Anda di halaman 1dari 10

ISTILAH ISTILAH ANATOMI DALAM TUBUH MANUSIA

Tengkorak otak = Neurocranium


1. Tulang Dahi = Os Prontale 11. Tulang Langit – langit = Os Galatinum
2. Tulang Baji = Os Sphnoidale 12. Tulang Hidung = Os Nasale
3. Tulang Tapis = Os Ethmoidale 13. Tulang Air Mata = Os Lacrimale
4. Tulang pelipis = Os Temporale
5. Tulang Ubun-ubun = Os Parictale
6. Tulang Belakang Kepala = Os Oceipitale
7. Tengkorak Bawah = Splanco Crani
8. Tulang Rahang Atas = Os Maxilare
9. Tulang Rahang Bawah = Os Mandibulare
10. Tulang Pipi = Os Zygamatica

Badan = The Trunk


1. Tulang Belaka = Columna Vertebralis
2. Tulang Leher = Vertebrae Cervicalis
3. Tulang Punggung = Vertebrae Thoroclas
4. Tulang Pinggang = Vertebrae Lumbalis
5. Tulang Belakang Bersatu = Vertebrae Sacralis = Os Sacrum
6. Tulang Ekor Bersatu = Vertebrae Cocygales = Cocygis
7. Tukang Dada = Sternum
8. Hulu = Manubrium Sternum
9. Badan = Corpus Sternum
10. Taju Pedang = Processus Xiphoideus
11. Tulang Rusuk = Costae
12. Iga Sejati = Costae Varae
13. Iga Pasu = 8-10 = Costae Sporiare
14. Iga Melayang = 11 – 12 = Costae Fluctuantes

Anggota = Extermitas
1. Tangan (Lengan Atas) = Humerus
2. Lengan Bawah – Lengan Hasta = Ulna
3. Tulangn Pengumpil = Radius
4. Pangkal Tangan = Carpus
5. Tapak Tangan = Meta Carpus
6. Jari = Phalangus

Kaki = Pedis
1. Tulang Paha = Femor
2. Tempurung Lutut = Patela
3. Tulang Kering = Tibia
4. Tulang Betis = Fibula
5. Pangkal Kaki = Tarsus
6. Ruas Jari = Phalangus
7. Tapak Kaki = Meta Tarsus
8. Tulang Loncat = Talus
9. Tulang Tumit = Calcaneus
10. Tulang Dada = Os Cubeudeus
11. Kapal = Os Naviculare

Panggul = Pelvis
1. Tulang Pangkal Paha = Os Cocae
2. Tulang Kemaluan = Os Pubis
3. Tulang usus = Os Ilium
4. Tulang Duduk = Os Ischium
5. Tulang Belakang = Os Sacrum
6. Tulang Tungging = Os Cocygis

Otot = Musculus
1. Otot Pundak Kepala = Galea
2. Otot Dahi = Musculus Frontalis
3. Otot Belakang Kepala = Musculus Occipitalis
4. Otot Pelipis = Musculus Temporalis
5. Otot Lingkar Mulut = Musculus Orbicuralis Oris
6. Otot Lingkar Mata = Musculus Orbicuralis Oculi
7. Otot Kelopak Mata = Musculus Levator Palpebralis Oculi
Istilah Letak / Sikap Anatomi
1. Superior = Bagian Atas 21. Kranial = Bagian Kepala
2. Inferrior = Bagian Bawah 22. Kaudal = Bagian Ekor
3. Anterior = Bagian Depan 23. Transversal = Melintang
4. Posterior = Bagian Belakang 24. Longitudinal = Membujur
5. Internal = Bagian Dalam
6. Eksternal = Bagian Luar
7. Dekstra = Bagian Kanan
8. Sinistra = Bagian Kiri
9. Lateral = Bagian Samping
10. Medical = Bagian Tengah
11. Sentral = Bagian Pusat
12. Perifer = Bagian Tepi
13. Profunda = Dalam
14. Suoerfisial = Dangkal / Mendekat
15. Asendens = Bagian yang naik
16. Desendens = Bagian yang Turun
17. Ventral = Bagian Depan Ruas tulang Belakang
18. Dorsal = Bagian Belakang Ruas Tulang Belakang
19. Viseral = Selaput Bagian Dalam
20. Parietal = Selaput Bagian Luar

Istilah Lain
1. Proksimal = Mendekati Batang Tubuh
2. Palmar = Kearah Palmaris Manusia (Anggota Gerak Atas)
3. Distal = Menjauhi Batang Tubuh
4. Plantral = Kearah Plantar Pedis (Anggota Gerak Bawah)
5. Ulnar = Kearah Ulna (Tulang Hasta)
6. Radial = Kearah Radius (Tulang Pengumpil)
7. Tibial = Kearah Tibia (Tulang Kering)
8. Fibular = Kearah Fibula (Tulang Betis)

Garis – garis Dalam Sikap Anatomi


1. Vertikal = Garis yang membagi bagian dekstra dan sinistra
2. Horizontal = Garis yang membagi bagian posterior dan inferior

Arah – arah Gerakan


1. Heksio = Membengkokan / Melipat Sendi
2. Ekstensio = Gerakan Menjauhi badan atau tubuh
3. Rotasio = Gerakan memutar sendi
4. Sirkumuksio = Gerakan sirkular atau pergerakan gabungan fleksi, ekstensio, abduksio.
5. Adduksio = Mendekati

Istilah Ilmu yang Mempelajari Bagian Tubuh Tertentu


1. Osteology = Ilmu yang mempelajari tentang tulang (Penyakit Tulang)
2. Antrologi = Ilmu yang mempelajari tentang sendi (Penyakit Sendi)
3. Miologi = Ilmu yang mempelajari tentang Persarafan
4. Kardiologi = Ilmu yang mempelajari tentang Jantung
5. Gastrologi = Ilmu yang mempelajari tentang saluran pencernaan terutama lambung dan usus
6. Oftamologi = Ilmu yang mempelajari tentang kulit

RANGE OF MOTION (ROM)

1. Pengertian
ROM (Range of Motion) adalah jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada salah satu dari
tiga potongan tubuh, yaitu sagital, transversal, dan frontal. Pengertian ROM lainnya adalah latihan gerakan
sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-masing
persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif.
Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki
tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan
massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005).
Range of motion adalah gerakan dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh sendi yang bersangkutan (Suratun,
dkk, 2008). Latihan range of motion (ROM) merupakan istilah baku untuk menyatakan batas atau batasan
gerakan sendi yang normal dan sebagai dasar untuk menetapkan adanya kelainan ataupun untuk menyatakan
batas gerakan sendi yang abnormal (Arif, M, 2008).
 Garis Potongan Pada Tubuh
1. Potongan sagital, yaitu garis yang melewati tubuh dari depan ke belakang, membagi tubuh menjadi
bagian kiri dan kanan.
2. Potongan transversal, yaitu garis horizontal yang membagi tubuh menjadi bagian atas dan bawah.
3. Potongan frontal, yaitu melewati tubuh dari sisi ke sisi dan membagi tubuh menjadi bagian depan dan
belakang.
2. Tujuan ROM
1. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibiltas dan kekuatan otot
2. Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan
3. Mencegah kekakuan pada sendi
3. Manfaat ROM
a. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan pergerakan
b. Mengkaji tulang, sendi,dan otot
c. Mencegah terjadinya kekakuan sendi
d. Memperlancar sirkulasi darah
e. Memperbaiki tonus otot
f. Meningkatkan mobilisasi sendi
g. Memperbaiki toleransi otot untuk latih
4. Jenis – Jenis ROM
ROM itu ada dua jenis, yaitu :
a. ROM Aktif, yaitu gerakan yang dilakukan oleh seseorang (pasien) dengan menggunakan energi sendiri.
Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri
sesuai dengan rentang gerak sendi normal (klien aktif). Keuatan otot 75 %. Hal ini untuk melatih kelenturan
dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif .
b. ROM Pasif, yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal dari orang lain (perawat) atau alat mekanik.
Perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang normal (klien pasif).
Kekuatan otot 50 %. Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan
keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri,
pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total (suratun, dkk, 2008). Rentang gerak
pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain
secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.
5. Jenis Gerakan
Macam-macam gerakan ROM, yaitu:
a. Fleksi, yaitu berkurangnya sudut persendian.
b. Ekstensi, yaitu bertambahnya sudut persendian.
c. Hiperekstensi, yaitu ekstensi lebih lanjut.
d. Abduksi, yaitu gerakan menjauhi dari garis tengah tubuh.
e. Adduksi, yaitu gerakan mendekati garis tengah tubuh.
f. Rotasi, yaitu gerakan memutari pusat dari tulang.
g. Eversi, yaitu perputaran bagian telapak kaki ke bagian luar, bergerak membentuk sudut persendian.
h. Inversi, yaitu putaran bagian telapak kaki ke bagian dalam bergerak membentuk sudut persendian.
i. Pronasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan bergerak ke bawah.
j. Supinasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan bergerak ke atas.
k. Oposisi, yaitu gerakan menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada tangan yang sama.
6. Sendi Yang Digerakan
a. ROM Aktif : Seluruh tubuh dari kepala sampai ujung jari kaki oleh klien sendri secara aktif.
b. ROM Pasif : Seluruh persendian tubuh atau hanya pada ekstremitas yang terganggu dan klien tidak mampu
melaksanakannya secara mandiri.
 Leher (fleksi/ekstensi, fleksi lateral)
 Bahu tangan kanan dan kiri ( fkesi/ekstensi, abduksi/adduksi, Rotasi bahu)
 Siku tangan kanan dan kiri (fleksi/ekstensi, pronasi/supinasi)
 Pergelangan tangan (fleksi/ekstensi/hiperekstensi, abduksi/adduksi)
 Jari-jari tangan (fleksi/ekstensi/hiperekstensi, abduksi/adduksi, oposisi)
 Pinggul dan lutut (fleksi/ekstensi, abduksi/adduksi, rotasi internal/eksternal)
 Pergelangan kaki (fleksi/ekstensi, Rotasi)
 Jari kaki (fleksi/ekstensi)
7. Indikasi
a. Stroke atau penurunan tingkat kesadaran
b. Kelemahan otot
c. Fase rehabilitasi fisik
d. Klien dengan tirah baring lama
8. Kontra Indikasi
a. Trombus/emboli pada pembuluh darah
b. Kelainan sendi atau tulang
c. Klien fase imobilisasi karena kasus penyakit (jantung)
9. Attention
a. Monitor keadaan umum klien dan tanda-tanda vital sebelum dan setelah latihan
b. Tanggap terhadap respon ketidak nyamanan klien
c. Ulangi gerakan sebanyak 3 kali
10. Gerakan ROM
Berdasarkan bagian tubuh, yaitu :
a. Leher
 Fleksi : menggerakkan dagu menempel ke dada.
 Ekstensi : mengembalikan kepala ke posisi tegak.
 Hiperekstensi : menekuk kepala ke belakang sejauh mungkin.
 Fleksi lateral : memiringkan kepala sejauh mungkin kearah setiap bahu.
 Rotasi : memutar kepala sejauh mungkin ke arah setiap bahu.

b. Bahu
 Fleksi : menaikkan lengan dari posisi di samping tubuh ke depan ke posisi diatas kepala.
 Ekstensi : mengembalikan lengan ke posisi di samping tubuh.
 Hiperekstensi : menggerakkan lengan ke belakang tubuh, siku tetap lurus.
 Abduksi : menaikkan lengan ke posisi samping diatas kepala dengan telapak tangan jauh dari kepala
 Adduksi : menurunkan lengan ke samping dan menyilang tubuh sejauh mungkin.
 Rotasi dalam : dengan siku fleksi, memutar bahu dengan menggerakkan lengan sampai ibu jari menghadap
ke dalam dan ke belakang
 Rotasi luar : dengan siku fleksi, menggerakkan lengan sampai ibu jari ke atas dan samping kepala.
 Sirkumduksi : menggerakan lengan dengan gerakan penuh.

c. Siku
 Fleksi : menekuk siku sehingga lengan bawah bergerak ke depan sendi bahu dan tangan sejajar bahu.
 Ekstensi : meluruskan siku dengan menurunkan lengan.

d. Lengan Bawah
 Supinasi : memutar lengan bawah dan tangan sehingga telapak tangan menghadap ke atas
 Pronasi : memutar lengan bawah sehingga telapak tangan menghadap ke bawah

e. Pergelangan Tangan
 Fleksi : menggerakkan telapak tangan ke sisi bagian dalam lengan bawah
 Ekstensi : menggerakkan jari-jari sehingga jari-jari, tangan dan lengan bawah berada dalam arah yang
sama
 Hiperekstensi : membawa permukaan tangan dorsal ke belakang sejauh .mungkin.
 Abduksi : menekuk pergelangan tangan miring ke ibu jari
 Adduksi : menekuk pergelangan tangan miring ke arah lima jari
f. Jari-Jari Tangan
 Fleksi : membuat genggaman
 Ekstensi : meluruskan jari-jari tangan
 Hiperekstensi : menggerakkan jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin
 Abduksi : meregangkan jari-jari tangan yang satu dengan yang lain
 Adduksi : merapatkan kembali jari-jari tangan

g. Ibu Jari
 Oposisi : menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada tangan yang sama.

h. Pinggul
 Fleksi : menggerakkan tungkai ke depan dan ke atas
 Ekstensi : menggerakkan kembali ke samping tungkai yang lain
 Hiperekstensi : menggerakkan tungkai ke belakang tubuh
 Abduksi : menggerakkan tungkai ke samping menjauhi tubuh
 Adduksi : menggerakkan kembali tungkai ke posisi medial dan melebihi jika mungkin
 Rotasi dalam : memutar kaki dan tungkai ke arah tungkai lain
 Rotasi luar : memutar kaki dan tungkai menjauhi tungkai lain
 Sirkumduksi : menggerakkan tungkai memutar

i. Kaki
 Inversi : memutar telapak kaki ke samping dalam (medial)
 Eversi : memutar telapak kaki ke samping luar (lateral)

j. Jari-Jari Kaki
 Fleksi : melengkungkan jari-jari kaki ke bawah
 Ekstensi : meluruskan jari-jari kaki
 Abduksi : merenggangkan jari-jari kaki satu dengan yang lain
 Adduksi : merapatkan kembali bersama-sama.

Penilaian Kekuatan Otot Pasien dengan menggunakan skala 0-5

Pemeriksaan kekuatan otot adalah suatu cara yang dilakukan oleh seorang petugas kesehatan untuk menilai kekuatan
otot seseorang setelah mengalami suatu cidera ataupun stroke.

Pasien dianggap membutuhkan penilaian kekuatan otot apabila :

1. Pasien terindikasi telah mengalami stroke


2. Pasien yang telah mengalami trauma seperti habis kecelakaan
3. Pasien trauma kapitis atau trauma kepala
CARA PEMERIKSAAN KEKUATAN OTOT DAN NILAINYA

Cara pemeriksaan kekuatan otot:


1. Minta klien untuk berdiri, amati struktur rangka dan perhatikan adanya kelainan dan deformitas.
2. Amati adanya kontraktur dengan meminta klien untuk menggerakkan persendian ekstremitas.
3. Minta klien merentangkan kedua lengan kedepan, amati adanya tremor, ukuran otot (atropi, hipertropi), serta
ukur lingkar ekstremitasnya (perbedaan >1cm dianggap bermakna). Palpasi otot untuk memeriksa apakah ada
kelainan otot.
4. Sternocleidomastoideus: klien menengok ke salah satu sisi dengan melawan tahanan tangan pemeriksa.
5. Trapezius: letakkan kedua tangan pada bahu klien, minta klien menaikkan bahu melawan tahanan tangan
pemeriksa.
6. Deltoideus: minta klien mengangkat kedua lengan dan melawan dorongan tangan pemeriksa ke arah bawah.
7. Otot panggul: posisikan klien telentang dengan kedua tungkai ekstensi, letakkan tangan di antara kedua lutut
klien, minta klien mengangkat salah satu tungkai, dorong tungkai kebawah.
8. Abduksi panggul:posisikan klien telentang dengan kedua tungkai ekstensi, letakkan tangan pada permukaan
lateral masing-masing lutut klien, minta klien meregangkan kedua tungkai, melawan tahanan pemeriksa.
9. Adduksi panggul: posisikan klien telentang dengan kedua tungkai ekstensi, letakkan tangan di antara kedua lutut
klien, minta klien mengangkat salah satu tungkai, minta klien merapatkan kedua tungkai melawan tahanan
pemeriksa. Palpasi otot untuk memeriksa apakah ada kelainan otot, kekuatan otot.
10. Bisep: minta klien merentangkan kedua lengan dan mencoba memeluknya, pemeriksa menahan lengan agar
tetap ekstensi.
11. Trisep: minta klien menekuk kedua lengan dan mencoba merentangkannya melawan usaha pemeriksa untuk
membuat lengan klien tetap fleksi
12. Otot pergelanagan tangan dan jari-jari : minta klien merengangkan kelima jari dan melawan usaha pemeriksa
untuk mengumpulkan kelima jari.
13. Kekuatan genggaman: minta klien menggenggam jari telunjuk dan jari tengah pemeriksa, tarik kedua jari dari
genggaman klien.
14. Hamstring: posisikan klien telentang, kedua lutut ditekuk minta klien meluruskan tungkai melawan tahan
pemeriksa
15. Kuadrisep: posisikan klien telentang,lutut setengah ekstensi,klien menahan usaha pemeriksa untuk
memfleksikan lutut
16. Otot mata kaki dan kaki : minta klien melawan usaha pemeriksa untuk mendorsofleksikan kakinya dan kembali
melawan usaha pemeriksa untuk memfleksikan kakinya.
17. Palpasi tulang ekstremitas dan setiap persendian untuk menemukan area yang mengalami edema atau nyeri
tekan, tungka, bengkak, krepitasi, dan nodul.

Pemeriksaan kekuatan otot dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :

1. Pasien disuruh menggerakan ekstermitas atau badannya dan petugas kesehatan menahan gerakan pasien
tersebut
Skala Kekuatan Otot Dengan Metode ini :
Skala Nilai Keterangan
Normal 5/5 Mampu menggerakkan
persendian dalam lingkup
gerak penuh, mampu melawan
gaya gravitasi, mampu
melawan dengan tahan penuh
Baik 4/5 Mampu menggerakkan
persendian dengan gaya
gravitasi, mampu melawan
dengan tahan sedang
Sedang 3/5 Hanya mampu melawan gaya
gravitasi
Buruk 2/5 Tidak mampu melawan gaya
gravitasi (gerakkan pasif)
Sedikit 1/5 Kontraksi otot dapat di palpasi
tanpa gerakkan persendian
Tidak ada 0/5 Tidak ada kontraksi otot

2. Pasien disuruh menggerakan ekstermitas atau bagian dari badannya dan pasien disuruh menahannya selama
beberapa waktu
Skala Keterangan
Skala 0 Otot sama sekali tidak mampu bergerak,
tampak berkontraksi, apabila lengan/tungkai
dilepaskan, akan jatuh 100% pasif
Skala 1 Tampak kontraksi atau ada sedikit gerakan dan
ada tahanan sewaktu jatuh
Skala 2 Mampu menahan tegak yang berarti mampu
menahan gaya gravitasi (saja), tapi dengan sent
Sentuhan akan jatuh
Skala 3 Mampu menahan tegak walaupun sedikit
didorong tapi tidak mampu melawan
tekan/dorongan dari pemeriksa
Skala 4 Kekuatan kurang dibandingkan sisi lain
Skala 5 Kekuatan otot utuh

MACAM-MACAM POSISI PASIEN

1. Posisi Fowler
Pengertian : Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala tempat tidur lebih
tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi
pernapasan pasien.
Tujuan
1. Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi.
2. Meningkatkan rasa nyaman
3. Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya ekspansi dada dan ventilasi paru.
4. Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang menetap.
Indikasi
1. Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan
2. Pada pasien yang mengalami imobilisasi
Alat dan bahan :
1. Tempat tidur khusus
2. Selimut
Cara kerja :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Dudukkan pasien
3. Berikan sandaran atau bantal pada tempat tidur pasien atau aturr tempat tidur.
4. Untuk posisi semifowler (30-45˚) dan untuk fowler (90˚).
5. Anjurkan pasien untuk tetam berbaring setengah duduk.

2. Posisi semi fowler


Pengertian : Semi fowler adalah sikap dalam posisi setengah duduk 15-60 derajat
Tujuan
1. Mobilisasi
2. Memerikan perasaan lega pada klien sesak nafas
3. Memudahkan perawatan misalnya memberikan makan

Cara / prosedur :
1. Mengangkat kepala dari tempat tidur ke permukaan yang tepat ( 45-90 derajat)
2. Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan kepala klien jika tubuh bagian atas klien lumpuh
3. Letakan bantal di bawah kepala klien sesuai dengan keinginan klien, menaikan lutut dari tempat tidur yang
rendah menghindari adanya teknan di bawah jarak poplital ( di bawah lutut )

3. Posisi Sim
Definisi : Posisi Sim adalah posisi miring ke kanan atau ke kiri, posisi ini dilakukan untuk memberi
kenyamanan dan memberikan obat melalui anus (supositoria).
Tujuan :
1. Mengurangi penekanan pada tulang secrum dan trochanter mayor otot pinggang
2. Meningkatkan drainage dari mulut pasien dan mencegah aspirasi
3. Memasukkan obat supositoria
4. Mencegah dekubitus
Indikasi :
1. Untuk pasien yang akan di huknah
2. Untuk pasien yang akan diberikan obat melalui anus
Alat dan bahan :
1. Tempat tidur khusus
2. Selimut
Cara kerja :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan ke kiri dengan posisi badan setengah telungkup dan
kaki kiri lurus lutut. Paha kanan ditekuk diarahkan ke dada.
3. Tangan kiri diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kanan diatas tempat tidur.
4. Bila pasien miring ke kanan dengan posisi badan setengan telungkup dan kaki kanan lurus, lutut dan paha
kiri ditekuk diarahakan ke dada.
5. Tangan kanan diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kiri diatas tempat tidur.

4. Posisi Trendelenburg
Definisi : Pada posisi ini pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah daripada bagian
kaki. Posisi ini dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke otak.
Alat dan bahan :
1. Tempat tidur khusus
2. Selimut
Indikasi :
1. Pasien dengan pembedahan pada daerah perut
2. Pasien shock
3. Pasien hipotensi.
Alat dan bahan :
1. Tempat tidur khusus
2. Selimut
Cara kerja :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan ke kiri dengan posisi badan setengan telungkup dan
kaki kiri lurus lutut. Paha kanan ditekuk diarahkan ke dada.
3. Tangan kiri diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kanan diatas tempat tidur.
4. Bila pasien miring ke kanan dengan posisi badan setengan telungkup dan kaki kanan lurus, lutut dan paha
kiri ditekuk diarahakan ke dada.
5. Tangan kanan diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kiri diatas tempat tidur

5. Posisi Dorsal Recumbent


Definisi : Pada posisi ini pasien berbaring terlentang dengan kedua lutut flexi (ditarik atau direnggangkan)
diatas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa genetalia serta pada proses persalinan.
Tujuan : Meningkatkan kenyamanan pasien, terutama dengan ketegangan punggung belakang.
Indikasi :
1. Pasien yang akan melakukan perawatan dan pemeriksaan genetalia
2. Untuk persalinan
Alat dan bahan :
1. Tempat tidur
2. Selimut
Cara kerja :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Pasien dalam keadaan berbaring terlentang, letakkan bantal diantara kepala dan ujung tempat tidur pasien
dan berikan bantal dibawah lipatan lutut
3. Berikan balok penopang pada bagian kaki tempat tidur atau atur tempat tidur khusus dengan meninggikan
bagian kaki pasien.
6. Posisi Litotomi
Definisi : Posisi berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya ke atas bagian perut.
Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia pada proses persalinan, dan memasang alat kontrasepsi.
Indikasi :
1. Untuk ibu hamil
2. Untuk persalinan
3. Untuk wanita yang ingin memasang alat kontrasepsi
Alat dan bahan :
1. Tempat tidur khusus
2. Selimut
Cara kerja:
1. Pasien dalam keadaan berbaring telentang, kemudian angkat kedua paha dan tarik ke arah perut
2. Tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha
3. Letakkan bagian lutut / kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi lithotomic
4. Pasang selimut

7. Posisi Genu pectrocal / Knee chest


Definisi : Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki di tekuk dan dada menempel pada bagian alas
tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa daerah rektum dan sigmoid.
Tujuan : Memudahkan pemeriksaan daerah rektum, sigmoid, dan vagina.
Indikasi :
1. Pasien hemorrhoid
2. Pemeriksaan dan pengobatan daerah rectum, sigmoid dan vagina.
Cara kerja :
1. Anjurkan pasien untuk posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada mencmpel pada kasur tempat
tidur.
2. Pasang selimut pada pasien.

8. Supinasi
Pengertian : Posisi telentang dengan pasien menyandarkan punggungnya agar dasar tubuh sama dengan
kesejajaran berdiri yang baik.
Tujuan : Meningkatkan kenyamanan pasien dan memfasilitasi penyembuhan terutama pada pasien pembedahan
atau dalam proses anestesi tertentu.
Indikasi
1. Pasien dengan tindakan post anestesi atau penbedahan tertentu
2. Pasien dengan kondisi sangat lemah atau koma.
9. Posisi pronasi
Pengertian : Pasien tidur dalam posisi telungkup Berbaring dengan wajah menghadap ke bantal.
Tujuan
1. Memberikan ekstensi maksimal pada sendi lutut dan pinggang
2. Mencegah fleksi dan kontraktur pada pinggang dan lutut.
Indikasi
1. Pasien yang menjalani bedah mulut dan kerongkongan
2. Pasien dengan pemeriksaan pada daerah bokong atau punggung.

10. Posisi lateral


Pengertian : Posisi miring dimana pasien bersandar kesamping dengan sebagian besar berat tubuh berada pada
pinggul dan bahu.
Tujuan :
1. Mempertahankan body aligement
2. Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi
3. Meningkankan rasa nyaman
4. Mengurangi kemungkinan tekanan yang menetap pada tubuh akibat posisi yang menetap.
Indikasi
1. Pasien yang ingin beristirahat
2. Pasien yang ingin tidur
3. Pasien yang posisi fowler atau dorsal recumbent dalam posisi lama
4. Penderita yang mengalami kelemahan dan pasca operasi.

Anda mungkin juga menyukai