“Hutan Desa”
Oleh :
SUKRI
M1A1 14
KEHUTANAN
JURUSAN KEHUTANAN
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah
tentang Hutan Desa ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan
juga kami berterima kasih pada Bapak Dosen mata kuliah kehutanan masyarakat yang
membacanya.Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan
datang.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................. 3
BAB 1 ............................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4
BAB II ........................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 10
3.2. Pemanfaatan hutan desa pada kawasan hutan lindung dan produksi ................ 12
BAB IV ........................................................................................................................ 15
PENUTUP ................................................................................................................... 15
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Data dari Kementerian Kehutanan Tahun 2010 bahwa dari 31.864 jumlah
desa, terdapat 16.760 desa (52,60%) berada dalam kawasan hutan antara lain dalam
hutan lindung terdapat 6.243 desa, Hutan produksi 7.467 desa, Hutan Produksi
terbatas 4.744 desa dan Hutan Produksi Konversi 3.848 desa dan Hutan Konservasi
sebanyak 2.270 desa. Dari jumlah kepala keluarga sebanyak 21.563.447, terdapat
sebanyak 448.630 kepala keluarga (2,08%) dalam kawasan hutan dan sebanyak
menunjukkan bahwa Desa sangat bersinggungan dengan kawasan hutan. Kata salah
seorang masyarakat desa “yang mana sesungguhnya benar, desa yang masuk hutan
atau hutan yang masuk desa ?”Hutan Desa itu eksis secara sosiologis, baik itu berada
dalam kawasan hutan (atau hutan Negara) maupun berada di luar kawasan (atau hutan
kas desa, atau sebutan lainnya telah mengalami penurunan fungsi semenjak tata ruang
penjelasan pasal 5,hutan desa adalah hutan negara yangberada di dalam wilayah suatu
4
Pengelolaan Hutan, hutan desa didefinisikan sebagai hutan negara yangbelum
dibebani izin atau hak yang dikelola oleh desa danuntuk untuk kesejahteraan
masyarakatdesa.Prinsip dasar dari Hutan Desa adalah untuk membuka akses bagi
desa tersebut.
Hak akses desa terhadap hutan negara yang ada di dalam wilayahnya inilah
Desa, yang ditetapkan pada tanggal 28Agustus 2008.Peraturan ini kemudian diikuti
desa dengan waktu 35 tahun dan dapat diperpanjang.Perizinan Hutan Desa dapat
diberikan di areal hutan lindung dan juga produksi yang berada di dalam wilayah
administrasi desa yang bersangkutan.Penetapan areal kerja hutan desa dilakukan oleh
diberikan adalah hak pemanfaatan Hutan Desa bukan hak milik dengan status tetap di
hutan negara.
5
1.2. Rumusan Masalah
produksi?
1.3. Tujuan
2. Untuk mengetahui pemanfaatan hutan desa pada kawasan hutan lindung dan
produksi.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hutan Desa pada prinsipnya adalah Hutan Negara yang dikelola oleh
kesejahteraan masyarakat desa itu sendiri. Artinya, Hutan Desa itu bermaksud untuk
Semua aturan atau kebijakan yang telah dikeluarkan pemerintah pusat terkait
Hutan Desa sebagai kawasan hutan negara, hutan rakyat, dan tanah negara
yang berada dalam wilayah administrasi desa yang dikelola oleh lembaga ekonomi
yang ada di desa, antara lain rumah tangga petani, usaha kelompok, badan usaha
milik swasta, atau badan usaha milik desa yang khusus dibentuk untuk itu, dimana
Hak akses desa terhadap kawasan hutan (hutan negara) yang ada di dalam
wilayahnya inilah yang kemudian didefenisikan sebagai Hutan Desa. Pada awal
menggulirkan konsep Hutan Desa mendefinisikan Hutan Desa sebagai kawasan hutan
7
negara yang masuk dalam wilayah desa tertentu dan dikelola oleh masyarakat desa
membicarakan pengelolaan hutan di desa memang harus holistik dan integrasi dengan
pengelolaan Hutan Desa harus mencakup status hutan negara dan hutan rakyat yang
ada di desa tersebut. Lembaga dan aktor pengelola akan tergantung pada kesiapan dan
kondisi masing-masing lokasi. Yang pasti masyarakat desalah sebagai aktor utama
kompromi terhadap tuntutan pengakuan hutan adat yang sampai saat ini belum
boleh jadi akan terkait dengan persoalan tarik-menarik lingkaran kalangan elit desa
(baca: perangkat desa), atau antara kepentingan entitas desa yang notabene adalah
entitas politik pusat, dan entitas adat yang lebih mewakili sosial ekonomi masyarakat
adalah : (a) semangat pengaturan sebaiknya adalah bagaimana agar daerah mampu
mengatur diri, (b) sebaiknya isu harus ditempatkan dalam konteks demokratisasi,
8
konteks pencapaian tujuan kesejahteraan rakyat, (d) perlu dilakukan penelitian sejauh
mana desa bisa diberi hak atas pengelolaan sumber daya, dan kepada siapakah hak itu
diberikan, apakah kepada komunitas ataukah pada lembaga desa, serta perlu diatur
bagaimana mencegah terjadinya elit capture, (e) harus dijaga jangan sampai sumber
daya yang sifatnya public goods kemudian malah diprivatisasi dan dibagi-bagi, (f)
kalaupun desa diberikan otonomi mengelola sumberdaya, maka harus dijaga agar
jangan sampai pihak luar yang mengambil profit, (g) perlu dipikirkan bagaimana agar
pengelolaan sumber daya alam itu dapat member manfaat terhadap masyarakat,
terutama masyarakat yang paling dekat dengan sumber daya alam tersebut, (h) agar
harus diidentifikasi secara jelas apa itu karakteristik sumber daya alam, (i) perlu
desentralisasi yang telah memberikan ruang pada daerah dengan isu kapasitas
9
BAB III
PEMBAHASAN
Perum Perhutani pada tahun 2001 membuka kesempatan bagi masyarakat desa hutan untuk
terlibat aktif dalam pengelolaan hutan. Keterlibatan aktif ini dimulai dari terjalinnya
kerjasama pengelolaan hutan antara Perhutani dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan
(LMDH). Dalam sistem PHBM ini dilakukan proses pemberdayaan kepada masyarakat desa
hutan yang bertujuan untuk mencapai pengelolaan sumberdaya hutan yang lestari dan
pengelolaan hutan ini dapat dimaknai sebagai proses untuk berbagi peran, berbagi ruang dan
waktu, serta berbagi hasil. Dengan melibatkan masyarakat desa hutan dalam setiap tahapan
pengelolaan hutan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi akan
memberi makna yang dalam bagi mereka. Motivasi dan tanggung jawab bersama dalam
pengelolaan hutan akan muncul dari proses-proses yang dilalui dalam pemberdayaan
masyarakat.
mendiami suatu tempat tertentu, yang terikat dalam suatu norma, nilai dan kebiasaan
tipologinya, masyarakat desa hutan adalah masyarakat yang mendiami wilayah yang
10
Lembaga Masyarakat Desa Hutan Lembaga adalah wadah dimana
berfungsi mengatur akan kebutuhan bersama tersebut dengan nilai dan aturan
bersama. Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) adalah satu lembaga yang
dibentuk oleh masyarakat desa yang berada didalam atau disekitar hutan untuk
Hutan desa merupakan salah satu dari 4 skema pengelolaan hutan berbasis
dilakukan pada kawasan hutan lindung dan hutan produksi dengan jangka waktu
dilakukan paling lama setiap 5 tahun.Kebijakan mengenai hutan desa diatur dalam
ijin pengelola hutan desa adalah suatu lembaga pengelola yang dibentuk melalui
Peraturan Desa (Perdes). Ijin pengelolaan dapat berupa Ijin Usaha Pemanfaatan
Kawasan (IUPK), Ijin Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan (IUPJL), Ijin Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (IUPHHBK), Ijin Pemanfaatan Hasil Hutan
Bukan Kayu (IPHHK). Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) dan
Ijin Pemanfaatan Hasil HutanKayu (IPHHK) diperbolehkan pada hutan desa yang
11
dalam rencanakerja tahunan, rencana kerja jangka menengah dan rencana kerja
pengelolaan hutan telah sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah direncanakan
bersama.Jika ada perbedaan antara kegiatan yang telah dilakukan dan yang
ketidaksesuaiannya.
3.2. Pemanfaatan hutan desa pada kawasan hutan lindung dan produksi
masyarakat antara lain yaitu: a. Pemanfaatan kawasan untuk kegiatan usaha budidaya
tanaman obat, tanaman hias, jamur, lebah, makanan ternak, penangkaran satwa liar
dan rehabilitasi satwa, b. Jasa lingkungan yang berupa jasa aliran air, air, wisata alam,
kawasan untuk kegiatan usaha budidaya tanaman obat, tanaman hias, jamur, lebah,
makanan ternak, penangkaran satwa liar dan rehabilitasi satwa, b. Jasa lingkungan
yang berupa jasa aliran air, air, wisata alam, perlindungan keanekaragaman hayati,
12
penyelamatan dan perlindungan lingkungan, penyerapan dan atau penyimpanan
karbon, c. Pemungutan HHBK berupa: rotan, getah, madu, buah, jamur dan sarang
walet. Pada hutan desa yang ada di kawasan hutan produksi, pemanfaatan HHBK
Getah, kulit kayu, buah atau biji dan gaharu meliputi pemanenan, pengayaan,
Getah, kulit kayu, buah atau biji dan gaharu meliputi penanaman, pemanenan,
HHBK rotan, madu, getah, buah atau biji, gaharu, daun, kulit kayu, tanaman
c. Pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan desa di kawasan hutan produksi dibatasi
hanya 50 m per lembaga desa per tahun untuk kebutuhan pembangunan fasilitas
13
3.3. Prosedur perizinan danpengelolaan hutan desa
14
hidupnya.Hal ini dimungkinkankarena pemegang hak pengelolaan hutan desa berhak
memanfaatkan kawasan, jasa lingkungan,pemungutan hasil hutan kayu dan bukan
kayu.Namun untuk di hutan lindung tidak diizinkanmemanfaatkan dan memungut
hasil hutan kayu.Dalammemanfaatkan kawasan hutan desa, baik yang berada di hutan
lindung maupun hutanproduksi masyarakat dapat melakukan berbagai kegiatan usaha,
yaitu budidaya tanaman obat,tanaman hias, jamur, lebah, penangkaran satwa liar, atau
budidaya pakan ternak.Sedangkan dalammemanfaatkan jasa lingkungan dapat
melalui kegiatan usaha pemanfaatan jasa aliran air,pemanfaatan air, wisata alam,
perlindungan keanekaragaman hayati, penyelamatan danperlindungan lingkungan,
atau penyerapan dan penyimpanan karbon.Intinya, Hutan Desa adalah salah satu
wujud kebijakan untuk pemberdayaan masyarakat didalam dan sekitar kawasan hutan
serta mewujudkan pengelolaan hutan yang adil dan lestari.Kebijakan ini perlu
disosialisasikan pada masyarakat dan institusi terkait agar tujuanyang
diharapkandapat dicapai.Selain itu,Hutan Desadiharapkanmemberikan akses kepada
masyarakat setempatmelalui lembaga desa, dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat setempat secara berkelanjutan.
BAB IV
PENUTUP
15
4.1. Kesimpulan
Hutan desa merupakan salah satu dari 4 skema pengelolaan hutan berbasis
masyarakat yang ditawarkan oleh pemerintah.Model pengelolaan hutan desa dapat
dilakukan pada kawasan hutan lindung dan hutan produksi dengan jangka waktu
pengelolaan selama 35 tahun dan dapat diperpanjang berdasarkan evaluasi yang
dilakukan paling lama setiap 5 tahun.Kebijakan mengenai hutan desa diatur dalam
Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia P.89/Menhut-II/2014.
Hutan lindung yang dikelola dengan skema hutan desa berpotensi dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat antara lain yaitu: a. Pemanfaatan kawasan
untuk kegiatan usaha budidaya tanaman obat, tanaman hias, jamur, lebah, makanan
ternak, penangkaran satwa liar dan rehabilitasi satwa, b. Jasa lingkungan yang berupa
jasa aliran air, air, wisata alam, perlindungan keanekaragaman hayati, penyelamatan
dan perlindungan lingkungan, penyerapan dan atau penyimpanan karbon, c.
Pemungutan HHBK berupa: rotan, getah, madu, buah, jamur dan sarang walet.
Pemanfaatan hutan desa di hutan produksi mencakup: a. Pemanfaatan kawasan untuk
kegiatan usaha budidaya tanaman obat, tanaman hias, jamur, lebah, makanan ternak,
penangkaran satwa liar dan rehabilitasi satwa, b. Jasa lingkungan yang berupa jasa
aliran air, air, wisata alam, perlindungan keanekaragaman hayati, penyelamatan dan
perlindungan lingkungan, penyerapan dan atau penyimpanan karbon, c. Pemungutan
HHBK berupa: rotan, getah, madu, buah, jamur dan sarang wallet, d. Pemanfaatan
hasil hutan kayu pada hutan desa di kawasan hutan produksi dibatasi hanya 50 m per
lembaga desa per tahun untuk kebutuhan pembangunan fasilitas umum tidak untuk
diperdagangkan.
Pelaksanaan skema Hutan Desa sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
KehutananNo.P.49/Menhut-II/2008 tentang Hutan Desa dapat dipilah dalam 3
tingkatan: pertama, penetapan yang dilakukan oleh pemerintah pusat (Kementerian
Kehutanan); kedua, perizinan yang dilakukan oleh pemerintah daerah (Gubernur);
ketiga, pengelolaan di lapangan yang dilakukan oleh kelompok masyarakat pemegang
izin pemanfaatan hutan desa.
16
4.2. Saran
Utamanya agar pemanfaatan hutan dapat terdistribusi secara adil hingga ke
seluruh levelsosial ekonomi masyarakat desa, sehingga untuk pencapaian Tujuan
penyelenggaraan hutan desa perlu meningkatkankesejahteraan masyarakat setempat
secara berkelanjutan dapat tercapai.
DAFTAR PUSATAKA
Alam, S., Supratman., dan Yusuf, Y., 2003. Pengelolaan Hutan Desa di Sulawesi
Selatan.Makalah di Susun pada Seminar Nasional Hutan Desa, Yogyakarta.
17
Awang, S.A., 2010. Hutan Desa: Realitas Tidak Terbantahkan Sebagai Alternatif
Model Pengelolaan Hutan di Indonesia (Artikel).Diakses pada tanggal
30/09/10.
Santoso Hery. 2008. Warta Tenure Nomor 5 April 2008. Working Group on Forest
Land Tenure. Kajian dan Opini.Selamat datang Hutan
Desa.www.wgtenure.org/file/Warta.../Warta_Tenure_05e.pdfdiaksestanggal
7Desember2012.
Santoso Hery. 2011. Hutan Kemasayarakatan dan Hutan Desa: Tafsir Setengah Hati
Pengelolaan Human Berbasis Masyarakat Versi Kementrian Kehutanan RI.
JurnalKehutanan Masyarakat Vol. 3 No. 1 Tahun 2011 53-78.
18