Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA LANSIA

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Komunikasi dalam keperawatan 2
Dosen Pengampu :Siti Munawaroh,S.kep.Ns.,M.kep

Kelompok 4:
No. Nama NIM

1 Frisca Nur Afifa 18631689

2 Fitriana Lailatul M 18631691

3 Heny Mahirotul Laily 18631681

4.

5. Silvi Zuhrotus Sholikhah 18631701

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, serta taufik dan
hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Siti Munawaroh,S.kep.Ns.,M.kep selaku dosen
mata kuliahKomunikasidalamkeperawatan 2 yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Karena kami menyadari keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami
yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Dan dari harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bafi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi dan sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata.

Ponorogo, 12 oktober 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

Cover Halaman ………………………………………………………………….


Kata Pengantar ………………………………………………………………….. 2
Daftar Isi…………………………………………………………………………. 3
Bab I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………….…4
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………5
1.3 Tujuan ………………………………………………………………..5
1.4 Manfaat ………………………………………………………………5
Bab II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik …………………………………6
2.2 Manfaat Komunikasi Terapeutik …………………………………….7
2.3 Pendekatan Perawatan Lansia Dalam Konteks Komunikasi …………7
2.3.1 Pendekatan fisik …………………………………………..7
2.3.2 Pendekatan psikologis ……………………………………..7
2.3.3 Pendekatan sosial ………………………………………….7
2.3.4 Pendekatan spiritual ……………………………………….7
2.4 Teknik Komunikasi Pada Lansia ……………………………………8
2.4.1 Teknik asertif ……………………………………………. 8
2.4.2 Responsif …………………………………………………8
2.4.3 Fokus ……………………………………………………..8
2.4.4 Supportif ………………………………………………….8
2.4.5 Klarifikasi ……………………………………………….. 9
2.4.6 Sabar dan ikhlas ………………………………………….9
2.5 Hambatan Berkomunikasi Pada Lansia …………………………….9
2.5.1 Agresif ……………………………………………………9
2.5.2 Non asertif ……………………………………………….10
2.6 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Saat Berkomunikasi pada Lansia 11
Bab III PENUTUP
3.1 Kesimpulan …………………………………………………………14
3.2 Saran ………………………………………………………………..14
Lampiran
Daftar Pustaka

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan
seseorang untuk menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan kontrak dengan orang lain
karena komunikasi dilakukan oleh seseorang, setiap hari orang seringkali salah berpikir
bahwa komunikasi adalah sesuatu yang mudah. Namun sebenarnya adalah proses yang
kompleks yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta memungkinkan individu
berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya. Umur individu juga tidak
dapat dielakkan terus bertambah dan berlangsung konstan dari lahir sampai mati, sedangkan
penuaan dalam masyarakat tidak seperti ini, Proporsi populasi lansia relatif meningkat
dibandingkan populasi usia muda. Kesehatan yang optimal pada pasien lanjut usia tidak
hanya bergantungan pada kebutuhan biomedis akan tetapi juga bergantung dari perhatian.
Walaupun pelayanan kesehatan secara medis mengatakan bahwa pasien lanjut usia telah
cukup baik akan tetapi mereka tetap memerlukan komunikasi yang baik serta empati sebagai
bagian penting dalam penanganan persoalan kesehatan mereka.
Hal itu merupakan peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis yang maknanya
dipacu dan ditransmisikan. Untuk memperbaiki interpretasi pasien terhadap pesan, perawat
harus tidak terburu-buru dan mengurangi kebisingan dan distraksi. Kalimat yang jelas dan
mudah dimengerti dipakai untuk menyampaikan pesan karena arti suatu kata sering kali telah
lupa atau ada kesulitan dalam mengorganisasi dan mengekspresikan pikiran. Instruksi yang
berurutan dan sederhana dapat dipakai untuk mengingatkan pasien dan sering sangat
membantu.
Adapun pengertian lain komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan
perubahan verbal dan non verbal dari informasi dan ide. Komunikasi mengacu tidak hanya
pada isi tetapi juga pada perasaan dan emosi dimana individu menyampaikan hubungan.
Komunikasi pada lansia membutuhkan perhatian khusus. Perawat harus waspada terhadap
perubahan fisik, psikologi, emosi, dan sosial yang memperngaruhi pola komunikasi.
Perubahan yang berhubungan dengan umur dalam sistem auditoris dapat mengakibatkan
kerusakan pada pendengaran. Perubahan pada telinga bagian dalam dan telinga mengalangi
proses pendengaran pada lansia sehingga tidak toleran teradap suara. Oleh karna itu, perawat
perlu menciptakan komunikasi yang mudah supaya pasien Anda lebih bisa memahaminya.

4
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa definisi komunikasi terapeutik ?
2. Apa manfaat komunikasi terapeutik ?
3. Bagaimana cara pendekatan perawatan lansia dalam konteks komunikasi ?
4. Bagaimana teknik komunikasi pada lansia ?
5. Apa saja hambatan berkomunikasi dengan lansia ?
6. Apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi dengan lansia ?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi komunikasi terapeutik
2. Untuk mengetahui manfaat komunikasi terapeutik
3. Untuk mengetahui cara pendekatan perawatan lansia dalam konteks komunikasi
4. Untuk mengetahui teknik komunikasi pada lansia
5. Untuk mengetahui hambatan berkomunikasi dengan lansia
6. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi dengan lansia
1.4 Manfaat

1. Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan keterampilan kelompok


dalam penerapan komunikasi terapeutik pada lansia.
2. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi semua pembaca tentang komunikasi
terapeutik pada lansia.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi Terapiutik


Pengertiankomunikasiterapeutikdalamkeperawatanmenurutbeberapaahli:

 Northouse (1998): Komunikasi terapeutik adalah kemampuan perawat dalam


membantu klien untuk dapat beradaptasi dengan stress yang dialaminya. Serta
mengatasi gangguan psikologis, danbelajar untuk berhubungan baik dengan orang
lain.
 Stuart G.W (1998): komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara
perawat dan pasiennya. Dimana dalam hubungan ini, perawat dan klien bersama-sama
belajar untuk memperbaiki pengalaman emosional klien.
 Sundeen (1990): hubungan terapeutik merupakan sebuah hubungan kerja sama.
Hubungan ini ditandai dengan tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran dan
pengalaman antara perawat dan pasien untuk membina hubungan intim yang
terapeutik.
 Pengertian komunikasi terapiutik menurut ndrawati (2003). komunikasi terapeutik
adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya
dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
komunikasi terapeutik adalah komunikasi terencanakan yang terjadi antara perawat dan klien
secara langsung atau tatap muka dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah dan membantu
proses penyembuhan klien.
Tujuan komunikasi terapeutik adalah :
a. Membantu klien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan
pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila
klien pecaya pada hal yang diperlukan.
b. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif
dan mempertahankan kekuatan egonya.
c. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.

6
2.2 Manfaat Komunikasi Terapeutik
1.Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk meningkatkan pemahaman dan
membantu terbentuknya hubungan yang konstruktif di antara perawat dan pasien.
2.Mengidentifikasi. mengungkap perasaan ,mengkaji masalah dan evaluasi tindakan
yang dilakukan oleh perawat.
3.Mendukung dan mempercepat kesembuhan pasien, karena melalui terapi yang
dilakukan dengan komunikasi pasien memperoleh support yang mendorong untuk
kemajuan psikologi yang berpengaruh pada kesehatan pasien.
4. Bisa memberikan kontribusi dalam melakukan pelayanan kesehatan / keperawatan
terhadap masyarakat.
2.3 Pendekatan Perawatan Lansia Dalam Konteks Komunikasi
2.3.1 Pendekatan fisik
Mencari informasi tentang kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian, yang
dialami, peruban fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa di capai dan di
kembangkan serta penyakit yang dapat di cegah progresifitasnya. Pendekatan ini
relative lebih mudah di laksanakan dan di carikan solusinya karena riil dan mudah di
observasi.
2.3.2 Pendekatan psikologis
Karena pendekatan ini sifatnya absrak dan mengarah pada perubahan prilaku,
maka umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk melaksanakan
pendekatan ini perawat berperan sebagai konselor, advokat, supporter, interpreter
terhadap sesuatu yang asing atau sebagai penampung masalah-masalah yang pribadi
dan sebagai sahabat yang akrab bagi klien.
2.3.3 Pendekatan social
Pendekatan ini di lakukan untuk meningkatkan keterampilan berinteraksi
dalam lingkungan. Mengadakan diskusi, tukar pikiran, bercerita, bermain, atau
mengadakan kegiatan-kegiatan kelompok merupakan implementasi dari pendekatan
ini agar klien dapat berinteraksi dengan sesama klien maupun dengan petugas
kesehatan.
2.3.4 Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubunganya dengan
Tuhan atau agama yang dianutnya terutama ketika klien dalam keadaan sakit.

7
2.4 Teknik Komunikasi Pada Lansia
Untuk dapat melaksanakan komunikasi yang efektif kepada lansia, selain pemahaman
yang memadai tentang karakteristik lansia, petugas kesehatan atau perawat juga harus
mempunyai teknik-teknik khusus agar komunikasi yang di lakukan dapat berlangsung secara
lancar dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Beberapa teknik komunikasi yang dapat di terapkan antara lain:
2.4.1 Teknik asertif
Asertif adalah sikap yang dapat menerima, memahami pasangan bicara dengan
menunjukan sikap peduli, sabar untuk mendengarkan dan memperhatikan ketika
pasangan bicara agar maksud komunikasi atau pembicaraan dapat di mengerti. Asertif
merupakan pelaksanaan dan etika berkomunikasi. Sikap ini akan sangat membantu
petugas kesehatan untuk menjaga hubungan yang terapeutik dengan klien lansia.
2.4.2 Responsif
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien
merupakana bentuk perhatian petugas kepada klien. Ketika perawat mengetahui
adanya perubahan sikap atau kebiasaan klien sekecil apapun hendaknya menanyakan
atau klarifikasi tentang perubahan tersebut misalnya dengan mengajukan pertanyaan
‘apa yang sedang bapak/ibu fikirkan saat ini, ‘apa yang bisa bantu…? berespon
berarti bersikap aktif tidak menunggu permintaan bantuan dari klien. Sikap aktif dari
petugas kesehatan ini akan menciptakan perasaan tenang bagi klien.
2.4.3 Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi
komunikasi yang di inginkan. Ketika klien mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan di
luar materi yang di inginkan, maka perawat hendaknya mengarahkan maksud
pembicaraan. Upaya ini perlu di perhatikan karena umumnya klien lansia senang
menceritakan hal-hal yang mungkin tidak relevan untuk kepentingan petugas
kesehatan.
2.4.4 Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik maupun psikis secara
bertahap menyebabkan emosi klien relative menjadi labil perubahan ini perlu di
sikapi dengan menjaga kesetabilan emosi klien lansia, mesalnya dengan mengiyakan ,
senyum dan mengagukan kepala ketika lansia mengungkapkan perasaannya sebagai
sikap hormat menghargai selama lansia berbicara. Sikap ini dapat menumbuhkan
8
kepercayaan diri klien lansia sehingga lansia tidak menjadi beban bagi keluarganya.
Dengan demikaian di harapkan klien termotivasi untuk menjadi dan berkarya sesuai
dengan kemampuannya. Selama memberi dukungan baik secara materiil maupun
moril, petugas kesehatan jangan terkesan menggurui atau mangajari klien karena ini
dapat merendahan kepercayaan klien kepada perawat atau petugas kesehatan lainnya.
Ungkapan-ungkapan yang bisa memberi motivasi, meningkatkan kepercayaan diri
klien tanpa terkesan menggurui atau mengajari misalnya: ‘saya yakin bapak/ibu lebih
berpengalaman dari saya, untuk itu bapak/ibu dapat melaksanakanya……. dan bila
diperlukan kami dapat membantu’.
2.4.5 Klarifikasi
Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering proses komunikasi
tidak berlangsung dengan lancar. Klarifikasi dengan cara mengajukan pertanyaan
ulang dan memberi penjelasan lebih dari satu kali perlu di lakukan oleh perawat agar
maksud pembicaraan kita dapat di terima dan di persepsikan sama oleh klien
‘bapak/ibu bisa menerima apa yang saya sampaikan tadi..? bisa minta tolong
bapak/ibu untuk menjelaskan kembali apa yang saya sampaikan tadi…?.
2.4.6 Sabar dan Ikhlas
Seperti diketahui sebelumnya klien lansia umumnya mengalami perubahan-
perubahan yang terkadang merepotkan dan kekanak-kanakan perubahan ini bila tidak
di sikapai dengan sabar dan ikhlas dapat menimbulkan perasaan jengkel bagi perawat
sehingga komunikasi yang di lakukan tidak terapeutik, namun dapat berakibat
komunikasi berlangsung emosional dan menimbulkan kerusakan hubungan antara
klien dengan petugas kesehatan.
2.5. Hambatan Berkomunikasi Dengan Lansia
Proses komunikasi antara petugas kesehatan dengan klien lansia akan terganggu
apabila ada sikap agresif dan sikan nonasertif.
2.5.1 Agresif
Sikap agresif dalam berkomunikasi biasanya di tandai dengan prilaku-prilaku
di bawah ini:
a. Berusaha mengontrol dan mendominasi orang lain (lawan bicara)
b. Meremehkan orang lain
c. Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain
d. Menonjolkan diri sendiri

9
e. Pempermalukan orang lain di depan umum, baik dalam perkataan maupun
tindakan.
2.5.2 Non asertif
Tanda tanda dari non asertif ini antara lain :
a. Menarik diri bila di ajak berbicara
b. Merasa tidak sebaik orang lain (rendah diri)
c. Merasa tidak berdaya
d. Tidak berani mengungkap keyakinaan
e. Membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya
f. Tampil diam (pasif)
g. Mengikuti kehendak orang lain
h. Mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga hubungan baik dengan
orang lain.
Adanya hambatan komunikasi kepada lansia merupkan hal yang wajar seiring
dengan menurunya fisik dan pskis klien namun sebagai tenaga kesehatan yang
professional perawat di tuntut mampu mengatasi hambatan tersebut untuk itu perlu
adanya teknik atau tips-tips tertentu yang perlu di perhatikan agar komunikasi berjalan
gengan efektif antara lain :
a. Selalu mulai komunikasi dengan mengecek pendengaran klien
b. Keraskan suara anda jika perlu
c. Dapatkan perhatian klien sebelum berbicara. Pandanglah dia agar dia dapat
melihat mulut anda.
d. Atur lingkungan sehinggga menjadi kondusif untuk komunikasi yang baik.
Kurangi gangguan visual dan auditory. Pastikan adanya pencahayaan yang
cukup.
e. Ketika merawat orang tua dengan gangguan komunikasi, ingat kelemahannya.
Jangan menganggap kemacetan komunikasi merupakan hasil bahwa klien
tidak kooperatif.
f. Jangan berharap untuk berkomunikasi dengan cara yang sama dengan orang
yang tidak mengalami gangguan. Sebaliknya bertindaklah sebagai partner
yang tugasnya memfasilitasi klien untuk mengungkapkan perasaan dan
pemahamannya.
g. Berbicara dengan pelan dan jelas saat menatap matanya gunakan
kalimat pendek dengan bahasa yang sederhana.
10
h. Bantulah kata-kata anda dengan isyarat visual.
i. Serasikan bahasa tubuh anda denagn pembicaraan anda, misalnya ketika
melaporkan hasil tes yang di inginkan, pesan yang menyatakan bahwa berita
tersebut adalah bagus seharusnya di buktikan dengan ekspresi, postur dan nada
suara anda yang menggembirakan (misalnya denagn senyum, ceria atau
tertawa secukupnya).
j. Ringkaslah hal-hal yang paling penting dari pembicaraan tersebut.
k. Berilah klien waktu yang banyak untuk bertanya dan menjawab pertanyaan
anda.
l. Biarkan ia membuat kesalahan jangan menegurnya secara langsung, tahan
keinginan anda menyelesaikan kalimat.
m. Jadilah pendengar yang baik walaupun keinginan sulit mendengarkanya.
n. Arahkan ke suatu topic pada suatu saat.
o. Jika mungkin ikutkan keluarga atau yang merawat ruangan bersama anda.
Orang ini biasanya paling akrab dengan pola komunikasi klien dan dapat
membantu proses komunikasi.
2.6 Hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi pada lansia
a. Menunjukkan rasa hormat, seperti “bapak”, “ibu”, kecuali apabila sebelumnya
pasien telah meminta anda untuk memanggil panggilan kesukaannya.
b. Hindari menggunakan istilah yang merendahkan pasien
c. Pertahankan kontak mata dengan pasien
d. Pertahankan langkah yang tidak tergesa-gesa dan mendengarkan adalah kunci
komunikasi efektif
e. Beri kesempatan pasien untuk menyampaikan perasaannya
f. Berbicara dengan pelan, jelas, tidak harus berteriak, menggunakan bahasa dan
kalimat yang sederhana.
g. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti pasien
h. Hindari kata-kata medis yang tidak dimengerti pasien
i. Menyederhanakan atau menuliskan instruksi
j. Mengenal dahulu kultur dan latar belakang budaya pasien
k. Mengurangi kebisingan saat berinteraksi, beri kenyamanan, dan beri
penerangan yang cukup saat berinteraksi.
l. Gunakan sentuhan lembut dengan sentuhan ringan di tangan. Lengan, atau
bahu.
11
a) Prinsip Komunikasi untuk Lansia

Prinsip komunikasi untuk lansia


(Ebersole dan Hess dalam Brunner dan Siddarth, 1996) adalah :

a. Menjaga agar tingkat kebisingan minimum.


b. Menjadi pendengar yang setia, sediakan waktu untuk mengobrol.
c. Menjamin alat bantu dengar yang berfungsi dengan baik (periksa baterai).
d. Yakinkan bahwa kacamata bersih dan pas.
e. Jangan berbicara dengan keras atau berteriak, bicara langsung dengan telinga
yang dapat mendengar dengan lebih baik. Berdiri di depan klien.
f. Pertahankan penggunaan kalimat yang pendek dan sederhana.
g. Beri kesempatan pada klien untuk mengenang.
h. Mendorong keikutsertaan dalam aktivitas sosial seperti perkumpulan orang
tua, kegiatan rohani.
i. Membuat rujukan pada terapi wicara dan kegiatan sosial sesuai kebutuhan.
j. Berbicara pada tingkat pemahaman klien.
k. Selalu menanyakan respons, terutama ketika mengajarkan suatu tugas atau
keahlian.

b) Komuikasi Verbal dan Non Verbal

Komunikasi verbal dan non verbal yang digunakan untuk berkomunikasi dengan
lansia antara lain :

a. Saling mengenalkan nama dan jabat tangan, panggil klien dengan sapaan
hormat dan nama panggilan lengkap.
b. Gunakan sentuhan untuk memperkuat pesan verbal dan komunikasikan non
verbal.
c. Menjelaskan tujuan dari pertemuan, diskusikan hanya satu topik.
d. Dimulailah dengan pertanyaan yang sederhana dan gunakan bahasa yang
sering digunakan oleh klien secara singkat dan terstruktur.
e. Gunakan pertanyaan terbuka – tertutup dan ciptakan suasana yang nyaman.
f. Klarifikasi pesan secara periodik, validasikan apakah klien sudah mengerti
dengan maksud perawat.

12
g. Pertahankan kontak mata, tingkatkan perhatian, dan mendorong untuk
memberi informasi yang jelas.
h. Bersikaplah empati, jaga selalu privasi klien.
i. Mintalah izin sebelum menanyakan status mental, memori dan kemampuan
yang lain.
j. Tuliskan perintah atau hal – hal penting untuk diingat.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pemaparan diatas, dapat kami tarik kesimpulan :
1. Komunikasi terapeutik adalah hubungan kerja sama yang ditandai dengan tukar
menukar perilaku, perasaan, fikiran dan pengalaman dalam membina hubungan
intim terapeutik (Stuart dan Sundeen).
2. Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerja
sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien
3. Berdasarkan usianya, organisasi kesehatan dunia (WHO) mengelompokan usia
lanjut menjadi empat macam meliputi:usia pertengahan, usia lanjut, usia lanjut usia
dan usia tua.
4. Pendekatan perawatan lansia dalam konteks komunikasi ada pendekatan fisik,
psikologis, social, dan spiritual
5. Teknik komunikasi pada lansia terdiri dari : teknik asertif, responsif, focus,
supportif , klarifikasi, sabar dan ikhlas.
6. Hambatan berkomunkasi dengan lansia : agresif, non-asertif.
7. Teknik perawatan lansia pada reaksi penolakan : kenali segera reaksi penolakan
klien, orientasikan klien lansia pada pelaksanan perawatan diri sendiri, libatkan
keluarga atau pihak keluarga terdekat dengan tepat.
8. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi pada lansia: menunjukkan rasa
hormat hindari menggunakan istilah yang merendahkan pasien, pertahankan kontak
mata dengan pasien dan lainnya
3.2 Saran
Bagi perawat harus memahami tentang aplikasi terapeutik pada lansia agar
pemeriksaan pasien lansia di rumah sakit berjalan dengan lancar dan Penulis menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini sangat banyak sekali kesalahan. Besar harapan kami
kepada para pembaca untuk bisa memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun agar
makalah ini menjadi lebih sempurna.

14
LAMPIRAN
ROLE PLAY KOMUNIKASI TERAPEUTIK pada PASIEN LANSIA dengan DEPRESI
Perawat 1 :x
Perawat 2 :y
LANSIA :z
Anak 1 :Anak 1
Anak 2 : Anak 2
1. Fase Pra Interaksi
Dua orang perawat akan melakukan pemeriksaan dan melihat perkembangan kondisi pada
pasien lansia yang bernama Ny.z. Ia baru saja kehilangan suaminya yang kecelakaan
sehingga membuat Ny.z mengalami depresi . Sudah 3 hari Ny.z menyendiri dikamar,gelisah
dan susah tidur. Karena anak-anaknya mulai khawatir dengan keadaan ibunya yang mulai
lemah sehingga anaknya memaksa ibunya untuk dibawa ke Rumah Sakit
2. Fase Orientasi
Perawat x dan Perawat y mendatangi pasien Ny. z yang terlihat terbaring lemah di ruang IGD
.
Perawat y : “Assalamu’alaikum. “
Anak 1 : “Wa’alaikumsalam. “
Perawat y : “Selamat pagi mbak (sambil tersenyum) “
Anak 1 : “Pagi juga buk.... “
Perawat y : “Pagi nek.. ?? “
Ny. Z : (Nenek terlihat diam saja tanpa menjawab sepatah kata apapun)
Perawat y : “saya perawat x dan ini perawat y mbak. “
Anak 1 : “oh iya bu, saya anak 1 dan ini adik saya anak 2 “
Perawat y :”Nenek... perkenalkan saya perawat y dan ini perawat x
Ny.z : (Nenek mengangguk ,pandangannya kosong.)
Anak 2 : “buk itu perawatnya ramah,ibuk apa tidak mau berkenalan dengan
perawatnya.”
Perawat y :”yasudah tidak apa-apa mbak. (tersenyum kepada nenek). Oya mbak
bagaimana nenek bisa seperti ini,awalnya bagaimana?. “
Anak 2 :”Begini bu, 4hari yang lalu ayah kami meninggal karena kecelakaan, ayah
adalah sesosok orang yang romantic,penyayang dan tanggungjawab. Semenjak
kami berdua sudah menikah dan memiliki rumah masing-masing ibuk dan
ayah hanya tinggal berdua dirumah. Mungkin karena ibuk belum siap
15
ditinggal ayah sehingga setelah pemakaman ibuk hanya diam, menyendiri
dikamar,gelisah dan sulit tidur bu.”
Anak 1 : “kami bingung dengan keadaan ibuk karena hanya makan sedikit selama 3
hari ini dan kondisi ibuk sepertinya lemah kamipun sesegera mungkin
membawa ibuk kesini.kami takut terjadi apa-apa dengan ibuk kami.”
Perawat y : “oh jadi seperti itu mbak ceritanya. Coba kami periksa dahulu”
Anak 2 : “iya bu silahkan Perawat x dan perawat y mencoba melakukan pendekatan
kepada nenek”.
Perawat x :”Nek Kami berdua perawat yang dinas pagi disini. Nenek sudah makan
belum pagi ini....??kok terlihat pucat dan lemah sekali nek? (sambil tersenyum)”
Ny. Z : “(mengangguk) Perawat x : nenek harus banyak makan ya nek, katanya
sudah 3 hari susah makan ya nek.badan nenek terasa lemas pasti ya?, nenek
harus makan teratur,supaya tetap sehat ya kasian anak-anak nenek khawatir.”
Ny. Z :”iya bu … (sambil melihat ke kedua anaknya) “
Perawat x : “makan apa tadi nek? Makannya banyak atau sedikit nek...??”
Ny. Z :” bubur..hanya sedikit”
Perawat x :”nanti ditambah ya nek porsi makannya, biar nenek tidak mudah sakit. Saya
tahu nenek sedang berduka tapi nenek juga harus tetap menjaga kesehatan
supaya tidak membuat anak-anak khawatir dan nenek juga tidak sakit. “
Anak 2 : “Nah mulai nanti ditambah ya buk makannya biar pulih segar kembali badan
ibuk (sambil memegang pundak ibunya)”
Ny. z :” iya nak”
Perawat x :”nenek susah tidur ya? Sudah berapa hari susah tidur nek”
Ny. z : “iya,karena saya masih sedih jika teringat suami saya.sudah 3 malam ini saya
susah tidur”
Perawat X :”oh seperti itu ya nek.. “
Setelah bertanya kepada nenek,dan anaknya perawat mencoba menjelaskan tindakan yang
akan diberikan kepada nenek.
Perawat y :” Baiklah ,nenek dan mbak, Kami disini akan melakukan Pemeriksaan kepada
nenek. Apakah nenek bersedia...??”
Ny. z :” iya baiklah kalau begitu.. “
Anak 1 :”kami mohon lakukan yang terbaik untuk ibu kami..!!”
Perawat y :”iya mbak, kami juga mohon kerjasamanya nanti dalam pemeriksaan”

16
Setelah itu perawat menyiapkan alat yang akan digunakan dalam tindakan yang akan
diberikan.
3. FaseKerja Perawat melakukan tindakan.
Perawat y :” Permisi nek.. maaf ya nek.. nenek tiduran saja ya... Saya periksa nenek dulu
( sambil mengecek ttv nenek)”
Ny. Z :” iya buk.”
Perawat y :”tekanan darah nenek ini 110/70 nek. Nenek biasanya berapa?”
Ny. Z :”biasanya 140/90 buk.saya sedikit pusing dan tidak bisa tidur”
Perawat y :”iya karena nenek banyak fikiran ditambah lagi makannya tidak teratur dan
tidak bisa tidur karena gelisah nek.”
Perawat y :”Nek... maaf ya... tolong nenek angkat sedikit tangan kanannya...saya cek
suhu diketiak nenek ya”
Ny. Z : (mengangkat sedikit tangan kanannya)
Perawat y : (setelah nenek mengangkat tangannya, perawat langsung memasang
termometer)” Nek... Langsung dijepit tangannya ya nek... dan jangan dulu dilepas Sebelum
saya suruh ..”
Ny. Z : (hanya mengangguk)
Perawat y :”sudah nek saya ambil termometernya.”
Setelah memeriksa nenek, perawat segera memberitahu dokter dan diberi advice dokter.
Perawat y :”mbak ini advice dari dokter untuk ibuk rizki diinfus dulu ya”
Anak 2 :”iya bu tidak apa-apa. Buk mau diinfus tidak apa-apa ya biar cepet sembuh”
(sambil memegangi tangan ibunya)
Perawat y :”iya nek biar cepet sembuh ya nek”
Ny. Z :” iya bu “(mengangguk)
Setelah itu perawat langsung memberikan tindakan kepada nenek.
Perawat y :”nek ini sudah saya infuse ,saya tinggal dulu ya.mbak tolong ibunya diberi
minum hangat kalau mau”
Anak 2 :”iya bu ,terimakasih”.

4, Fase terminasi
6 jam Setelah semua pemeriksaan sudah dilakukan,dan tindakan sudah dilakukan.
Perawat x :” Bagaimana nek, masih lemas “
Ny. Z :”sudah enakan bu.”

17
Anak 1 :”sudah mendingan bu,tadi sudah saya suapi bubur juga Alhamdulillah sudah
tambah nafsu makannya ya walapun belum habis semua.”
Perawat x : “Alhamdulillah, jangan lupa ya nek harus teratur makannya, biar tidak sakit,
dan juga berbagi cerita jika dengan anak atau orang yang nenek anggap dekat dengan nenek
jika ada sesuatu , agar nenek lebih lega,tidak memikirkan masalahnya sendirian supaya terasa
ringan beban nenek.”
Ny. Z :”iya bu”
Perawat x : “Kalau begitu saya permisi dulu mbak.. Nenek saya permisi dulu ya nek... “
Anak 1 :”iya bu”
Anak 2 :” terimakasih bu”
Perawat x :”iya mbak sama-sama, mari mbak “
Anak 2 : “Ya bu..”

18
DAFTAR PUSTAKA

 https://pakarkomunikasi.com/komunikasi-terapeutik-dalam-keperawatan
 https://id.scribd.com/document/360668373/Makalah-Komunikasi-terapeutik-pada-
pasien-lansia

Anda mungkin juga menyukai