PANDUAN AKREDITASI
PERATURAN DIREKTUR RSUD DAYAKU RAJA
NOMOR 00 TAHUN 2016
PANDUAN
PENYUSUNAN DOKUMENTASI AKREDASI
2
PANDUAN AKREDITASI
PERATURAN DIREKTUR RSUD DAYAKU RAJA KOTA BANGUN
NOMOR 11 TAHUN 2015
TENTANG
PENYUSUNAN DOKUMEN AKREDITASI
Disusun oleh :
Sub Bagian Hukum Dan Humas
Sekretariat Akreditasi
Disetujui :
Kasub Bag. Hukum & Humas
Ditetapkan Oleh :
Direktur
3
PANDUAN AKREDITASI
TIM PENYUSUN
KONTRIBUTOR
4
PANDUAN AKREDITASI
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Buku
Panduan Penyusunan Dokumen Akreditasi ini dapat terselesaikan dengan
baik.
Buku panduan ini merupakan tuntunan bagi semua unit kerja di RSUD
Dayaku Raja Kota Bangundalam menyusun dokumen akreditasi. Dengan buku
panduan ini, diharapkan semua unit kerja yang ada di RSUD Dayaku Raja Kota
Bangunmendapat kemudahan dalam memenuhi kebutuhan dokumen di unit
kerja masing- masing, khususnya dokumen yang berkaitan dengan
pemenuhan standar akreditasi versi 2012.
Namun demikian, demi perubahan ke arah yang lebih baik, kami
menyadari masih terdapat kekurangan dalam penysusunan panduan ini. Oleh
karena itu, kami mengharap saran dan kritik perbaikan atas panduan yang
telah tersusun ini.
Semoga Buku Panduan Penyusunan Dokumen Akreditasi ini
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan, serta tidak lupa ucapan
terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi
dalam penysunan buku panduan ini.
Tim Penyusun
5
PANDUAN AKREDITASI
SAMBUTAN DIREKTUR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karuniaNya kita dapat menyelesaikan penyusunan Panduan Penyusunan
Dokumen Akreditasi RSUD Dayaku Raja Kota Bangun.
6
PANDUAN AKREDITASI
DAFTAR ISI
BAB V PENUTUP.............................................................................................28
7
PANDUAN AKREDITASI
BAB I PENDAHULUAN
Akreditasi rumah sakit merupakan upaya peningkatan mutu
pelayanan rumah sakit yang dilakukan dengan membangun sistem dan
budaya mutu. Melalui akreditasi rumah sakit diharapkan ada perbaikan sistem
di rumah sakit yang meliputi input, process dan product output (meliputi output
dan outcome).
8
PANDUAN AKREDITASI
BAB II
DOKUMEN AKREDITASI
A. Definis
Yang dimaksud dokumen akreditasi adalah semua dokumen yang harus
disiapkan RS dalam pelaksanaan akreditasi RS.
Program kerja RS dimulai dengan rencana stratregi (renstra) untuk selama 5 tahun,
yang dijabarkan dalam rencana kerja tahunan (misalnya RKA, RBA atau
lainnya). Program kerja termasuk dalam regulasi karena memiliki sifat pengaturan
dalam rencana kegiatan beserta anggarannya. Oleh karena itu program kerja selalu
dijadikan acuan pada saat dilakukan evaluasi kinerja.
9
PANDUAN AKREDITASI
BAB III
PENYUSUSUNAN DOKUMEN AKREDITASI
A. Kebijakan
1. Pengertian
Kebijakan rumah sakit adalah penetapan Direktur rumah sakit pada tataran
strategis atau bersifat garis besar yang mengikat.
Karena kebijakan bersifat garis besar maka untuk penerapan kebijakan
tersebut perlu disusun Pedoman/Panduan dan prosedur sehingga ada
kejelasan langkah-langkah untuk melaksanakan kebijakan tersebut.
445/XXX/180/188.43/X/XXX
Kode Hukum
Nomor Keputusan
10
PANDUAN AKREDITASI
a) Diktum Memutuskan ditulis seluruhnya dengan huruf
kapital tanpa spasi di antara suku kata dan diletakkan di
tengah margin.
b) Diktum Menetapkan dicantumkan sesudah kata
Memutuskan, disejajarkan ke bawah dengan kata
menimbang dan mengingat, huruf awal kata Menetapkan
ditulis dengan huruf kapital, dan berisi judul yang sesuai
dengan judul (kepala) keputusan seluruhnya ditulis dengan
huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca titik.
3) Batang tubuh
a) Batang tubuh memuat semua substansi keputusan
yang dirumuskan dalam diktum-diktum, misalnya :
Kesatu :
Kedua :
Dst
b) Dicantumkan saat berlakunya keputusan,
perubahan, pembatalan, pencabutan ketentuan, dan
peraturan lainnya, dan materi kebijakan dapat dibuat
sebagai lampiran keputusan, dan pada halaman terakhir
ditandatangani oleh pejabat yang menetapkan keputusan
4) Kaki
Kaki memuat nama tempat, tanggal, bulan, dan tahun,
nama jabatan, tanda tangan dan stempel jabatan serta nama
lengkap pembuat keputusan. Ditulis disebelah kanan margin.
5) Penandatanganan
Surat Keputusan Direktur ditandatangani oleh Direktur Rumah
Sakit Umum Daerah Dayaku Raja Kota Bangun
11
PANDUAN AKREDITASI
Format Naskah Surat Keputusan (Penetapan
Kebijakan)
KEPUTUSAN DIREKTUR
NOMOR : 445/NOMOR URUT/180/188.43/BULAN/TAHUN
TENTANG
JUDUL KEPUTUSAN
…………………………………………………….
Memutuskan
BAB I
KETENTUAN UMUM
........................
PASAL 1
(1) ............................................................... ;
(2) ............................................................... ;
(3) .............................. dan seterusnya..... ;
BAB II
(dan seterusnya)
.....................
PASAL 2
(1) ............................................................... ;
(2) ............................................................... ;
(3) .............................. dan seterusnya..... ;
Direktur/Plt. Direktur,
NAMA
NIP.
12
PANDUAN AKREDITASI
Lampiran : Keputusan Direktur RSUD Dayaku Raja Nomor :
Tanggal :
(JUDULNYA)
BAB I
.............
BAB II
dan seterusnya....................
Direktur/Plt.Direktur,
NAMA
NIP.
B. Buku Pedoman/Panduan
1. Pengertian
Pedoman adalah kumpulan ketentuan dasar yang memberi arah bagaimana
sesuatu harus dilakukan, dengan demikian merupakan hal pokok yang
menjadi dasar untuk menentukan atau melaksanakan kegiatan. Sedangkan
panduan adalah merupakan petunjuk dalam melakukan kegiatan. Dengan
demikian, dapat diartikan bahwa pedoman mengatur beberapa hal, sedangkan
panduan hanya meliputi 1 (satu) kegiatan. Agar pedoman/panduan dapat
dimplementasikan dengan baik dan benar, diperlukan pengaturan melalui
SPO. Mengingat sangat bervariasinya bentuk dan isi pedoman/panduan maka
sulit untuk dibuat standar sistematikanya atau format bakunya. Oleh karena itu
RS dapat menyusun/membuat sistematika buku pedoman/panduan sesuai
kebutuhan. Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk dokumen
pedoman/panduan ini yaitu :
a. Setiap pedoman/panduan di RSUD Dayaku Raja Kota Bangun ditetapkan
dengan Peraturan Direktur untuk pemberlakukan pedoman/panduan
tersebut. Bila Direktur RS diganti, peraturan Direktur RS untuk
pemberlakuan pedoman/panduan tidak perlu diganti. Peraturan Direktur
diganti bila memang ada perubahan dalam pedoman/panduan tersebut.
b. Setiap pedoman/panduan sebaiknya dilakukan evaluasi minimal
setiap 2-3 tahun sekali
c. Bila Kementerian Kesehatan sudah menerbitkan pedoman/panduan untuk
suatu kegiatan/pelayanan tertentu maka RS dalam membuat
pedoman/panduan wajib mengacu pada pedoman/panduan yang diterbitkan
oleh Kementerian Kesehatan tersebut.
2. Sistematik Pedoman/Panduan
Walaupun format baku sistematika pedoman/panduan tidak ditetapkan,
namun ada sistematika yang lazim digunakan sebagai berikut
a. Format Pedoman Pengorganisasian Unit Kerja
BAB I Pendahuluan
BAB II Gambaran Umum RS
BAB III Visi, Misi, Falsafah, Nilai dan Tujuan RS
BAB IV Struktur Organisasi RS
BAB V Struktur Organisasi Unit Kerja
BAB VI Uraian Jabatan
BAB VII Tata Hubungan Kerja
BAB VIII Pola Ketenagaan dan Kualifikasi Personil
BAB IX Kegiatan Orientasi BAB X Pertemuan/rapat
BAB X Pertemuan Rapat
BAB XI Pelaporan
1. Laporan Harian
2. Laporan Bulanan
3. Laporan Tahunan
16
PANDUAN AKREDITASI
Format Naskah Peraturan Direktur (Pemberlakuan Pedoman/Panduan)
PERATURAN DIREKTUR
NOMOR ….. TAHUN....
TENTANG
…………………………………………………….
MEMUTUSKAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
........................
PASAL 1
(1) ............................................................... ;
(2) ............................................................... ;
(3) .............................. dan seterusnya..... ;
BAB II
(dan seterusnya)
.....................
PASAL 2
(1) ............................................................... ;
(2) ............................................................... ;
(3) .............................. dan seterusnya..... ;
Direktur/Plt. Direktur,
NAMA
NIP.
17
PANDUAN AKREDITASI
Lampiran : Peraturan Direktur
Nomor :
Tanggal :
(JUDULNYA)
BAB I
.............
BAB II
dan seterusnya....................
Direktur
Rumah Sakit Dayaku Raja Kota
Bangun
Nama
18
PANDUAN AKREDITASI
C. Standar Prosedur Operasiional (SPO)
1. Pengertian
Standar Prosedur Operasional (SPO) adalah naskah yang memuat serangkaian
petunjuk tentang cara serta urutan suatu kegiatan operasional atau administratif
tertentu yang harus diikuti oleh individu pejabat atau unit kerja. Berdasarkan UU
No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dan UU No. 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit, SPO adalah suatu perangkat instruksi/langkah-langkah
yang dibakukan untuk menyelesaikan proses kerja rutin tertentu.
2. Tujuan Penyusunan SPO
Agar berbagai proses kerja rutin terlaksana dengan efisien, efektif, konsisten/
seragam dan aman, dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan melalui
pemenuhan standar yang berlaku.
3. Manfaat SPO
a. Memenuhi persyaratan standar pelayanan rumah sakit/Akreditasi rumah
sakit.
b. Mendokumentasi langkah-langkah kegiatan.
c. Memastikan staf rumah sakit memahami bagaimana melaksanakan
pekerjaannya
4. Tanggung Jawab
a. Panitia Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien bertanggung jawab
dalam mengawasi penyusunan dan/atau perubahan SPO
b. Kepala Unit Kerja terkait bertanggung jawab untuk membuat rancangan awal
prosedur berdasarkan analisa kebutuhan.
c. Perubahan dan pembuatan SPO harus diajukan oleh Kepala Unit Kerja
yang terkait dan ditujukan kepada Panitia Peningkatan Mutu dan
keselamatan Pasien untuk melakukan pengecekan keterkaitan SPO yang
diajukan tersebut dengan SPO yang sudah ada.
5. Syarat Penyusunan SPO
a. Identifikasi kebutuhan yakni mengidentifikasi apakah kegiatan yang
dilakukan saat ini sudah ada SPO atau belum dan bila sudah ada agar
diidentifikasi, apakah SPO masih efektif atau tidak
b. Untuk SPO pelayanan dan SPO administrasi, untuk melakukan identifikasi
kebutuhan SPO bisa dilakukan dengan menggambarkan proses bisnis di
Unit Kerja tersebut atau alur kegiatan dari kerja yang dilakukan di unit
tersebut. Sedangkan untuk SPO Profesi identifikasi kebutuhan dilakukan
dengan mengetahui pola penyakit yang sering ditangani di Unit Kerja
tersebut. Dari identifikasi kebutuhan SPO maka di suatu Unit Kerja dapat
diketahui berapa banyak dan macam SPO yang harus dibuat/disusun.
Untuk melakukan identifikasi kebutuhan SPO dapat pula dilakukan dengan
memperhatikan elemen penilaian pada standar akreditasi rumah sakit,
minimal SPO-SPO apa saja yang harus ada. SPO yang dipersyaratkan di
elemen penilaian adalah SPO minimal yang harus ada di rumah sakit.
Sedangkan identifikasi SPO dengan menggambarkan terlebih dahulu
proses bisnis di Unit Kerja adalah seluruh SPO secara lengkap yang harus
ada di Unit Kerja tersebut
c. SPO harus merupakan flow charting dari suatu kegiatan. Pelaksana atau
Unit Kerja agar mencatat proses kegiatan dan membuat alurnya kemudian
Panitia Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien diminta memberikan
tanggapan.
d. Didalam SPO harus dapat dikenali dengan jelas siapa melakukan apa,
dimana, kapan dan mengapa.
e. SPO jangan menggunakan kalimat majemuk. Subyek, predikat dan
obyek harus jelas, SPO tidak diperbolehkan menggunakan kata : atau,
mungkin, dan kata lain yang menimbulkan makna ganda
f. SPO harus menggunakan kalimat perintah/instruksi dengan bahasa
yang dikenal pemakai.
19
PANDUAN AKREDITASI
g. SPO harus jelas ringkas dan mudah dilaksanakan. Untuk SPO
pelayanan pasien maka harus memperhatikan aspek keselamatan,
keamanan dan kenyamanan pasien. Untuk SPO profesi harus mengacu
kepada standar profesi, standar pelayanan, mengikuti perkembangan IPTEK
dan memperhatikan aspek keselamatan pasien.
h. Mengingat SPO merupakan flow charting dari proses kegiatan maka untuk
memperoleh pengertian yang jelas bagi subyek, penulisan SPO dimulai
dengan membuat flow chart dari kegiatan yang dilaksanakan. Caranya
adalah membuat diagram kotak sederhana yang menggambarkan langkah
penting dari seluruh proses.
Contoh : diagram kotak untuk pembelian bahan yang digunakan di rumah sakit
PEMILIHAN
MENGKOMUNIKASIKAN
PENERIMAAN BARANG
PERIKSA
MENEMPATKAN DI
Tahun dikeluarkan
Bulan dikeluarkan
22
PANDUAN AKREDITASI
Format Naskah Standar Prosedur Operasional
NAMA
TINDAKAN
RSUD DAYAKU RAJA KOTA BANGUN
Jl. Poros Kota Bangun – Tenggarong Km. 5 Nomor Nomor Revisi Halaman
Kec. Kota Kota Bangun, Kutai KartaNegara
Web: rsudayakuraja.com Email : Dokumen 1/...
dayaku_raja@yahoo.com Kode Pos 75561
.......
..
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
UNIT TERKAIT
D. Program Kerja
1. Pengertian Program
Ada banyak pengertian tentang PROGRAM sebagai beriku
a. Menurut Collins Cobuild English Language Dictionary Program adalah :
Rencana berskala besar dan terperinci yang dibuat untuk suatu tujuan
tertentu. Sebuah rencana kegiatan atau pekerjaan yang akan
dilaksanakan,termasuk waktu kapan setiap kegiatan itu harus terjadi atau
akan dilaksanakan
b. Menurut Longman PROGRAM adalah :
Sebuah rencana yang baku tentang rangkaian kegiatan, daftar tugas dan lain
sebagainya.
c. Menurut American Heritage Dictionary PROGRAM adalah :
Sebuah prosedur untuk menyelesaiakan masalah (problem solving), termasuk
pengumpulan data, memprosesnya dan presentasi hasilnya.
d. Menurut Oxford Advanced Leaner’s Dictionary of Current English, program
adalah :
Penjabaran terperinci tentang strategi dan langkah-langkah yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan lembaga.
e. Buku Panduan Perencanaan Strategis dan pengukuran kinerja yang
dikeluarkan oleh Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi , yang dimaksud
program adalah :
f. Kesimpulan
23
PANDUAN AKREDITASI
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut diatas maka dapat disimpulkan
bahwa program berisi rencana kegiatan yang akan dilaksanakan yang
disusun secara rinci yang dipergunakan untuk tencapai tujuan lembaga/unit
kerja.
2. Ketentuan Progrma Didalam Standar Akreditasi RS
a. Tujuan Umum
Umum :
Sebagai panduan dalam melaksanakan kegiatan unit kerja sehingga tujuan
program dapat tercapai
Khusus :
a) Adanya kejelasan langkah-langkah dalam melaksanakan kegiatan
b) Adanya kejelasan siapa yang melaksanakan kegiatan dan bagaimana
melaksanakan kegiatan tersebut sehingga tujuan dapat tercapai
c) Adanya kejelasan sasaran, tujuan dan waktu pelaksanaan kegiatan.
b. Sistematika/Format Progrmam
1) Pendahuluan
2) Latar belakang
3) Tujuan umum dan tujuan khusus
4) Kegiatan pokok dan rincian kegiatan
5) Cara melaksanakan legiatan
6) Sasaran
7) Skedul (Jadwal) pelaksanaan kegiatan
8) Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan
9) Pencatatan, pelaporan dan evaluasi kegiatan
Sistematika/format tersebut diatas adalah minimal, RS dapat menambah
sesuai kebutuhan, tetapi tidak diperbolehkan mengurangi. Contoh
penambahan : ditambah point untuk pembiayaan/anggaran
3. Petunjuk Penulisan
Pendahuluan
Yang ditulis dalam pendahuluan adalah hal-hal yang bersifat umum
yang masih terkait dengan program.
Latar belakang
Latar belakang adalah merupakan justifikasi atau alasan mengapa
program tersebut disusun. Sebaiknya dilengkapi dengan data-data
sehingga alasan diperlukan program tersebut dapat lebih kuat.
No Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Pembentukan Tim X
2 Rapat Tim X X X X X X X X X X X
3 Dst.
25
PANDUAN AKREDITASI
Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan
pelaporannya
Yang dimaksud dengan evaluasi pelaksanaan kegiatan adalah evaluasi
dari skedul (jadwal) kegiatan. Skedul (jadwal) tersebut akan dievaluasi setiap
berapa bulan sekali (kurun waktu tertentu), sehingga bila dari evaluasi
diketahui ada pergeseran jadwal atau penyimpangan jadwal maka dapat
segera diperbaiki sehingga tidak mengganggu program secara keseluruhan.
Karena itu, yang ditulis dalam kerangka acuan adalah kapan (setiap kurun
waktu berapa lama) evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan dan siapa yang
melakukan. Yang dimaksud dengan pelaporannya adalah bagaimana
membuat laporan evaluasi pelaksanaan kegiatan tersebut. Dan kapan laporan
tersebut harus dibuat. Jadi yang harus ditulis di dalam kerangka acuan
adalah cara atau bagaimana membuat laporan evaluasi dan kapan laporan
tersebut harus dibuat dan ditujukan kepada siapa.
26
PANDUAN AKREDITASI
BAB IV
PENYUSUSUNAN DOKUMEN AKREDITASI
A. Tanggung Jawab
1. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Dayaku Raja Kota Bangun bertanggung
jawab atas pengesahan dokumen akreditasi yang termasuk dalam produk
hokum
2. Para Wakil Direktur dan Kepala Bidang/Bagian bertanggung jawab atas
kesesuaian dan kebenaran isi dokumen dan/atau pengubahan dokumen,
3. Para Kepala Instalasi/Kepala Unit bertanggung jawab atas materi usulan
pembuatan/atau pengubahan dokumen.
4. Para Kepala Instalasi/Kepala Unit bertanggung jawab atas materi usulan
pembuatan/atau pengubahan dokumen.
5. Tim Akreditasi bertanggung jawab atas pemeriksaan dan penilaian
dokumen, pengidentifikasian, pemeriksaan dokumen
B. Pengesahan Dokumen
1. Keefektifan dan kesesuaian dokumen yang telah disusun, ditinjau dan
dievaluasi jika telah sesuai, ditandatangani dan dicantumkan tanggal
efektifnya
2. Tanggung jawab pembuatan, pemeriksaan dan pengesahan dokumen sesuai
tabel berikut :
Diperiksa Ditetapkan
Jenis Dokumen Disiapkan Oleh
Oleh Oleh
Kebijakan Kabid, Kabag, Wakil Direktur Direktur RS
Ketua Komite
Panduan/Pedoman Kabid./Kepala Wakil Direktur Direktur RS
Instalasi/Ketua
Komite
SPO Kabid/ Panitia Wakil Direktur Direktur RS
AdHoc terkait
Program Kerja Kabid./Kepala Wakil Direktur Direktur RS
Instalasi/Ketua
Komite
C. Identifikasi Dokumen
1. Diberi nomor identifikasi yang unik pada setiap dokumen yang diterbitkan
untuk memudahkan penelusurannya.
2. Dokumen awal yang baru diterbitkan diberi nomor revisi “00”. Bila
terjadi revisi / perubahan, nomor revisi / perubahannya naik satu hitungan
3. Dokumen yang berasal dari luar Rumah Sakit Umum Daerah Dayaku Raja
Kota Bangundiidentifikasi dalam Daftar Induk Dokumen Eksternal dan
diberikan status pengendalian dokumen (Dokumen Terkendali, Dokumen
Tidak Terkendali, dan Kadaluarsa).
D. Penggandaan Dan Pendistribusian
1. Penggandaan hanya dilakukan oleh Sub Bagian Umum dan Rumah
Tangga :
Kebijakan dalam bentuk Surat Keputusan/Peraturan Direktur tanpa paraf
koreksi digandakan 2 (dua) rangkap setelah ditandatangani Direktur,
masing-masing :
1 (satu) rangkap untuk Sekretariat Akreditasi; dan1 (satu) rangkap
untuk unit kerja penanggungjawab/penyusun dokumen.
Dokumen tersebut distempel basah Rumah Sakit.
Kebijakan yang telah ditandatangani dan diberi stempel basah
(Sekretariat Akreditasi) dapat digandakan kembali sesuai dengan jumlah
27
PANDUAN AKREDITASI
dan peruntukkannya (sosialisasi/keperluan tertentu) serta diberi stempel
“SALINAN”.
2. Dokumen final dalam bentuk dokumen komputer (soft copy)
disimpan tersendiri untuk dipergunakan apabila terjadi perubahan / revisi
atas dokumen yang sudah disahkan.
3. Dokumen hanya diberikan kepada kelompok kerja atau organisasi lain yang
berkepentingan dengan dokumen tersebut dengan persetujuan Direktur.
4. Sub Bagian Hukum dan Humas bertanggung jawab dalam
penerbitan dokumen internal dan selalu diperiksa keabsahan, nomor, revisi
dan jumlah halamannya.
5. Penyimpanan dan pengendalian dokumen asli / master dilakukan oleh
Sub Bagian Hukum dan Humas.
E. Pemeliharaan Dokumen
1. Tim Akreditasi secara berkala, 1 tahun sekali, mengidentifikasi kesesuaian
semua dokumen yang digunakan.
2. Apabila ditemukan dokumen yang tidak sesuai dan atau sudah tidak
berlaku, maka Sub Bagian Hukum dan Humas menarik dokumen tersebut,
diberi cap TIDAK BERLAKU dan diganti dengan dokumen yang sesuai dan
mutakhir
3. Sub Bagian Hukum dan Humas menyimpanan dokumen yang sudah tidak
berlaku untuk selanjutnya diserahkan kepada Sub Bagian Kepegawaian
dan TU agar dimusnahkan sesuai dengan kategori dan prosedur
pemusnahan dokumen.
F. Perubahan Dokumen
1. Unit yang terlibat pada suatu proses dapat mengajukan usulan perubahan
dokumen internal yang diperkirakan mengakibatkan penyimpangan/masalah
terhadap kinerja.
2. Usulan diajukan kepada Tim Akreditasi, dengan menggunakan Formulir
Permintaan Perubahan Dokumen.
3. Semua usulan dievaluasi sesuai dengan jenis permintaannya dan alasan
perubahan yang disampaikan.
4. Untuk perubahan yang bersifat redaksional/ atau penambahan keterangan
tanpa mengubah substansi dan maksud daripada isi materi tidak dilakukan
perubahan nomor revisi, hanya di catat dalam Catatan Perubahan
Dokumen.
5. Dokumen yang telah direvisi didistribusikan ke unit terkait dengan
mencabut dokumen yang sebelumnya ada pada unit tersebut.
6. Revisi dapat dilakukan sampai revisi 100, setelah itu dokumen harus
diterbit ulang dan kembali ke revisi 00.
7. Semua dokumen yang diganti dengan revisi terbaru dan dokumen yang
tidak berlaku dikembalikan pada Sub Bagian Hukum dan Humas.
8. Dokumen kadaluarsa yang berasal dari master dokumen diberi cap /
stempel “KADALUARSA” berwarna biru dan tetap dipelihara untuk satu
atau dua kali periode (5 – 10 tahun) perubahan sedangkan dokumen lama
dokumen yang terkendali yang tersebar ditarik / untuk dimusnahkan.
9. Khusus untuk dokumen eksternal yang dicap salinan terkendali, apabila
mengalami perubahan, Dokumen yang sudah mengalami perubahan
ditarik, dipisahkan dan dimusnahkan atau jika disimpan diberi identifikasi
kadaluarsa.
G. Pemusnahan Dokumen
1. Tim Akreditasi mengidentifikasi dan mengusukan pemusnahan dokumen
yang tidak berlaku dan disampaikan kepada Kepala Unit masing-masing
melalui memo.
2. Tim Akreditasi menyampaikan usulan pemusnahan dokumen yang telah
disetujui oleh Kepala Unit masing-masing kepada Direktur
3. Atas perintah Direktur, staf Sub Bagian Kepegawaian dan TU
melaksanakan pemusnahan dokumen dan membuat berita acara
28
PANDUAN AKREDITASI
pemusnahan dengan mengisi Formulir Berita Acara Pemusnahan dengan
melampirkan daftar dokumen yang dimusnahkan
4. Pemusnahan dokumen dapat dilakukan dengan cara dibakar, dicacah atau
dijadikan bubur kertas, atau cara lain sehingga fisik dan informasinya tidak
dapat dikenali lagi.
5. Dokumen yang dimusnahkan direkam dengan menggunakan Daftar
dokumen yang Dimusnahkan
29
PANDUAN AKREDITASI
BAB V
PENUTUP
30
PANDUAN AKREDITASI