Anda di halaman 1dari 8

UJIAN TENGAH SEMESTER

BIDANG KEAHLIAN : Administrasi Hukum

MATA KULIAH : Perdata International

IVAN MARSHA PUTRA

183141014111044
1. kapan terjadinya suatu kesepakatan?

Mengenai kapan saat terjadinya kata sepakat, terdapat 4 (empat) teori yang menyoroti
hal tersebut, yaitu :

1. Teori Ucapan (Uitings Theorie)

Teori ini berpijak kepada salah satu prinsip hukum bahwa suatu kehendak baru memiliki arti
apabila kehendak tersebut telah dinyatakan. Menurut teori ini, kata sepakat terjadi pada saat
pihak yang menerima penawaran telah menulis surat jawaban yang menyatakan ia menerima
surat pernyataan. Kelemahan teori ini yaitu tidak adanya kepastian hukum karena pihak yang
memberikan tawaran tidak tahu persis kapan pihak yang menerima tawaran tersebut
menyiapkan surat jawaban.

2. Teori Pengiriman (verzendings Theorie)

Menurut teori ini, kesepakatan terjadi apabila pihak yang menerima penawaran telah
mengirimkan surat jawaban atas penawaran yang diajukan terhadap dirinya. Dikirimkannya
surat maka berarti si pengirim kehilangan kekuasaan atas surat, selain itu saat pengiriman
dapat ditentukan dengan tepat. Kelemahan teori ini yaitu kadang terjadi perjanjian yang telah
lahir di luar pengetahuan orang yang melakukan penawaran tersebut, selain itu akan muncul
persoalan jika si penerima menunda-nunda untuk mengirimkan jawaban.

3. Teori Penerimaan (Ontvangs Theorie)

Menurut teori ini, terjadi pada saat pihak yang menawarkan menerima langsung surat
jawaban dari pihak yang menerima tawaran.

4. Teori Pengetahuan (Vernemings Theorie)

Teori ini berpendapat bahwa kesepakatan terjadi pada saat pihak yang melakukan penawaran
mengetahui bahwa penawarannya telah diketahui oleh pihak yang menerima penawaran
tersebut. Kelemahan teori ini antara lain memungkinkan terlambat lahirnya perjanjian karena
menunda-nunda untuk membuka surat penawaran dan sukar untuk mengetahui secara pasti
kapan penerima tawaran mengetahui isi surat penawaran.
2. syarat sah perjanjian ada dua :
 SYARAT SAH SUBYEKTIF
Syarat sah yang subyekif berdasarkan pasal 1320 KUH Perdata Disebut dengan syarat
subyektif karena berkenaan dengan subyek perjanjian. Konsekuensi apabila tidak
terpenuhinya salah satu dari syarat subyektif ini adalah bahwa kontrak tersebut dapat “dapat
dibatalkan” atau “dimintakan batal” oleh salah satu pihak yang berkepentingan. Apabila
tindakan pembatalan tersebut tidak dilakukan, maka kontrak tetap terjadi dan harus
dilaksanakan seperti suatu kontrak yang sah.
I. Adanya kesepakatan kehendak (Consensus, Agreement)
Dengan syarat kesepakatan kehendak dimaksudkan agar suatu kontrak
dianggap sah oleh hukum, kedua belah pihak mesti ada kesesuaian pendapat tentang
apa yang diatur oleh kontrak tersebut. Oleh hukum umumnya diterima teori bahwa
kesepakatan kehendak itu ada jika tidak terjadinya salah satu unsur-unsur sebagai
berikut.
a) Paksaan (dwang, duress)
b) Penipuan (bedrog, fraud)
c) Kesilapan (dwaling, mistake)
Sebagaimana pada pasal 1321 KUH Perdata menentukan bahwa kata sepakat tidak
sah apabila diberikan karena kekhilafan atau diperoleh dengan paksaan atau penipuan.
II. Wenang / Kecakapan berbuat menurut hukum (Capacity)
Syarat wenang berbuat maksudnya adalah bahwa pihak yang melakukan kontrak
haruslah orang yang oleh hukum memang berwenang membuat kontrak tersebut.
Sebagaimana pada pasal 1330 KUH Perdata menentukan bahwa setiap orang adalah
cakap untuk membuat perikatan, kecuali undang-undang menentukan bahwa ia tidak
cakap. Mengenai orang-orang yang tidak cakap untuk membuat perjanjian dapat kita
temukan dalam pasal 1330 KUH Perdata, yaitu
a) Orang-orang yang belum dewasa
b) Mereka yang berada dibawah pengampuan
c) Wanita yang bersuami. Ketentuan ini dihapus dengan berlakunya Undang-
Undang No.1 tahun 1974 tentang perkawinan. Karena pasal 31 Undang-Undang ini
menentukan bahwa hak dan kedudukan suami istri adalah seimbang dan masing-
masing berhak untuk melakukan perbuatan hukum.
 SYARAT SAH OBYEKTIF

Syarat sah yang objektif berdasarkan pasal 1320 KUH Perdata Disebut dengan syarat
objektif karena berkenaan dengan obyek perjanjian. Konsekuensi hukum apabila tidak
terpenuhinya salah satu objektif akibatnya adalah kontrak yang dibuat batal demi hukum. Jadi
sejak kontrak tersebut dibuat kontrak tersebut telah batal.

III. Obyek / Perihal tertentu


Dengan syarat perihal tertentu dimaksudkan bahwa suatu kontrak haruslah berkenaan
dengan hal yang tertentu, jelas dan dibenarkan oleh hukum. Mengenai hal ini dapat kita
temukan dalam pasal 1332 ddan1333 KUHPerdata. Pasal 1332 KUHPerdata menentukan
bahwa
“Hanya barang-barang yang dapat diperdagangkan saja dapat menjadi pokok suatu
perjanjian”
Sedangkan pasal 1333 KUH Perdata menentukan bahwa
“Suatu perjanjian harus mempunyai sebagai pokok suatu barang yang paling sedikit
ditentukan jenisnya
Tidaklah menjadi halangan bahwa jumlah barang tidak tentu, asal saja jumlah itu
terkemudian dapat ditentukan / dihitung”

IV. Kausa yang diperbolehkan / halal / legal


Maksudnya adalah bahwa suatu kontrak haruslah dibuat dengan maksud / alasan yang
sesuai hukum yang berlaku. Jadi tidak boleh dibuat kontrak untuk melakukan hal-hal yang
bertentangan dengan hukum. Dan isi perjanjian tidak dilarang oleh undang-undang atau tidak
bertentangan dengan kesusilaan / ketertiban umum (Pasal 1337 KUH Perdata). Selain itu
pasal 1335 KUH Perdata juga menentukan bahwa suatu perjanjian yang dibuat tanpa sebab
atau dibuat karena suatu sebab yang palsu atau terlarang adalah tidak mempunyai kekuatan
hukum.

3. apa yang terjadi jika syarat objektif suatu perjanjian tidak


dipenuhi?
apabila tidak terpenuhinya salah satu syarat objektif akibatnya adalah kontrak yang
dibuat batal demi hukum. Jadi sejak kontrak tersebut dibuat kontrak tersebut telah batal.

4. apa yang terjadi jika syarat subjektif tidak dipenuhi?


apabila tidak terpenuhinya salah satu dari syarat subyektif ini adalah bahwa kontrak
tersebut dapat “dapat dibatalkan” atau “dimintakan batal” oleh salah satu pihak yang
berkepentingan. Apabila tindakan pembatalan tersebut tidak dilakukan, maka kontrak tetap
terjadi dan harus dilaksanakan seperti suatu kontrak yang sah.

5. Buatlah kontrak dengan ketentuan sebagai berikut


1. sesuai dengan sistimatika pembuatan kontrak

2. pihak pertama selaku orang pribadi

3. pihak kedua selaku perwakilan dari badan usaha (PT)

4. ketentuan isi kontrak :

A. kontrak mengenai perjanjian kerjasama

B. kontrak mengenai perjanjian sewa menyewa


PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH

Pada hari ini Kamis, 14 Maret 2019 telah terjadi Perjanjian Sewa Menyewa rumah antara:
Nama : Alex Turner
Usia : 33 Tahun
Alamat : Jl. Terusan Cikampek no.21,Kota Malang
Dalam hal ini bertindak untuk diri sendiri dan atas namanya sendiri yang selanjutnya disebut sebagai
PIHAK PERTAMA.

Nama : Matt Homme


Usia : 41 Tahun
Alamat : Jl. Sufelir no.21,Kota Malang
Dalam hal ini bertindak untuk diri sendiri dan atas namanya sendiri yang selanjutnya disebut sebagai
PIHAK KEDUA.

Para pihak menerangkan terlebih dahulu sebagai berikut:


- Bahwa PIHAK PERTAMA adalah pemilik dari tanah dan rumah yang terletak di Jalan Cengger
ayam Nomor 32B Kelurahan Tulusredjo Kecamatan Lowokwaru
- Bahwa PIHAK PERTAMA hendak menyewakan tanah beserta rumah seperti alamat di atas
kepada PIHAK KEDUA untuk dipergunakan sebagai Studio Musik

Selanjutnya kedua belah pihak telah sepakat mengadakan Perjanjian Sewa Menyewa rumah yang
diatur dalam pasal-pasal berikut ini:

PASAL 1
JANGKA WAKTU

1. Perjanjian Sewa Menyewa ini dilangsungkan dan ditetapkan untuk jangka waktu 1 tahun,
terhitung sejak tanggal 14 Maret 2019 dan berakhir pada tanggal 14 Maret 2020
2. Setelah jangka waktu tersebut habis, maka sewa menyewa ini dapat diperpanjang atas
persetujuan kedua belah pihak. Apabila PIHAK KEDUA akan memperpanjang janga waktu sewa
rumah tersebut, maka PIHAK KEDUA wajib memberitahu kepada PIHAK PERTAMA selambat-
lambatnya 2 bulan sebelum berakhirnya Perjanjian ini.
PASAL 2
BIAYA DAN CARA PEMBAYARAN

1. PIHAK PERTAMA membebankan biaya sewa kepada PIHAK KEDUA untuk seluruh jangka waktu
sewa sejumlah Rp 43.000.000,00
2. Jumlah uang mana telah diterima seluruhnya secara sekaligus pada saat penandatanganan
Perjanjian ini. Dan, Perjanjian ini sekaligus berlaku sebagai tanda pelunasan yang sah dari seluruh
jumlah uang sewa termaksud.

PASAL 3
HAK DAN KEWAJIBAN

1. PIHAK PERTAMA berkewajiban menyerahkan objek sewa kepada PIHAK KEDUA dalam keadaan
bersih dan terawat baik setelah Perjanjian ini ditandatangani kedua belah pihak.
2. PIHAK KEDUA berkewajiban menjaga kebersihan, keamanan, ketertiban dan ketentraman
lingkungan.
3. Segala bentuk tagihan atau rekening-rekening serta biaya-biaya atas pemakaian aliran listrik,
telepon, PDAM menjadi tanggungan PIHAK KEDUA. Segala kerugian yang timbul akibat kelalaian
PIHAK KEDUA dalam memenuhi kewajibannya sepenuhnya menjadi tanggung jawab PIHAK
KEDUA.
4. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) atas objek sewa menjadi tanggung jawab PIHAK PERTAMA.
5. PIHAK KEDUA setelah Perjanjian ini berakhir wajib mengembalikan objek sewa dalam keadaan
baik sama seperti pada saat penyerahan objek sewa.
PASAL 4
JAMINAN

1. PIHAK PERTAMA menjamin bahwa selama Perjanjian ini berlaku, PIHAK KEDUA tidak akan
mendapat gangguan atau tuntutan dari siapa pun juga yang menyatakan mempunyai hak
terlebih dahulu atau turut berhak atas apa yang disewakan dengan Perjanjian ini.
2. PIHAK KEDUA tidak diperbolehkan mengalihkan atau menyewakan lagi bangunan dan rumah
dalam Perjanjian ini tanpa seizin PIHAK PERTAMA.
3. Perjanjian ini tidak berakhir apabila tanah dan bangunan yang menjadi objek Perjanjian ini dijual
kepada pihak lain ataupun karena sebab lain menjadi milik atau dikuasai oleh pihak lain.

PASAL 5
PERUBAHAN DAN PERBAIKAN OBYEK SEWA

PIHAK KEDUA diperbolehkan untuk mengadakan perubahan-perubahan dan/atau penambahan-


penambahan pada bangunan tersebut sesuai dengan kebutuhan PIHAK KEDUA, asal saja tidak
merusak atau merubah konstruksi bangunan tersebut dengan ketentuan setelah jangka waktu
persewaaan ini berakhir, maka segala perubahan dan/atau penambahan pada bangunan tersebut
menjadi hak dan miliknya PIHAK PERTAMA, tanpa kewajiban untuk membayar ganti rugi berupa apa
pun kepada PIHAK KEDUA, kecuali barang-barang dan/atau bahan-bahan yang sifatnya tidak melekat
pada dinding tetap menjadi milik PIHAK KEDUA.

PASAL 6
PENYELESAIAN SENGKETA

1. Apabila terjadi perselisihan dari Perjanjian ini, maka akan diselesaikan dengan jalan musyawarah.
2. Apabila tidak terjadi kesepakatan antara kedua belah pihak dalam musyawarah, maka kedua
belah pihak sepakat untuk menyelesaikan dengan mengambil domisili tetap di Kantor Pengadilan
Negeri Malang
Demikianlah sebagai bukti yang sah Perjanjian ini dibuat dan ditandatangani pada hari, tanggal,
bulan, dan tahun yang telah disebutkan pada awal Perjanjian oleh para pihak dan saksi-saksi.

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

_____________ ___________
Alex Turner Matt Homme
Saksi-saksi
1. _____________
Corey Taylor

2. _____________
Mark Hoppus

Anda mungkin juga menyukai