Anda di halaman 1dari 6

Evaluasi Lingkungan Fisik Untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan Pada

PLTU Unit 1 dan 2 PT. Indonesia Power UBP Semarang

Annisa Qisti Nurdinati, KRMT. Haryo Santoso, *)


Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Jl. Prof Soedarto, SH Tembalang Semarang 50239
Telp (024) 7460052

Abstrak

PT Indonesia Power UBP Semarang merupakan perusahan yang bergerak dalam bidang jasa penyedia listrik.
Aktivitas kerja yang tinggi akan mempengaruhi lingkungan kerja perusahaan. Lingkungan kerja yang nyaman dapat
meningkatkan produktivitas kerja. Namun, produktivitas akan menurun apabila terjadi permasalahan pada
gangguan kesehatan karyawan. Perlu adanya pengukuran lingkungan fisik kerja untuk mengetahui faktor
lingkungan fisik mana yang sangat berpengaruh dalam produtivitas kerja karyawan PT. Indonesia Power UBP
Semarang. Dari hasil pengukuran suhu, kebisingan dan pencahayaan, didapatkan hasil bahwa faktor lingkungan
fisik yang sangat mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja adalah faktor kebisingan. Hal ini dibuktikan
dengan tingginya angka hearing loss atau gangguan pendengaran pada karyawan. Perbaikan yang dilakukan
adalah penggunaan alat pelindung diri sangat diwajibkan terutama penggunaan safety helmet, safety shoes dan ear
plug. Serta adanya perbaikan dalam hal perawatan peralatan dapat menekan angka gangguan kesehatan yang
diakibatkan oleh adanya kondisi kerja di perusahaan.

Kata Kunci : Produktivitas, Lingkungan Fisik Kerja, Alat Pelindung Diri (APD)

Abstract

PT Indonesia Power UBP Semarang is a company in the sectors service providers of electricity. High work activity
will affect the company's work environment. Comfortable working environment can increase work productivity.
However, productivity will decline if there is a problem in the health problems of employees. Measurement of the
physical environment of work is needed to find physical environmental factors which are very influential in
productivity of PT. Indonesia Power UBP Semarang employee. From the results of measurement of temperature,
noise and lighting, showed that physical environmental factors that affect health and safety is the noise factor. It is
proven by the high number of hearing loss on employees. Improvements that can be done is the use of personal
protection equipment greatly required especially safety helmet, safety shoes and ear plug. As well as an
improvement in terms of equipment maintenance to reduce the number of health problems caused by their working
conditions at the company.

Keywords : productivity, physical environment of work, personal protection equipment


1. Pendahuluan karyawan. Lingkungan kerja pada PLTU
Listrik merupakan salah satu aspek yang merupakan faktor yang perlu diperhatikan dan
membantu dalam mencerdaskan kehidupan anak terpenting untuk dapat menunjang tingkat
bangsa Indonesia. Energi listrik memiliki produktivitas bagi karyawan. Berdasarkan data
peranan yang sangat penting dalam berbagai lingkungan fisik akan dilakukan analisis
bidang. Sumber energi listrik selama ini lingkungan fisik kerja untuk mengetahui faktor
dihasilkan dengan pemanfaatan air laut yang lingkungan fisik mana yang sangat berpengaruh
akan dibangkitkan menjadi listrik namun dalam produtivitas kerja karyawan PT.
sebelumnya telah air laut tersebut harus Indonesia Power UBP Semarang.
dinetralisasikan. PT Indonesia Power Unit
Bisnis Pembangkitan Semarang terdiri dari 2 2. Kajian Literatur
blok untuk PLTGU dan 3 unit untuk PLTU. Ergonomi
Pada tahun ini yang sedang beroperasi adalah Berdasarkan pengertian ergonomi menurut
PLTU dikarenakan tingginya harga bahan bakar pusat kesehatana kerja departemen kesehatan
minyak yang membuat PT Indonesia Power kerja RI, ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari
UBP Semarang melakukan suatu prioritas perilaku manusia dalam kaitannya dengan
efisiensi pembangkit yang digunakan. pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi
Dalam mengoperasikan pembangkit, ialah manusia pada saat bekerja dalam
kesehatan merupakan faktor yang pertama dan lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan
utama yang dapat menunjang suatu proses bahwa ergonomi ialah penyelesain tugas
produksi berjalan dengan lancar. Namun hal pekerjaan dengana kondisi tubuh manusia untuk
tersebut juga seringkali menjadi suatu menurunkan stress yang akan dihadapi.
permasalahan apabila terjadi gangguan Menurut pusat kesehatan kerja departemen
kesehatan oleh karyawan yang dapat kesehatan RI, upaya ergonomi antara lain
menyebabkan produktivitas menurun. Dari data berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja
yang didapatkan pada tahun 2013 mengenai dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan,
kondisi kesehatan karyawan, gangguan pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban
pendengaran yang dialami oleh karyawan bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh
menunjukan angka yang paling besar. Berikut manusia. Definisi lain menyebutkan bahwa
ini merupakan 5 jenis gangguan kesehatan yang ergonomi adalah sebuah ilmu untuk “fitting the
sering dialami oleh karyawan PT. Indonesia job to the worker” sementara itu ILO antara lain
Power UBP Semarang menyatakan, sebagai ilmu terapan biologi
manusia dan hubungannya dengan ilmu teknik
Tabel 1 Gangguan Kesehatan Pada Tahun 2013 bagi pekerja dan lingkungan kerjanya agar
No Jenis Gangguan Jumlah Karyawan mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal
1 Penglihatan 72 selain meningkatkan produktivitasnya. Ilmu
ergonomi digunakan untuk membuat pekerja
2 Pendengaran 73
merasa nyaman dalam melakukan pekerjaanya.
3 Diabetes Melitus 18
4 Hipertensi 22 Lingkungan Kerja Fisik
5 Kolesterol 38 Lingkungan kerja fisik adalah segala
sesuatu yang ada di sekitar para pekerja yang
Selain itu tidak disediakannya ruang khusus dapat mempengaruhi dirinya dalam
merokok membuat lingkungan kerja kurang menjalankan tugas-tugas yang dibebankan,
nyaman bagi pekerja lain yang tidak merokok. misalnya penerangan, suhu udara, ruang gerak,
Sehingga dengan munculnya masalah tersebut keamanan, kebersihan, musik dan lain-lain.
akan dievaluasi beberapa faktor lingkungan Manusia sebagai mahluk sempurna tetap tidak
kerja yang dapat mengganggu konsentrasi kerja luput dari kekurangan, dalam arti segala
kemampuannya masih dipengaruhi oleh timbulnya kelelahan fisik
beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut berasal ± 24 Kondisi optimum
dari diri sendiri (intern), dapat juga dari ± 10 Kelakuan fisik ekstrim mulai
pengaruh luar (ekstern). Salah satu faktor yang menurun
berasal dari luar adalah kondisi fisik lingkungan
kerja yaitu semua keadaan yang terdapat di Dari suatu penilitian, dapat diperoleh hasil
sekitar tempat kerja seperti temperatur, bahwa produktivitas kerja manusia akan
kelembaban udara, sirkulasi udara, mencapai tingkat yang paling tinggi pada
pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau- temperature sekitar 24O C sampai 27O C.
bauan, warna dan lain-lain. Hal-hal tersebut
dapat berpengaruh secara signifikan terhadap Kebisingan
hasil kerja manusia (Wignjosoebroto, 1995). Kebisingan adalah bunyi yang tidak
dikehendaki oleh telinga kita. Karena dalam
Temperature waktu yang lama juka mendengarkan bunyi
Tubuh manusia akan selalu berusaha tersebut akan menimbulkan kelelahan
mempertahankan keadaan normal dengan suatu pedengaran dan dalam waktu yang lama akan
system tubuh yang sempurna sehingga dapat menimbulkan kerusakan lat pendengaran kita.
menyesuaikam diri dengan perubahan – Terdapat tiga aspek yang mempengaruhi
perubahan yang terjadi di luar tubuh tersebut. kualitas bunyi yang masuk ke telinga kita yaitu :
Tetapi kemampuan untuk menyesuaikan dirinya  Lama waktu bunyi tersebut didengar,
dengan temperatur luar adalah jika perubahan Bila terlalu lama dapat menyebabkan
temperatur luar tubuh tersebut tidak melebihi 20 ketulian (deafness)
% untuk kkondisi panas dan 35 % untuk kondisi  Intensitas suara, biasa diukur dalam
dingin. desible (dB), menunjukkan besarnya arus
Semuanya ini dari keadaan normal tubuh. energi per satuan luar
Dalam keadaan normal tiap anggota tubuh  Frekuensi suara biasa diukur dalam
mannusia mempunyai temperatur berbeda – satuan getaran per detik (Hz),
beda seperti bagian mulut sekitar kurang lebih menunjukkan jumlah gelombang suara
37 derajat celcius, bagian dada kurang lebih 35 yang sampai ke telinga kita per detiknya.
derajat celcius, dan bagian kaki kurang lebih 28 Bising memiliki karakteristik sebagai berikut :
derajat celcius. Tubuh manusia bisa a. Bising yang kadangkala dan tak terduga
menyesuaikan diri karena kemampuannya untuk akan lebih mengganggu dari pada bising
melakukan proses konveksi, radiasi dan yang kontinu.
penguapan jika terjadi kekurangan atau b. Sumber nada tinggi lebih mengganggu dari
kelebihan panas yang membebaninya. Menurut pada nada rendah.
para ahli terdapat pembagian suhu kerja yang di c. Tugas yang menuntut konsentrasi mental
sertai dengan efek yang ditimbulkan akibat suhu terus-menerus akan lebih mudah diganggu
tersebut pada tabel 1 bising dari pada tugas lainnya.
Tabel 1 Klasifikasi Suhu Kerja
d. Kegiatan yang memerlukan pelatihan lebih
Temperatur Keterangan mudah terpengaruh bising dari pada
± 49 Temperatur yang dapat ditahan pekerjaan rutin. (Wignjosoebroto,S. 1995)
sekitar 1 jam, tetapi jauh diatas
tingkat kemampuan fisik dan Pencahayaan
mental Cahaya merupakan suatu getaran yang
± 30 Aktivitas mental dan daya termasuk gelombang elektromagnetis yang
tanggap mulai menurun dan dapat ditangkap oleh mata. dengan besarnya
cenderung untuk mebuat intensitas cahaya candela (cd) atau lilin.
kesalahan dalam pekerjaan
Intensitas cahaya adalah flux cahaya persatuan Pengolahan data dilakukan dengan langkah –
sudut ruang yang dipancarkan ke arah tertentu. langkah berikut ini :
Cahaya sangat dibutuhkan manusia untuk 1. Pengambilan data untuk kebisingan,
bekerja. Pencahayaan yang baik akan sangat temperature, dan pencahayaan.
membantu operator dalam melakukan 2. Dengan software excel dibuat rata – rata
pekerjaannya. Sedangkan pencahayaan yang data tersebut
buruk akan menimbulkan efek kelelahan mata 3. Dibuat grafik parameter lingkungan kerja
dengan berkurangnya daya dan efisiensi mata. fisik berdasarkan nilai ambang batas
Jika kelelahan mata ini berlansung secara terus
menerus akan menimbulkan kerusakan alat 4. Hasil dan Pembahasan
penelihatan. Untuk mencegah hal tersebut Untuk pengukuran suhu yang ada pada
sebuah lingkungan fisik kerja harus memiliki seluruh ruangan di PT. Indonesia Power UBP
penerangan yang baik. Semarang, dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja
Untuk menghasilkan penerangan yang Transmigrasi dan Kependudukan, Pemerintah
baik ada beberapa hal yang harus diperhatikan Provinsi Jawa Tengah pada bulan Juli 2013.
antara lain: Dari hasil pengukuran suhu diperoleh bahwa
o Pembagian luminensi dalam lapangan tidak ada lokasi yang melebihi nilai ambang
penglihatan. batas yang telah ditentukan. Hasilnya dapat
o Pencegahan kesilauan. dilihat pada gambar 1.
o Arah sinar.
o Warna.
Grafik Pengukuran Suhu
o Panas penerangan terhadap keadaan
30.0
lingkungan. 25.0
Pencahayaan adalah faktor yang penting untuk 20.0
oC

15.0
menciptakan lingkungan kerja yang baik. 10.0 Suhu
5.0
Lingkungan kerja yang baik akan dapat 0.0 Ruang SPS…
Ruang SPS…
Bengkel Umum…
Ruang Control…
Bengkel…
Bengkel Listrik…

Bengkel…
Ruang SP…

Nilai ambang
Ruang Lab Kimia

memberikan kenyamanan dan meningkatkan batas

produktivitas pekerja. Efisiensi kerja seorang


operator ditentukan pada ketepatan dan
kecermatan saat melihat dalam bekerja,
Gambar 1 Pengukuran Suhu
sehingga dapat meningkatkan efektifitas kerja,
serta keamanan kerja yang lebih besar. Cahaya
Dari hasil pengukuran kebisingan pada
merupakan sumber yang memancarkan energi.
mezazine floor diperoleh bahwa ada lokasi yang
Sebagaian dari energi diubah menjadi cahaya
melebihi nilai ambang batas yang telah
tampak.
ditentukan. Hasilnya dapat dilihat pada gambar
2 berikut ini
3. Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunkan
data primer yaitu dengan melakukan observasi Grafik Pengukuran Kebisingan
secara langsung dilapangan dan melakukan Mezazine Floor
wawancara pada operator dan pembimbing. 100
Data – data yang diambil meliputi data
kebisingan, data pencahayaan, dan data suhu. NAB
dB

50
Pengolahan data dilakukan untuk melakukan Hasil
penyelesaian suatu permasalahan yang ada
0
sehingga hasil dari pengolahan data akan 1 2 3 4 5 6
mempermudah dalam pembuatan analisis.
Gambar 2 Pengukuran Kebisingan
Pengukuran pencahayaan dilakukan dengan alat menggunakan ear plug padahal ear plug
lux meter. Terdapat 9 lokasi yang dilakukan memiliki nilai kepentingan sama besarnya
untuk pengukuran pencahayaan pada PLTU unit dengan safety helmet dan safety shoes.
1 dan 2. Hasil pengukuran pada gambar 3 Sebaiknya perusahaan mulai mengganti safety
helmet yang biasa digunakan dengan safety
helmet yang juga ada ear plugnya sehingga
Grafik Pengukuran Pencahayaan
pekerja ketika memakai safety helmet tidak lupa
400
350 menggunakan ear plug.
300
250 Kondisi lampu yang terpasang disana
Lux

200
150 Hasil tidak semuanya dalam keadaan hidup. Banyak
100
50
0
NAB lampu yang mati namun belum diganti. Selain
NAB itu kondisi sekat yang ada di ruangan tinggi
sehingga cahaya yang masuk tidak dapat
menembus segala penjuru ruangan. Beberapa
usulan untuk memperbaiki pencahayaan yang
Gambar 3 Pengukuran Cahaya
ada di PLTU unit 1 dan 2
Menurut surat resmi dari Menteri 1. Sekat ruangan dibuat tidak terlalu tinggi
Kesehatan Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 2. Maintenance peralatan penerangan perlu
batas ambang batas yang ditetapkan untuk suhu ditingkatkan dengan mengganti lampu yang
dalam suatu indusri adalah sebesar 18-28oC, telah mati
hasil pengukuran didapatkan bahwa pengukuran 3. Pemberian cat warna yang lebih terang
suhu di PLTU unit 1 dan 2 tidak ada yang untuk ruangan yang pencahayaannya
melebihi nilai ambang batas yang telah kurang.
ditetapkan. Namun dalam kenyataannya
penggunaan AC (Air Conditioner) sangat 5. Kesimpulan
banyak digunakan sehingga suhu di PLTU unit 1) Permasalahan yang terjadi di PT.
1 dan 2 tidak terlalu tinggi. Pekerja yang terus Indonesia Power UBP Semarang
menerus bekerja dalam keadaan ruangan ber AC adalah tingginya angka hearing loss
juga terkadang merasakan ketidaknyamanan. atau gangguan pendengaran pada
Sebaiknya juga disediakan ruangan khusus karyawan sehingga perlu adanya
untuk merokok agar para pekerja tidak merokok pengamatan langsung pada lingkungan
di ruangan ber-AC yang dapat membahayakan fisik.
kesehatan pekerja lainnya. Untuk dapat 2) Beberapa faktor lingkungan fisik yang
menekan penggunaan AC sebaiknya dibuat diukur meliputi temperature,
ventilasi alami yang cukup banyak sehingga pencahayaan, dan kebisingan. Dari
sewaktu – waktu dapat terjadi aliran udara hasil pengukuran temperature
secara langsung. Kurang adanya rambu – rambu menunjukan kondisi yang cukup baik
untuk penggunaan masker demi menjaga untuk menunjang kinerja pekerja. Dari
perlindungan pernafasan. Terutama untuk hasil pengukuran kebisingan yang
ruangan yang biasanya digunakan untuk meliputi 3 lokasi yaitu ground floor,
merokok. mezazine floor dan turbin control panel
menujukan tingkat kebisingan yang
Adanya rambu – rambu tersebut sebagai cukup tinggi terutama pada lokasi
tindakan pencegahan keselamatan kerja, namun turbin dan control panel. Hal ini terjadi
banyak pekerja yang tidak lengkap dalam karena pada lokasi tersebut merupakan
menggunakan alat pelindung diri. Kebanyakan lokasi utama dalam proses produksi
dari pekerja hanya menggunakan safety helmet yang menghasilkan energi listrik. Hasil
dan safety shoes jarang sekali yang pengukuran pencahayaan menunjukan
bahwa tingkat pencahayaan pada
PLTU unit 1 dan 2 masih sangat
kurang sehingga perlu adanya kegiatan
maintenance yang baik dalam
pencahayaan. Dari ketiga pengamatan
dan pengukuran tersebut, faktor
lingkungan fisik yang sangat
mempengaruhi kesehatan dan
keselamatan kerja adalah faktor
kebisingan.
3) Penggunaan alat pelindung diri sangat
diwajibkan terutama penggunaan safety
helmet, safety shoes dan ear plug.
Penggunaan APD yang diharuskan
serta adanya perbaikan dalam hal
perawatan peralatan dapat menekan
angka gangguan kesehatan yang
diakibatkan oleh adanya kondisi kerja
di perusahaan.

Daftar Pustaka

http://repositoru.usu.ac.id. (Diakses 20 Maret


2014)
http:// lontar.ui.ac.id. Diakses 20 Maret 2014
Jati Kusuma, Ibrahim.
http://eprints.undip.ac.id/26498/2/Jurnal.pd
f. (Diakses 23 Maret 2014)
Nurmianto, Eko. 1996. Ergonomi- Konsep dasar
dan aplikasinya. Surabaya: ITS
Wignjosoebroto, Sritomo.1995. Ergonomi studi
gerak dan waktu. Surabaya:Prima Printing

Anda mungkin juga menyukai