Anda di halaman 1dari 18

GIZI dan DIET " Penyakit Gangguan Metabolic (

Diabetes Millitus )"

Makalah Diet Pada Penyakit Gangguan Metabolic (Diabetes Millitus)


Dosen Pengampuh : Lina Agustiana P. S.Kep.,Ns.M.Kes

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PRODI D III KEPERAWATAN
KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI
TAHUN 2015

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena Hidayah-Nyalah tugas GIZI dan
DIET tentang “Penyakit Gangguan Metabolic (Diabetes Millitus)” ini dapat terelesaikan.
Dalam penyusunan tugas ini kami sebagai penulis mengambil referensi atau materi dari internet
dan buku panduan yang terkait dengan materi ini,kemudian kami susun dan rangkum menjadi
bentuk yang lebih terperinci.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas makalah ini masih terdapat kekurangan –
kekurangan untuk itu kami sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun agar penyusun tugas yang berikutnya bisa lebih baik lagi.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb. .

Krikilan, 08 Maret 2015


penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) atau disingkat diabetes adalah gangguan kesehatan yang berupa
sekumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan ataupun resistensi insulin. Penyakit ini sudah lama dikenal, terutama di kalangan
keluarga, khususnya keluarga berbadan besar (kegemukan) bersama dengan gaya hidup “tinggi”.
Kenyataannya kemudian, DM menjadi penyakit masyarakat umum, menjadi beban kesehatan
masyarakat, meluas dan membawa banyak kematian.
Dalam jumlah prevalensi penduduk dunia dengan DM di perhitungkan mencapai 125 juta
pertahun dengan DM, dengan prediksi berlipat ganda mencapai 250 juta dalam 10 tahun
mendatang (tahun 2010). Peningkatan prevalensi akan lebih menonjol perkembangannya di negara
berkembang dibandingkan dengan negara maju. Prevalensi DM di Indonesia besarnya 1,2% –
2,3% dari penduduk usia lebih 15 tahun.
Kecenderungan peningkatan prevalensi akan membuat perubahan posisi DM yang semakin
merajalela, yang ditandai dengan perubahan atau kenaikan peringkatnya dikalangan 10 besar
penyakit (leading desiases). Selain itu DM juga memberi kontribusi terhadap kematian.
Keadaan DM di Amerika Serikat di gambarkan sebagai berikut:
 Lebih dari 18,2 juta Amerika punya DM dan sekitar sepertiganya tidak mengetahui bahwa
mereka menderita DM.
 Pada tahun 2050 diperkirakan 39 juta penduduk AS akan didiagnosis DM.
 Tipe 2 DM yang umumnya menyerang ke kelompok dewasa akan meningkat diagnosisnya pada
kelompok muda.
 Sepertiga anak-anak AS yang lahir di tahun 2000 dapat menderita DM selama masa hidupnya.

 DM telah menduduki posisi peringkat ke-6 penyebab kematian. Lebih 200.000 penduduk
meninggal tiap tahun.
 DM menjadi penyebab utama kegagalan ginjal, jantung dan stroke.
 DM menjadi penyakit yang paling populer pada usia 65-74 tahun dan kurang pada usia 45 tahun
tanpa memandang kelompok ras, etnik dan jenis kelamin.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa pengertian dan jenis penyakit Diabetes Melitus?
2) Apa saja gejala Diabetes Melitus?
3) Bagaimana cara pencegahan dan mengobati penyakit Diabetes Melitus?
4) Apa saja kebutuhan zat gizi pada penyakit Diabetes mellitus ?
5) Jenis-jenis diet pada penyakit Diabetes Mellitus
1.3 Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui apa saja gejala, pencegahan dan cara mengobati penyakit Diabetes
Melitus.
Setelah mengetahui apa saja penyebab Diabetes Melitus, mahasiswa diharapkan mampu menghindari
penyakit tersebut.
Mahasiswa dapat memberitahu masyarakat luas hal-hal yang berkaitan dengan Diabetes Melitus.
1.4 Manfaat
Penulis berharap dengan adanya makalah, pembaca mendapatkan tambahan informasi dan
lebih memahami tentang penyakit diabetes mellitus serta bisa menambah wawasan tentang jenis-
jenis penyakit, pencegahan, serta cara mengobati penyakit diabetes mellitus.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan jenis penyakit Diabetes Melitus
Diabetes mellitus,DM yang juga dikenal di Indonesia dengan istilah penyakit kencing
gula adalah kelainan metabolis yang disebabkan oleh banyak faktor, dengan simtoma
berupa hiperglisemia kronis dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, sebagai
akibat dari defisiensi sekresi hormon insulin, aktivitas insulin dan defisiensi transporter glukosa.
Kejadian DM di awali dengan kekurangan insulin sebagai penyebab utama. Di sisi lain timbulnya
DM bisa berawal dengan kekurangan insulin yang bersifat relatif yang disebabkan oleh adanya
resistensi insulin. Keadaan ini ditandai dengan ketidakrentanan organ menggunakan insulin,
sehingga insulin tidak bisa berfungsi optimal dalam mengatur metabolism glukosa. Akibatnya
kadar glukosa darah meningkat.
Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk
heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat (Price& Wilson, 2005)
Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan kategori yang ditandai oleh kenaikan
keadaan glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer, S.C & Bare, B.G, 2002)
Diabetes Mellitus adalah suatu kelainan metabolisme kronik yang terjadi karena berbagai
penyebab, ditandai dengan konsentrasi glukosa darah melebihi normal, disertai dengan gangguan
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang diakibatkan oleh kelainan sekresi hormon
insulin, kelainan kerja insulin atau kedua-duanya (Depkes RI, 2005)
Diabetes Mellitus merupakan suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang merupakan
akibat dari sejumlah faktor dimana didapat defisiensi insulin yang absolut atau relatif gangguan
fungsi insulin (WHO, 2005)
Diet diabetes mellitus merupakan pengaturan pola makan bagi penderita diabetes mellitus
berdasarkan jumlah, jenis, dan jadwal pemberian makanan (Sulistyowati, Lilis, 2011)
Seseorang dikatakan diabetes sesuai kriteria berdasarkan Standards of Medical Care in Diabetes
2010 sbb: - A1c > 6,5 %, - Gula Darah Puasa FPG > 126 mg/dL (7 mmol/L), puasa didefinisikan
tidak adanya ambilan kalori sedikitnya selama 8 jam, - 2 jam glukosa plasma > 200 mg/dL (11,1
mmol/L) selama OGTT dengan asupan glukosa sebanding dengan 75 glukosa anhydrous yang
dilarutkan, - Pasien dengan keluhan klasik hiperglikemia atau krisis hiperglikemia dengan glukosa
darah sewaktu > 200 mg/dL (11,1 mmol/L).

 Jenis Penyakit Diabetes Mellitus

1. Diabetes Melitus Tipe 1


Diabetes mellitus tipe 1, diabetes anak-anak (bahasa Inggris: childhood-onset diabetes,
juvenile diabetes, insulin-dependent diabetes mellitus, IDDM) adalah diabetes yang terjadi karena
berkurangnya rasio insulin dalam sirkulasi darah akibat hilangnya sel beta penghasil insulin
pada pulau-pulau Langerhans pankreas. IDDM dapat diderita oleh anak-anak maupun orang
dewasa.
Sampai saat ini IDDM tidak dapat dicegah dan tidak dapat disembuhkan, bahkan dengan
diet maupun olah raga. Kebanyakan penderita diabetes tipe 1 memiliki kesehatan dan berat badan
yang baik saat penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun respons tubuh
terhadap insulin umumnya normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap awal.
Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1 adalah kesalahan
reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat
dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.

Saat ini, diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin, dengan pengawasan
yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat monitor pengujian darah. Pengobatan dasar
diabetes tipe 1, bahkan untuk tahap paling awal sekalipun, adalah penggantian insulin. Tanpa
insulin, ketosis dan diabetic ketoacidosis bisa menyebabkan koma bahkan bisa mengakibatkan
kematian. Penekanan juga diberikan pada penyesuaian gaya hidup (diet dan olahraga). Terlepas
dari pemberian injeksi pada umumnya, juga dimungkinkan pemberian insulin melalui pump, yang
memungkinkan untuk pemberian masukan insulin 24 jam sehari pada tingkat dosis yang telah
ditentukan, juga dimungkinkan pemberian dosis dari insulin yang dibutuhkan pada saat makan.
Serta dimungkinkan juga untuk pemberian masukan insulin melalui “inhaled powder”.
Perawatan diabetes tipe 1 harus berlanjut terus. Perawatan tidak akan memengaruhi aktivitas-
aktivitas normal apabila kesadaran yang cukup, perawatan yang tepat, dan kedisiplinan dalam
pemeriksaan dan pengobatan dijalankan. Tingkat Glukosa rata-rata untuk pasien diabetes tipe 1
harus sedekat mungkin ke angka normal (80-120 mg/dl, 4-6 mmol/l).Beberapa dokter
menyarankan sampai ke 140-150 mg/dl (7-7.5 mmol/l) untuk mereka yang bermasalah dengan
angka yang lebih rendah, seperti “frequent hypoglycemic events”. Angka di atas 200 mg/dl (10
mmol/l) seringkali diikuti dengan rasa tidak nyaman dan buang air kecil yang terlalu sering
sehingga menyebabkan dehidrasi. Angka di atas 300 mg/dl (15 mmol/l) biasanya membutuhkan
perawatan secepatnya dan dapat mengarah ke ketoasidosis. Tingkat glukosa darah yang rendah,
yang disebut hipoglisemia, dapat menyebabkan kehilangan kesadaran.
2. Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes mellitus tipe 2 (non-insulin-dependent diabetes mellitus, NIDDM) merupakan tipe
diabetes mellitus yang terjadi bukan disebabkan oleh rasio insulin di dalam sirkulasi darah,
melainkan merupakan kelainan metabolisme yang disebabkan oleh mutasi pada
banyak gen,termasuk yang mengekspresikan disfungsi sel β, gangguan sekresi hormoninsulin,
resistansi sel terhadap insulinyang disebabkan oleh disfungsi GLUT10 dengan kofaktor
hormon resistin yang menyebabkan sel jaringan,
terutama pada hati menjadi kurang peka terhadap insulinserta RBP4 yang menekan penyerapan
glukosa oleh otot lurik namun meningkatkan sekresi gula darah oleh hati.Mutasi gen tersebut
sering terjadi pada kromosom yang merupakan kromosom terpadat yang ditemukan pada manusia.
ekspresi SGLT1 yang tinggi,rasio RBP4 dan hormon resistin yang tinggi,peningkatan laju
metabolisme glikogenolisis dan glukoneogenesis padahati,penurunan laju reaksi oksidasi dan
peningkatan laju reaksi esterifikasi pada hati, yang ditemukan pada NIDDM. NIDDM juga dapat
disebabkan oleh dislipidemia, lipodistrofi,dan sindrom resistansi insulin.
Pada tahap awal kelainan yang muncul adalah berkurangnya sensitifitas terhadap insulin, yang
ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah. Hiperglisemia dapat diatasi
dengan obat anti diabetes yang dapat meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau mengurangi
produksi glukosa dari hepar, namun semakin parah penyakit, sekresi insulin pun semakin
berkurang, dan terapi dengan insulin kadang dibutuhkan.Adabeberapa teori yang menyebutkan
penyebab pasti dan mekanisme terjadinya resistensi ini, namun obesitas sentral diketahui sebagai
faktor predisposisi terjadinya resistensi terhadap insulin, dalam kaitan dengan pengeluaran
dari adipokines ( nya suatu kelompok hormon) itu merusak toleransi glukosa.Obesitas ditemukan
di kira-kira 90% dari pasien dunia dikembangkan diagnosis dengan jenis 2 kencing manis.Faktor
lain meliputi mengeram dan sejarah keluarga, walaupun di dekade yang terakhir telah terus
meningkat mulai untuk memengaruhi anak remaja dan anak-anak.
3. Diabetes Melitus Tipe 3
Diabetes mellitus gestasional atau diabetes melitus yang terjadi hanya selama kehamilan
dan pulih setelah melahirkan, dengan keterlibatan interleukin-6 dan protein reaktif C pada
lintasan patogenesisnya.GDM mungkin dapat merusak kesehatan janin atau ibu, dan sekitar 20–
50% dari wanita penderita GDM bertahan hidup.
Diabetes melitus pada kehamilan terjadi di sekitar 2–5% dari semua kehamilan. GDM
bersifat temporer dan dapat meningkat maupun menghilang setelah melahirkan.

GDM dapat disembuhkan, namun memerlukan pengawasan medis yang cermat selama masa
kehamilan.
Meskipun GDM bersifat sementara, bila tidak ditangani dengan baik dapat membahayakan
kesehatan janin maupun sang ibu. Resiko yang dapat dialami oleh bayi meliputi makrosomia (berat
bayi yang tinggi/diatas normal), penyakit jantung bawaan dan kelainan sistem saraf pusat, dan
cacat otot rangka. Peningkatan hormon insulin janin dapat menghambat produksi surfaktan janin
dan mengakibatkan sindrom gangguan pernapasan. Hyperbilirubinemia dapat terjadi akibat
kerusakan sel darah merah. Pada kasus yang parah, kematian sebelum kelahiran dapat terjadi,
paling umum terjadi sebagai akibat dari perfusi plasenta yang buruk karena kerusakan vaskular.
Induksi kehamilan dapat diindikasikan dengan menurunnya fungsi plasenta. Operasi sesar dapat
akan dilakukan bila ada tanda bahwa janin dalam bahaya atau peningkatan resiko luka yang
berhubungan dengan makrosomia, seperti distosia bahu.
2.2 Gejala Diabetes Melitus
Tiga gejala klasik yang dialami penderita diabetes. Yaitu:
 banyak minum,
 banyak kencing,
 berat badan turun.
Pada awalnya, kadang-kadang berat badan penderita diabetes naik. Penyebabnya, kadar
gula tinggi dalam tubuh. Maka perlu waspada apabila keinginan minum kita terlalu berlebihan dan
juga merasa ingin makan terus. Berat badan yang pada awalnya terus melejit naik lalu tiba-tiba
turun terus tanpa diet. Tetangga saya ibu Ida juga tak pernah menyadari kalau menderita diabet
ketika badannya yang gemuk tiba-tiba terus menyusut tanpa dikehendaki. Gejala lain, adalah
gangguan saraf tepi berupa kesemutan terutama di malam hari, gangguan penglihatan, gatal di
daerah kemaluan atau lipatan kulit, bisul atau luka yang lama sembuh, gangguan ereksi pada pria
dan keputihan pada perempuan.

Gejala:
Pada tahap awal gejala umumnya ringan sehingga tidak dirasakan, baru diketahui sesudah
adanya pemeriksaan laboratorium.
Pada tahap lanjut gejala yang muncul antara lain :
 Rasa haus
 Banyak kencing
 Berat badan turun
 Rasa lapar
 Badan lemas
 Rasa gatal
 Kesemutan
 Mata kabur
 Kulit Kering
 Gairah sex lemah

Komplikasi:
 Penglihatan kabur
 Penyakit jantung
 Penyakit ginjal
 Gangguan kulit dan syaraf
 Pembusukan
 Gairah sex menurun
Jika tidak tepat ditangani, dalam jangka panjang penyakit diabetes bisa menimbulkan
berbagai komplikasi. Maka bagi penderita diabet jangan sampai lengah untuk selalu mengukur
kadar gula darahnya, baik ke laboratorium atau gunakan alat sendiri. Bila tidak waspada maka
bisa berakibat pada gangguan pembuluh darah, antara lain:

gangguan pembuluh darah otak (stroke),


pembuluh darah mata (gangguan penglihatan),
pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner),
pembuluh darah ginjal (gagal ginjal), serta
pembuluh darah kaki (luka yang sukar sembuh/gangren).
Penderita juga rentan infeksi, mudah terkena infeksi paru, gigi, dan gusi serta saluran
kemih.
2.3 Pencegahan Diabetes Melitus
Usaha pencegahan pada DM sebenarnya terdiri dari tiga bagian, yaitu:
 Pencegahan Primer
Tindakan yang dilakukan pada pencegahan primer agar tidak timbul DM meliputi :
a. Mempertahankan pola makan sehari-hari yang sehat dan seimbang.
b. Melakukan kegiatan jasmani yang cukup sesuai dengan umur dan kemampuan.
c. Menghindari obat yang dapat menyulut terjadinya diabetes.

 Pencegahan Sekunder
Bila sudah ada DM, maka yang harus dilakukan adalah pengobatan diabetes agar tidak timbul
komplikasi, dengan berbagai upaya yang dilakukan untuk tujuan:
 Jangka pendek : Menghilangkan keluhan/gejala dan mempertahankan rasa nyaman dan sehat.
 Jangka panjang : Mencegah timbul dan berlanjutnya penyulit (komplikasi) dengan tujuan akhir
menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat diabetesnya.
Orang dengan diabetes bisa berolahraga, makan dan minum seperti orang lain tanpa diabetes
dengan sedikit pengaturan.
Kadar gula darah yang tinggi dalam waktu yang lama, merupakan awal perjalanan terjadinya
komplikasi, disamping menimbulkan keluhan-keluhan yang sangat mengganggu seperti sering
kencing, haus, lapar dan berat badan turun. Oleh karena itu, tindakan pertama yang harus selalu
diupayakan ialah menurunkan kadar gula darah.
Secara garis besar upaya menurunkan gula darah dalam pencegahan sekunder meliputi:
a. Perencanaan makan yang baik dan seimbang untuk mendapatkan berat badan idaman sesuai
dengan umur dan jenis kelamin
b. Kegiatan jasmani cukup sesuai umur dan kemampuan pasien
c. Bila dengan pengaturan makan dan aktifitas fisik belum berhasil mengontrol gula darahnya, maka
diperlukan obat-obatan, baik yang diminum atau suntik insulin
d. Perlu penyuluhan kepada pasien mengenai berbagai hal berkaitan dengan diabetes dan
komplikasinya

 Pencegahan Tersier
Usaha pencegahan tersier dilakukan bila komplikasi telah terjadi, untuk mencegah agar tidak
terjadi bila komplikasi berlanjut, antara lain:
 Pembuluh darah otak : stroke dengan segala akibatnya
 Pembuluh darah jantung : penyakit jantung koroner dan segala konsekuensinya termasuk gagal
jantung
 Pembuluh darah mata : kebutaan
 Pembuluh darah ginjal : penyakit ginjal kronik sehingga memerlukan cuci darah
 Pembuluh darah kaki : kaki busuk yang perlu amputasi
Pemantauan dan pemeriksaan yang diperlukan untuk pencegahan tersier, antara lain:
1) Mata : pemeriksaan mata secara berkala
2) Paru : pemeriksaan rontgen paru secara bekala
3) Jantung : pemeriksaan rekam jantung/uji latih jantung secara berkala
4) Ginjal : pemeriksaan urin dan fungsi ginjal untuk mendeteksi adanya kebocoran protein
5) Kaki : pemeriksaan dan perawatan kaki secara berkala
2.4 Cara Mengobati Diabetes Melitus
Penderita diabetes tipe 1 umumnya menjalani pengobatan therapi insulin (Lantus/Levemir,
Humalog, Novolog atau Apidra) yang berkesinambungan, selain itu adalah dengan berolahraga
secukupnya serta melakukan pengontrolan menu makanan (diet).
Pada penderita diabetes mellitus tipe 2, penatalaksanaan pengobatan dan penanganan
difokuskan pada gaya hidup dan aktivitas fisik. Pengontrolan nilai kadar gula dalam darah adalah
menjadi kunci program pengobatan, yaitu dengan mengurangi berat badan, diet, dan berolahraga.
Jika hal ini tidak mencapai hasil yang diharapkan, maka pemberian obat tablet akan diperlukan.
Bahkan pemberian suntikan insulin turut diperlukan bila tablet tidak mengatasi pengontrolan kadar
gula darah.
2.5 KEBUTUHAN ZAT GIZI PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS
Perencanaan makan hendaknya dengan kandungan zat gizi yang cukup dan disertai
pengurangan total lemak terutama lemak jenuh. Pengetahuan porsi makanan sedemikian rupa
sehingga supan zat gizi tersebar sepanjang hari. Penurunan berat badan ringan atau sedang (5 -10
kg), sudah terbukti dapat meningkatkan kontrol diabetes, walaupun berat badan idaman tidak
dicapai. Penurunan berat badan dapat diusahakan dicapai dengan baik dengan penurunan asupan
energi yang moderat dan peningkatan pengeluaran energi. Dianjurkan pembatasan kalori sedang
yaitu 250-500 Kkal lebih rendah dari asupan rata-rata sehari.
KEBUTUHAN ZAT GIZI DAPAT DIURAIKAN DIBAWAH INI.
1. Protein.
Hanya sedikit data ilmiah untuk membuat rekomendasi yang kuat tentang asupan protein
orang dengan diabetes. ADA pada saat ini menganjurkan mengkonsumsi 10% sampai 20% energi
dari protein total. Menurut konsensus pengelolaan diabetes di Indonesia kebutuhan protein untuk
orang dengan diabetes adalah 10% -15% energi. Perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kg
perhari atau 10% dari kebutuhan energi dengan timbulnya nefropati pada orang dewasa dan 65%
hendaknya bernilai biologi tinggi.
2. Total Lemak.
Asupan lemak dianjurkan < 10% energi dari lemak jenuh dan tidak lebih 10% energi dari
lemak tidak jenuh ganda, sedangkan selebihnya yaitu 60 ? 70% total energi dari lemak tidak jenuh
tunggak dan karbohidrat. Distribusi energi dari lemak dan karbohidrat dapat berbeda-beda setiap
individu berdasarkan pengkajia gizi dan tujuan pengobatan. Anjuran persentase energi dari lemak
tergantung dari hasil pemeriksaan glukosa, lipid, dan berat badan yang diinginkan.
Untuk individu yang mempunyai kadar lipid normal dan dapat mempertahankan berat badan
yang memadai (dan untuk pertumbuhan dan perkembangan normal pada anak dan remaja) dapat
dianjurkan tidak lebih dari 30% asupan energi dari lemak total dan < 10% energi dari lemak jenuh.
Dalam hal ini anjuran asupan lemak di Indonesia adalah 20 ? 25% energi. Apabila peningkatan
LDL merupakan masalah utama, dapat diikuti anjuran diet dislipidemia tahap II yaitu < 7% energi
total dari lemaj jenuh, tidak lebih dari 30% energi dari lemak total dan kandungan kolesterol 200
mg/hari. Apabila peningkatan trigliserida dan VLDL merupakan masalah utama, pendekatan yang
mungkin menguntungkan selain menurunkan berat badan dan peningkatan aktivitas adalah
peningkatan sedang asupan lemak tidak jenuh tunggal 20% energi dengan < 10% masing energi
masing-masing dari lemak jenuh dan tidak jenuh ganda sedangkan asupan karbohidrat lebih
rendah. Perencanaan makan tinggi lemak tidak jenuh tunggal dapat dilakukan antara lain dengan
penggunaan nuts, alpukat dan minyak zaitun. Namun demikian pada individu yang kegemukan
peningkatan asupan lemak dapat memperburuk kegemukannya. Pasien dengan kadar trigliserida
> 1000 mg/dl mungkin perlu penurunan semua tipe lemak makanan untuk menurunkan kadar
lemak plasma dalam bentuk kilomikron.
3. Lemak Jenuh dan Kolesterol.
Tujuan utama pengurangan konsumsi lemak jenuh dan kolestrol adalah untuk menurunkan
resiko penyakit kardiovaskuler. Oleh karena itu < 10% asupan energi sehari seharusnya dari lemak
jenuh dan asupan makanan kolesterol makanan hendaknya dibatasi tidak lebih dari 300 mg perhari.
Namun demikian rekomendasi ini harus disesuaikan dengan latar belakang budaya dan etnik.
4. Karbohidrat dan Pemanis.
Rekomendasi tahun 1994 lebih menfokuskan pada jumlah total karbohidrat dari pada
jenisnya. Rekomendasi untuk sukrosa lebih liberal, menilai kembali fruktosa dan lebih konservatif
untuk serat. Buah dan susu sudah terbukti mempunyai respon glikemik menyerupai roti, nasi dan
kentang. Walaupun berbagai tepung-tepungan mempunyai respon glikemik yang berbeda,
prioritas hendaknya lebih pada jumlah total karbohidrat yang dikonsumsi dari pada sumber
karbohidrat. Anjuran konsumsi karbohidrat untuk orang dengan diabetes di Indonesia adalah 60%-
70% energi.
5. Sukrosa.
Bukti ilmiah menunjukkan bahwa penggunaan sukrosa sebagai bagian dari perencanaan
makan tidak memperburuk kontrol glukosa darah pada individu dengan diabetes tipe 1 dan 2.
Sukrosa dan makanan yang mengandung sukrosa harus diperhitungkan sebagai pengganti
karbohidrat makanan lain dan tidak hanya dengan menambahkannya pada perencanaan makan.
Dalam melakukan substitusi ini kandungan zat gizi dari makanan-makanan manis yang pekat
dan kandungan zat gizi makanan yang mengandung sukrosa harus dipertimbangkan, demikian juga
adanya zat gizi-zat gizi lain pada makanan tersebut seperti lemak yang sering dimakan bersama
sukrosa. Mengkonsumsi makanan yang bervariasi memberikan lebih banyak zat gizi dari pada
makanan dengan sukrosa sebagai satu-satunya zat gizi.
6. Pemanis.
a. Fruktosa menaikkan glukosa plasma lebih kecil dari pada sukrosa dan kebanyakannya
karbohidrat jenis tepung-tepungan. Dalam hal ini fruktosa dapat memberikan keuntungan sebagai
bahan pemanis pada diet diabetes. Namun demikian, karena pengaruh penggunaan dalam jumlah
besar (20% energi) yang potensial merugikan pada kolesterol dan LDL, fruktosa tidak seluruhnya
menguntungkan sebagai bahan pemanis untuk orang dengan diabetes. Penderita dislipidemia
hendaknya menghindari mengkonsumsi fruktosa dalam jumlah besar, namun tidak ada alasan
untuk menghindari makanan seperti buah dan sayuran yang mengnadung fruktosa alami ataupun
konsumsi sejumlah sedang makanan yang mengandung pemanis fruktosa.
b. Sorbitol, mannitol dan xylitol adalah gula alkohol biasa (polyols) yang menghasilkan respon
glikemik lebih rendah dari pada sukrosa dan karbohidrat lain. Penggunaan pemanis tersebut secra
berlebihan dapat mempunyai pengaruh laxatif.
c. Sakarin, aspartam, acesulfame adalah pemanis tak bergizi yang dapat diterima sebagai pemanis
pada semua penderita DM.
7. Serat.
Rekomendasi asupan serat untuk orang dengan diabetes sama dengan untuk orang yang tidak
diabetes. Dianjurkan mengkonsumsi 20 ? 35 g serat makanan dari berbagai sumber bahan
makanan. Di Indonesia anjurannya adalah kira-kira 25 g/hari dengan mengutamakan serat larut.
8. Natrium.
Anjuran asupan untuk orang dengan diabetes sama dengan penduduk biasa yaitu tidak lebih
dari 3000 mg, sedangkan bagi yang menderita hipertensi ringan sampai sedang, dianjurkan 2400
mg natrium perhari.
2.6 Jenis diet pada penyakit Diabetes Mellitus
Berikut adalah jenis diet pada penyakit Diabetes Mellitus
1. Diet Rendah Kalori
Diet rendah kalori bertujuan untuk menurunkan berat badan yang kemudian diikuti diet
untuk mempertahankan berat badan tubuh. Berikut rekomendasi diet diabetes mellitus.
Tabel 1. Nutrien dan Rekomendasi yang Tepat bagi Penderita Diabetes Mellitus
Nutrien Rekomendasi
Energi (Total Kalori) 1. a. Dibatasi pada pasien diabetes yang obesitas
b. Tidak boleh melampaui kecukupan kalori
bagi pasien diabetes
2. Paling sedikit separuh dari total masukan kalori
berupa hidratarang
Hidratarang 1. Mendorong makanan yang kaya serat dan tidak digiling
halus
2. a.Hidratarang sebaiknya dalam bentuk
polisakarida dan bukan gula biasa
b.Gula hanya boleh digunakan dalam keadaan sakit dan
hipoglikemia
3. Jadwal makan harus disesuaikan dengan kerja insulin
Lemak 1. Lemak harus memberikan total masukan energi paling
banyak 35%
2. Konsumsi lemak jenuh harus dikurangi
Protein Seperti halnya diet yang normal dan seimbang dari
sumbersumber hewani dan nabati
Garam Diet diabetes tidak boleh menyebabkan peningkatan
masukan garam
Produk pangan khusus Produk pangan kalori rendah dapat membantu penurunan
berat badan. Pemanis buatan dapat digunakan sebagai
pengganti gula.

2. Diet Bebas Gula


Tipe diet ini digunakan untuk pasien diabetes yang berusia lanjut dan tidak memerlukan suntikan
insulin. Diet bebas gula diterapkan berdasarkan dua prinsip.
a. Tidak memakan makanan gula dan makanan yang mengandung gula seperti madu selai, permen,
manisan, cokelat, biskuit, kue roti manis, puding, buah kaleng, dan sirup.
b. Mengkonsumsi makanan sumber hidratarang (dalam bentuk pati) dan dibagi dalam selang waktu
yang teratur selama sehari.
Berikut contoh susunan diet untuk pasien diabetes mellitus yang diatasi hanya dengan terapi diet
dengan nilai kalori 1500, protein 60 g, lemak 40 g, hidratarang 225 g.

Tabel 2 Contoh Susunan Diet bagi Pasien Diabetes Mellitus


Waktu Bahan makanan Menu
Makan pagi Roti tawar 4 potong (80 g) Roti lapis margarin
Telur ½ butir (30 g) Telur rebus
Tomat sesukanya (10 g) Lalap tomat
Margarin ½ sdm (5 g)
Pukul 10.00 Pepaya 1 potong (100 g) Pepaya
Makan siang Nasi 1 gelas (13g) Nasi
Daging 1 potong sedang (50 g) Daging bumbu bali
Tempe 2 potong sedang (50 g) Nenas
Kol sesukanya
Tauge sesukanya
Bayam ½ gelas (50 g)
Kacang panjang ½ gelas (50 g)
Nenas 1/6 buah sedang (75 g)
Kacang tanah 1 sdm (10 g)
Makan sore Kentang 2 biji sedang (200 g) Kentang ongklok
Daging 1 potong sedang (50 g) Daging bistik
Tahu 1 biji sedang (50 g) Tahu tim
Ketimun sesukanya Selada + ketimun (lalap)
Slada sekehendak Sup buncis + wortel
Buncis ½ gelas (50 g) Pepaya
Wortel ½ gelas (50 g)
Pepaya 1 potong sedang (100 g)
Minyak ½ sdm (5 g)
Pukul 21.00 Pisang 1 buah sedang Pisang

3. Sistem Penukaran Hidratarang


Sistem ini digunakan pada pasien-pasien diabetes mellitus yang mendapatkan suntikan insulin atau
obat-obat hipoglikemik oral dengan dosis tinggi. Sistem ini membutuhkan sebuah daftar standar
yang berisi berbagai jenis makanan penukar dengan kandungan HA sebesar 10 g. ( Tabel 3 dan
Tabel 4 ).
Tabel 3 Daftar Bahan Makanan Penukar yang Mengandung 10 g Hidratarang
Bahan makanan Takaran
25 g nasi 1 gelas tiris (100 g) wortel
½ biji sedang (50 g) kentang 1 gelas tiris (100 g) kacang panjang
½ potong sedang (25 g) singkong 1 gelas tiris (100 g) kacang kapri
½ biji (50 g) talas ½ buah sedang (75 g) apel
1 iris (20 g) roti putih 1 buah sedang (75 g) pisang ambon
¼ gelas (25 g) mi basah 1 potong sedang (100 g) pepaya
3 sdm (30 g) kacang hijau 1/6 buah (75 g) nanas
2 ½ sdm (25 g) pindakas 2 buah (100 g) jeruk manis
2 potong sedang (60 g) tempe 1 buah (100 g) jambu biji
1 gelas (200 g) susu sapi
1 gelas tiris (100 g) bayam
1 gelas tiris (100 g) buncis
I biji besar (125) tahu 2 buah (100 g) jambu air
Tabel 4 Susunan Diet bagi Pasien yang Memperoleh Suntikan Insulin
dan Diet Penukar Hidratarang
Sarapan Kecukupan Jumlah makanan Kandungan SP Total
HA HA SP
Pagi dengan 70 ½ gelas air jeruk 10 1 7
suntikan 4 iris roti putih 40 4
insulin 2 ½ sdm pindakas 10 1
1 gelas susu sapi 10 1
Pkl 10.00 20 Kopi 2
½ apel 10 1
2 biskuit tawar 10 1
Siang 50 ¾ gelas nasi putih (100 40 4 5
g) 10 1
2 buah jeruk
Pkl 16.00 10 Teh
2 biskuit tawar 10 1 1
Malam dengan Daging 10 1 8
suntikan 1 mangkuk sayuran 40 4
insulin 2 kentang rebus (200 g) 10 1
1 potong tahu (10 g) 10 1
1 gelas kacang hijau (30 10 1
g)
1 buah pepaya
Pkl 21.00 20 Teh 20 2 2
2 iris roti sandwich berisi
telur/daging

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sebagai suatu gangguan kesehatan, diabetes memberikan beban besar sebagai masalah
kesehatan dengan melihat bahwa: Gejala-gejala DM sendiri cukup banyak dan berat, masing-
masing gangguan cukup member tantangan dalam mengatasinya. Mengahadapi gangguan
perasaan lapar saja, misalnya suatu bentuk gangguan yang cukup berat dihadapi oleh setiap pasien,
dimana keinginan untuk menahan diri tidak makan. DM merupakan penyakit yang mudah “kerja
sama” dengan penyakit lain. Jika DM melakukan kerjasama antar sesame kelompok “high blood
sugar” maka mereka dapat membentuk suatu “segitiga raja penyakit”. Jika DM memasuki tahap
komplikasi, komplikasi DM dimasuki semua jalur sistem tubuh manusia.
Secara umum, DM merupakan beban kesehatan masyarakat yang cukup berat mengingat
bahwa: Diabetes tidak bisa disembuhkan, hanya bisa dikendalikan atau dicegat (diperlambat). DM
akan merupakan bagian keseharian seumur hidup seorang penderita.
Rentan terhadap komplikasi, keadaan lanjut. Keadaan lanjut ini bisa menjadi karena pasien
merasa tidak sakit, sehingga melalaikan pengobatan dan perawatan. Selain itu tentu terlambat
mengunjungi dokter untuk melakukan diagnosis dan pengobatan. Komplikasi DM berat dan dapat
menyebabkan kematian.
3.2 Saran
Mahasiswa sebaiknya mengetahui segala hal yang berkaitan dengan diabetes mellitus
seperti sejarah ditemukannya penyakit ini, hingga perkembangannya sampai sekarang. Begitu pula
dengan gejala, cara pencegahan dan cara mengobatinya, penting diketahui mengingat diabetes
adalah termasuk sepuluh besar penyakit yang menyebabkan kematian. Sehingga mahasiswa
diharapkan mampu menyampaikannya kepada masyarakat luas.

DAFTAR PUSTAKA

Bustan. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Rengganis, Iris dkk. 2007. Bunga Rampai Masalah Kesehatan Dari Dalam Kandungan Sampai
Lanjut Usia. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Anonim. 2008. Pentingnya Pengaturan Diet bagi Penderita DiabetesMellitus. http://4-
healthyfood.blogspot.com/2008/03/pentingnya-pengaturan-diet-bagi.html. Diakses pada tanggal
30 Desember 2012.
Anonim. 2010. Pengaturan Makan bagi Diabetisi.http://indodiabetes.com/pengaturan-makan-
bagi-diabetisi.html. Diakses pada tanggal 30 Desember 2012.
Bimantaro,Yoga.2011. Penatalaksanaan Gizi pada
Mariyani, Lisa. 2008. Pengaturan Makan pada Penyandang Diabetes Mellitus – Bag.
1.http://kulinersehat.wordpress.com/2008/10/29/pengaturan-makan-pada-penyandang-diabetes-
mellitus-bag-1/.Diakses pada tanggal 30 Desember 2012.
Munif. 2012. Diet pada Diabetes
Mellitus.http://helpingpeopleideas.com/publichealth/index.php/2012/01/diet-pada-diabetes-
mellitus/. Diakses pada tanggal 30 Desember 2012
Pramono. 2012. Diet pada Diabetes Mellitus.http://rsulin.com/berita-157-diet-pada-diabetes-
mellitus.html. Diakses tanggal 30 Desember 2012.
Putro, Prayugo, J.S. 2012. Pola Diit Tepat Jumlah, Jadwal, dan Jenis terhadap Kadar Gula Darah
Pasien Diabetes Mellitus Tipe II. Kediri: Jurnal STIKES Volume 5, No. 1.
Sulistyowati, Lilis. 2011. Diet Diabetes Mellitus.http://oesasena.blogspot.com/2010/03/diet-
diabetes-mellitus.html. Diakses tanggal 30 Desember 2012.
Diposkan oleh itHaSwaR di 00.10.00 Lokasi: Makassar, Indonesia
Label: Diet Diabetes Mellitus

Diposting oleh Unknown di 06.06


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:


Posting Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Posting Kome

Anda mungkin juga menyukai