan secara mutlak, antara auditor dan auditee harus berusaha untuk menjaga
independensi tersebut sehingga tujuan audit dapat tercapai. Pihak auditee biasanya terdiri
dari manajemen atau pekerja suatu organisasi yang bertanggungjawab kepada recipent dan
biasa disebut pihak ketiga yang terdiri dari beberapa kelompok antara lain: tingkatan yang
lebih tinggi dalam organisasi yang sama, dewan komisaris, stockholder, masyarakat, dan
investor baik secara individual maupun kelompok.

Sebagaimana profesi di bidang lainnya, untuk menjadi seorang auditor sektor publik
diperlukan beberapa syarat, yaitu:
1. Seorang auditor harus telah diakui dapat melakukan pemeriksaan (audit).

a. Mempunyai pemahaman tentang akun-akun yang ada, sesuai dengan peraturan yang
berlaku serta mentaati undang-undang yang ada.

b. Auditor telah diakui kemampuannya dalam melakukan praktik audit.

c. Auditor harus dapat memenuhi apakah klien telah memanfaatkan sumber daya yang
dimiliki secara ekonomis, efisien, dan efektif.

2. Seorang auditor harus mematuhi kode etik yang berlaku.

3. Seorang auditor harus dapat melakukan audit dengan bertanggungjawab, karena


terdorong oleh kesadaran bahwa audit yang akandilaksanakannya pada organisasi-
organisasi sektor publik, terutamauntuk memenuhi kepentingan masyarakat.

Secara umum, ada dua prosedur utama untuk melaksanakan praktik auditing terhadap
kinerja organisasi secara komprehensif. Prosedur tersebut adalah management and technical
review dan special studies.

1. Management and Technical Review

Telaah fungsi manajemen secara umum mengenai perencanaan, pengorganisasian,


pengarahan, pengendalian dan metode/teknik khusus yang digunakan oleh entitas untuk
menentukan apakah: a. Rencana yang matang telah dikembangkan untuk mencapai hasil
yang diinginkan, b. Terdapat struktur yang memadai tentang wewenang dan tanggung
jawab manajemen,c. Manajemen telah secara jelas mengkomunikasikan ekspektasinya
kepada pihak-pihak yang bertanggungjawab atas operasi dan d. Pelaksanaan diawasi
dan dievaluasi secara regular denga menggunakan kriteria yang memadai sehingga
varian dari rencana dapat dideteksi dan dikoreksi tepat pada waktunya.
2. Special Studies

Telaah yang diarahkan untuk mencapai kesesuaian terhadap spesifikasi


tertentu sesuai dengan permintaan. Sebagi contoh, special studies mungkin dilaksanakan
untuk: a. Penelitian mengenai dugaan terjadinya kesalahan atau kecurangan, b. Menilai
kecukupan pengendalian internal dalam sistem informasi manajemen atau sistem
akuntansi yang ditetapkan, c. Konsultasi dengan manajemen berkaitan dengan masalah
keuangan khusus atau berkaitan dengan masalah kinerja, dan d. Mengevaluasi
penggunaan dana untuk kegiatan investasi yang mungkin berpengaruh terhadap operasi
organisasi di masa mendatang.

D. Standar Audit Pemerintahan (SAP) Tahun 1995


Sejauh ini, audit kinerja terhadap lemabaga-lembaga pemerintahan diIndonesia
dilakukan dengan berpedoman pada Standar AuditPemerintahan (SAP) yang dikeluarkan
oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tahun 1995. SAP tersebut merupakan buku standar
untuk melakukan audit atas semua kegiatan pemerintah yang meliputi pelaksanaan APBN,
APBD, dan pelaksanaan anggaran tahunan BUMN dan BUMD atau badan hukum lain yang
di dalamnya terdapat kepentingan keuangan negara atau yang yang menerima bantuan
pemerintah.

1. Standar Umum

a. Staf yang ditugasi untuk melaksanakan audit harus secara kolektif memiliki kecakapan
professional yang memadai untuk tugas yang disyaratkan.

b. Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan audit, organisasi/lembaga audit
dan auditor, baik pemerintah maupun akuntan publik, harus independen (secara
organisasi maupun secarapribadi), bebas dari gangguan independensi yang bersifat
pribadi dan yang di luar pribadinya (ekstern), yang dapat mempengaruhi
independensinya, serta harus dapat mempertahankan sikap danpenampilan yang
independen.

c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusutan laporannya, auditor wajib menggunakan


kemahiran profesionalnya secara cermat danseksama.

d. Setiap organisasi/lembaga audit yang melaksanakan audit yangberdasarkan


SAP ini harus memiliki sistem pengendalian intern
yangmemadai, dan sistem pengendalian mutu tersebut harus di-reviewoleh pihak
lain yang kompeten (pengendalian mutu ekstern).
2. Standar pekerjaan Lapangan Audit Kinerja

Standar pekerjaan lapangan untuk audit kinerja terdiri atas tiga


hal,yaitu:

a. Perencanaan

Pekerjaan harus direncanakan secara memadai.

b. Supermisi

Staf harus diawasi (disupervisi) dengan baik.

c. Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan

Apabila hukum, peraturan perundang-undangan, dan persyaratan kepatuhan lainnya


merupakan hal yang signifikan bagi tujuanaudit,auditor harus merancang audit
tersebut untuk memberikan keyakinan yang memadai mengenai kepatuhan tersebut.
Dalam semuaauditkinerja, auditor harus waspada terhadap situasi atau transaksi yang
dapat merupakan indikasi adanya unsur perbuatan melanggar/melawan hukum atau
penyalahgunaan wewenang.

d. Pengendalian Manajemen

Auditor harus benar-benar memahami pengendalian manajemen yang relevan


dengan audit. Apabila pengendalian manajemen signifikan terhadap tujuan audit,
maka auditor harus memperoleh bukti yang cukup untuk mendukung
pertimbangannya mengenaipengendalian tersebut.

3. Standar Pelaporan Audit Kinerja

Standar pelaporan audit kinerja berisi lima hal, yaitu:

a. Bentuk

Auditor harus membuat laporan audit secara tertulis untuk dapat mengkomunikasikan
hasil setiap audit.

b. Ketepatan Waktu

Auditor harus dengan semestinya menerbitkan laporan untuk menyediakan informasi


yang dapat digunakan secara tepat waktuoleh manajemen dan pihak lain yang
berkepentingan.

c. Isi Laporan

Standar pelaporan ketiga untuk audit kinerja mencakup isi laporan. Isi laporan audit
meliputi:
1) Tujuan,Lingkup, dan Metodologi Audit Auditor harus melaporkan tujuan, lingkup,
dan metodologi audit.

2) Hasil Audit

Auditor harus melaporkan temuan audit yang signifikan, dan jikamungkin


melaporkan kesimpulan auditor.

3) Rekomendasi

Auditor harus menyampaikan rekomendasi untuk melakukan tindakan perbaikan


atas bidang yang bermasalah dan untukmeningkatkan pelaksanaan kegiatan
entitas yang diaudit.

4) Pernyataan Standar Audit

Auditor harus melaporkan bahwa audit dilaksanakan berdasarkan Standar Audit


Pemerintahan.

5) Kepatuhan terhadap peratuaran perundang-undangan.

6) Ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan penyalahgunaan


wewenang.

7) Pelaporan secara langsung tentang unsur perbuatan melanggar/melawan hukum.

8) Pengendalian manajemen.

9) Tanggapan pejabat yang bertanggung jawab.

10) Hasil/prestasi kerja yang patut dihargai.

11) Hal yang memerlukan penelaahan lebih lanjut.

12) Informasi istimewa dan rahasia

d. Penyajian Laporan

Laporan harus lengkap, akurat, obyektif, meyakinkan, serta jelas dan ringkas
sepanjang hal ini dimungkinkan.

e. Distribusi Laporan

Laporan tertulis audit diserahkan oleh organisasi/lembaga audit kepada:

1) Pejabat yang berwenang dalam organisasi pihak yang diaudit,

2) Kepada pejabat yang berwenang dalam organisasi pihak yang meminta audit,
termasuk organisasi luar yang memberikan dana, kecuali jika peraturan
perundang-undangan melarangnya,

3) Kepada pejabat lainyang mempunyai tanggung jawab untuk melakukan tindak


lanjut berdasarkan temuan dan rekomendasi audit, dan
4) Kepada pihak lainyang diberi wewenang oleh entitas yang diaudit untuk menerima
laporan tersebut.

4. Contoh Kasus

a. Unibank

Untuk melihat bahwa laporan keuangan seringkali misleading untuk


menilai keadaan suatu perusahaan, dapat dilihat dari fakta penutupan Bank Unibank.
Bank yang berdiri sejak tahun 1967 tersebut pada Maret 1999 oleh Bank Indonesia
dimasukkan ke dalam bank kategori A. Bank ini telah memenuhi Ratio Kecukupan
Modal (CAR) yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Pada tahun 1997 bank ini
mencatat laba Rp13 milyar. Pada tahun 1998 sebagai puncak dari krisis perbankan
dan moneter yang melanda Indonesia, bank ini mengalami kerugian yang cukup besar
yakni Rp436 milyar. Pada tahun 1999 bank ini membukukan laba sebesar Rp55
milyar. Pada tahun 2000 prestasi labanya masih lumayan. Namun tanpa ada informasi
yang lengkap, maka (bagi masyarakat awam) tiba-tiba saja bank ini ditutup oleh
pemerintah. Sepintas bank ini mencatat kinerja yang lumayan baik. Hal ini juga dapat
dilihat dari kategori bank yang diperoleh oleh Unibank. Masyarakat tidak tahu atau
tidak diberitahu dengan informasi yang cukup tentang kinerja bank. Jika kinerja bank
ini dilihat dari laporan keuangan saja kelihatan cukup baik, tapi kita tidak tahu
seberapa ekonomis, efisien dan efektifnya bank ini bekerja. Akibatnya cukup jelas,
masyarakat kembali dirugikan dengan ditutupnya bank tersebut.

b. BUMN

Beberapa waktu yang lalu banyak media massa yang memberitakan


bahwa kinerja kebanyakan BUMN payah. Dari lima BUMN yang diteliti oleh beberapa
akuntan publik lokal dan asing ditemukan rugi efisiensi sebesar Rp24,5 triliun dan
potensi rugi yang jumlahnya mencapai Rp7,3 triliun dan USD 698 juta. Temuan ini
tentu sangat menyesakkan dada karena gambaran perusahaan-perusahaan publik
yang beroperasi sekehendak hatinya tanpa memperhatikan kelayakan ekonomis,
efisiensi dan efektivitas sangat jelas tergambar. Lima BUMN tersebut adalah PT.
PELINDO II, PT. JASA MARGA, PT. PTPN IV, PT. GARUDA INDONESIA dan PT.
TELKOM. Masyarakat benar-benar dirugikan. Ada dua jenis kerugian yang dirasakan
masyarakat, pertama, yakni masyarakat yang menggunakan jasa perusahaan
tersebut karena masyarakat harus membayar inefisiensi yang dilakukan oleh
manajemen perusahaan. Kedua, masyarakat luas karena bagaimanapun BUMN
tersebut dibiayai dari uang negara yang notabene itu adalah uang rakyat yang
dipungut dari pajak. Masyarakat juga harus membayar inefisiensi yang dinikmati oleh
sekelompok orang dari perusahaan publik tersebut. Kebiasaan untuk mengungkapkan
kepada publik kinerja perusahaan seperti ini merupakan awal yang baik karena
masyarakat memperoleh informasi lain selain informasi laporan keuangan.
Diharapkan manajemen perusahaan tidak sekenanya mengelola perusahaan. Namun
karena informasi yang diungkapkan oleh kementerian BUMN tersebut merupakan
“proyek” Letter of Intent dengan IMF, maka kesinambungan penyampaian informasi
kinerja operasional perusahaan ini masih dipertanyakan karena bisa jadi hanya
sekedar memenuhi LoI tersebut. Sebenarnya dari sisi teoritis, kegiatan ini dinamakan
audit kinerja. Jenis audit yang telah dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik yang
bekerjasama dengan Kantor Akuntan Publik Asing tersebut selama ini tidak sepopuler
audit laporan keuangan yakni audit kinerja (performance audit). Audit kinerja ini
sepengetahuan penulis telah dilakukan di Australia dengan adanya Australian
Standard Auditing AUP 33 yang berlaku sejak 1993. Bagaimana audit kinerja itu
sesungguhnya?

E. Audit Kinerja Pemerintah Daerah Dalam Konteks Otonomi Daerah

Terdapat tiga aspek utama yang mendukung terciptanya ke pemerintahan yang


baik (good governance), yaitu pengawasan, pengendalian, dan pemeriksaan. Ketiga hal
tersebut pada dasarnya berbeda baik konsepsimaupun aplikasinya. Pengawasan mengacu
pada tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh pihak luar eksekutif (yaitu masyarakat dan
DPR/DPRD) untuk mengawasi kinerja pemerintahan. Pengendalian (control) adalah
mekanisme yang dilakukan oleh eksekutif (pemerintah) untuk menjamin dilaksanakannya
sistem dan kebijakan manajemen sehingga tujuan organisasi tercapai. Pemeriksaan (audit)
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak yang memiliki independensi dan memiliki
kompetensi professional untuk memeriksa apakah hasil kinerja pemerintah telah sesuai
dengan standar kinerja yang ditetapkan.

F. Permasalahan Audit Kinerja Lembaga Pemerintahan Di Indonesia

Pemberian otonomi dan desentralisasi yang luas, nyata, dan bertanggungjawab


kepada daerah kabupaten/kota akan membawa konsekuensi perubahan pada pola dan
sistem pengawasan dan pemeriksaan. Perubahan-perubahan tersebut juga memberikan
dampak pada unit-unit kerja pemerintah daerah, seperti tuntutan kepada pegawai/aparatur
pemerintah daerah untuk lebih terbuka, transparan, dan bertanggung jawab atas keputusan
yang dibuat.

Perubahan pola pengawasan yang mendasar adalah dengan diberinya


keleluasaan kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya
sendiri, maka diperlukan peningkatan peran DPRD dan masyarakat luas dalam pengawasan
penyelengaraan pemerintahan, karena nantinya Kepala Daerah bertanggung jawab kepada
DPRD dan masyarakat. Reposisi Lembaga Pemeriksa Otonomi dan desentralisasi fiscal
memberikan keleluasaan bagi pemerintah daerah dalam melakukan pengelolaan keuangan
daerah. Salah satu yang harus diantisipasi adalah kemungkinan terjadinya perpindahan
penyelewengan dan KKN dari pemerintah pusat ke daerah. Kasus dibeberapa Negara
berkembang menunjukkan bahwa pemberian otonomidaerah dan desentralisasi yang terlalu
cepat tanpa pengawasan yang cukup justru meningkatkan korupsi daerah. Salah satu cara
untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan mengoptimalkan fungsi pengawasan oleh
DPRD.

Harus disadari bahwa saat ini masih terdapat beberapa kelemahan dalam
melakukan audit pemerintahan di Indonesia. Kelemahan pertama bersifat inherent,
sedangkan kelemahan kedua bersifat struktual. Pertama adalah tidak tersediannya indikator
kinerja (performance indikator) yang memadai sebagai dasar utnuk mengukur kinerja
pemerintah daerah.Kedua, terkait dengan masalah struktur lembaga pemeriksa pemerintah
pusat dan daerah di Indonesia. Permasalahan yang ada adalah banyaknya lembaga
pemeriksa fungsional yang overlapping satu dengan lainnya yang menyebabkan pelaksanaan
pengauditan tidak efisien dan tidak efektif.

Untuk menciptakan lembaga audit yang efisien dan efektif, maka diperlukan
reposisi terhadap lambaga audit yang ada. Reposisi yang dimaksud berupa pemisahan tugas
dan fungsi yang jelas dari lembaga-lembaga pemeriksa pemerintah tersebut, apakah auditor
internal atauauditor eksternal. Auditor internal adalah audit yang dilakukan oleh unit
pemeriksa yang merupakan bagian dari organisasi yang diawasi. Sedangkan auditor
eksternal adalah audit yang dilakukan oleh unit pemeriksa yang berada diluar organisasi yang
diperiksa. Lembaga pemeriksa eksternal tersebut merupakan lembaga pemeriksa yang
independen.

Reposisi lembaga pemeriksa tersebut akan efektif apabila semua lembaga


pemeriksa yang ada melaksanakan fungsi dan kewenangannyasecara baik. Reposisi
lembaga pemeriksa merupakan salah satu carauntuk memberdayakan lembaga pemeriksaan
Negara yang beberapawaktu yang lalu mengalami distorsi. Jika lembaga pemeriksa telah
ditata ulang, dan standar auditing pemerintahan secara lebih baik.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Value for money merupakan sesuatu yang menilai apakah suatu organisasi telah
memperoleh tujuan yang diharapkan atau belum dalam kaitanya dengan pengelolaan
keuangan. Reformasi penataan keuangan negara saat ini menghendaki penerapan
konsep value for money atau yang lebih dikenal degan konsep 3E (Ekonomi, Efisien, dan
Efektif). Tujuan value for money audit adalah untuk meningkatkan akuntabilitas lembaga
sektor publikdan untuk perbaikan kinerja pemerintah. Audit kinerja yang meliputi audit
ekonomi, efisiensi, dan efektivitas, pada dasarnya merupakan perluasan dari audit keuangan
dalam hal tujuan dan prosedurnya. Salah satu hal yang membedakan VFM audit dengan
conventional audit adalah dalam hal laporan audit. Dalam audit yang konvensional, hasil audit
adalah berupa pendapat (opini) auditor secara independen dan obyektif tentang kewajaran
laporan keuangan sesuai dengan criteria yang telah ditetapkan, tanpa pemberian
rekomendasi perbaikan. Sedangkan dalam VFM audit tidak sekedar menyampaikan
kesimpulan berdasarkan tahapan audit yang telah dilaksanakan, akan tetapi juga dilengkapi
dengan rekomendasi untuk perbaikan di masa mendatang.

B. Saran

Dalam penyusunan makalah ini sudah selesai, kelompok kami sebagai penyusun
membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan
makalah ini dan kesempurnaan pembuatan makalah–makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Boynton, Raymond N, Johnson and Walter G Kell. 2001. Modern Auditing : 7th Edition. New
York : John Willey and Sons, Inc.

Effendi, Antonius. 2004. Peranan Audit Operasional dalam Menunjang Efektivitas Penjualan.

http://yosipratamaputra.blogspot.co.id/2012/04/value-for-money.html,diakses 6 Juli
2016. http://www.spkn.bpk.go.id

Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. CV ANDI Yogyakarta. Yogyakarta.

Nurbachtiar. 2002. Audit Kinerja : Sebuah Keharusan bagi Perusahaan Publik. UGM : Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Sektor Publik.
MAKALAH
VALUE FOR MONEY
Mata Kuliah : Akuntansi Sektor publik
Dosen Pengampu : Basuki SE.MM

Disusun oleh :
Nama : Ridha Laelatul Silvi
NIM : 18031095
Kelas : 3J D3 Akuntansi

POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA


Jl.Mataram No.9 Tegal 52142
Telp : (0283)352000 Fak : (0283)353353
Website : www.poltektegal.ac.id

Anda mungkin juga menyukai