Anda di halaman 1dari 5

POLA PENYEMBUHAN PASIEN HIPERTENSI DI

PUSKESMAS GUNUNG PATI KOTA SEMARANG

Usulan Penelitian untuk Skripsi

Diajukan oleh:
Herlina Andriani
165010061

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
2019
POLA PENYEMBUHAN PASIEN HIPERTENSI DI
PUSKESMAS GUNUNG PATI KOTA SEMARANG

Diajukan oleh:
Herlina Andriani
165010061

Telah disetujui oleh :

Pembimbing utama,

(Dr. Sumantri, M.Sc., Apt.) tanggal …………………….

Pembimbing pendamping,

(Junvidya Heroweti, M. P. H., Apt) tanggal…………………….


I. JUDUL

Pola Penyembuhan Pasien Hipertensi Di Puskesmas Gunung Pati Kota Semarang.

II. INTISARI

Hipertensi sering disebut “silent killer”. Penyakit Hipertensi menempati

urutan pertama kasus PTM sebanyak 161.283 kasus di Puskesmas dan FKTP tahun

2018. Tujuan penelitian untuk mengetahui pola penyembuhan hipertensi di

Puskesmas Gunung Pati. Penelitian dilakukan secara deskriptif retrospektif. Data

yang digunakan berasal dari data rekam medik pasien hipertensi rawat inap 1

Januari-31 Desember tahun 2019.

Kata Kunci: Hipertensi, pola penyembuhan, Puskesmas Gunung Pati

III. LATAR BELAKANG

Kebanyakan orang dahulu penyakit tekanan darah tinggi (hipertensi) belum

menjadi masalah yang serius, kemungkinan kesadaran untuk melakukan

pemeriksaan dan keinginan untuk mengetahui tekaanan darahnya masih sangat

kurang untuk dilakukan. Kemungkinan lain yang dapat memicu tekanan darah naik

yaitu karena pola hidup, pola makan, aktivitas fisik yang dapat menimbulkan stress

emosional, banyak ditemukan dalam era modern ini. Di era sekarang banyak orang

yang berkunjung ke dokter atau apotek hanya untuk mengecek tekanan darahnya

bukan karena mereka sakit melainkan upaya untuk peningkatan (promotif) atau

pencegah (preventif) (Anies, 2017).

Hipertensi salah satu penyakit kardiovaskuler yang sangat dikenal oleh

kalangan manapun. Hipertensi juga salah satu penyebab utama gangguan jantung

dapat diperkirakan 4.5% dari beban penyakit secara menyeluruh dan prevalensinya
hampir sama besar dinegara berkembang maupun negara maju. Selain

menyebabkan gagal jantung, hipertensi juga berakibat terjadinya gagal ginjal

maupun penyakit serebrovaskular. Penyakit ini bertanggung jawab atas tingginya

biaya pengobatan untuk mengunjungi ke dokter, perawatan rumah sakit dan atau

pemakaian obat-obatan jangka panjang (Muchid, 2007).

Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar

1,13 Miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia

terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap

tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena

hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat

hipertensi dan komplikasinya (Kementrian Kesehatan RI, 2019).

Penyakit tidak menular, terutama hipertensi terjadi penurunan dari 31,7

persen tahun 2007 menjadi 25,8 persen tahun 2013. Asumsi terjadi penurunan bisa

bermacam-macam mulai dari alat pengukur tensi yang berbeda sampai pada

kemungkinan masyarakat sudah mulai datang berobat ke fasilitas kesehatan.

Terjadi peningkatan prevalensi hipertensi berdasarkan wawancara (apakah pernah

didiagnosis nakes dan minum obat hipertensi) dari 7,6 persen tahun 2007 menjadi

9,5 persen tahun 2013 (Kemenkes, 2013).

Tahun 2018 kasus PTM tertinggi di Puskesmas dan FKTP tertinggi pada

penyakit hipertensi sebanyak 161.283 kasus. Kasus PTM di Rumah Sakit tertinggi

pada penyakit hipertensi essential sebanyak 18.007 kasus (Dinas Kesehatan Kota

Semarang, 2018).
IV. DAFTAR PUSTAKA

Anies. (2017). Bunga Ramai: Fenomena Unik Tentang Penyakit. Yogyakarta:


Gosyen Publishing.

Dinas Kesehatan Kota Semarang. (2018, Maret). Profil Kesehatan 2018. Profil
Kesehatan 2018.

Kemenkes. (2013, Desember). Riset Kesehatan Dasar. Riset Kesehatan Dasar


2013, p. ix.

Kementrian Kesehatan RI. (2019, Mei Jum'at). /article/view/19051700002/.


Retrieved from depkes.go.id:
http://www.depkes.go.id/article/view/19051700002/hipertensi-penyakit-
paling-banyak-diidap-masyarakat.html

Muchid, A. (2007). Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hipertensi. Jakarta:


Departemen Kesehatan RI.

Anda mungkin juga menyukai