Anda di halaman 1dari 6

Yang Baik hanya untuk yang baik?

AnNur ayat 26

89 Votes

‫ت‬ َّ ‫طيِِّب ُْونَ ِلل‬


ِ ‫طيِِّبَا‬ َّ ‫ط ِِّيبِيْنَ َو ال‬
َّ ‫طيِِّبَاتُ ِلل‬ ِ َ ‫ــونَ ِل ْل َخبِيْثا‬
َّ ‫ت َو ال‬ ْ ُ ‫ا َ ْلخـَبِيـْثــاَتُ ِل ْل َخبِيْثـِيْنَ َو اْل َخبِ ْيث‬.
“ Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik
adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang .baik untuk lelaki yang baik dan lelaki
yang baik untuk wanita yang baik. (Qs. An Nur:26)

Beberapa waktu yang lalu saya mendapatkan SMS tausiyah yang berisi ayat diatas yaitu surat
An-nur ayat 26.Lalu ada seorang teman yang menanyakan, apakah benar isi ayat ini? Apakah
mesti “otomatis” wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik juga?Bagaimana
Seandainya dalam kehidupan nyata ada seorang pria yang baik dan dia mendapatkan wanita yang
tidak baik?Apakah ayat Al Quran diatas salah?
Pertanyaan seperti itu sebenarnya menjadi pertanyaan saya juga dari dulu dan saya mencoba
memahami apa yang saya pahami dari ayat tersebut.

Al Quran sebagai Petunjuk

Umat Islam diseluruh dunia meyakini bahwa Quran itu firman Allah.Artinya apa yang dikatakan
Allah dalam Quran dipastikan benar.Tuhan memberi tahu kepada kita bagaimana cara kita
mengenalnya dengan diutusnya nabi.Sebab akal manusia tidak akan sampai untuk mengenal
siapa Tuhannya,oleh karena itu Tuhan memberi petunjuk.Petunjuk jalan yang lurus agar dapat
mengenalnya.Dalam memahami petunjuknya berupa firmanNya,terdapat keterbatasan diri
kita,sehingga firman Tuhan yang sudah pasti benar,bisa saja menjadi salah dengan pemahaman
kita.

Karena apa yang dimaksud baik-salah itu adalah menurut Tuhan. Standar baik-buruk itu tentu
saja sudah ditentukan oleh Tuhan.Bahkan kata baik-buruk itu ada karena adanya agama. Artinya
apa?
Jika kita menilai sesuatu itu baik-buruk tentu saja berdasarkan kepada ajaran agama.Karena tidak
logis jika kita menilai sesuatu itu baik/buruk hanya berdasarkan pemikiran sendiri,karena premis
baik atau tidak baik itu muncul dari adanya Tuhan.Tuhan yang menentukan standar ini baik dan
ini buruk.Sangat tidak rasional jika hanya menentukan baik/buruk hanya menurut kita karena
premis yang digunakan kita ketahui dari Tuhan,sehingga dalam memahami ayat yang diturunkan
Tuhan (Kauliah) atau ketetapan yang terjadi di bumi secara logis dapat kita katakan bahwa
Allahlah yang mengetahui sesuatu itu baik atau tidak.
AnNur ayat 26

”Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah untuk
wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik
dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu
bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan
rizki yang mulia (surga).”

Berangkat dari pemahaman diatas,tentu saja kita bertanya-tanya apakah yang dimaksud baik
disini?Atau keji? Apakah kita dapat menentukan sesuatu itu baik atau tidak baik?Kalau kita
cermati ayat diatas merupakan satu paket ayat yang bersambung ,tidak hanya putus pada kalimat
“untuk wanita yang baik”tetapi masih berlanjut dengan bahasan tuduhan , juga ampunan.Artinya
ayat ini sebenarnya diturunkan dalam konteks tertentu.Coba kita lihat konteks ayat ini turun

Ayat ini diturunkan untuk menunjukkan kesucian ‘Aisyah r.a. dan Shafwan bin al-Mu’attal r.a.
dari segala tuduhan yang ditujukan kepada mereka. Pernah suatu ketika dalam suatu perjalanan
kembali dari ekspedisi penaklukan Bani Musthaliq, ‘Aisyah terpisah tanpa sengaja dari
rombongan karena mencari kalungnya yang hilang dan kemudian diantarkan pulang oleh
Shafwan yang juga tertinggal dari rombongan karena ada suatu keperluan. Kemudian ‘Aisyah
naik ke untanya dan dikawal oleh Shafwan menyusul rombongan Rasullullah SAW. dan para
shahabat, akan tetapi rombongan tidak tersusul dan akhirnya mereka sampai di Madinah.
Peristiwa ini akhirnya menjadi fitnah dikalangan umat muslim kala itu karena terhasut oleh isu
dari golongan Yahudi dan munafik jika telah terjadi apa-apa antara ‘Aisyah dan Shafwan.
Masalah menjadi sangat pelik karena sempat terjadi perpecahan diantara kaum muslimin yang
pro dan kontra atas isu tersebut. Sikap Nabi juga berubah terhadap ‘Aisyah, beliau menyuruh
‘Aisyah untuk segera bertaubat. Sementara ‘Aisyah tidak mau bertaubat karena tidak pernah
melakukan dosa yang dituduhkan kepadanya, ia hanya menangis dan berdoa kepada Allah agar
menunjukkan yang sebenarnya terjadi. Kemudian Allah menurunkan ayat ini yang juga satu
paket annur 11-26.

Penjelasan An Nur 26 menurut para ulama

jika dilihat dari konteks ayat ini, ada dua penafsiran para ulama terhadap ayat ini yaitu tentang
arti kata “wanita yang baik” dan juga “ucapan yang baik”Sehingga dapat juga diartikan sebagai
begini
Perkara-perkara (ucapan)yang kotor adalah dari orang-orang yang kotor, dan orang-orang yang
kotor adalah untuk perkara-perkara yang kotor. Sedang perkara (ucapan)yang baik adalah dari
orang baik-baik, dan orang baik-baik menimbulkan perkara yang baik pula. Mereka (yang
dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka
ampunan dan rizki yang mulia (surga).”

Kata khabiitsat biasa dipakai untuk makna ucapan yang kotor(keji) ,juga kata thayyibaat dalam
Quran diartikan sebagai kalimat yang baik.Begitupun pada ayat ini berlaku bahwa kata khabiitsat
dan thayyibaat
Hakam ibnu Utaibah yang menceritakan, bahwa ketika orang-orang mempergunjingkan perihal
Siti Aisyah r.a. Rasulullan saw. menyuruh seseorang mendatangi Siti Aisyah r.a. Utusan itu
mengatakan, “Hai Aisyah! Apakah yang sedang dibicarakan oleh orang-orang itu?” Siti Aisyah
r.a. menjawab, “Aku tidak akan mengemukakan suatu alasan pun hingga turun alasanku dari
langit”. Maka Allah menurunkan firman-Nya sebanyak lima belas ayat di dalam surah An Nur
mengenai diri Siti Aisyah r.a. Selanjutnya Hakam ibnu Utaiban membacakannya hingga sampai
dengan firman-Nya, “Ucapan-ucapan yang keji adalah dari orang-orang yang keji..” (Q.S. An
Nur,26). Hadis ini berpredikat Mursal dan sanadnya sahih.

Ayat 26 inilah penutup dari ayat wahyu membersihkan isteri Nabi, Aisyah dari tuduhan keji itu.
Di dalam ayat ini diberikan pedoman hidup bagi setiap orang yang beriman. Tuduhan keji adalah
perbuatan yang amat keji hanya akan timbul daripada orang yang keji pula.Memang orang-
¬orang yang kotorlah yang menimbulkan perbuatan kotor. Adapun ucapan-ucapan yang baik
adalah keluar dari orang-orang yang baik pula, dan memang¬lah orang baik yang sanggup
menciptakan perkara baik. Orang kotor tidak menghasilkan yang bersih, dan orang baik tidaklah
akan menghasilkan yang kotor,dan ini berlaku secara umum

Di akhir ayat 26 Tuhan menutup perkara tuduhan ini dengan ucapan bersih dari yang dituduhkan
yaitu bahwa sekalian orang yang difitnah itu adalah bersih belaka dari segala tuduhan, mereka
tidak bersalah samasekali. Maka makna ayat diatas juga sangat tepat bahwa orang yang baik
tidak akan menyebarkan fitnah,fitnah hanya keluar dari orang –orang yang berhati dengki,kotor,
tidak bersih.Orang yang baik,dia akan tetap bersih,karena kebersihan hatinya

Yang Baik Hanya Untuk yang baik?

Pembahasan kedua yaitu tentang maksud ayat diatas yaitu “wanita yang baik” dan “wanita yang
keji”.Dalam hal ini terjemahan Depag menggunakan arti wanita yang baik dan pemahaman ini
berangkat dari para ulama yang menyatakan bahwa aisyah menrupakan wanita yang baik-
baik,karena konteks ayat tersebut turun satu paket yaitu ayat 11-26 dengan ayat sebelumny
tentang seseorang menuduh wanita yang baik-baik berzina.Maka jika diartikan begitu sesuai
dengan perntanyaan diatas

”Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah untuk
wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik
dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu
bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan
rizki yang mulia (surga).”

Dalam kaidah ushul ditetapkan bahwa kekhususan sesuatu tidak dapat diterima dan ditetapkan
berdasarkan perkiraan,tetapi harus didukung dengan dalil.Dalam nash ini tidak ada dalil tentang
kekhususan ayat ini.Ayat Quran bermakna umum,artinya berlaku juga untuk umatnya kecuali
ada dalil tentang kekhususan ( bukan berarti kekhususan ini ada kata-kata ‘khusus’ contohnya
pada wajibnya hijab hanya khusus pada istri nabi walalupun tidak ada kata khusus,dan tidak ada
alasan untuk meniru-niru kekhususan hijab bagi istri nabi).
Ayat ini bersifat umum, bahwa wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, begitu
juga sebaliknya. Namun yang perlu dipahami adalah ayat ini sebuah kondisi atau memang
anjuran,sebab para ulama banyak mengemukakan pendapat tentang hal ini.Syaikh Muhammad
Mutawalli as-Sya’rawi, ulama Mesir pernah berkata: ada dua macam kalam (kalimat sempurna)
dalam bahasa Arab. Pertama; Kalam yang mengabarkan kondisi atau suasana yang ada.

Kedua Kalam yang bermaksud ingin menciptakan kondisi dan suasana. Kalam seperti ini bisa
ditemukan dalam quran. Seperti firman Allah QS. ali-Imran: 97: Barang siapa yang
memasukinya (baitullah itu) menjadi amanlah dia. Ayat itu kalau dipahami, bahwa Allah sedang
mengabarkan kondisi dan suasana kota Mekah sesuai kenyataan yang ada, maka tentu tidak akan
terjadi hal-hal yang bertolak belakang dengan kondisi itu. Akan tetapi, kalau ayat itu dipahami,
sebagai bentuk pengkondisian suasana, maka Allah sesungguhnya tengah menyuruh manusia,
untuk menciptakan kondisi aman di kota Mekah. Kalaupun kenyataan banyak terjadi, bahwa kota
Mekah kadang tidak aman, maka hal itu artinya, manusia tidak mengejewantahkan perintah
Allah.

Pemahaman yang sama juga bisa ditelaah pada ayat ini; Wanita-wanita yang keji adalah untuk
laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan
wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk
wanita-wanita yang baik (pula). (QS. An-Nur: 26). Pada kenyataan yang terjadi, ternyata, ada
laki-laki yang baik mendapat isteri yang keji, begitupula sebaliknya. Maka memahami ayat
tersebut sebagai sebuah perintah, untuk menciptakan kondisi yang baik-baik untuk yang baik-
baik, adalah sebuah keharusan. Kalau tidak, maka kondisi terbalik malah yang akan terjadi

Kalau kita bandingkan dengan Annur ayat 3 yang mana kalimat digunakan untuk umum
“laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan
yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina
atau laki-laki musyrik”(An Nur ayat 3)

yg mana di ayat ini lebih tegas mengandung “unsur perintah” untuk mencari pasangan yg
sepadan. sehingga ayat 26 bisa dimengerti sebagai sebuah motivasi atau anjuran untuk
mengondisikan dan bukan sebagai ketetapan bahwa yg baik “otomatis” akan mendapatkan
pasangan yg baik. Hal ini tentu memerlukan usaha untuk memprbaiki diri lebih baik.

Ayat tersebut bukanlah merupakan janji Allah kpd manusia yg baik akan ditakdirkan dgn
pasangan yg baik. Sebaliknya ayat tersebut merupakan peringatan agar umat islam memilih
manusia yg baik utk dijadikan pasangan hidup.Oleh karena itu nabi bersabda tentang anjuran
memilih pasangan yaitu lazimnya dengan 4 pertimbangan,dan terserah yang mana saja,namun
yang agamanya baik tentu sangat dianjurkan, hal ini sesuai dengan anuran surat Annur ayat 26

Lalu bagaimana jika seseorang yang baik mendapatkan wanita yang tidak baik

Ayat diatas pemahaman saya memang bukan janji Allah tentang otomatisnya orang yang baik
akan mendapat pasangan yang baik,Ayat tersebut secara umum memberitahukan kita bahwa
orang –orang yang baik akan mendapat pasangan yang baik juga,dengan berusaha mengondiskan
diri menjadi baik dan juga berikhtiar mencari pasangan yang baik.Namun baik dalam hal ini,pun
secara logika dapat diartikan bermacam-macam.Secara khusus Allah membuat perumpamaan
bagaimana seorang yang baik mendapatkan pasangan yang tidak baik.Hal ini dapat kita lihat
pada kisah nabi Nuh, Nabi Luth,dan Juga Firaun.

“Allah membuat istri nabi nuh dan istri nabi luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir.
keduanya berada di bawah ikatan pernikahan dengan dua orang hamba yang shalih di antara
hamba-hamba kami. lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suami mereka, maka kedua
suami mereka itu tidak dapat membantu mereka sedikitpun dari siksa Allah, dan dikatakan
kepada keduanya: ‘masuklah kalian berdua ke dalam neraka bersama orang-orang yang masuk
neraka’.” (at-tahrim: 10)

Allah menakdirkan istri kedua nabi yang mulia ini justru tidak menerima dakwah suami mereka.
padahal keduanya adalah belahan jiwa yang saling melengkapi, saling menemani dan
mendampingi. kedua istri ini mengkhianati suami mereka dalam perkara agama, karena
keduanya beragama dengan selain agama yang diserukan oleh suami mereka. keduanya enggan
menerima ajakan kepada keimanan bahkan tidak membenarkan risalah yang dibawa suami
mereka.

Lalu diayat selanjutnya kita temukan perumpamaan lain tentang suami yang tidak baik(fasik)
dengan instri solehah salah satunya adalah asiyah binti mazahim, istri fir’aun. walau berada
dalam kekuasaan fir’aun, asiyah mampu menjaga akidah dan harga dirinya sebagai seorang
muslimah. asiyah lebih memilih istana di surga daripada istana di dunia yang dijanjikan fir’aun.
Allah mengabadikan doanya, dan Allah menjadikan perempuan fir’aun teladan bagi orang-orang
beriman, dan ia berdoa, ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga
dan selamatkanlah aku dari fir’aun dan perbuatannya dan selamatkan aku dari kaum yang zalim
(at tahriim [66]: 11)

Bagi kita mungkin Firaun merupakan pria yang jahat,namun kisah Asiyah ini di Abadikan dalam
Quran.Allah menjadikan Firaun merupakan pribadi yang “baik” bahkan sangat “baik” bagi
Asiyah karena secara logis membuat Asiyah menjadi wanita yang ditinggikan derajatnya.Ia tetap
dapat menjaga akidahnya,dari fitnah besar suaminya.Dalam hal ini baik tidak baik terlihat
sekali,tentang suami soleh atau zalim , yaitu dalam hal Aqidah.

Kesimpulan

“..Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal ia baik bagi kamu, dan boleh jadi kamu
menyukai sesuatu padahal itu tidak baik bagi kamu. Allah Mengetahui sedang kamu tidak
mengetahui.” (Al-Baqarah:ayat 216)

“Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan apa yang di janjikan kepadamu.” (Adz-
Dzariyat:ayat 22)

Dalam Surat Annur Allah menetapkan bahwa Perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik,
dan rasul menetapkan beberapa panduan untuk kita pilih
“Dinikahi seseorang itu karena empat perkara, harta, kecantikan, keturunan dan agama. Maka
pilihlah yang beragama, niscaya beruntung diri.”
“Pesan Abu Hurairah r.a. kepada puterinya: Pilihlah bakal suamimu orang yang bertaqwa karena
jika dia suka kepadamu, dia mendoakan kebaikan untukmu. Jika dia tidak menyenangimu, dia
tidak akan berlaku zalim terhadapmu

Proses mendidik hati bukan mudah seperti menenun kain yang indah, tapi perlukan kesabaran
dan mujahadah.Ucapan yang baik akan keluar dari orang yang baik,ucapan yang keji akan keluar
dari orang yang keji pula.Untuk mendapatkan sesuatu yang baik memang kita harus
memperbaiki diri lebih baik. Tugas seorang hamba ke atas dirinya hanya membaiki dirinya
sendiri tanpa terlalu memikirkan pengakhiran mendapat yang soleh ataupun sebaliknya. Kerana
Allah tidak akan menzalimi orang yang sentiasa berusaha ke arah kebaikan.

“Sesungguhya Kami yang menurunkan Ad-dzikr,dan Kami pula yang menjaganya”.Akan ada
para penghafal-pengahafal Quran,ulama-ulama yang akan menjaga Quran sampai akhir
zaman,dan ayat ini akan tetap berlaku sampai kahir zaman

”Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah untuk
wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik
dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).

Akan ada pula orang-orang yang berusaha memperbaiki diri,mebuat diri menjadi lebih baik dan
mendapat pasangan yang baik,dan ayat ini tetap akan berlaku selama-lamanya

Wallahu Alam

Anda mungkin juga menyukai