Erosi adalah proses hilangnya atau terkikisnya tanah atau sebagian tanah dari suatu tempat
yang diangkut oleh air atau angin ke tempat lain (Sitanala Arsyad,1989). Metode prediksi erosi
yaitu cara untuk memperkirakan laju erosi yang akan terjadi dari tanah yang dipergunakan untuk
penggunaan dan pengelolaan lahan tertentu. Metode yang digunakan pada pendugaan erosi adalah
metode USLE (Universal Soil Loss Equation). Metode USLE merupakan prediksi erosi model
parametrik berdasarkan dari hubungan antara faktor-faktor penentu erosi dengan besarnya erosi.
Parameter yang digunakan adalah nilai erosivitas hujan (R), nilai erodibilitas tanah (K), panjang
lereng (L), kemiringan lereng (S), nilai pengelolaan tanaman (C), dan nilai konservasi lahan (P).
Parameter-parameter tersebut yang sudah dilakukan penilaian lalu dilakukan tumpang susun atau
overlay. Hasil dari overlay akan diperoleh nilai total erosi dari hasil perkalian tiap parameter yang
digunakan, nilai total tersebut yang digunakan dalam menentukan kelas laju erosi di wilayah
tersebut.
Persamaan USLE:
A=R×K×L×S×C×P
R = 2,21×CH1,36
Keterangan :
R : Indeks erosivitas hujan bulanan,
CH : Curah hujan bulanan rata-rata (cm)
Untuk menghitung nilai erosivitas hujan digunakan rumus Bols (1978, dalam Trisna, 2006)
yang didasarkan pada energi kinetik total dan intensitas hujan maksimum selama 30 menit (I 30).
Rumus :
Keterangan :
EI30 : Nilai erosivitas hujan bulanan rerata (ton/ ha)
R : Curah hujan rata-rata bulanan (cm)
D : Jumlah hari hujan rata-rata bulanan
M : Curah hujan maksimum rata-rata bulanan (cm)
Cara menentukan besarnya indeks erosivitas hujan yang terakhir ini lebih sederhana karena
hanya memanfaatkan data curah hujan bulanan.
4. Bahan Organik
C-organik akan mempengaruhi kandungan bahan organik tanah, semakin tinggi kandungan
C- organik maka semakin meningkat kandungan bahan organik. Kandungan bahan organik
tanah dapat diketahui dari persamaan:
Bahan organik didefinisikan sebagai sisa tanaman dan hewan di dalam tanah pada berbagai
pelapukan dan terdiri dari baik masih hidup maupun mati. Di dalam tanah berfungsi dapat
memperbaiki sifat fisik, kimia maupun biologi tanah. Berdasarkan hasil penelitian bahwa
penambahan bahan organik tanah lebih kuat pengaruhnya terhadap perbaikan sifat-sifat tanah
dan bukan untuk meningkatkan kesuburan tanah. Penggunaan bahan organik ke tanah harus
memperhatikan kadar unsur hara C terhadap unsur hara lainnya misalnya N, P, K karena
apabila terjadi nisbah sangat besar bisa menyebabkan terjadinya immobilisasi (Winarso,
2005). Bahan organik tanah adalah semua bahan di dalam tanah baik yang hidup maupun
sudah mati. Pada terminologi tertentu biomassa tidak dimasukkan sebagai bahan organik
tanah dan menggunakan istilah humus. Jumlah dan sifat bahan organik tanah sangat
menentukan sifat biokimia, fisika, kesuburan tanah dan membantu menetapkan arah proses
pembentukan tanah. Bahan organik menentukan komposisi dan mobilitas kation yang terjerap,
warna tanah, konsistensi tanah, partikel density, bulk density, sumber unsur hara, pemantap
agregat dan aktivitas organisme tanah (Muklis, 2007). Bahan organik tanah dibutuhkan untuk
pembentukan dan pemantapan agregat- agregat tanah. Zarah-zarah tanah membantu bagi
struktur tanah yang mengandung baik pori-pori besar maupun kecil dan sebagai akibatnya
memperbaiki keadaan air dan udara. Kecepatan infiltrasi dan perkolasi yang lebih baik
akan mengurangi run off dan erosi dan agregat tanah yang mantap tidak mudah
terlepas dari permukaan tanah dan terbawa oleh air (Konkhe, 1968). Bahan organik tanah
sangat penting karena berperan aktif dalam proses pelapukan dan pembentukan tanah,
menentukan berbagai sifat fisik dan kimia tanah sehingga menentukan kesuburan tanah
(Soepardi, 1983). Tanah yang masih subur ditentukan dengan kandungan kompleks liat dan
humusnya tinggi yang masih belum tererosi. Terjadinya erosi selain partikel-partikel tanah
yang dihanyutkan adalah jumlah unsur- unsur hara. Penghanyutan bahan organik yang
diakibatkan erosi dapat menghanyutkan top soil dan sub soil yang masih banyak kandungan
unsur haranya. Sehubungan dengan terangkutnya bahan-bahan organik dari lapisan
permukaan tanah yang merupakan lapisan olah maka aktivitas biota juga menurun
(Kartasaepotra, dkk, 1985). Bahan organik di dalam tanah jumlahnya tidak sama antara jenis
tanah yang satu dengan yang lainnya seperti Histosol yang mengandung bahan organik > 65
%. Perbedaan kandungan bahan organik ini tergantung pada jenis tanah dan cara pengelolaan
tanah. Menurut Puslitanak (2005) Bogor ada beberapa kriteria dari bahan organik
sebagaimana disajikan pada Tabel berikut ini.
Tabel Kriteria Bahan Organik.
Sumber : Puslitanak (2005)
Erodibilitas tanah juga dapat dapat diduga dengan menggunakan nomograph. Sifat-sifat tanah
yang menentukan besarnya nilai K berdasarkan Nomograph tersebut adalah (1) Persen kandungan
debu dan pasir halus, (2) Persen Kandungan pasir, (3) Persen bahan kandungan bahan organik (4)
Struktur tanah, (5) Permeabilitas tanah. Untuk itu diperlukan angka hasil penetapan sifat- sifat
tanah seperti tekstur dengan 4 fraksi ( pasir kasar, pasir halus, debu, dan liat ) dan bahan organik
tanah sedangkan struktur dan permeabilitas ditetapkan berdasarkan hasil pengamatan pada profil
tanah yang dapat digambar dalam Nomograph.
Gambar Nomograph Erodibilitas Tanah (K)
Untuk menentukan nilai erodibilitas tanah Boycous dalam Rahim (2000) telah menemukan
pada sekitar tahun 1935–an tentang The Clay Ratio as a Criterium Suspectibility of Soil to Erosion
kita mendapatkan persamaan sebagai berikut
E = % sand + % silt
% clay
Keterangan:
E : Erodibilitas
Sand : pasir
Silt : debu
Clay : liat
Adapun penetapan nilai erodibilitas (K) tanah dapat disajikan pada Tabel di bawah ini.
Tabel Klasifikasi Kelas Erodibilitas Tanah-Tanah
Sumber : Arsyad (2006).
Metode penetapan nilai faktor K secara cepat dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel Besar nilai K untuk jenis tanah di Indonesia
Keterangan :
X : Panjang lereng (m)
s : Kemiringan lereng (%)
Menurut Weismeier dan Smith (1978) dalam Hardjoamijojo dan Sukartaatmadja (1992),
faktor lereng dapat ditentukan dengan persamaan :
𝑙 𝑚
𝐿𝑆 = | | (0.065 + 0.045𝑠 + 0.0065𝑠 2
22
Keterangan :
l = Panjang lereng (meter)
S = Kemiringan lahan (%)
m = Nilai eksponensial yang tergantung dari kemiringan
S < 1% maka nilai m = 0.2
S = 1 – 3 % maka nilai m = 0.3
S = 3 – 5 % maka nilai m = 0.4
S > 5% maka nilai m = 0.5
Selain menggunakan rumus di atas, nilai LS dapat juga ditentukan menurut kemiringan
lerengnya seperti ditunjukan pada Tabel 2 berikut .
Kelas Lereng Kelas Lereng Kemiringan Lereng (%) Nilai LS
A 0–5 0.25
B 5 – 15 1.20
C 15 – 35 4.25
D 35 – 50 9.50
E > 50 12.00
Sumber : Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan RTL-RLKT Jakarta(1986)
Untuk mencari besarnya nilai C digunakan rerata timbang berdasarkan pada masa tanam.
Persamaan yang digunakan adalah :
C = N1 C1 + N2 C2 + ……….. + Nn Cn
12
Keterangan :
C : Indeks faktor tanaman tahuna rerata timbang
N1………..n : Lamanya jenis tanaman diusahakan atau hidup
C1……….n : Indeks pengelolaan dari setiap jenis tanaman