Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut “congek” adalah
radang kronis telinga tengah dengan adanya lubang (perforasi) pada gendang telinga
(membran timpani) dan riwayat keluarnya cairan (sekret) dari telinga (otorea) lebih dari 2
bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin serous, mukous, atau purulen.

Otitis media supuratif kronik merupakan penyakit THT yang paling banyak ditemukan
di negara sedang berkembang. Secara umum, insiden OMSK dipengaruhi oleh ras dan faktor
sosioekonomi. Prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8% dan termasuk dalam klasifikasi
tinggi dibandingkan dengan beberapa negara lain. Berdasarkan Survei Nasional Kesehatan
Indera Penglihatan dan Pendengaran oleh Departemen Kesehatan R.I tahun 1994-1996, angka
kesakitan (morbiditas) Telinga, Hidung, dan Tenggorok (THT) di Indonesia sebesar 38,6%
dengan prevalensi morbiditas tertinggi pada kasus telinga dan gangguan pendengaran yaitu
sebesar 38,6% dan prevalensi otitis media supuratif kronis antara 2,1-5,2%.

OMSK dapat terbagi atas 2, yaitu otitis media supuratif kronik tubotimpani dan otitis
media supuratif kronik atikoantral. OMSK atikoantral merupakan bentuk yang paling
berbahaya karena sifatnya yang dapat mendestruksi jaringan sekitar sehingga dapat
menimbulkan komplikasi yang lebih berat. OMSK merupakan salah satu penyakit yang
sering ditemukan di poliklinik, maka dari itu penulis akan membahas laporan kasus
mengenai OMSK

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

- Tujuan Umum :
Agar mahasiswa mengetahui dan mampu memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK)

- Tujuan Khusus :
1) Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi dari telinga
2) Untuk mengetahui pengertian dari OMSK
3) Untuk mengetahui klasifikasi dari OMSK
4) Untuk mengetahui etiologi dari OMSK
5) Untuk mengetahui tanda dan gejala OMSK
6) Untuk mengetahui penatalaksanaan OMSK
7) Untuk mengetahui komplikasi dari OMSK
8) Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang OMSK
9) Untuk mengetahui pemberian asuhan keperawatan kepada pasien dengan OMSK

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Telinga

Telinga adalah organ pendengar. Syaraf yang melayani indera ini adalah syaraf
cranial ke delapan atau nervus auditorius. Telinga terdiri dari 3 bagian, yaitu : telinga
luar, telinga tengah, dan rongga telinga dalam.

1. Telinga luar
Telinga luar, yang teridiri dari aurikula (pinna) dan kanalis auditorius eksternus,
dipisahkan dari telinga tengah oleh struktur seperti cakram yang dinamakan membran
timpani (gendang telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih
setinggi mata. Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh
kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga. Aurikulus
membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis
auditorius eksternus. Tepat didepan meatus auditorius eksternus adalah sendi temporal
mandibular.

2. Telinga tengah
Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes.
Asikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang
membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil jendela oval dan dinding medial
telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagian dataran
kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah. Jendela bulat
memberikan jalan ke getaran suara. Jendala bulat ditutupi oleh membrana sangat tipis,
dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur berbentuk cincin.
Anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan. Bila terjadi
robekan, cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi ini
dinamakan fistula perilimfe. Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan
menyimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer.

2
3. Telinga dalam
Telinga dalam tertanam jauh didalam bagian tulang temporal. Organ untuk pendengar
(koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga kranial VII (nervus
Fasialis) dan VIII nervus koklea vestibularis semuanya merupakan bagian dari
komplek anatomi. Koklea dan kanalis semi posterior, superior dan lateral terletak
membentuk sudut 90˚ satu sama lain dan mengandung organ yang berhubungan
dengan keseimbangan. Organ akhir reseptor ini distimulus oleh perubahan kecepatan
dan arah gerakan seseorang. Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang
sekitar 3,5 cm dengan dua setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir
untuk pendengaran, dinamakan organ corti. Labirin membranosa tersusun atas
utrikulus, akulus, dan kanalis semisirkularis, duktus koklearis, dan organ corti.

2.2 Konsep Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)

a. Pengertian

Otitis media supratif kronik (OMSK) ialah infeksi kronik di telinga tengah dengan
perforasi membran timpani dan keluarnya sekret dari telinga tengah secara terus menerus
dan hilang timbul. Sekret ungkin encer atau kental, bening, dan berupa nanah. Biasanya
disetai gangguan pendengaran. (arif mansjoer, 2001 ; 82)

Otitis media supratif kronik (OMSK) atau yang biasa disebut dengan istilah congek,
dalam perjalanan penyakit ini berasal dari OMA stadium perforasi yang berlanjut, sekret
tetap keluar dari telinga tengah dalam bentuk encer, bening, ataupun mikopurulen. Proses
hilang timbul atau terus menerus lebih dari 2 minggu berturut-turut. Tetap terjadi
perforasi membran timpani. Perforasi yaitu membran timpati tidak intake/terdapat lubang
pada membran timpani itu sendiri.

b. Klasifikasi

OMSK dibagi menjadi 2 jenis yaitu :


1) OMSK tipe benigna (tipe mukosa = tipe aman)
Proses peradangan terbatas pada mukosa saja dan biasnaya tidak mengenai
tulang. Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK jarang menimbulkan
komplikasi yang berbahaya. Tidak terdapat kolesteaton.
2) OMSK tipe maligna (tipe tulang = tipe berbahaya)
Disertai dengan kolesteaton. Perforasi terletak pada maligna atau di atik, kadang-
kadang terdapat juga kolesteaton dengan perforasi sub total. Sebagian komplikasi
yang berbahaya/total timbul pada atau fatal, timbul OMSK tipe maligna.

c. Etiologi

Sebagian besar OMSK merupakan lanjutan dari OMA yang prosesnya sudah
berjalan lebih dari 2 bulan. Bebrapa faktor penyebabnya adalah terapi yang lambat, terapi
tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, dan daya tahan tubuh rendah. Bila kurang dari 2

3
bulan disebut sub akut. Sebagian kecil disebabkan oelh perforasi membran timpani
terjadi akibat trauma telinga tengah. Kuman penyebabnya biasanya kuman gram positif
aerob, pada infeksi yang sudah berlansung lama sering juga terdapat kuman gram negatif
dan kuman anaerob. (arief masjoer, 2001).

Kuman penyebab OMSK antara lain kuman stapilococcus aureus, pneudomonas


aeruginosa, streptococcus epidemidimis, gram positif lain, dan kuman gram negatif lain.
Bisanya pasien mendapat infeksi telinga ini setelah menderita saluran napas atas
misalnya influenza/sakit tenggorok. Melalui salurang yang menghubungkan antara
hidung dan telinga (saluran tuba eustasius), infeksi di saluran napas atas yang tidak
dibagi dengan baik dapat menjalar sampai mengenai telinga.

d. Tanda dan Gejala

a) Pasien mengeluh otore, vertigo, tinitus, rasa penuh pada telinga atau gangguan
pendengaran.
b) Nyeri telinga/tidak nyaman biasanya ringan dan seperti merasakan adanya tekanan di
telinga. Gejala-gejala tersebut dapat secara terus menerus atau intermiten dan dapat
terjadi pad salah satu atau pada kedua telinga.

e. Penatalaksanaan

Menurut arif mansjoer, dkk. 2001 :


Terapinya sering lama dan harus berulang karena :
1. Adanya perforasi membran timpani yang permanen
2. Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung, dan sinus paranosal
3. Telah terbentuk jaringan patologik yang irreversible dalam rongga mastoid
4. Gizi an kebersihan yang kurang

Ada beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK
dengan mastoiditis kornik, baik tipe bengna maupun maligna ialah sebagai berikut :
1. Mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy)
2. Mastoidektomi radikal
3. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi
4. Miringoplastik
5. Timpanoplasti
6. Pendekatan ganda timpanoplasti

f. Komplikasi

a) Kerusakan permanen dari telinga dengan berkurangnya pendengaran atau ketulian.


b) Mastoiditis, colesteaton, labirinitis, peradangan di sekitar otak, paralilsia wajah.
c) Paralisis nervus parsial, fistula labirin, labirinitis, labirinits supratif, tromboflebitis
sinus lateral, abses eksito durat, abses subdural, meningitis, abses otak, hidrosefalus
otitis.

4
g. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan audiometri
Biasanya didapatkan tuli konduktif. Tetapi dapat pula sensorineural. Beratnya
ketulian tergantung besar dan letaknya perforasi membran timpani serta keluhan dan
mobiltas sistem penghantar suara di telinga tengah. Gangguan pendengaran dapat
dibagi dalam ketulian ringan, sedang, berat, dan ketulian total, tergantung dari hasil
pemeriksaan (audiometri/test berisik).

Derajat ketulian niai ambang pendengaran :


Normal – 10 Db sampai 26 db
Ringan – 27 db sampai 40 db
Sedang – 41 db sampai 55 db
Sedang berat – 56 db sampai 70 db
Berat – 71 db sampai 90 db
Total – lebih dari 90 db

 Pemeriksaan radiologi
Biasanya mengungkapkan mastoid yang tampak sklerotik, lebih kecil dengan
pneumatisosi leb ini sedikit dibandingkan mastoid yang satunya atau yang normal.
Erosi tulang, terutama pada daerah atik memberi kesan kolesteaton.

2.3 Pengkajian

1) Sakit telinga/nyeri
2) Penurunan/tak ada ketajaman pendengaran pada satu atau kedua telinga
3) Tinitus
4) Perasaan penuh pada telinga
5) Suara bergema dari suara sendiri
6) Bunyi “letupan” sewaktu menguap atau menelan
7) Vertigo, pusing, gatal pada telinga
8) Penggunaan minyak, kapas lidi, peniti untuk membersihkan telinga
9) Penggunanaan obat (streptomisin, salisilat, kuirin, gentamisin)
10) Tanda-tanda vital (suhu bisa sampai 40o C), demam
11) Kemampuan membaca bibir atau memakai bahasa isyarat
12) Reflek kejut
13) Toleransi terhadap bunyi-bunyian keras
14) Tipe warna 2 jumlah cairan
15) Cairan telinga; hitam, kemerahan, jernih, kuning
16) Alergi
17) Dengan otoskop tuba eustacius bengkak, merah, suram

5
18) Adanya riwayat infeksi saluran pernafasan atas, infeksi telinga sebelumnya,
alergi
19) Fokus Intervensi

2.4 Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan persepsi sensori auditorius b.d obstruksi dan infeksi telinga


2. Nyeri b.d terbentungnya drainase puss
3. Ansietas b.d prosedur pembedahan
4. Resko injury b.d ketidakseimbangan labirin : vertigo

2.5 Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


kriteria hasil
1. Gangguan Setelah dilakukan - Dorong klien - Membantu
persepsi sensori tindakan asuhan menggunakan mengurang
pendengaran b.d keperawatan, alat bantu depresi
ostruksi dan diharapkan dengar sensorik
infeksi telinga gangguan persepsi - Atur - Menguragi
sensori lingkungan depresi
pendengaran dapat untuk sensorik
teratasi dengan menyeimbang - aStimulus
kriteria hasil : i defisit klien verbal dapat
Pendengaran klien - Bicara dengan meningkatkan
baik, klien klien ketika orientasi
berespon terhadap memberikan realitas
stimulus perawatan dan
lingkungan. atur waktu
bersama klien
2. Nyeri b.d Tujuan : nyeri - Kaji skala - Dapat
terbendungnya dapat teratasi nyeri dan mengetahui
drainase puss Kriteria hasil : dranase puss tingkat
nyeri hilang, skala keparahan dan
nyeri 0, TTV besar
dalam rentang terbentungnya
normal, puss dapat puss
dikeluarkan. - Monitor TTV - Nyeri dapat
dikethui dari
peningkatan
TTV
- Atur periode - Untuk
istirahat tanpa meningkatkan
terganggu kesejahteraan
dan
mengurangi
- Kolaborasi rasa nyeri
dalam - Analgetik

6
pemberian dapat
analgetik mengurangi
sesuai indikasi nyeri
3. Ansietad b.d Tujuan : ansietas - Pantau tanda - Mengetahui
prosedur teratasi dan gejala tingkat ansietas
pembedahan Kriteria hasil : ansietas - Perubahan
ekspresi tenang, - Pantau TTV TTV dapat
mengatakan dan menunjukan
menunjukan tingkat ansietas
ansietas - Dukungan
berkurang, TTV spiritual dapat
normal, - Beri membuat klien
menunjukkan dukungan tenang
kping spiritual - Menjamin
positif/adaptif. adanya sistem
- Libatkan pendukung bgi
orang terdekat klien dan
sebagai memberikan
petunjuk dala kesempatan
pengambilan orang terdekat
keputusan. untuk
berpatisipasi.

7
BAB III
PEMBAHASAN KASUS

3.1 Pengkajian Keperawatan

Identitas diri klien

Nama klien : ny. D


Tempat tanggal lahir : solo, 2 desember 1947
Umur : 69 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Agama : islam
Pendidikan : S1 hukum
Suku : jawa
Status perkawinan : menikah
Pekerjaan : pegawai swasta
Keluarga terdekat : suami
Alamat :-
Tanggal masuk RS :-
Sumber informasi : klien
Diagnose medic : OMSK (otitis media supratif kronik)

3.2 Riwayat Keperawatan


a. Keluhan utama :
- Klien mengeluh telinga kanannya keluar cairan berwarna putih kental dan
mempengaruhi pendengaran klien.
- Klien mengeluh nyeri hilang timbul pada telinga kanan (skala nyeri 2).
- Klien mengeluh seperti ada bunyi kritik-kritik pada telinga kanan.

b. Riwayat perjalanan penyakit :


Klien mengatakan sudah 6 bulan pendengarannya berkurang dan telinga kanannya
keluar cairan yang berbau tidak sedap.

c. Riwayat penyakit yang lalu :


Klien mengatakan sebelumnya pernah menderita penyakit yang sama dan dia berobat,
tetapi tidak di tindak lanjuti.

d. Riwayat keluarga :
Klien mengatakan di keluarganya tidak ada yang memiliki penyakit yang sama seperti
klien.

e. Kondisi lingkungan :
Klien tinggal di tempat yang padat penduduk dan ramai

8
f. Aspek Psikososial, Mekanisme Koping, dan Aspek Spiritual :
 Psikososial : klien mengatakan malu dengan keadaanya skarang (akan sakitnya).
 Mekanisme koping : klien bersikap kooperatif dengan dokter maupun perawat saat
dilakukan pengkajian dan tindakan.
 Spiritual : klien mengatakan selalu berdoa untuk cepat sembuh.

3.3 Pemeriksaan Fisik

Kesadaran : kompos mentis


TB : 156 cm BB : 55 kg
Tanda-tanda vital : TD : 110/70 mmHg, N : 78x/menit, S : 36oC, RR :20x/menit,
Skala nyeri : 2
Kepala : bentuk bulat, kepala simetris, tidak ada lesi, kulit kepala dan rambut bersih.
Wajah : warna kulit putih, bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan pada dahi, tidak ada
edema.
Mata : Bentuk : normal, Kesimetrisan : Simetris, Warna konjungtiva : konjungtiva
ananemis, Sclera : anikterik, Penggunaan kacamata : tidak ada, Gerakan bola mata :
simetris, Respon terhadap cahaya : normal.
Telinga : setelah dilakukan pemeriksaan otoskop tampak terdapat cairan berupa nanah
dan juga terjadi perforasi pada membrane timpani di telinga kanan. Klien juga
mengeluh nyeri pada telinga kanannya tersebut. Sedangkan pada telinga kiri terdapat
tumpukan serumen namun tidak ada perforasi pada membrane timpani (telinga kiri
tampak normal).
Hidung : warna putih, hidung simetris, tidak ada lesi, sumbatan dan pendarahan.
Mulut dan Bibir : bersih, mukosa bibir lembab, tidak ada lesi dan stomatitis, gigi
lengkap, tidak ada penggunaan gigi palsu.

3.4 Penatalaksanaan atau Terapi


Obat tetes telinga H2O2

3.5 Pemeriksaan Penunjang


a) Pemeriksaan otoskopi
b) Pemeriksaan ekstraksi serumen

9
3.6 Analisa data

Data (S/O) Masalah keperawatan


DS :
- Klien mengeluh telinga
kanannya keluar cairan
- Klien mengeluh
pendengarannya
berkurang sejak 2 bulan
yang lalu
- Klien mengatakan ada
bunyi kritik-kritik dalam
telinga kanannya Gangguan persepsi sensori
DO : pendengaran
- Tampak ada cairan
berwarna putih kental
pada telinga kanan
- Pemeriksaan otoskopi :
terdapat cairan berupa
nanah dan juga perforasi
membrane timpani pada
telinga kanan
DS :
- Klien megeluh nyeri
pada telinga kanannya
- Nyeri yang dirasakan
hilang timbul
DO :
- Skala nyeri 2 Nyeri
- Ekspresi wajah agak tida
nyaman
- TTV :
TD : 110/70 mmHg
N : 78x/menit
S : 36oC
RR : 20x/menit
DS :
- Klien mengatakan malu
akan penyakitnya karena
menimbulkan bau yang
tidak sedap
DO : Gangguan citra tubuh
- Klien tampak malu
ketika di kaji mengenai
telinga kanannya
- Ekspresi wajah tampak
sedih

10
3.7 Perencanaan

Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional


Gangguan persepsi Setelah dilakukan - Kaji tingkat - Mengetahiu tingkat
sensori pendengaran tindakan asuhan kemampuan gangguan yang
b.d kerusakan pada keperawatan, diharapkan komunikasi dialami klien
telinga tengah gangguan persepsi sensori - Ajarkan klien - Keefektifan alat
pendengaran klien adekuat untuk pendengaran
DS : dengan kriteria hasil : menggunakan tergantung pada
- Klien dan merawat tipe
mengatakan - Klien dapat menerima alat gangguan/ketulian,
telinga kanannya rangsangan dari luar
pendengaran pemakaian serta
keluar cairan dengan baik
- Klien mengeluh - Mempertahankan secara tepat perawatannya
pendengarannya kemampuan yang tepat.
berkurang sejak 2 pendengaran - Ajarkan klien - Mencegah terjadi
bulan yang lalu - Klien dapat membersihkan infeksi lebih lanjut
DO : berpatisipasi dalam telinga yang dan mempercepat
- Telinga kanan program terapi dan benar dan bersih penyembuhan
klien tampak ada pengobatan serta
penumpukan - Cairan yang keluar dari menggunakan
cairan telinga dapat berkurang antibiotik secara
kontinyu sesuai
aturan
- berbicara - Pesan yang ingin
dengan disampaikan dapat
perlahan dan di terima baik oleh
dengan jelas klien
langsung ke
telinga yang
- Mengetahui tingkat
baik
gangguan telinga
- kolaborasi yang dialami
dalam
pemeriksaan
telinga (tess
rinne, tes
weber,
audiometri, dll)

Nyeri b.d proses Setelah dilakukan asuhan - Kaji karakteristik - Untuk menentukan
peradangan pada keperawatan, diharapkan nyeri tingkat keparahan
telinga nyeri klien teratasi dengan nyeri
kriteria hasil : - Ajarkan klien - Metode pengalihan
DS : untuk suasana dengan
- Klien mengeluh - Klien tidak lagi mengalihkan melakukan relaksasi
nyeri pada telingan mengeluh nyeri pada suasana dengan bisa mengurangi
sebelah kanan telinga kanan melakukan nyeri yang diderita
- Nyeri yang - Skala nyeri 0 (tidak metode relaksasi klien
dirasakan hilang ada) saat nyeri, seperti
timbul - Ekspresi wajah tenang menarik napas
DO : panjang
- Skala nyeri 2 - Kompres dingin di - Kompres dingin
- TTV : sekitar area bertujuan

11
TD : 110/70 telinga mengurangi nyeri
mmHg karena rasa nyeri
N : 78x/menit teralihkan oleh rasa
RR : 20x/menit dingin di sekitar
S : 36oC area telinga
- Ekspresi wajah - Posisi yang sesuai
tampak tidak akan membuat klien
nyaman - Atur posisi klien merasa nyaman
- Analgetik dapat
mengurangi rasa
- Kolaborasi dalam nyeri
pemberian
analgetik

Gangguan citra Setelah dilakukan - Beritahu klien - Memotivasi klien


tubuh b.d adanya tindakan asuhan bahwa agar tidak malu
otorhea keperawatan, diharapkan penyakitnya dapat dengan sakitnya
gangguan citra tubuh yang diatasi/sembuh
DS : dialami klien dapat - Anjurkan klien - Untuk mempercepat
- Klien mengatakan teratasi dengan kriteria untuk mengikuti penyembuhan dan
malu dengan hasil : terapi dengan mendapatkan hasil
penyakitnya teratur. yang baik.
karena - Klien tidak
menimbulkan bau mengatakan malu
yang tidak sedap karena penyakitnya
DO : - Klien tampak percaya
- Klien tampak malu diri
ketika di kaji - Ekspresi wajah tenang
tentang telinga
kanannya
- Ekspresi wajah
tampak sedih
- Tampak adanya
sekret pada telinga
kanan dan juga
berbau tidak sedap

12
3.8 Catatan Keperawatan

Tgl/jam Diagnosa Implentasi keperawatan (responnya) Paraf


keperawatan
Rabu Gangguan persepsi - Mengkaji tingkat kemampuan
16/11/2016 sensori pendengaran komunikasi
b.d kerusakan pada  Respon : klien mengatakan masih bisa
10.00-12.00 telinga tengah mendengar suara dengan lumayan baik
WIB walau harus dengan nada suara agak
kencang
- Mengajarkan klien membersihkan
telinga yang benar dan bersih serta
menggunakan antibiotik secara kontinyu
sesuai aturan
 Respon : klien mengatakan dan tampak
memahami edukasi yang diajarkan
perawat
- Kolaborasi : mekalukan pemeriksaan
telinga (tess rinne, dan tes weber)
 Tess rinne (kanan = hantaran tulang
lebih panjang dari hantaran udara, kiri =
hantaran udara lebih panjang dari
hantaran tulang.
Tess weber (+) lateralisasi ke kanan
Didapatkan tuli konduktif

Rabu Nyeri b.d proses - Mengkaji karakteristik nyeri


16/11/2016 peradangan pada  Respon : klien mengatakan nyeri yang
telinga dirasakan hilang timbul
10.00-1200 - Menganjurkan kompres dingin di sekitar
WIB area telinga
 Respon : Klien mengatakan dan tampak
mengerti dengan anjuran yang diberikan
perawat
- Kolaborasi : diberikan boat tetes telinga
H2O2 sebanyak 3-5 tetes
 Klien tampak kooperatif dengan dokter
maupun perawat ketika diberikan
tindakan (tetes obat)

Rabu Gangguan citra - memberitahu klien bahwa penyakitnya


16/11/2016 tubuh b.d adanya dapat diatasi/sembuh
otorhea  respon : klien tampak memahami apa
10.00-12.00 yang disampaikan dan klien mengatakan
WIB memiliki kepercayaan diri bahwa ia akan
sembuh
- menganjurkan klien untuk mengikuti
terapi dengan teratur
 respon : kliem mengatakan memahami
anjuran yang di sampaikan dan klien
juga mengatakan sering melakukan
pemeriksaan rutin pada telinganya
maupun kesehatannya.

13
3.9 Catatan Perkembangan

Tgl/jam Diagnosa SOAP Paraf


Rabu Gangguan persepsi S : klien mengatakan masih ada sedkit cairan
16/11/2016 sensori yang keluar dari telinganya dan
pendengaran b.d pendengarannya masih sedikit berkurang
10.00-12.00 kerusakan pada O : masih ada sedikit cairan putih di dalam
WIB telinga tengah telinganya
A : masalah belum teratasi
P : intervensi di lanjutkan
Rabu Nyeri b.d proses S : klien mengatakan nyeri sudah berkurang
16/11/2016 peradangan pada dan sudah tidak terlalu dirasakan lagi
telinga O : wajah klien tampak tenang
10.00-12.00 A : masalah teratasi
WIB P : intervensi dihentikan
Rabu Gangguan citra S : klien mengatakan tidak lagi malu akan
16/11/2016 tubuh b.d adanya penyakitnya dan klien mengatakan merasa
otorhea percaya diri bahwa ia pasti akan sembuh
10.00-12.00 O : wajah klien tampak tenang, bersikap
WIB kooperatif dan terbuka kepada perawat dan
juga keluarga
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan.

14
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Pendengaran sebagai salah satu indera, memegang peranan yang sangat


penting karena perkembangan bicara sebagai komponen utama komunikasi pada
manusia sangat tergantung pada fungsi pendengaran.
.
4.2 Saran
Menjaga pola hidup dan gaya hidup adalah hal terpentig untuk menghindari
penyakit OMSK. Pola makan yang sehat akan membentuk antibody tubuh yang baik
sehingga tidak mudah terserang penyakit.

15

Anda mungkin juga menyukai