A. Pendahuluan
Panitia Farmasi dan Terapi menurut Menteri Kesehatan RI Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004
adalah organisasi yang mewakili hubungan komunikasi antara staf medic dengan staf farmasi,
sehingga anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasi spesialisasi yang ada di Rumah
Sakit dan apoteker wakil dari farmasi rumah sakit, serta tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan Panitia FArmasi dan Terapi adalah :
1. Menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan obat, dan evaluasinya
2. Melengkapi staf professional dibidang kesehatan dengan pengetahuan terbaru yang
berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai kebutuhan
Menurut Charles Siregar dalam bukunya Farmasi Rumah Sakit menyebutkan bahwa keanggotaan
PFT terdiri dari 8-15 orang. Semua anggota tersebut mempunyai hak suara yang sama. Di
Rumah Sakit Umum besar (misalnya kelas A dan B) perlu diadakan suatu struktur organisasi
PFT yang terdiri atas keanggotaan inti yang mempunyai hak suara, sebagai suatu tim pengarah
dan pengambil keputusan. Anggota inti ini dibantu oleh berbagai sub panitia yang dipimpin oleh
salah seorang anggota inti. Anggota dalm sub panitia adalah dokter praktisi spesialis, apoteker
spesialis informasi obat, apoteker spesialis farmasi klinik, dan berbagai ahli sesuai dengan
keahlian yang diperlukan dalam tiap subpanitia (Siregar : 2004 : 71)
Selain subpanitia yang pembentukannya didasarkan pada penggolongan penyakit sasaran obat,
dibeberapa penyakit subpanitia didasarkan pada SMF (Staf Medik Fungsional) yang ada. PFT
dapat juga membentuk subpanitia untuk kegiatan tertentu, misalnya subpanitia pemantauan dan
pelaporan reaksi obat merugikan, subpanitia evaluasi penggunaan obat, sub panitia pemantauan
resistensi antibiotik, subpanitia formulasi dietetik, atau subpanitia khusus jika perlu. Dalam
subpantia khusus ini, seringkali melibatkan spesialis yang bukan anggota PFT (Siregar : 2004 :
71)
5. Kebijakan Distribusi
a. Apabila memungkinkan, penghantaran tiap jenis sediaan obat harus berasal dari suatu
nomor lot/ bets tunggal
b. Kecuali ditetapkan atau dipersyaratkan lain oleh pertimbangan stabilitas, tidak kurang
dari suatu jarak waktu 12 bulan harus tersedia, antara waktu penghantaran sediaan dan
tanggal kadaluwarsanya.
c. Pemasok harus menerima, tanpa pengesahan sebelumnya, kemasan sediaan obat yang
belum dibuka yang dikembalikan yang belum lewat tanggal kadaluwarsa. Pengembalian
uang penuh seharga pembelian harus kontan atau dimasukkan kedalam rekening rumah
sakit.
d. Pemasok harus mengirimkan semua pesanan sediaan obat tepat waktu, ongkos kirim
prabayar oleh pemasok, dan menyertakan daftar kemasan pada setiap pengiriman. Semua
sediaan obat yang habis persediaan harus dicatat, dan ketersediaan yang diantisipasi dari
sediaan itu harus secara jelas dinyatakan.