Anda di halaman 1dari 8

Nomor 1

Aplikasi dan fungsi evaporator di industri :


Pada industri, proses evaporasi dilakukan menggunakan alat yang disebut evaporator untuk
menguapkan cairan. Tujuan utama dari evaporasi pada industri adalah untuk menguapkan sebagian
besar air dari larutan yang mengandung produk yang diinginkan. Biasanya evaporasi dilakukan dengan
cara menguapkan sebagian dari pelarut pada titik didihnya, sehingga diperoleh larutan zat cair pekat
yang konsentrasinya lebih tinggi. Sebagai contoh setelah tahap pre-treatment dan separasi, biasanya
larutan mengandung air dengan konsentrasi lebih dari 85%. Di industri, kondisi ini tidak diinginkan
karena akan meningkatkan biaya operasi. Oleh karena itu perlu dilakukan proses evaporasi untuk
mengurangi kadar air. Selain itu, pada industri proses evaporasi sering digunakan pada pengolahan
limbah dengan alasan penghematan biaya.

Contoh pabrik

1. PG Madukismo, Yogyakarta
Pada PG Madukismo Yogyakarta ini adalah industri yang memproduksi gula. Dan
salah satu alat yang digunakan dalam pembuatan gula adalah evaporator. Disini,
evaporator digunkan pada stasiun penguapan yang berfungsi untuk menguapkan air dari
nira, sehingga mengurangi beban di pan. PG Madukismo memiliki 5 badan evaporator,
yaitu kondensor, pompa kondenstat evaporator I, pompa kondenstat evaporator II dan
III, dan pompa kondenstat evaporator IV dan V (Yuniarti, 2012).
2. PG Rejo Agung Baru, Madiun
Pada PG Rejo Agung Baru bedasarka hasil pengamatan, menggunakan metode
forward-feed multiple-effect evaporators, dengan satu badan evaporator gula sebagai
cadangan. Metode operasi ini digunakan ketika masukan memiliki suhu panas atau
produk akhir cairan pekat dimungkinkan mengalami kerusakan pada temperature tinggi.
Titik didih akan mengalami pengurangan dari efek satu ke efek selanjutnya. Stasiun
penguapan di PG Rejo Agung Baru terdiri dari dua rangkaian evaporator yaitu
rangkaian evaporator barat dan rangkaian evaporator timur, dimana susunan
evaporatornya sama-sama menggunakan kuadraple-effect evaporator, dengan empat
badan evaporator yang bekerja (Hadianto, 2000).
3. PTP NUSANTARA XI PG.PRADJEKAN BONDOWOSO
Pada perusahaan ini proses evaporasi terletak pada tahap ketiga dari proses
pembuatan gula adalah proses penguapan dengan evaporator. Penguapan ini dilakukan
pada kondisi vacuum agar sukrosa yang terkandung dalam nira tidak rusak atau pecah.
Penguapan dilakukan dengan sistem quadruple effect yang dalam hal ini uap
darievaporator terdahulu digunakan sebagai pemanas bagi evaporator selanjutnya.
Setiap 1 kg uap yang digunakan dapat menguapkan4 kg air yang terkandung dalam
nira. Penguapan ini dengan menggunakan kembali uap dimana yang digunakan untuk
menguapkan nira evaporator 1 adalah uap bekas yang berasal dari mesin-mesin uapdan
uap baru sebagai tambahan. Uap nira evaporator 1 untuk penguapandi evaporator II dan
seterusnya sampai evaporator IV. Proses penguapan dilakukansecara kontinyudari
evaporator I sampai IV dan nira keluarsebagai nira kental. Pengisian nira ke dalam
evaporator hanya mencapai sepertiga tinggi pipa pemanas. Bila tinggi nira lebih dari
sepertiga dari pipa pemanas maka akan terjadi over spraten (pemuncratan nira)
sehingga nira akan terbawa uap.
4. PG TJOEKIR JOMBANG
Tujuan dari proses penguapan adalah untuk menguapkan kandungan air dalam
nira encer semaksimal mungkin sehingga didapatkan nira kentaldengan kadar 64-68
brix. Stasiun penguapan di PG.Tjoekir terdiri dari 6 buah evaporator yang tersusun
secara seri untuk unit 1,2,3 dan paralel untuk unit 4, 5, dan 5, 6 atau 4, 6, sedangkan 1
unittersisa dalam kondisi sedang dibersihkan.Dampak proses penguapanadalah adanya
kerak dalam pipa atau badan penguapan. Untuk menghilangkan kerak-kerak tersebut
maka pembersihan badan penguap dilakukan secara bergantian. Badan yang digunakan
untuk membersihkan BP I dan II, adalah soda (NaOH), sedangkan BP III, IV
digunakanVOLTABIO (pelunak kerak) selain itu juga penyekrapan di sertai
penyemprotan air untuk membersihkan sisa-sisa kerak.

Nomor 2
Metode lain yang sama dengan evaporator adalah

Nomor 3

Nomor 4
Tujuan dari praktikum evaporasi yang praktikan lakukan adalah sebagai berikut:
1. Mengamati pengaruh variasi tekanan sistem terhadap laju evaporasi air.
2. Mengamati pengaruh variasi gradien suhu terhadap laju evaporasi air.
3. Membandingkan keekonomisan antara sirkulasi alami dan sirkulasi paksa.
4. Mendapatkan dan membandingkan neraca energi untuk operasi evaporator sirkulasi alami dan
sirkulasi paksa.
Nomor 5
1. Persiapan
Mengosongkan tangki kondensat (L2 dan L3) dan memastikan bahwa sumber listrik, steam, dan air pendingin telah tersedia.
a. Valve terbuka: V1, V4, V6, V8, C1, C4
b. Valve tertutup: V2, V3, V5, V7, C5, C6, C7, C9
2. Start Up
a. Menyalakan feed pump (5) dan S2 serta C8 dibuka penuh.
b. Menyalakan feed pre-heater (S3)
c. Ketika cairan telah terlihat di aliran F2, menyesuaikan C8 untuk mendapatkan laju feed yang diinginkan pada F2.
d. Membuka dan menyesuaikan C2 untuk mengatur aliran di F1, dimana F1 = 40 x F2.
e. C10 dapat digunakan untuk mengatur besar tekanan sistem yang diinginkan pada P2.
f. Menyalakan recirculation pump (S4) saat aliran terlihat pada level vessel (10).
g. Mengatur termostat pada feed pre-feater (S3) sehingga temperatur T6 dan T7 sedekat mungkin.
h. Menyalakan vacum pump (S5) untuk kondisi vakum lalu menyesuaikan C1 untuk mengatur tekanan sistem yang diinginkan pada
P1. untuk kondisi tekanan sistem pada tekanan atmosfer, C1 dibiarkan terbuka penuh.
3. Sirkulasi alamiah
Mengikuti prosedur persiapan dan start-up seperti di atas. Lalu membuka C5 sehingga mendapatkan hasil yang diinginkan pada F3.
4. Sirkulasi paksa
Mengikuti prosedur pendahuluan dan start-up seperti di atas. Membuka V7 dan menyesuaikan C4 dan C5 sehingga menghasilkan laju
resirkulasi yang diinginkan pada F3.
5. Prosedur pengaturan variabel
a. Mengatur P1 = 0 mmHg; F2 = 10 L/h; F1 = 40 x F2; F3 = 5 L/h
b. Mencatat nilai:
 L1, L2, dan L3 (L = tangki kondensat)
 T3, T5, T7, dan T8
 P2
 Jumlah steam yang terkondensasi
c. Mengulangi prosedur di atas untuk sirkulasi alamiah dan sirkulasi paksa, untuk P1=0, 100, dan 200 mmHg. Data diambil setiap 2
menit sekali selama 10 menit
Sirkulasi Alami
Feed Circulation Evaporator Condenser Condensate Concentrate Volume P2
P1 Waktu
Condensate (kPa)
(mmHg) (menit) L1 (liter) T5 (⁰C) T8 (⁰C) T7 (⁰C) T3 (⁰C) L2 (mL) L3 (mL)
(mL)
0
2
4
(variasi)
6
8
10

Sirkulasi Paksa

Feed Circulation Evaporator Condenser Condensate Concentrate Volume P2


P1 Waktu
Condensate (kPa)
(mmHg) (menit) L1 (liter) T5 (⁰C) T8 (⁰C) T7 (⁰C) T3 (⁰C) L2 (mL) L3 (mL)
(mL)
0
2
(variasi) 4
6
8
10
Pengolahan data :

1. Variasi Tekanan Sistem terhadap Laju Evaporasi


Untuk menghitung laju evaporasi, langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Mencari rata-rata tekanan steam (P2) dan mencari nilai suhu steam (Ts) dengan menggunakan
steam table
2. Menghitung nilai ΔTE melalui persamaan berikut:
∆𝑇𝐸 = 𝑇𝑆 − 𝑇7
3. Menghitung nilai rata-rata dari P2, P1, T7, dan Ts
4. Memplot waktu vs ketinggian tangki kondensat (L2) dan mencatat nilai slope (S2) yang
terbentuk dari grafik.
5. Menghitung nilai laju evaporasi (E) melalui persamaan berikut:
𝐸 = 60𝑆2 𝐶2
Dengan nilai C2 merupakan faktor kalibrasi tangki kondensat, yaitu sebesar 17,6 kg/m

2. Variasi Laju Sirkulasi dan Evaporasi dengan Perbedaan Temperatur


Pada percobaan ini, akan dihitung nilai R yang merupakan nilai rasio sirkulasi dari setiap
tekanan sistem. Nilai R didapatkan dari perbandingan antara laju alir umpan dengan laju alir
sirkulasi. Untuk menghitung nilai R, langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
Menghitung nilai rata-rata dari P2, P1, dan T7
1. Mencari nilai suhu steam (Ts) dengan menggunakan steam table
2. Menghitung nilai ΔTE melalui persamaan berikut:
∆𝑇𝐸 = 𝑇𝑆 − 𝑇7
3. Menghitung nilai R melalui persamaan berikut:
𝐹3
𝑅=
𝐹2
4. Memplot waktu vs ketinggian tangki kondensat (L2) dan mencatat nilai slope (S2) yang
terbentuk dari grafik.
5. Menghitung nilai laju evaporasi (E) melalui persamaan berikut:
𝐸 = 60𝑆2 𝐶2
Dengan nilai C2 merupakan faktor kalibrasi tangki kondensat, yaitu sebesar 17,6 kg/m.
6. Membuat grafik yang menghubungkan log laju penguapan rata-rata (log E) pada sumbu y
terhadap log suhu (log T) pada sumbu x.
3. Perhitungan Keekonomian untuk Sirkulasi Alami dan Sirkulasi Paksa
1. Menghitung tekanan rata-rata steam dan tekanan rata-rata sistem (P2 dan P1), titik didih
rata-rata (T7 ), serta laju alir rata-rata masukan dan laju alir sirkulasi sirkulasi (F2 dan F3 ).
2. Menghitung rasio sirkulasi rata-rata (R) dengan menggunakan persamaan:
𝐹3 5
𝑅= = = 0.5
𝐹2 10
3. Menghitung jumlah air yang terevaporasi dengan mengamati perubahan level awal dan
akhir pada tangki kondensat (L2 ) dengan menggunakan persamaan (Dimana 𝐶2 adalah
konstanta kalibrasi untuk tangki kondensat, yaitu sebesar 17.6 kg/m):
𝑊𝐸 = 𝐶2 . ∆𝐿2
4. Menghitung jumlah total kondensat yang terkumpul (Q) dengan menggunakan data volum
kondensat yang didapatkan. Berikut adalah hasil perhitungan Qc dengan mengalikan
volume condensate yang didapat dengan massa jenis air sebesar 0,001 kg/cm3.
5. Menghitung keekonomisan (EC ) dengan menggunakan persamaan:
𝑊𝐸
𝐸𝐶 =
𝑄
6. Memplot grafik yang menghubungkan nilai keekonomisan (EC ) sebagai sumbu-y terhadap
tekanan sistem (P1) sebagai sumbu-x.

4. Neraca Energi untuk Sirkulasi Alami dan Sirkulasi Paksa


Proses Perhitungan :
1. Mencari data-data entalpi masukan dengan menggunakan steam table, yaitu: hF pada T5 , hE
pada T3 , hC pada T8 , dan hS pada P2.
2. Menghitung perubahan level pada tangki masukan, kondensat, dan konsentrat (dL1 , dL2 ,
dL3 ).
3. Menghitung massa air umpan, air yang terevaporasi, dan konsentrat (𝑊𝐹 , 𝑊𝐸 , 𝑊𝐶 ) dengan
menggunakan persamaan (Dimana 𝐶1, 𝐶2, 𝐶3adalah konstanta kalibrasi masing-masing
tangki, yaitu sebesar 110 kg/m, 17.6 kg/m, dan 17.6 kg/m.):
𝑊𝐹 = 𝐶1 . ∆𝐿1
𝑊𝐸 = 𝐶2 . ∆𝐿2
𝑊𝐶 = 𝐶3 . ∆𝐿3
4. Menghitung neraca massa dengan menggunakan persamaan berikut:
𝑊𝐹 = 𝑊𝐸 + 𝑊𝐶
5. Menghitung neraca energi dengan menggunakan persamaan berikut:
𝑊𝐹 . ℎ𝐹 + 𝑄. 𝐻𝑆 = 𝑊𝐸 . ℎ𝐸 + 𝑊𝐶 . ℎ𝐶 + 𝑄. ℎ𝑆
dimana:
𝑊𝐹 = massa air masukan ke evaporator (kg)
𝑊𝐸 = massa air terevaporasi (kg)
𝑊𝐶 = massa air konsentrat (kg)
𝑄 = massa steam terkondensasi (kg)
ℎ𝐹 = entalpi umpan pada 𝑇5 (kJ/kg
ℎ𝐸 = entalpi uap air keluar dari evaporator 𝑇3 (kJ/kg)
ℎ𝐶 = entalpi konsentrat pada 𝑇8 (kJ/kg)
ℎ𝑆 = entalpi steam masuk jaket evaporator pada P2 (kJ/kg)
ℎ𝑆 = entalpi kondensat keluar dari jaket evaporator (kJ/kg)
6. Menghitung kesalahan relative dari neraca massa dengan menggunakan persamaan berikut:
|𝑊𝐹 − (𝑊𝐶 + 𝑊𝐸 )|
𝐾𝑅 = × 100%
𝑊𝐹
7. Menghitung kesalahan relative dari neraca energy dengan menggunakan persamaan
berikut:
|(𝑊𝐹 . ℎ𝐹 + 𝑄. 𝐻𝑆 ) − (𝑊𝐸 . ℎ𝐸 + 𝑊𝐶 . ℎ𝐶 + 𝑄. ℎ𝑆 )|
𝐾𝑅 = × 100%
𝑊𝐹 . ℎ𝐹 + 𝑄. 𝐻𝑆

Anda mungkin juga menyukai