Kelompok 6:
Arofah G1A116073
UNIVERSITAS JAMBI
2018/2019
DAFTAR ISI
SKENARIO ................................................................................................................ 1
V. MIND MAP..................................................................................................... 30
i
SKENARIO
Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun diantar ibunya ke RS dengan keluhan demam
naik turun sejak 4 hari yang lalu. Demam muncul mendadak dan terjadi terus menerus
sepanjang hari disertai nyeri kepala, athralgia, myalgia. Sejak 6 jam yang lalu demam turun
tetapi disertai epitaksis, gusi berdarah, dan nyeri perut. Pasien juga tampak lemah, tidak mau
makan dan minum. Teman sekelas pasien juga ada yang menderita keluhan serupa bulan lalu
tetapi tidak disertai epitaksis dan gusi berdarah, hanya nyeri seluruh sendi yang masih
dirasakan hingga saat ini. Dilingkungan sekitar tempat tinggal pasien juga banyak ditemukan
jentik nyamuk. Akibat banyaknya laporan penderita demam tersebut, maka dinas terkait
melakukan fogging dan meminta masyarakat untuk melakukan PSN.
KLARIFIKASI ISTILIAH
1. Demam
Peningkatan temperatur tubuh diatas normal akibat infeksi
2. Nyeri
Sensasi tidak menyenangkan karena cedera atau kerusakan jaringan tubuh
3. Athralgia
Nyeri sendi baik satu maupun beberapa sendi
4. Myalgia
Nyeri otot yang melibatkan sejumlah kecil atau seluruh otot tubuh
5. Epistaksis
Perdarahan di hidung akibat pecahnya pembuluh darah pada hidung
6. Fogging
Pengasapan atau penyemprotan insektisida untuk membasmi nyamuk
7. PSN
Pemberantasan sarang nyamuk
1
IDENTIFIKASI MASALAH
2
CURAH PENDAPAT
Jawab :
Adanya serangan akut dan saat menurun demam masa kritis
4. Apa makna klinis dari demam terus menerus disertau nyeri kepala, arthalgia, dan
myalgia?
Jawab :
Pelepasan mediator inflamsi muncul lah gejala sistemik
6. Apa makna klinis dari demam yang turun tapi disertai dengan epitaksis, gusi
berdarah, dan nyeri perut?
Jawab :
Karena terjadinya trombositopenia dan koagulasi intravaskular
3
7. Faktor penyebab epitaksis!
Jawab :
Lokal : trauma ringan, obat semprot, tumor
Sistemik : sirosis hepatis, hipertensi, kelainan hormonal
9. Apa makna klinis dari pasien tidak mau makan dan minum?
Jawab :
Mediator inflamasi serotonin sehingga menekan nafsu makan di
hipotalamus
10. Apa hubungan penyakit tersebut dengan teman sekelasnya dengan teman
sekelasnya dengan gejala klinis yang berbeda?
Jawab :
Penyebab yang sama virus menular
Gejala yang berbeda faktor imun
4
Dampak fogging : asap fogging mengandung malation yang menyebabkan
leukimia pada anak. Membahayakan kandungan ibu hamil, dan radang paru
15. Bagaimana definisi, etiologi, patogenesis, manifestasi klinis, dan tat laksana pada
demam berdarah dengue?
Jawab :
LI
5
ANALISIS MASALAH
6
mengenakan pakaian tebal serta berusaha melipat bagian-bagai tubuh tertentu untuk
mengurangi penguapan.
7
(Sudoyo, Aru W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid III. Edisi keempat. 2006. Jakarta : Pusat Penerbitan Departeman Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia)
4. Apa makna klinis dari demam terus menerus disertau nyeri kepala, arthalgia, dan
myalgia?
Jawab :
Agen infeksius masuk ke dalam tubuh kemudian terjadi ikatan antara agen
infeksius tersebut dengan antibodi dari tubuh kita, terbentuklah kompleks imun, agen
infeksius itu mengalahkan imunitas dalam tubuh , makrofag teraktivasi, kemudian
bereplikasi di makrofag yang merupakan sel target, makrofag terkontaminasi agen
infeksius tersebut karena agen infeksius tersebut menempel di makrofag , makrofag
tersebut kemudian mencerna hasil pemecahan agen infeksius tersebut dan
melepaskan zat IL-1. IL-1 saat mencapai hipotalamus segera mengaktifkan proses
yang menimbulkan demam dengan cara menginduksi pembentukan salah satu
prostagalndin E2 . Tubuh kemudian melakukan kompensasi untuk menurunkan panas
tersebut yaitu dengan cara vasodilatasi pembuluh darah kulit , evaporasi panas
meningkat , tubuh berkeringat , keringat mengandung H2O, urea, natrium , klorida ,
asam laktat , kalium , apabila terjadi pengeluaran keringat terus menerus, H2O, urea,
natrium, klorida, asam laktat pun akan terbuang , terjadilah dehidrasi , H2O banyak
yang terbuang , dalam metabolisme karena kurang H20 maka pembentukan 02 (ATP)
sedikit atau tidak sempurna sehingga metabolisme tubuh mengalami perubahan dari
glikolisis aerob ke glikolisis anaerob, glikolisis anaerob hasil akhirnya asam laktat dan
hanya sedikit ATP , terjadilah penumpukan asam laktat dan terjadilah nyeri .
8
Bisa juga terjadi karena virus dengue bersifat menyerang melalui darah dan organ.
Bila organ tersebut terserang maka virus tersebut juga ikut menyerang tulang dan otot
di sekitar organ sehingga akhrinya menyebabkan mialgia dan artralgia.
(Guyton, Arthur C, Hall JE, Rachman YL, Hartanto H, editors. 2007. Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC.)
(Soedarmo PS. 2002.Infeksi Virus Dengue. In: Soedarmo dkk (ed). Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Anak, Infeksi dan Penyakit Tropis Edisi Pertama. Jakarta: IDAI, pp:
176-209)
6. Apa makna klinis dari demam yang turun tapi disertai dengan epitaksis,gusi berdarah,
dan nyeri perut?
Jawab :
Peningkatan infeksi virus dengue oleh antibodi non-neutralizing disebabkan
antibodi non-neutralizing terbentuk pada infeksi primer dan membentuk kompleks
imun pada infeksi sekunder dengan akibat memacu replikasi virus. Antibodi non-
neutralizing yang bebas dalam sirkulasi maupun melekat pada sel, bertindak sebagai
reseptor spesifik untuk melekatkan virus dengue pada permukaan sel fagosit.
9
Mekanisme ini merupakan mekanisme aferen. Selanjutnya sel monosit yang
mengandung kompleks imun akan menyebar ke usus, hati, limpa dan sumsum
tulang. Mekanisme ini disebut mekanisme eferen
mekanisme diatas menjelaskan bahwa bocornya sel darah (trombosit dan eritrosit)
menyebabkan gusi berdarah dan epistaksis serta menyebabkan terjadinya kebocoran
plasma dari cairan intraseluler ke cairan ekstra seluler yang menyebabkan terjadinya
asites yang merupakan pencetus terjadinya nyeri perut.
10
Gambar 3 Patogenesis Infeksi virus degue
(Sudoyo, Aru W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid III. Edisi keempat. 2006. Jakarta : Pusat Penerbitan Departeman Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia)
11
Tumor intranasal atau sinonasal. Sering ditandai dengan adanya riwayat epistaksis
yang berulang.
Iritasi zat kimia, obat-obatan atau narkotika. Seperti dekongestan topikal dan
kokain.
Iritasi karena pemakaian oksigen: Continuous Positive Airway Pressure (CPAP)
Kelainan vaskuler. Seperti kelainan yang dikenal dengan Wagener’s
granulomatosis (kelainan yang didapat).
Sindrom Rendu Osler Weber (hereditary hemorrhagic telangectasia) merupakan
kelainan bawaan yang diturunkan secara autosom dominan. Trauma ringan
padamukosa hidung akan menyebabkan perdarahan yang hebat. Hal ini
disebabkan oleh melemahnya gerakan kontraktilitas pembuluh darah serta
terdapatnya fistula arteriovenous.
Efek sistemik obat-obatan golongan antikoagulansia (heparin, warfarin) dan
antiplatelets (aspirin, clopidogrel).
Faktor Sistemik
Penyebab mimisan atau epistaksis yang bersifat sistemik antara lain:
Sirosis hepatis.
Atherosklerosis, hipertensi dan alkohol.
Kelainan hormonal. Seperti kelebihan hormone adrenokortikosteroid atau
hormonemineralokortikoid, pheochromocytoma hyperthyroidism atau
hypothyroidism, kelebihan hormon pertumbuhan dan hyperparathyroidism.
Penyebab sistemik lainnya, yaitu:
Lebih jarang terjadi adalah gangguan keseimbangan hormon misalnya pada
kehamilan, menarke dan menopause
kelainan kongenital misalnya Hereditary Hemorrhagic Telangieclasis atau
penyakit Rendu-Osler-Weber;
Peninggian tekanan vena seperti pada ernfisema, bronkitis, pertusis, pneumonia,
tumor leher dan penyakit jantung pada pasien dengan pengobatan antikoagjlansia.
Sumber Perdarahan: Sumber perdarahan berasal dari bagian anterior atau posterior
rongga hidung.
12
Penyakit yang ditandai dengan mimisan:
1.Hipertensi
2.DBD
3.Leukemia
4.Hemefilia
5.Sinusitis
a. Epistaksis anterior
Kebanyakan berasal dari plexus Kiesselbach di septum bagian anterior atau dari arteri
etmoidalis anterior. Perdarahan pada septum anterior biasanya ringan karena keadaan
mukosa yang hipereremis atau kebiasaan mengorek hidung dan kebanyakan terjadi
pada anak, seringkali berulang dan dapat sembuh sendiri.
b. Epistaksis posterior
Dapat berasal dari arteri etmoidalis posterior atau arteri spenopalatina. Perdarahan
biasanya lebih hebat dan jarang berhenti sendiri. Sering ditemukan pada pasien
dengan hipertensi, arteriosklerosis atau pasien dengan penyakit kardiovaskular karena
pecahnya arteri spenopalatina
(sumber: Soepardi E, Iskandar Nurbaiti, Bashiruddin Jenny, Restuti Ratna. Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi VII. Jakarta:
Badan Penerbit Buku UI. 2012. Halaman 132.)
9. Apa makna klinis dari pasien tidak mau makan dan minum?
Jawab :
Selain menyebabkan demam, IL-1 juga bertanggung jawab terhadap gejala lain
seperti timbulnya rasa kantuk/tidur, supresi nafsu makan, dan penurunan sintesis
albumin serta transferin. Penurunan nafsu makan merupakan akibat dari kerjasama IL-
13
1 dan TNF-α. Keduanya akan meningkatkan ekspresi leptin oleh sel adiposa.
Peningkatan leptin dalam sirkulasi menyebabkan negatif feedback ke hipothalamus
ventromedial yang berakibat pada penurunan intake makanan
(Sudoyo, Aru W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid III. Edisi keempat. 2006. Jakarta : Pusat Penerbitan Departeman Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia)
10. Apa hubungan penyakit tersebut dengan teman sekelasnya dengan teman sekelasnya
dengan gejala klinis yang berbeda?
Jawab :
Klasifikasi diagnosis menurut WHO (2009) adalah demam tanpa tanda bahaya,
demam dengan tanda bahaya dan demam berat. Demam berdarah dengue ( DBD )
menurut World Health Organization (WHO) dan Center for Disease Control and
Prevention (CDC) ditandai dengan demam selama dua sampai tujuh hari diikuti
dengan menggigil, gejala seperti flu, wajah kemerahan, perdarahan, trombositopeni
dan penumpukan cairan di rongga tubuh karena terjadi peningkatan
permeabilitas pembuluh darah kapiler. Kebocoran plasma termasuk asites, efusi
pleura dan efusi perikardium berhubungan dengan mortalitas. Jika tidak ditangani,
kondisinya akan secara cepat menimbulkan syok dan kematian dalam beberapa jam.
Manifestasi perdarahan seperti petechiae, purpura, dan ekimosis; perdarahan dari
membrana mukosa seperti epistaksis dan perdarahan gusi dan perdarahan dari traktus
gastrointestinal, vagina dan urinaria.
Sedangkan teman pasien tidak mengalami gejala perdarahan ataupun gejala
pendarahan . curiganya teman pasien terinfeksi virus chikingunya yang bermanifestasi
nyeri pada sendi yang berlangsung lama.
(Sudoyo, Aru W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid III. Edisi keempat. 2006. Jakarta : Pusat Penerbitan Departeman Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia)
14
b. Nyamuk Culex quinquefasciatus adalah penular kaki gajah (filariasis) bancrofti
dan kaki gajah (wuchereria bancrofti)
c. Nyamuk Anopheles adalah penular malaria
d. Nyamuk Haemagogus adalah penular demam kuning (yellow fever)
(https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.scribd.com/
document/214667964/Nyamuk-Sebagai-Vektor-
Penyakit&ved=2ahUKEwiGt5yvrKHdAhVFtY8KHbyVBCcQjjgwA3oECAkQAQ&
usg=AOvVaw3QQaFnL5c6Ds-fpb8_U5Qe&cshid=1536064137871), diakses pada 2
september 2018.
15
13. Apa manfaat dan dampak foggingdan PSN ?
Jawab :
PSN
FOGGING
1. jalan nafas
2. jalan pencernaan
16
3. melewati kulit
Bila penanganan pengasapan dilakukan dengan cara yang tidak benar maka
hal ini akan membahayakan kesehatan masyarakat, di samping itu pula cara ini
memerlukan dana yang sangat mahal dalam pelaksanaannya.
Pemeriksaan fisik
Uji Tourniquet
a) Pasang manset anak pada lengan atas (ukuran manset disesuikan dengan umut anak,
yaitu lebar manset = 2/3 lengan atas)
b) Pompa tensimeter untuk mendapatkan tekanan sistolik dan tekanan diastolik
c) Aliran darah pada lengan atas dibendung pada tekanan antara tekanan sistolik dan
diastolik (rata-rata tekanan sistolik dan diastolik) selama 5 menit (Bila telah terlihat
adanya bintik-bintik merah > 10 buah, perbendungan dapat dihentikan).
17
d) Lihat pada bagian bawah lengan depan (daerah volar) dan atau daerah lipatan siku
(fossa cubiti), apakah timbul bintik-bintik merah, tanda pendarahan (petekie)
e) Hasil Uji Torniquet dinyatakan positif, jika terdapat 10 atau lebih petekie pada
seluas 1 inchi persegi (2,5 x 2,5 cm) di lengan bawah bagian depan (volar) dekat
lipar siku (fossa cubiti).
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
a) Trombosit
Penurunan jumlah trombosit menjadi <100.00 l atau kurang dari 1-2 tromboosit
dengan rata-rata pemeriksaan dilakukan pada 10 lapangan pandangan besar. Pada
umumnya trombositopenia t sebelum ada penigkatan hematokrit dan terjadi sebelum
suhu turun. Jumlah trombosi <100.00 l biasanya ditemukan anatara hari sakit ketiga
sampai ketujuh. Pemeriksaan trombosit perlu diulang sampai terbukti bahwa jumlah
trombosit dalam batas normal atau menurun. Pemeriksaan dilakukan pertama pada
saat-saat pasien diduga penderita DBD, bila normal maka diulang pada hari sakit
ketiga, tetapi bila perlu, diulangi setiap hari sampai suhu turun.
b) Hematokrit
Peningkatan nilai hematokrit menggambarkan hemokonsentrasi selalu dijumpai
pada DBD, merupakan indikator yang peka akan teerjadinya perembesan plasma,
sehingga perlu dilakukan pemeriksaan hematokrit secara berkala. Homokonsentrasi
dengan peningkatan hematokrit 20% atau lebih, mencerminkan peningkatan
permeabilitas kapiler dan perembesan plasma.perlu mendapat perhatian, bahwa nilai
hematokrit depengaruhi oleh penggantian cairan atau pendarahan.
Tabel 2 Diagnosis Banding
Penyakit Etiologi Manifestasi klinis Laboratorium
18
- Ruam
sementara 24-
48 jam pertama
demam
- Myalgia dan
arthralgia
Demam Virus Degue - Demam 2-7 - Trombositopenia
Berdarah dari hari tanpa (<100.000/mm3)
Dengue kelompok sebab yang - Hemokonsentrasi (Ht
Arbovirus B, jelas meningkat >20%)
yaitu - Manifestasi
arthropod- pendarahan
borne virus. dengan tes
Genus Rumpel Leede
Flavivirus (+), mulai dari
dari famili petekie sampai
Flaviviridae pendarahan
spontan seperti
mimisan,
muntah darah,
atau berak
darah-hitam
- Akral dingin,
gelisah, tidak
sadar (DSS,
degue shock
syndrome)
Chikungunya Virus - Masa inkubasi - Trombositopenia
chikungunya 2-12 hari - Leukopenia
genus virus demam - SGOT/SGPT dan
alfa dari mendadak bilirubin direk atau total
famili - Ruam kulit yang meningkat
Tigaviridae - Limfadenopati
19
- Myalgia dan
athralgia
- Jarang
D pendarahan
i
agnosis sementara : Suspect Demam Berdarah Dengue
(Behrman, Klihman, Arvin, editor. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Edisi ke-15.
Philadelphia, Pennsylvania: WB Sounders Company. hal. 1132-1133. Vol 2.)
(Widoyono, editor. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan
Pemberantasanya. Edisi ke-2. Ciacas, Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal 70-85.)
b) Etiologi
Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk dalam
genus flavivirus, keluarga flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan diameter
30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4x106
Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 yang semuanya
dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue. Keempat serotype
ditemukan dengan DEN-3 merupakan serotype terbanyak. Terdapat reaksi silang
antara serotipe dengue dengue dengan flavivirus lain seperti yellow fever, japanese
encehphalitis dan west nile virus. Dalam laboratorium virus dengue dapat
bereplikasi pada hewan mamalia seperti tikus, kelinci, anjing, kelelawar dan primate.
Survei evidemiologi pada hewan ternak didapatkan antibodi terhadap virus dengue
20
pada hewan kuda, sapi dan babi. Penelitian pada arthropoda menunjukkan virus
dengue dapat bereplikasi pada nyamuk genus aedes (stegomya) dan toxorhynchites.
(Widoyono, editor. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan
Pemberantasanya. Edisi ke-2. Ciacas, Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal 70-85.)
c) Epidemiologi
Dalam 50 tahun terakhir, kasus DBD meningkat 30 kali lipat dengan
peningkatan ekspansi geografis ke Negara-negara baru dan, dalam dekade ini, dari
kota ke lokasi pedesaan.9 Penderitanya banyak ditemukan di sebagian besar wilayah
tropis dan subtropis, terutama Asia Tenggara, Amerika Tengah, Amerika dan
Karibia. Virus dengue dilaporkan telah menjangkiti lebih dari 100 negara, terutama
di daerah perkotaan yang berpenduduk padat dan pemukiman di Brazil dan bagian
lain Amerika Selatan, Karibia, Asia Tenggara, dan India. Jumlah orang yang
terinfeksi diperkirakan sekitar 50 sampai 100 juta orang, setengahnya dirawat di
rumah sakit dan mengakibatkan 22.000 kematian setiap tahun; diperkirakan 2,5
miliar orang atau hampir 40 persen populasi dunia, tinggal di daerah endemis DBD
yang memungkinkan terinfeksi virus dengue melalui gigitan nyamuk setempat.
Di Indonesia DBD telah menjadi masalah kesehatan masyarakat selama 41
tahun terakhir. Sejak tahun 1968 telah terjadi peningkatan persebaran jumlah
provinsi dan kabupaten/kota yang endemis DBD, dari 2 provinsi dan 2 kota, menjadi
32 (97%) dan 382 (77%) kabupaten/kota pada tahun 2009. Provinsi Maluku, dari
tahun 2002 sampai tahun 2009 tidak ada laporan kasus DBD. Selain itu terjadi juga
peningkatan jumlah kasus DBD, pada tahun 1968 hanya 58 kasus menjadi 158.912
kasus pada tahun 2009.
21
Tabel 3 Jumlah dan persebaran kasus DBD tahun 1968-2009
d) Patogenesis
Patogenesis terjadinya demam berdarah dengue hingga saat ini masih
diperdebatkan. Berdasarkan data yang ada, terdapat bukti yang kuat bahwa
22
mekanisme imunopatologis berperan dalam terjadinya demam berdarah dengue
dan sindrom renjatan dengue. Respon imun yang diketahui berperan dalam
pathogenesis DBD adalah :
a. Respon humoral berupa pembentukan antibody yang berparan dalam proses
netralisasi virus, sitolisis yang dimeasi komplemen dan sitotoksisitas yang
dimediasi antibody. Antibody terhadap virus dengue berperan dalam
mempercepat replikasi virus pad monosit atau makrofag. Hipotesis ini disebut
antibody dependent enhancement (ADE);
b. Limfosit T baik T-helper (CD4) dan T sitotoksik (CD8) berepran dalam
respon imun seluler terhadap virus dengue. Diferensiasi T helper yaitu TH1
akan memproduksi interferon gamma, IL-2 dan limfokin, sedangkan TH2
memproduksi IL-4, IL-5, IL-6 dan IL-10;
c. Monosit dan makrolag berperan dalam fagositosis virus dengan opsonisasi
antibodi. Namun proses fagositosis ini menyebabkan peningkatan replikasi
virus dan sekresi sitokin oleh makrofag;
d. Selain itu aktivitasi komplemen oleh kompleks imun menyebabkan
23
histamine yang mengakibatkan terjadinya disfungsi sel endotel dan terjadi
kebocoran plasma. Peningkatan C3a dan C5a terjadi melalui aktivasi oleh
kompleks virus-antibodi yang juga mengakibatkan terjadinya kebocoran plasma.
24
e) Gejala klinis
Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat simptomatik, atau
dapat berupa demam yang tidak khas, demam dengue, demam berdarah dengue
atau ssindrom syok dengue(SSD). Pada umumnya pasien mengalami fase demam
selama 2-7 hari, yang diikuti oleh fase kritis selama 2-3 hari. Pada waktu fase ini
pasien sudah tak demam, akan tetapi mempunyai resiko untuk renjatan jika tidak
mendapat pengobatan adekuat.
(Widoyono, editor. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan
Pemberantasanya. Edisi ke-2. Ciacas, Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal 70-85.)
f) Kriteria Diagnosis
Diagnosis DBD ditegakkan menurut WHO tahun 1997 terdiri dari kriteria
klinis dan laboratoris. Penggunaan kriteria ini dimaksudkan untuk mengurangi
diagnosis yang berlebihan (overdiagnosis).
Kriteria Klinis
a. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus menerus
selama 2-7 hari.
b. Terdapat manifestasi pendarahan ditandai dengan :
Uji tourniquet positif
Petekia, ekimosis, purpura
Pendarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi
Hematemesis dan atau melena
c. Pembesaran hati
d. Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi, hipotensi,
kaki dan tangan dingin, kulit lembab, dan pasien tampak gelisah
Kriteria Laboratoris
25
pleura dan atau hipoalbuminemia dapat memperkuat diagnosis terutama pada
pasien anemi dan atau terjadi pendarahan. Pada kasus syok, peningkatan
hematokrit dan adanya trombositopena mendukung diagnosis DBD.
Gambar 4
g) Tata Laksana
26
Bagan 4 Tatalaksana tersangka DBD
27
Bagan 6 Tatalaksana DBD Derajat III dan IV
h) Komplikasi
Encephalopathy
Kerusakan hati
Kerusakan otak residual
Kejang
Syok
i) Prognosis
Dengan perawatan yang cepat dan agresif, kebanyakan pasien sembuh dari
demam berdarah dengue. Namun, setengah dari pasien yang tidak diobati dan
telah mengalami syok tidak dapat bertahan hidup.
28
j) Pencegahan
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya,
yaitu nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu :
A. Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi
tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan
perbaikan desain rumah. Sebagai contoh: - Menguras bak mandi/penampungan
air- sekurang-kurangnya sekali seminggu. - Mengganti/menguras vas bunga dan
tempat- minum burung seminggu sekali. - Menutup dengan rapat tempat
penampungan- air. - Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di
sekitar rumah- dan lain sebagainya.
B. Biologis
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan
adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14).
C. Kimiawi
Cara pengendalian ini antara lain dengan:
Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion), berguna
untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu.
Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air
seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.
Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan
mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan ”3M Plus”, yaitu
menutup, menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti
memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada
waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan
repellent, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala dan disesuaikan
dengan kondisi setempat.
29
MIND MAPPING
Anamnesis
Etiologi
Gejala Pemeriksaan
Definisi Diagnosa
Klinis Fisik
DBD Pemeriksaan
Penunjang
Epidemiologi Tatalaksana
Patogenesis Pencegahan
PNS &
Fogging
30