Anda di halaman 1dari 16

EROSI

Erosi adalah proses hilangnya atau terkikisnya tanah atau sebagian tanah dari suatu tempat
yang diangkut oleh air atau angin ke tempat lain (Sitanala Arsyad,1989). Metode prediksi erosi
yaitu cara untuk memperkirakan laju erosi yang akan terjadi dari tanah yang dipergunakan untuk
penggunaan dan pengelolaan lahan tertentu. Metode yang digunakan pada pendugaan erosi adalah
metode USLE (Universal Soil Loss Equation). Metode USLE merupakan prediksi erosi model
parametrik berdasarkan dari hubungan antara faktor-faktor penentu erosi dengan besarnya erosi.
Parameter yang digunakan adalah nilai erosivitas hujan (R), nilai erodibilitas tanah (K), panjang
lereng (L), kemiringan lereng (S), nilai pengelolaan tanaman (C), dan nilai konservasi lahan (P).
Parameter-parameter tersebut yang sudah dilakukan penilaian lalu dilakukan tumpang susun atau
overlay. Hasil dari overlay akan diperoleh nilai total erosi dari hasil perkalian tiap parameter yang
digunakan, nilai total tersebut yang digunakan dalam menentukan kelas laju erosi di wilayah
tersebut.
Persamaan USLE:
A=R×K×L×S×C×P

A : Jumlah tanah yang hilang rata-rata setiap tahun (ton/ha/tahun)


Besarnya kehilangan tanah (ton/ ha/ tahun), diperoleh dari perkaitan faktor –faktor erosi.
Besarnya kehilangan tanah atau erosi dalam hal ini hanya terbatas pada erosi lambat dan erosi
cepat. Tidak termasuk sedimen yang diendapkan.
R : Indeks daya erosi curah hujan (erosivitas hujan)
Faktor erosivitas curah hujan dan air larian untuk daerah tertentu. Faktor R juga merupakan
angka indeks yang menunjukkan besarnya tenaga curah hujan yang dapat menyebabkan
terjadinya erosi
K : Indeks kepekaan tanah terhadap erosi (erodibilitas tanah)
Faktor erodibilitas tanah untuk horison tanah tertentu, dan merupakan kehilangan tanah per
satuan luas untuk indeks erosivitas tertentu. Faktor K adalah indeks erodibilitas tanah, yaitu
angka yang menunjukkan mudah tidaknya partikel-partikel tanah terkelupas dari agreget tanah
oleh gempuran air hujan atau air larian
L = Faktor panjang lereng (L)
Faktor panjang lereng yang tidak mempunyai satuan dan merupakan bilangan
perbandingan antara besarnya kehilagan tanah untuk panjang lereng tertentu dengan besarnya
kehilangan tanah.
S : Kemiringan lereng (S)
Faktor gradien (beda) kemiringan yang tidak mempunyai satuan dan merupakan bilangan
perbandingan antara besarnya kehilangan tanah untuk tingkat kemiringan lereng tertentu
dengan besarnya kehilangan tanah.
C : Indeks pengelolaan tanaman
Faktor (pengelolaan) tanaman yang tidak mempunyai satuan dan merupakan bilangan
perbandingan antara besarnya kehilangan tanah pada kondisi cara bercocok tanam yang
diinginkan dengan besarnya kehilangan tanah pada keadaan tilled continouos fallow
P : Faktor usaha-usaha pencegahan erosi (Indeks konservasi tanah)
Faktor praktik konservasi tanah (cara mekanik) yang tidak mempunyai satuan dan merupakan
bilangan perbandingan antara besarnya kehilangan tanah pada kondisi usaha konservasi tanah
ideal (misalnya, teknik penanaman sejajar garis kontur, penanaman dalam teras, penanaman
dalam larikan) dengan besarnya kehilangan tanah pada kondisi penanaman tegak lurus
terhadap garis kontur.
Chay Asdak (1995) juga mengemukakan pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam
pemakaian rumus USLE diantaranya :
1. USLE hanya memperkirakan erosi lembar dan erosi alur dan tidak ditujukan untuk
menghitung erosi parit.
2. USLE hanya memperkirakan besarnya tanah yang tererosi, tetapi tidak memperhatikan
deposisi sedimen dalam perhitungan besarnya perkiraan erosi.

Tabel Kriteria Indeks Bahaya Erosi

Sumber: Arsyad (2010) dalan Banuwa (2013)


Penilaian Faktor Erosivitas Hujan (R)
Erosivitas merupakan kemampuan hujan untuk menimbulkan atau menyebabkan erosi. Indeks
erosivitas hujan yang digunakan adalah EI30. Erosivitas hujan sebagian terjadi karena pengaruh
jatuhan butir-butir hujan langsung di atas permukaan tanah. Kemampuan air hujan sebagai
penyebab terjadinya erosi adalah bersumber dari laju dan distribusi tetesan air hujan, dimana
keduanya mempengaruhi besar energi kinetik air hujan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
erosivitas hujan sangat berkaitan dengan energi kinetis atau momentum, yaitu parameter yang
berasosiasi dengan laju curah hujan atau volume hujan (Asdak, 1995).
Erosivitas hujan adalah kekuatan/kemampuan potensial butir – butir air hujan dalam
mengerosi tanah (Asdak, 1995). Sehingga Lepas dan terangkutnya partikel tanah ke tempat yang
lebih rendah disebabkan oleh tenaga pendorong yang berupa erosivitas hujan. Erosivitas hujan
terjadi akibat jatuhan butir-butir air hujan langsung di atas tanah dan sebagian lainnya akibat aliran
air di atas permukaan tanah (Asdak, 2010).
Perhitungan nilai indeks erosivitas hujan Lenvain (DHV, 1989):

R = 2,21×CH1,36

Keterangan :
R : Indeks erosivitas hujan bulanan,
CH : Curah hujan bulanan rata-rata (cm)

Untuk menghitung nilai erosivitas hujan digunakan rumus Bols (1978, dalam Trisna, 2006)
yang didasarkan pada energi kinetik total dan intensitas hujan maksimum selama 30 menit (I 30).
Rumus :

EI30 = 6,119 R1,21 x D-0,47 x M0,53

Keterangan :
EI30 : Nilai erosivitas hujan bulanan rerata (ton/ ha)
R : Curah hujan rata-rata bulanan (cm)
D : Jumlah hari hujan rata-rata bulanan
M : Curah hujan maksimum rata-rata bulanan (cm)

Cara menentukan besarnya indeks erosivitas hujan yang terakhir ini lebih sederhana karena
hanya memanfaatkan data curah hujan bulanan.

Penilaian Faktor Erodibilitas Tanah (K)


Erodibilitas tanah adalah daya tahan tanah terhadap proses pengurai dan pengangkutan oleh
tenaga erosi (Morgan, 1979). Erodibilitas tanah juga merupakan jumlah tanah yang hilang rata-
rata setiap tahun per satuan indeks daya erosi curah hujan pada sebidang tanah tanpa tanaman
(gundul), tanpa usaha pencegahan erosi, lereng 9% (5°), dan panjang lereng 22 meter
(Hardjowigeno, 1995). Erodibilitas tanah (K) menunjukkan tingkat kepekaan tanah terhadap erosi
yaitu mudah tidaknya tanah mengalami erosi. Erodibilitas tanah juga diartikan sebagai kepekaan
tanah terhadap daya penghancuran dan penghanyutan oleh air curahan hujan (Kartasapoetra,
2000). Selain itu, faktor erodibilitas tanah menunjukan kekuatan partikel tanah terhadap
pengelupasan dan transportasi partikel-partikel tanah oleh adanya energi kinetik air hujan.
Faktor erodibilitas menunjukkan kemudahan tanah mengalami erosi, semakin tinggi nilainya
semakin mudah tanah tererosi. Faktor yang Mempengaruhi Erodibilitas adalah:
1. Tekstur tanah
Tekstur menunjukkan sifat halus atau kasarnya butiran-butiran tanah. Tekstur ditentukan oleh
kandungan pasir, debu dan liat yang terdapat dalam permukaan tanah. Tekstur tanah yang
terlibat dalam butiran berjarak 200 mikron sampai ukuran 0,01 mikron. Butir-butir liat yang
lebih kecil dari ukuran 0,01 mikron wujudnya dalam bentuk koloid. Suatu gumpal tanah tidak
pernah tersusun hanya satu macam tekstur secara tersendiri. Langkah pertama untuk
menentukan tekstur ialah menganalisa fraksi-fraksi tanah tersebut (Rafi’i, 1990).
Tanah terdiri dari butir-butir tanah berbagai ukuran. Bagian tanah yang berukuran lebih dari
2 mm disebut bahan kasar. Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah. Berdasar atas
perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu dan liat maka tanah dikelompokkan ke dalam
12 tekstur. Sebaran besar butir untuk fraksi kurang dari 2 mm meliputi berpasir, berlempung
kasar, berlempung halus, berdebu kasar. Bila fraksi halus kurang dari 2 mm sedikit sekali dan
tanah terdiri dari kerikil, batu-batu dan lain-lain disebut fragmental (Winarso, 2005).
Debu merupakan fraksi tanah yang paling mudah tererosi karena selain mempunyai ukuran
yang relatif halus, fraksi ini juga tidak mempunyai ikatan (tanpa adanya bantuan bahan
perekat/pengikat) karena tidak mempunyai muatan. Berbeda dengan debu, liat meskipun
merupakan ukuran yang sangat halus, namun karena mempunyai muatan, maka fraksi ini
dapat membentuk ikatan. Meyer dan Harmon (1984) menyatakan bahwa tanah-tanah
bertekstur halus (didominasi liat) umumnya bersifat kohesif dan sulit dihancurkan. Walaupun
demikian bila kekuatan curah hujan atau aliran permukaan mampu menghancurkan ikatan
antar partikelnya maka akan timbul sedimen bahan tersuspensi yang mudah untuk terangkut
atau terbawa aliran permukaan.
2. Struktur tanah
Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan keruangan partikel-
partikel tanah yang bergabung dengan satu dengan yang lain membentuk agregat. Dalam
tinjauan morfologi, struktur tanah diartikan sebagai susunan partikel-partikel primer menjadi
satu kelompok (cluster) yang disebut agregat yang dapat dipisah-pisahkan kembali serta
mempunyai sifat yang berbeda dari sekumpulan partikel primer yang tidak teragregasi. Dalam
tinjauan edafologi, sejumlah faktor yang berkaitan dengan struktur tanah jauh lebih penting
dari sekedar bentuk agregat. Dalam hubungan tanah-tanaman, agihan ukuran pori, stabilitas
agregat, kemampuan teragregasi kembali saat kering dan kekerasan (hardness) agregat jauh
lebih penting dari ukuran dan bentuk agregat itu sendiri (Suci dan Bambang, 2002).
Istilah struktur tanah merujuk cara butiran-butiran tanah saling mengelompok secara bersama-
sama diikat oleh koloida tanah. Tingkat perkembangan struktur tanah ditentukan berdasarkan
atas kemantapan dan ketahanan bentuk struktur tanah tersebut terhadap tekanan. Tanah
dikatakan tidak berstruktur bila butir-butir tanah tidak melekat satu sama lain atau saling
melekat menjadi satu satuan yang padu dan disebut massive atau pejal. Tanah dengan struktur
yang baik mempunyai tata udara yang baik, unsur-unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah
diolah (Hardjowigeno, 2003).
Struktur tanah sangat berpengaruh pada pertumbuhan akar dan bagian tanaman di atas tanah.
Apabila tanah padat maka ruang pori tanah berkurang sehingga pertumbuhan akar terbatas
yang akhirnya produksi menurun. Struktur tanah berpengaruh kuat terhadap kerapatan isi
tanah (Winarso, 2005).
Bentuk dan stabilitas agregat serta persentase tanah yang teragregasi sangat berperan dalam
menetukan tingkat kepekaan tanah terhadap erosi. Tanah yang peka terhadap erosi adalah
tanah yang paling rendah persentase agregasinya. Tanah-tanah dengan tingkat agregasi yang
tinggi, berstruktur kersai, atau granular tingkat penyerapan airnya lebih tinggi dari pada tanah
yang tidak berstruktur atau susunan butir-butir primernya lebih rapat (Meyer dan Harmon,
1984).
Dalam menentukan erodibilitas tanah perlu memperhatikan keadaan struktur tanah dalam
ukuran diameter yang dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel Penilaian Kelas Struktur Tanah (Ukuran Diameter)

Sumber : Utomo (1989)


3. Permeabilitas Tanah
Permeabilitas tanah adalah kecepatan air menembus tanah pada periode tertentu dan
dinyatakan dalam cm/jam (Foth, 1978). Sedangkan menurut Hakim dkk (1986) permeabilitas
tanah adalah menyatakan kemampuan tanah melalukan air yang bisa diukur dengan
menggunakan air dalam waktu tertentu.
Nilai permeabilitas penting dalam menentukan penggunaan dan pengelolaan praktis tanah.
Permeabilitas mempengaruhi penetrasi akar, laju penetrasi air, laju absorpsi air, drainase
internal dan pencucian unsur hara (Donahue, 1984).
Faktor-faktor yang mempengaruhi permeabilitas tanah menurut Hillel (1971) antara lain
adalah tekstur tanah, porositas dan distribusi ukuran pori, stabilitas agregat dan stabilitas
struktur tanah serta kadar bahan organik tanah. Ditegaskan lagi bahwa hubungan yang lebih
utama terhadap permeabilitas tanah adalah distribusi ukuran pori sedangkan faktor- faktor
yang lain hanya ikut menentukan porositas dan distribusi ukuran pori. Tekstur kasar
menurut Anonimous (2008) mempunyai permeabilitas yang tinggi dibandingkan
dengan tekstur yang halus karena tekstur kasar mempunyai pori makro dalam jumlah
banyak sehingga umumnya tanah-tanah yang didominasi oleh tekstur kasar seperti
pasir umumnya mempunyai tingkat erodibilitas tanah yang rendah.
Permeabilitas tanah juga dapat diukur dengan menggunakan metode Hukum Darcy. Tanah di
lapangan pada umumnya berlapis, pada pasir nilai permeabilitas lapangan dan laboratorium
jelas berbeda akibat proses sedimentasi dalam pembentukan deposit tanah, struktur tanah di
lapangan dapat berubah atau hilang karena contoh tanah yang tidak terganggu tidak dapat diuji
(Bowles, 1991).
Nilai permeabilitas dapat ditentukan dengan data lapangan dan data analisis laboratorium
berbeda Nilai permeabilitas tanah ditetapkan dalam keadaan jenuh. Penentuan kelas
permeabilitas tanah dapat dilihat pada Tabel di bawah ini yang merupakan permeabilitas
dalam menentukan erodibilitas tanah.
Tabel Penilaian Kelas Permeabilitas Tanah- Tanah.

4. Bahan Organik
C-organik akan mempengaruhi kandungan bahan organik tanah, semakin tinggi kandungan
C- organik maka semakin meningkat kandungan bahan organik. Kandungan bahan organik
tanah dapat diketahui dari persamaan:

Bahan organik = % C organik x 1, 724 (Muklis, 2007).

Bahan organik didefinisikan sebagai sisa tanaman dan hewan di dalam tanah pada berbagai
pelapukan dan terdiri dari baik masih hidup maupun mati. Di dalam tanah berfungsi dapat
memperbaiki sifat fisik, kimia maupun biologi tanah. Berdasarkan hasil penelitian bahwa
penambahan bahan organik tanah lebih kuat pengaruhnya terhadap perbaikan sifat-sifat tanah
dan bukan untuk meningkatkan kesuburan tanah. Penggunaan bahan organik ke tanah harus
memperhatikan kadar unsur hara C terhadap unsur hara lainnya misalnya N, P, K karena
apabila terjadi nisbah sangat besar bisa menyebabkan terjadinya immobilisasi (Winarso,
2005). Bahan organik tanah adalah semua bahan di dalam tanah baik yang hidup maupun
sudah mati. Pada terminologi tertentu biomassa tidak dimasukkan sebagai bahan organik
tanah dan menggunakan istilah humus. Jumlah dan sifat bahan organik tanah sangat
menentukan sifat biokimia, fisika, kesuburan tanah dan membantu menetapkan arah proses
pembentukan tanah. Bahan organik menentukan komposisi dan mobilitas kation yang terjerap,
warna tanah, konsistensi tanah, partikel density, bulk density, sumber unsur hara, pemantap
agregat dan aktivitas organisme tanah (Muklis, 2007). Bahan organik tanah dibutuhkan untuk
pembentukan dan pemantapan agregat- agregat tanah. Zarah-zarah tanah membantu bagi
struktur tanah yang mengandung baik pori-pori besar maupun kecil dan sebagai akibatnya
memperbaiki keadaan air dan udara. Kecepatan infiltrasi dan perkolasi yang lebih baik
akan mengurangi run off dan erosi dan agregat tanah yang mantap tidak mudah
terlepas dari permukaan tanah dan terbawa oleh air (Konkhe, 1968). Bahan organik tanah
sangat penting karena berperan aktif dalam proses pelapukan dan pembentukan tanah,
menentukan berbagai sifat fisik dan kimia tanah sehingga menentukan kesuburan tanah
(Soepardi, 1983). Tanah yang masih subur ditentukan dengan kandungan kompleks liat dan
humusnya tinggi yang masih belum tererosi. Terjadinya erosi selain partikel-partikel tanah
yang dihanyutkan adalah jumlah unsur- unsur hara. Penghanyutan bahan organik yang
diakibatkan erosi dapat menghanyutkan top soil dan sub soil yang masih banyak kandungan
unsur haranya. Sehubungan dengan terangkutnya bahan-bahan organik dari lapisan
permukaan tanah yang merupakan lapisan olah maka aktivitas biota juga menurun
(Kartasaepotra, dkk, 1985). Bahan organik di dalam tanah jumlahnya tidak sama antara jenis
tanah yang satu dengan yang lainnya seperti Histosol yang mengandung bahan organik > 65
%. Perbedaan kandungan bahan organik ini tergantung pada jenis tanah dan cara pengelolaan
tanah. Menurut Puslitanak (2005) Bogor ada beberapa kriteria dari bahan organik
sebagaimana disajikan pada Tabel berikut ini.
Tabel Kriteria Bahan Organik.
Sumber : Puslitanak (2005)

Erodibilitas tanah dapat dihitung dengan Persamaan:

K = 1,292{ 2,1 M1,14 (10-4) (12-a) + 3,25 (b-2) + 2,5 (c-3)}


100
Keterangan :
K : Nilai erodibilitas tanah,
M : Ukuran partikel (% debu + % pasir sangat halus) x (100 - % liat)
% pasir sangat halus : 30 % dari pasir (Sinukaban dalam Sinulingga,1990)
a : Kandungan bahan organik (% C x 1,724)
b : Kelas struktur tanah
c : Kelas permeabilitas tanah (cm/jam).

Erodibilitas tanah juga dapat dapat diduga dengan menggunakan nomograph. Sifat-sifat tanah
yang menentukan besarnya nilai K berdasarkan Nomograph tersebut adalah (1) Persen kandungan
debu dan pasir halus, (2) Persen Kandungan pasir, (3) Persen bahan kandungan bahan organik (4)
Struktur tanah, (5) Permeabilitas tanah. Untuk itu diperlukan angka hasil penetapan sifat- sifat
tanah seperti tekstur dengan 4 fraksi ( pasir kasar, pasir halus, debu, dan liat ) dan bahan organik
tanah sedangkan struktur dan permeabilitas ditetapkan berdasarkan hasil pengamatan pada profil
tanah yang dapat digambar dalam Nomograph.
Gambar Nomograph Erodibilitas Tanah (K)
Untuk menentukan nilai erodibilitas tanah Boycous dalam Rahim (2000) telah menemukan
pada sekitar tahun 1935–an tentang The Clay Ratio as a Criterium Suspectibility of Soil to Erosion
kita mendapatkan persamaan sebagai berikut

E = % sand + % silt
% clay
Keterangan:
E : Erodibilitas
Sand : pasir
Silt : debu
Clay : liat
Adapun penetapan nilai erodibilitas (K) tanah dapat disajikan pada Tabel di bawah ini.
Tabel Klasifikasi Kelas Erodibilitas Tanah-Tanah
Sumber : Arsyad (2006).
Metode penetapan nilai faktor K secara cepat dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel Besar nilai K untuk jenis tanah di Indonesia

Penilaian Faktor Panjang (L) dan Kemiringan Lereng (S)


Faktor L dan S merupakan kombinasi antara faktor panjang lereng (L) dan kemiringan lereng
(S) atau nisbah besarnya erosi dari suatu lereng dengan panjang dan kemiringan tertentu terhadap
besarnya erosi dari plot lahan. Panjang dan kemiringan lereng merupakan dua unsur topografi yang
paling berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi (Arsyad, 1989:81). Faktor lereng (LS)
merupakan rasio antara tanah yang hilang dari suatu petak dengan panjang dan curam lereng
tertentu dengan petak baku (tanah gundul,curam lereng 9%, panjang 22 meter, dan tanpa usaha
pencegahan erosi) yang mempunyai nilai LS = 1. Nilai LS diperoleh dengan rumus (Schwab et.al.,
1981dalam Wardhana, 2005:14)

LS = X0,5 (0,0138 + 0,00965 s + 0,00138 s2 )

Keterangan :
X : Panjang lereng (m)
s : Kemiringan lereng (%)

Menurut Weismeier dan Smith (1978) dalam Hardjoamijojo dan Sukartaatmadja (1992),
faktor lereng dapat ditentukan dengan persamaan :
𝑙 𝑚
𝐿𝑆 = | | (0.065 + 0.045𝑠 + 0.0065𝑠 2
22
Keterangan :
l = Panjang lereng (meter)
S = Kemiringan lahan (%)
m = Nilai eksponensial yang tergantung dari kemiringan
S < 1% maka nilai m = 0.2
S = 1 – 3 % maka nilai m = 0.3
S = 3 – 5 % maka nilai m = 0.4
S > 5% maka nilai m = 0.5

Selain menggunakan rumus di atas, nilai LS dapat juga ditentukan menurut kemiringan
lerengnya seperti ditunjukan pada Tabel 2 berikut .
Kelas Lereng Kelas Lereng Kemiringan Lereng (%) Nilai LS
A 0–5 0.25
B 5 – 15 1.20
C 15 – 35 4.25
D 35 – 50 9.50
E > 50 12.00
Sumber : Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan RTL-RLKT Jakarta(1986)

Penilaian Faktor Pengelolaan Tanaman (C)


Faktor pengelolaan tanaman merupakan gabungan antara jenis tanaman, pengelolaan sisa–sisa
tanaman, tingkat kesuburan dan waktu pengelolaan tanah. Faktor C menggambarkan nisbah antara
besarnya erosi dari lahan yang bertanaman tertentu dan dengan manajemen (pengelolaan) tertentu
terhadap besarnya erosi tanah yang tidak ditanami dan diolah bersih. Nilai C dipengaruhi oleh
banyak variabel. Menurut (Suripin, 2004) variabel yang berpengaruh dapat dikelompokkan
menjadi dua grup, yaitu:
1. Variabel alami.
Variabel alami terutama adalah iklim dan fase pertumbuhan. Efektivitas tanaman dalam
mencegah erosi tergantung pada tinggi dan kontinuitas kanopi, kerapatan penutupan lahan,
dan kerapatan perakaran
2. Variabel yang dipengaruhi oleh sistem pengelolaan,yaitu tajuk tanaman, mulsa sisa-sisa
tanaman, sisa-sisa tanaman yang dibenamkan ke dalam tanah, pengelolaan tanah, pengaruh
residual pengelolaan tanah, dan interaksi antara variabel-variabel tersebut.

Nilai faktor C dapat dilihat pada Tabel berikut:


Tabel Nilai Indeks Faktor C (Pengelolaan Tanaman)
Sumber : Sitanala Arsyad, 1989

Untuk mencari besarnya nilai C digunakan rerata timbang berdasarkan pada masa tanam.
Persamaan yang digunakan adalah :

C = N1 C1 + N2 C2 + ……….. + Nn Cn
12

Keterangan :
C : Indeks faktor tanaman tahuna rerata timbang
N1………..n : Lamanya jenis tanaman diusahakan atau hidup
C1……….n : Indeks pengelolaan dari setiap jenis tanaman

Penilaian Faktor Pengelolaan Tanah (Konservasi Tanah)


Faktor pengelolaan tanah merupakan bentuk usaha manusia untuk membatasi semaksimum
mungkin pengaruh erosi terhadap lahan. Nilai faktor P untuk berbagai tindakan konservasi dapat
dilihat pada Tabel berikut.

Tabel Nilai Faktor P untuk Berbagai Tindakan Konservasi Tanah Khusus

Sumber : Arsyad, 1989


Keterangan : 1) konstruksi terras bangku dinilai dari kerataan dasar terras dan keadaan talud terras

Tabel Nilai Indeks Faktor P (Teknik Konservasi Tanah)


Sumber : RTL-RLKT Departemen Kehutanan, 1985 dan Sitanala Arsyad, 1989.

Anda mungkin juga menyukai