NIM : 1913021006
KELAS : 1A
2. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif masa SMP dan SMA yaitu bahwa remaja memiliki
semakin banyak memiliki sumber kognitif dibandingkan saat mereka masih anak
anak, karena mereka dapat memproses informasi lebih otomatis, mereka memiliki
kapasitas pemrosesan informasi yang lebih besar dan lebih mengenal dengan baik
serangkaian pengetahuan mengenai hal hal tertentu.
a. Pemikiran Hipotesis-Deduktif
Pemikiran Hipotesis deduktif merupakan salah satu karakteristik yang
menandai perkembangan berfikir pada masa remaja dengan tahap operasi formal
yang muncul pada usia 12 tahun ke atas. Dalam siklus belajar hipotesis-deduktif,
siswa mulai belajar dengan pernyataan ”sebab?”. Sehingga siswa mampu untuk
merumuskan hipotesis atas pernyataan tersebut. Kemudian siswa mampu untuk
menurunkan konsekuensi-konsekuensi logis dari hipotesis dan merencanakan
serta melakukan eksperimen.
b. Pemikiran Saintifik-Induktif
Pada tahap pemikiran ini, seorang remaja sudah dapat memikirkan
sejumlah variable yang berada pada waktu yang sama. Pemikiran saintifik
memerlukan bukti yang secukupnya dan meyakinkan sebelum ide tersebut dapat
diterima.
c. Pemikiran Abstraktif-Reflektif
Abtraktif merupakan melakukan generalisasi dan mengidentifikasi prinsip
prinsip umum yang menghasilkan pola dan keteraturan. Abstraksi Reflektif tidak
memiliki waktu mulai yang mutlak tetapi terjadi pada saat usia awal dalam
koordinasi struktur sensori-motor. Abstraksi Reflektif akan terus berlangsung
sampai mencapai konsep matematika yang lebih tinggi yang diperlukan oleh
seseorang.
d. Skema Operasi Formal
Skema adalah struktur pola berfikir yang orang gunakan untuk mengatasi
situasi tertentu di lingkungan. Pada tahap ini kondisi berfikir anak sudah dapat
bekerja secara efektif dan sistematis, mampu menganalisis secara kombinasi,
mampu berfikir secara proporsional dan mampu menarik generalisasi secara
mendasar pada suatu macam isi.
e. Ciri-Ciri Pemikiran Lainnya
Beberapa ciri-ciri pemikiran remaja menurut yaitu remaja
mempertimbangkan segala macam kombinasi dari unsur-unsurnya. Dalam soal
remaja membuat kombinasi panjang,berat dan tinggi. Remaja lebih
mengutamakan posibilitas daripada realitas. Realitas menjadi nomor dua, bukan
yang utama. Remaja dapat menghadapi persoalan dengan bermacam-macam cara
dan persefektif, remaja lebih fleksibel dalam menghadapi persoalan. Remaja tidak
terpaku pada suatu metode pemecahan saja. Remaja jarang menghadapi hasil yang
diluar dugaan karena semua kemungkinan sudah dipikirkan.