Anda di halaman 1dari 5

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Metode Pemanfaatan Limbah Batang Kelapa Sawit Secara Global


a. Pemanfaatan Batang kelapa sawit sebagai Material Komposit
Serat limbah batang kelapa sawit (Elaeis Guineensis Jacq) mengandung alpha
selulosa dan hemiselulosa yang tinggi, terdapat juga kandungan lignin yang sedang
sehingga dapat digunakan sebagai bahan konstruksi seperti papan komposit (papan
partikel). material komposit limbah batang kelapa sawit (Elaeis Guineensis Jacq) di
dapat bahwa dengan serat 100% mencapai nilai optimum, dikarenakan kekuatan tarik
dan modulud elastisitas yang besar (Zulfadhli, 2017).
Keteguhan Lentur (MOE) batang kelapa sawit (E. guinensis Jacq) berkisar antara
4456,77 kg/cm2 – 10062,40 kg/cm2. Nilai MOE tertinggi berada pada posisi pangkal
, sedangkan terendah terdapat pada bagian ujung. Hal ini disebabkan karena pada
bagian ujung tersusun atas jaringan yang masih muda, dimana secara fisiologis
jaringan tersebut masih berfungsi aktif sehingga dinding selnya relatif tipis dibanding
dengan dinding sel jaringan yang sudah tua, kemudian kandungan selulosa dan lignin
jaringan ikatan pembuluh pada bagian pangkal lebih tinggi. Semakin banyak sel
serabut maka semakin baik pula sifat mekanis suatu kayu,serta semakin tinggi
perbandingan antara lignin dan selulosa semankin meningkat pula kekuatan kayu
(Panshin dan de Zeeuw 1970) dalam Iswanto (2010). Keteguhan Lentur Patah (MOR)
berkisar antara 108,20 kg/cm2 – 354,47 kg/cm2. Nilai MOR tertinggi berada pada
posisi pangkal, sedangkan terendah terdapat pada bagian ujung. Hal ini disebabkan
karena pada bagian ujung tersusun atas jaringan yang masih muda, dimana secara
fisioligi jaringan tersebut masih berfungsi aktif sehingga dinding selnya relatif tipis
dibanding dengan dinding sel jaringan yang sudah tua, kemudian kandungan selulosa
dan lignin jaringan ikatan pembuluh pada bagian pangkal lebih tinggi. Semakin
banyak sel serabut maka semakin baik pula sifat mekanis suatu kayu,serta semakin
tinggi perbandingan antara lignin dan selulosa semankin meningkat pula kekuatan
kayu (Panshin dan de Zeeuw 1970) dalam Iswanto (2010).
Keteguhan Tekan Sejajar Serat (MCS) berkisar antara 16,56 kg/cm2 – 69,96
kg/cm2. Nilai rerata MCS tertinggi berada pada posisi pangkal yaitu 69,96 kg/cm2,
sedangkan terendah terdapat pada bagian ujung yaitu 16,56 kg/cm2 Secara
keseluruhan, batang kelapa sawit pada bagian pangkal memiliki nilai yang lebih
tinggi dibandingkan dengan bagian yang tengah dan ujung, dengan kata lain bagian
pangkal sifat mekaniknya lebih baik dibandingkan dengan bagian tengah dan ujung.
Hal tersebut dikarenakan terdapat susunan sel bagian pangkal yang rapat dan tebal,
hal tersebut sesuai dengan pendapat Krisdianto (2006) bahwa dinding serat paling
tebal ditemukan pada bagian pangkal pohon kelapa dan menipis tajam kebagian
ujung. Adanya keragaman yang cukup besar dari nilai sifat-sifat mekanik disebabkan
adanya perbedaan struktur dari batang kelapa sawit mulai bagian pangkal sampai ke
bagian ujung dari batang. Menurut Prasetyo (2008) pada bagian dalam batang jenis
palem seperti gewang,kelapa dan kelapa sawit sebagian besar terbentuk atas jaringan
dasar parenkim, dan untuk luar/tepi yang didominasi oleh berkas pembuluh yang
berdinding tebal (vascular bundles). Kualitas Batang Kelapa Sawit (E. guineesis Jacq)
Sifat mekanik kayu atau kekuatan kayu merupakan indikator kualitas kayu yang
penting dalam menentukan kayu sebagai bahan kontruksi bangunan berdasarkan berat
jenis dan kemampuan menahan beban, karena kekuatan kayu berhubungan rapat
dengan berat jenis (Haygreen dan Bowyer, 1989). Berdasarkan Klasifikasi Den
Berger (1923) bahwa batang kelapa sawit termasuk ke dalam kelas kuat V, cocok
dipergunakan sebagai bahan baku papan partikel atau produk komposit lainya.
3.2 Metode Pengolahan Limbah Batang Kelapa Sawit di PT Adei Plantation And
Industry
Pemanfaatan limbah batang kelapa sawit di PT Adei Plantation And Industry
yaitu hanya diletakkan dirumpukan/stacking. Adapun peoses kegiatan yang dilakukan
dilahan adalah Penumbangan (felling), pencacahan (chipping) dan perumpukan
(stacking) serta blending/pulverization merupakan inti pekerjaan peremajaan atau
replanting. Kegiatan tersebut dilakukan dengan menggunakan alat excavator
(misalkan excavator PC 100) yang telah dilengkapi dengan alat pencacah (chipping
bucket) dan mata blender. Pada ujung chipping bucket terdapat pisau (blade) yang
panjangnya ± 60 cm. Penumbangan dilakukan dengan merubuhkan pokok sawit
dengan mempergunakan punggung chipping bucket. Sisa akar dan bonggol
digali/dikerok dan dikeluarkan semaksimal mungkin. Kemudian, lubang bekas
bongkaran pokok yang sudah ditumbang ditutup dengan menggunakan tanah
disekitar bongkaran tersebut. Untuk pokok yang terserang ganoderma, lubang digali 1
m x 1 m x 1 m. Lubang tersebut dibiarkan sampai dilakukan penanaman, karena
potongan-potongan akar yang tinggal di lubang sering mengandung patogen dan
memproduksi tubuh buah ganoderma pada ujungnya. Hal ini dilakukan agar spora
dan patogen terkena cahaya matahari dan mengakibatkan matinya spora dan patogen.
Pokok yang telah ditumbang, kemudian dicacah atau dicincang dengan
mengunakan chipping bucket. Tebal cacahan ± 5 – 10 cm dan sudut
cacahan/kemiringan ± 45 – 600. Tebal dan kemiringan hasil cacahan seperti ini akan
mempercepat proses pembusukan dan matinya spora ganoderma. Pencacahan
dilakukan mulai dari pangkal (bonggol batang) sampai ke pucuk. Hasil cacahan
ditempatkan pada jalur yang telah diberi pancang (pancang rumpuk) dan disebar
secara merata dan tipis. Prestasi kerja 1 (satu) excavator PC100 untuk menumbang,
mencacah dan merumpuk adalah 0,66 – 0,73 ha atau 90 – 100 pokok per hari (8 – 10
jam kerja alat). Prestasi kerja dipengaruhi oleh besarnya daya dan kondisi alat,
kondisi topografi dan cuaca serta keahlian dan keterampilan operator. Penentuan
jumlah excavator yang dibutuhkan dalam kegiatan replanting tergantung pada areal
kebun yang akan direplanting dan “time schedule” program replanting.

Setelah 3 bulan, Selanjutnya dilakukan blending/pulverization pada hasil chipping


yang telah dipastikan kering. Blending menggunakan exavator pc 100 dan dilengkapi alat
khusus penghancur (mata blender). Saat dilakukan kegiatan pulverization dipastikan pada
saat blending, tumpukan akar dan batang yg dichipping habis terblending. Produktivitas =
0,9 ha/hari. Hasil kegiatan ini berupa menjadi serbuknya hasil chippingan yang telah
dikeringkan terssebut. Setelah ini, tidak dilakukan apa-apa lagi, hanya di tumpuk di
rumpukan.

Anda mungkin juga menyukai