Anda di halaman 1dari 6

SEMINAR PROPOSAL SKRIPSI

PARTISIPASI DIFABEL DALAM MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN


KELURAHAN SERENGAN, KOTA SURAKARTA TAHUN 2016

Oleh:

Aisyah Mayliawati (D011200)

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) merupakan forum menjaring

aspirasi masyarakat yang diselenggarakan secara berjenjang dari tingkat desa/kelurahan,

kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi. Musrenbang juga sebagai forum untuk konsultasi

publik yang digelar sebagai bagian dari proses perencanaan pembangunan nasional. Proses

Musrenbang yang menganut pendekatan bottom-up harus melibatkan partisipasi masyarakat dari

semua golongan termasuk difabel. Dengan demikian Musrenbang akan menghasilkan rancangan

pembangunan yang sesuai kehendak dan kebutuhan masyarakat. Selama ini pelaksanaan

Musrenbang di tingkat pusat maupun daerah belum mengakomodir dan memperhatikan

kebutuhan difabel. Keterlibatan difabel dalam Musrenbang hanya formalitas tanpa pernah diberi

kesempatan bersuara atau didengar suaranya. Partisipasi sebagai good governance bukan hanya

soal kehadiran, melainkan bagaimana hak - hak dan tindakan warga masyarakat menyampaikan

aspirasi, gagasan, kebutuhan, kepentingan, dan tuntutan komunitasnya maupun kebijakan

pemerintah. Dalam pelaksanaanya, Musrenbang idealnya diikuti oleh perwakilan semua

golongan termasuk difabel. Sebagai warga negara, difabel tentunya juga memiliki hal – hak

seperti warga negara lainnya. Keterlibatan difabel dalam proses perencanaan pembangunan

sangat penting untuk memastikan bahwa rencana pembangunan pemerintah mencerminkan


kebutuhan difabel, sebagaimana warga negara yang berhak atas kebijakan yang adil dan layak

untuk memastikan hak-hak dasar mereka terpenuhi.Menurut data dari PPRBM Solo jumlah

difabel di kota Surakarta pada tahun 2012 sebanyak 2.293 jiwa. Jumlah ini menyumbang sekitar

0,5% dari jumlah penduduk Kota Surakarta yang pada saat ini menembus angka mencapai 500

ribu jiwa, dan sudah selayaknya difabel memperoleh hak seperti masayarakat pada umumnya. Di

kota Solo sendiri sebenarnya sudah ada regulasi yang mengatur tentang kesetaraan dan

kesejahteraan difabel. Tetapi tetap saja masih ada permasalahan dalam implementasinya

Surakarta merupakan kota yang menerima Piagam Kebijakan Inovatif Tahun 2014 dari

Zero Project International selaku penyelenggara aksesibilitas bagi difabel dan ramah difabel

maka Surakarta sebenarnya telah memberikan ruang kepada difabel dalam prosess perencanaan,

Seperti yang dilansir oleh Solider.or.id, bahwa Musrenbang Kelurahan Serengan Surakarta yang

berlangsung pada 13 Februari 2015 lalu melibatkan difabel sebagai peserta. Dan perlu diketahui,

bahwa pelaksanaan Musrenbang yang melibatkan difabel tersebut merupakan hal yang pertama

dilakukan di Solo Raya dan merupakan pilot project. Akan tetapi, keberjalanan Musrenbang

ternyata masih jauh dari harapan.

Maka dari itu penelitian ini dilakukakan untuk mengetahui bagaimana partisipasi difabel

dalam musyawarah perencanaan pembangunan di Kelurahan Serengan , Surakarta dan faktor apa

sajakah yang mempengaruhinya serta seberapa pentingkah kaum difabel yang notabene kaum

minoritas di dalam masyarakat diberi ruang untuk menyatakan pendapat dalam perumusan

kebijakan pembangunan.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana partisipasi difabel dalam musyawarah perencanaan pembangunan Kelurahan

Serengan tahun 2016?


2. Faktor apa saja yang memengaruhi partisipasi difabel dalam musyawarah perencanaan

pembangunan Kelurahan Serengan tahun 2016?

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian partisipasi

Partisipasi menurut Huneryear dan Hecman adalah sebagai keterlibatan mental dan emosional
individual dalam situasi kelompok yang mendorongnya memberi sumbangan terhadap tujuan
kelompok serta membagi tanggung jawab bersama mereka.

Dimensi Partisipasi Masyarakat

Dalam patisipasi masyarakat terdapt dua dimensi, menurut Cohen dan Uphoff, dimensi pertama

adalah siapa yang berpartisipasi dan dimensi yang kedua adalah bagaimana berlangsungnya

partisipasi. Untuk itu, Cohen untuk dimensi pertama mengklsifikasikan masyarakat berdasarkan

latar belakang dan tanggung jawabnya. Sedangkan untuk dimensi kedua, yaitu bagaimana

partisipasi itu berlangsung, dimensi ini sangat penting untuk mengetetahui hal – hal berikut ini:

a. Apakah inisiatif itu datang dari administrator ataukah masyarakat

setempat.
b. Apakah dorongan partisipsi itu sukarela atau paksaan.
c. Saluran partisipasi itu, apakah berlangsung dalam berisi individu atau

kolektif, dalam organisasi formal ataukah informal dan apakah partisipasi

itu secara langsung atau melibatkan wakil


d. Durasi partisipasi
e. Ruang lingkup partisipasi, apakah sekali untuk seluruhnya, sementara atau

berlanjut dan melus


f. Memberikan kekuasaan yang meliputi bagaimana keterlibatan efektif

masyakarat dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan – pelaksanaan

yang mengarah pada hasil yang diharapkan.


Prinsip – Prinsip Partisipasi
Adapun prinsip – prinsip partisipasi tersebut, sebagaimana yang tertuang dalam

Panduan Pelaksanaan Pendekatan Partisipatif yang disusun oleh Departement For

International Development (DFIF) (dalam Monique Sumampouw, 2004: 106-107)

adalah:
a. Cakupan
b. Kesetaraan dan kemitraan
c. Transparasi
d. Kesetaraan kewenangan
e. Kesetaraan tanggung jawab
f. Pemberdayaan
g. Kerjasama

Faktor yang mempengaruhi partisipasi

Menurut Plumer (dalam Suryawan, 2004:27), beberapa faktor yang mempengaruhi masyarakat

untuk mengikuti proses partisipasi adalah:

a.Faktor internal
1. Pengetahuan dan keahlian.
2. Pekerjaan masyarakat.
3. Tingkat pendidikan dan buta huruf.
4. Jenis kelamin.
5. Kepercayaan terhadap budaya tertentu.
b. Faktor-faktor Eksternal
Menurut Sunarti (dalam jurnal Tata Loka, 2003:9), faktor-faktor eksternal adalah

stakeholder, yaitu semua pihak yang berkepentingan dan mempunyai pengaruh terhadap

program ini.

BAB III

METODE PENELITIAN

a. Jenis penelitian : deskriptif kualitatif


b. Lokasi penelitian : kelurahan Serengan
c. Sumber data :
1. Data primer : wawancara (pemerintah Kelurahan Serengan,Petugas Lapangan

PPRBM Kota Surakarta, Difabel yang berpartisipasi dalam Musrenbang, Ibu Astuti,

aktivis difabel dan contributor berita online solider, Ibu Ida Puji Astuti, aktivis difabel

dan contributor berita online solider, Anggota Self Help Group Solo )
2. Data sekunder : peraturan perundang – undangan terkait
d. Teknik pengumpulan data : wawancara, dokumentasi, penelusuran online
e. Teknik pengambilan sampel : purposive sampling
f. Validitas data : triangulasi sumber data
g. Teknik analisis data : reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan
KERANGKA BERPIKIR

Gambar 2.1 : Bagan Kerangka Pikir

Landasan hukum :

Undang – Undang No 25 Tahun 2004 Tentang


Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Peraturan Daerah No 8 Tahun 2013 Tentang
Kesetaraan dan Pemberdayaan Difabel
Undang –undang No 8 Tahun 2016 Tentang
Penyandang Disabilitas

Infrastruksur umum yang tak ramah


difabel
Diskriminasi terhadap difabel Faktor yang memengaruhi:
Pelayanan publik yang tidak adil
Faktor internal : Pengetahuan dan
bagi difabel
keahlian, Pekerjaan masyarakat,
Difabel kurang dilibatkan dalam Tingkat pendidikan dan buta
pembangunan huruf, Jenis kelamin,
Kepercayaan terhadap budaya
tertentu.
Faktor-faktor Eksternal:
Partisipasi Difabel dalam
Musyawarah Perencanaan (stakeholder), yaitu semua pihak
Pembangunan Kelurahan yang berkepentingan dan
Serengan mempunyai pengaruh terhadap
program ini.

Terciptanya kebijakan yang ramah difabel


Dilibatkannya difabel dalam pembangunan,
Surakarta sebagai kota ramah difabel

Anda mungkin juga menyukai