Anggota = Extermitas
1. Tangan (Lengan Atas) = Humerus
2. Lengan Bawah – Lengan Hasta = Ulna
3. Tulangn Pengumpil = Radius
4. Pangkal Tangan = Carpus
5. Tapak Tangan = Meta Carpus
6. Jari = Phalangus
Kaki = Pedis
1. Tulang Paha = Femor
2. Tempurung Lutut = Patela
3. Tulang Kering = Tibia
4. Tulang Betis = Fibula
5. Pangkal Kaki = Tarsus
6. Ruas Jari = Phalangus
7. Tapak Kaki = Meta Tarsus
8. Tulang Loncat = Talus
9. Tulang Tumit = Calcaneus
10. Tulang Dada = Os Cubeudeus
11. Kapal = Os Naviculare
Panggul = Pelvis
1. Tulang Pangkal Paha = Os Cocae
2. Tulang Kemaluan = Os Pubis
3. Tulang usus = Os Ilium
4. Tulang Duduk = Os Ischium
5. Tulang Belakang = Os Sacrum
6. Tulang Tungging = Os Cocygis
Otot = Musculus
1. Otot Pundak Kepala = Galea
2. Otot Dahi = Musculus Frontalis
3. Otot Belakang Kepala = Musculus Occipitalis
4. Otot Pelipis = Musculus Temporalis
5. Otot Lingkar Mulut = Musculus Orbicuralis Oris
6. Otot Lingkar Mata = Musculus Orbicuralis Oculi
7. Otot Kelopak Mata = Musculus Levator Palpebralis Oculi
Istilah Letak / Sikap Anatomi
1. Superior = Bagian Atas 21. Kranial = Bagian Kepala
2. Inferrior = Bagian Bawah 22. Kaudal = Bagian Ekor
3. Anterior = Bagian Depan 23. Transversal = Melintang
4. Posterior = Bagian Belakang 24. Longitudinal = Membujur
5. Internal = Bagian Dalam
6. Eksternal = Bagian Luar
7. Dekstra = Bagian Kanan
8. Sinistra = Bagian Kiri
9. Lateral = Bagian Samping
10. Medical = Bagian Tengah
11. Sentral = Bagian Pusat
12. Perifer = Bagian Tepi
13. Profunda = Dalam
14. Suoerfisial = Dangkal / Mendekat
15. Asendens = Bagian yang naik
16. Desendens = Bagian yang Turun
17. Ventral = Bagian Depan Ruas tulang Belakang
18. Dorsal = Bagian Belakang Ruas Tulang Belakang
19. Viseral = Selaput Bagian Dalam
20. Parietal = Selaput Bagian Luar
Istilah Lain
1. Proksimal = Mendekati Batang Tubuh
2. Palmar = Kearah Palmaris Manusia (Anggota Gerak Atas)
3. Distal = Menjauhi Batang Tubuh
4. Plantral = Kearah Plantar Pedis (Anggota Gerak Bawah)
5. Ulnar = Kearah Ulna (Tulang Hasta)
6. Radial = Kearah Radius (Tulang Pengumpil)
7. Tibial = Kearah Tibia (Tulang Kering)
8. Fibular = Kearah Fibula (Tulang Betis)
1. Pengertian
ROM (Range of Motion) adalah jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada salah satu dari
tiga potongan tubuh, yaitu sagital, transversal, dan frontal. Pengertian ROM lainnya adalah latihan gerakan
sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-masing
persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif.
Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki
tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan
massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005).
Range of motion adalah gerakan dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh sendi yang bersangkutan (Suratun,
dkk, 2008). Latihan range of motion (ROM) merupakan istilah baku untuk menyatakan batas atau batasan
gerakan sendi yang normal dan sebagai dasar untuk menetapkan adanya kelainan ataupun untuk menyatakan
batas gerakan sendi yang abnormal (Arif, M, 2008).
Garis Potongan Pada Tubuh
1. Potongan sagital, yaitu garis yang melewati tubuh dari depan ke belakang, membagi tubuh menjadi
bagian kiri dan kanan.
2. Potongan transversal, yaitu garis horizontal yang membagi tubuh menjadi bagian atas dan bawah.
3. Potongan frontal, yaitu melewati tubuh dari sisi ke sisi dan membagi tubuh menjadi bagian depan dan
belakang.
2. Tujuan ROM
1. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibiltas dan kekuatan otot
2. Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan
3. Mencegah kekakuan pada sendi
3. Manfaat ROM
a. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan pergerakan
b. Mengkaji tulang, sendi,dan otot
c. Mencegah terjadinya kekakuan sendi
d. Memperlancar sirkulasi darah
e. Memperbaiki tonus otot
f. Meningkatkan mobilisasi sendi
g. Memperbaiki toleransi otot untuk latih
4. Jenis – Jenis ROM
ROM itu ada dua jenis, yaitu :
a. ROM Aktif, yaitu gerakan yang dilakukan oleh seseorang (pasien) dengan menggunakan energi sendiri.
Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri
sesuai dengan rentang gerak sendi normal (klien aktif). Keuatan otot 75 %. Hal ini untuk melatih kelenturan
dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif .
b. ROM Pasif, yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal dari orang lain (perawat) atau alat mekanik.
Perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang normal (klien pasif).
Kekuatan otot 50 %. Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan
keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri,
pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total (suratun, dkk, 2008). Rentang gerak
pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain
secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.
5. Jenis Gerakan
Macam-macam gerakan ROM, yaitu:
a. Fleksi, yaitu berkurangnya sudut persendian.
b. Ekstensi, yaitu bertambahnya sudut persendian.
c. Hiperekstensi, yaitu ekstensi lebih lanjut.
d. Abduksi, yaitu gerakan menjauhi dari garis tengah tubuh.
e. Adduksi, yaitu gerakan mendekati garis tengah tubuh.
f. Rotasi, yaitu gerakan memutari pusat dari tulang.
g. Eversi, yaitu perputaran bagian telapak kaki ke bagian luar, bergerak membentuk sudut persendian.
h. Inversi, yaitu putaran bagian telapak kaki ke bagian dalam bergerak membentuk sudut persendian.
i. Pronasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan bergerak ke bawah.
j. Supinasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan bergerak ke atas.
k. Oposisi, yaitu gerakan menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada tangan yang sama.
6. Sendi Yang Digerakan
a. ROM Aktif : Seluruh tubuh dari kepala sampai ujung jari kaki oleh klien sendri secara aktif.
b. ROM Pasif : Seluruh persendian tubuh atau hanya pada ekstremitas yang terganggu dan klien tidak mampu
melaksanakannya secara mandiri.
Leher (fleksi/ekstensi, fleksi lateral)
Bahu tangan kanan dan kiri ( fkesi/ekstensi, abduksi/adduksi, Rotasi bahu)
Siku tangan kanan dan kiri (fleksi/ekstensi, pronasi/supinasi)
Pergelangan tangan (fleksi/ekstensi/hiperekstensi, abduksi/adduksi)
Jari-jari tangan (fleksi/ekstensi/hiperekstensi, abduksi/adduksi, oposisi)
Pinggul dan lutut (fleksi/ekstensi, abduksi/adduksi, rotasi internal/eksternal)
Pergelangan kaki (fleksi/ekstensi, Rotasi)
Jari kaki (fleksi/ekstensi)
7. Indikasi
a. Stroke atau penurunan tingkat kesadaran
b. Kelemahan otot
c. Fase rehabilitasi fisik
d. Klien dengan tirah baring lama
8. Kontra Indikasi
a. Trombus/emboli pada pembuluh darah
b. Kelainan sendi atau tulang
c. Klien fase imobilisasi karena kasus penyakit (jantung)
9. Attention
a. Monitor keadaan umum klien dan tanda-tanda vital sebelum dan setelah latihan
b. Tanggap terhadap respon ketidak nyamanan klien
c. Ulangi gerakan sebanyak 3 kali
10. Gerakan ROM
Berdasarkan bagian tubuh, yaitu :
a. Leher
Fleksi : menggerakkan dagu menempel ke dada.
Ekstensi : mengembalikan kepala ke posisi tegak.
Hiperekstensi : menekuk kepala ke belakang sejauh mungkin.
Fleksi lateral : memiringkan kepala sejauh mungkin kearah setiap bahu.
Rotasi : memutar kepala sejauh mungkin ke arah setiap bahu.
b. Bahu
Fleksi : menaikkan lengan dari posisi di samping tubuh ke depan ke posisi diatas kepala.
Ekstensi : mengembalikan lengan ke posisi di samping tubuh.
Hiperekstensi : menggerakkan lengan ke belakang tubuh, siku tetap lurus.
Abduksi : menaikkan lengan ke posisi samping diatas kepala dengan telapak tangan jauh dari kepala
Adduksi : menurunkan lengan ke samping dan menyilang tubuh sejauh mungkin.
Rotasi dalam : dengan siku fleksi, memutar bahu dengan menggerakkan lengan sampai ibu jari menghadap
ke dalam dan ke belakang
Rotasi luar : dengan siku fleksi, menggerakkan lengan sampai ibu jari ke atas dan samping kepala.
Sirkumduksi : menggerakan lengan dengan gerakan penuh.
c. Siku
Fleksi : menekuk siku sehingga lengan bawah bergerak ke depan sendi bahu dan tangan sejajar bahu.
Ekstensi : meluruskan siku dengan menurunkan lengan.
d. Lengan Bawah
Supinasi : memutar lengan bawah dan tangan sehingga telapak tangan menghadap ke atas
Pronasi : memutar lengan bawah sehingga telapak tangan menghadap ke bawah
e. Pergelangan Tangan
Fleksi : menggerakkan telapak tangan ke sisi bagian dalam lengan bawah
Ekstensi : menggerakkan jari-jari sehingga jari-jari, tangan dan lengan bawah berada dalam arah yang
sama
Hiperekstensi : membawa permukaan tangan dorsal ke belakang sejauh .mungkin.
Abduksi : menekuk pergelangan tangan miring ke ibu jari
Adduksi : menekuk pergelangan tangan miring ke arah lima jari
f. Jari-Jari Tangan
Fleksi : membuat genggaman
Ekstensi : meluruskan jari-jari tangan
Hiperekstensi : menggerakkan jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin
Abduksi : meregangkan jari-jari tangan yang satu dengan yang lain
Adduksi : merapatkan kembali jari-jari tangan
g. Ibu Jari
Oposisi : menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada tangan yang sama.
h. Pinggul
Fleksi : menggerakkan tungkai ke depan dan ke atas
Ekstensi : menggerakkan kembali ke samping tungkai yang lain
Hiperekstensi : menggerakkan tungkai ke belakang tubuh
Abduksi : menggerakkan tungkai ke samping menjauhi tubuh
Adduksi : menggerakkan kembali tungkai ke posisi medial dan melebihi jika mungkin
Rotasi dalam : memutar kaki dan tungkai ke arah tungkai lain
Rotasi luar : memutar kaki dan tungkai menjauhi tungkai lain
Sirkumduksi : menggerakkan tungkai memutar
i. Kaki
Inversi : memutar telapak kaki ke samping dalam (medial)
Eversi : memutar telapak kaki ke samping luar (lateral)
j. Jari-Jari Kaki
Fleksi : melengkungkan jari-jari kaki ke bawah
Ekstensi : meluruskan jari-jari kaki
Abduksi : merenggangkan jari-jari kaki satu dengan yang lain
Adduksi : merapatkan kembali bersama-sama.
Pemeriksaan kekuatan otot adalah suatu cara yang dilakukan oleh seorang petugas kesehatan untuk menilai kekuatan
otot seseorang setelah mengalami suatu cidera ataupun stroke.
1. Pasien disuruh menggerakan ekstermitas atau badannya dan petugas kesehatan menahan gerakan pasien
tersebut
Skala Kekuatan Otot Dengan Metode ini :
Skala Nilai Keterangan
Normal 5/5 Mampu menggerakkan
persendian dalam lingkup
gerak penuh, mampu melawan
gaya gravitasi, mampu
melawan dengan tahan penuh
Baik 4/5 Mampu menggerakkan
persendian dengan gaya
gravitasi, mampu melawan
dengan tahan sedang
Sedang 3/5 Hanya mampu melawan gaya
gravitasi
Buruk 2/5 Tidak mampu melawan gaya
gravitasi (gerakkan pasif)
Sedikit 1/5 Kontraksi otot dapat di palpasi
tanpa gerakkan persendian
Tidak ada 0/5 Tidak ada kontraksi otot
2. Pasien disuruh menggerakan ekstermitas atau bagian dari badannya dan pasien disuruh menahannya selama
beberapa waktu
Skala Keterangan
Skala 0 Otot sama sekali tidak mampu bergerak,
tampak berkontraksi, apabila lengan/tungkai
dilepaskan, akan jatuh 100% pasif
Skala 1 Tampak kontraksi atau ada sedikit gerakan dan
ada tahanan sewaktu jatuh
Skala 2 Mampu menahan tegak yang berarti mampu
menahan gaya gravitasi (saja), tapi dengan sent
Sentuhan akan jatuh
Skala 3 Mampu menahan tegak walaupun sedikit
didorong tapi tidak mampu melawan
tekan/dorongan dari pemeriksa
Skala 4 Kekuatan kurang dibandingkan sisi lain
Skala 5 Kekuatan otot utuh
1. Posisi Fowler
Pengertian : Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala tempat tidur lebih
tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi
pernapasan pasien.
Tujuan
1. Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi.
2. Meningkatkan rasa nyaman
3. Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya ekspansi dada dan ventilasi paru.
4. Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang menetap.
Indikasi
1. Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan
2. Pada pasien yang mengalami imobilisasi
Alat dan bahan :
1. Tempat tidur khusus
2. Selimut
Cara kerja :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Dudukkan pasien
3. Berikan sandaran atau bantal pada tempat tidur pasien atau aturr tempat tidur.
4. Untuk posisi semifowler (30-45˚) dan untuk fowler (90˚).
5. Anjurkan pasien untuk tetam berbaring setengah duduk.
Cara / prosedur :
1. Mengangkat kepala dari tempat tidur ke permukaan yang tepat ( 45-90 derajat)
2. Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan kepala klien jika tubuh bagian atas klien lumpuh
3. Letakan bantal di bawah kepala klien sesuai dengan keinginan klien, menaikan lutut dari tempat tidur yang
rendah menghindari adanya teknan di bawah jarak poplital ( di bawah lutut )
3. Posisi Sim
Definisi : Posisi Sim adalah posisi miring ke kanan atau ke kiri, posisi ini dilakukan untuk memberi
kenyamanan dan memberikan obat melalui anus (supositoria).
Tujuan :
1. Mengurangi penekanan pada tulang secrum dan trochanter mayor otot pinggang
2. Meningkatkan drainage dari mulut pasien dan mencegah aspirasi
3. Memasukkan obat supositoria
4. Mencegah dekubitus
Indikasi :
1. Untuk pasien yang akan di huknah
2. Untuk pasien yang akan diberikan obat melalui anus
Alat dan bahan :
1. Tempat tidur khusus
2. Selimut
Cara kerja :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan ke kiri dengan posisi badan setengah telungkup dan
kaki kiri lurus lutut. Paha kanan ditekuk diarahkan ke dada.
3. Tangan kiri diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kanan diatas tempat tidur.
4. Bila pasien miring ke kanan dengan posisi badan setengan telungkup dan kaki kanan lurus, lutut dan paha
kiri ditekuk diarahakan ke dada.
5. Tangan kanan diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kiri diatas tempat tidur.
4. Posisi Trendelenburg
Definisi : Pada posisi ini pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah daripada bagian
kaki. Posisi ini dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke otak.
Alat dan bahan :
1. Tempat tidur khusus
2. Selimut
Indikasi :
1. Pasien dengan pembedahan pada daerah perut
2. Pasien shock
3. Pasien hipotensi.
Alat dan bahan :
1. Tempat tidur khusus
2. Selimut
Cara kerja :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan ke kiri dengan posisi badan setengan telungkup dan
kaki kiri lurus lutut. Paha kanan ditekuk diarahkan ke dada.
3. Tangan kiri diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kanan diatas tempat tidur.
4. Bila pasien miring ke kanan dengan posisi badan setengan telungkup dan kaki kanan lurus, lutut dan paha
kiri ditekuk diarahakan ke dada.
5. Tangan kanan diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kiri diatas tempat tidur
8. Supinasi
Pengertian : Posisi telentang dengan pasien menyandarkan punggungnya agar dasar tubuh sama dengan
kesejajaran berdiri yang baik.
Tujuan : Meningkatkan kenyamanan pasien dan memfasilitasi penyembuhan terutama pada pasien pembedahan
atau dalam proses anestesi tertentu.
Indikasi
1. Pasien dengan tindakan post anestesi atau penbedahan tertentu
2. Pasien dengan kondisi sangat lemah atau koma.
9. Posisi pronasi
Pengertian : Pasien tidur dalam posisi telungkup Berbaring dengan wajah menghadap ke bantal.
Tujuan
1. Memberikan ekstensi maksimal pada sendi lutut dan pinggang
2. Mencegah fleksi dan kontraktur pada pinggang dan lutut.
Indikasi
1. Pasien yang menjalani bedah mulut dan kerongkongan
2. Pasien dengan pemeriksaan pada daerah bokong atau punggung.