Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kalangan gereja, khususnya mengenai praktik peribadahan, banyak perhatian
tertuju kepada liturgi. dalam setiap perayaan-perayaan ataupun ibadah, liturgi tidak bisa lepas
dari praktik peribadahan tersebut. Hal itu juga berlaku untuk perayaan-perayan Gereja, seperti
Paskah, Natal, Minggu sengsara, Minggu Advent, bahkan di setiap hari Minggu disediakan
liturgi.
Begitu juga banyak jemaat maupun orang-orang, yang memberi pendapat mereka
mengenai Liturgi dan mengapa liturgi adalah suatu bagian penting dalam setiap perayaan
dalam kehidupan setiap jemaat. Begitu juga banyak pendapat yang timbul bahwa liturgi hanya
tersusun kaku sehingga dalam ibadah banyak orang merasa bosan. Pemahaman atau pendapat
yang timbul dikalangan jemaat itu disebabkan karena kurangnya pengertian mereka mengenai
pengertian liturgi , bukan hanya secara umum, tapi dari kacamata teologis, juga sebagai ilmu.
Bahkan kurangya pengertian mereka, bahwa liturgi adalah perayaan kehidupan bagi setiap
orang percaya.
Yang termasuk liturgi ialah perayaan sakramen-sakramen, yang jumlahnya tujuh itu,
dan ibadat harian yang dalam bahasa Latinnya ialah liturgia horarum. Memang ada
sakramentali yang telah masuk ke bagian liturgi, seperti pengurapan dengan minyak krisma
pada tahbisan imamat (baik tahbisan imam maupun uskup). Tetapi umumnya sakramentali
dapat diadakan di luar liturgi ataupun di luar Misa Kudus.
Hanya saja semua perayaan sakramen, ibadat harian ataupun sakramentali semuanya
berhubungan dengan Misteri Paskah seperti diajarkan pada Konstitusi Liturgi artikel 61:
“berkat liturgi sakramen-sakramen dan sakramentali bagi kaum beriman yang hatinya
sungguh siap, hampir setiap peristiwa hidup dikuduskan dengan rahmat ilahi yang mengalir
dari Misteri Paskah: sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus”. Misteri Paskah menjadi pusat
seluruh perayaan sakramen-sakramen, tetapi juga ibadat harian, ataupun pula sakramentali
dan devosi-devosi macam apapun.
B. Rumusan Penjelasan
1. Apa pengertian Sakramen dan Sakramentali.
2. Apa itu Tahun Liturgi.
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Sakramen dan Sakramentali.
2. Untuk mengetahui hal tentang Tahun Liturgi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sakramen
Sakramen (bahasa Inggris: sacrament) —dengan kata sifatnya sakramental (bahasa
Inggris: sacramental), sebagaimana dipahami oleh Gereja Katolik, adalah tanda yang terlihat,
yang dapat ditangkap oleh panca indra, yang dilembagakan oleh Yesus dan dipercayakan
kepada Gereja, sebagai sarana yang dengannya rahmat dari Allah dinyatakan melalui tanda
yang diterimakan, yang membantu penerimanya untuk berkembang dalam kekudusan, dan
berkontribusi kepada pertumbuhan Gereja dalam amal-kasih dan kesaksian. Gereja Katolik
Ritus Timur umumnya menyebut Sakramen dengan istilah "Misteri" atau "Misteri Suci".
Meskipun tidak semua orang dapat menerima semua sakramen, sakramen-sakramen
secara keseluruhan dipandang sebagai sarana penting bagi keselamatan umat beriman, yang
menganugerahkan rahmat tertentu dari tiap sakramen tersebut, misalnya dipersatukan dengan
Kristus dan Gereja, pengampunan dosa-dosa, atau pun pengkhususan (konsekrasi) untuk suatu
pelayanan tertentu.
Gereja Katolik mengajarkan bahwa dampak dari suatu sakramen itu ada, yaitu ex opere
operato (oleh kenyataan bahwa sakramen itu dilayankan), tanpa memperhitungkan kekudusan
pribadi pelayan yang melayankannya. Tetapi kurang layaknya kondisi penerima untuk
menerima rahmat yang dianugerahkan tersebut dapat menghalangi efektivitas sakramen itu
baginya; sakramen memerlukan adanya iman meskipun kata-kata dan elemen-elemen
ritualnya berdampak menyuburkan, menguatkan, dan memberi ekspresi bagi iman
(Kompendium Katekismus Gereja Katolik, 224).
Sakramen merupakan sebuah tanda yang menyampaikan Kasih dan Rahmat Allah Bapa
Secara Nyata.Hal ini terdapat pada Injil Yohanes 14:18 yang menyatakan pemenuhan janji
Kristus bahwa Ia tidak akan meninggalkan kita sebagai yatim piatu.Maka Melalui sakramen
Allah mengirimkan Roh Kudus-Nya untuk memberi makan dan menguatkan Kita.
Sebenarnya keberadaan sakramen sudah ada sejak perjanjian lama,hanya saja berupa simbol
Sunat dan Perjamuan paskah dan bukan sebagai tanda yang menyampaikan rahmat
Tuhan.Kemudian Kristus datang bukan untuk menghapuskan Perjanjian Lama namun untuk
menggenapinya. Maka Kristus tidak menghapuskan simbol-simbol tersebut namun
menggenapinya dan menjadikan nya sebagai tanda rahmat Tuhan.Sunat disempurnakan
menjadi Pembaptisan dan perjamuan paskah menjadi Ekaristi.Dengan demikian Ekaristi
bukan hanya menjadi simbol semata tapi Ekaristi menjadi tanda yang sungguh menyampaikan
rahmat Tuhan. Adapun 7 Sakramen yang ada dalam Gereja Katolik, yaitu:
1. Sakramen Pembaptisan
Sakramen Baptis merupakan sakramen yang pertama kali kita terima sebelum
sakramen sakramen yang lain.Pada saat penerimaan Sakramen Baptis kita diperciki air
kemudian diolesi minyak serta diberi kain putih dan lilin bernyala.Semua itu merupakan
lambang bahwa kita telah di bersihkan dari dosa asal dan siap menjadi terang bagi
sesama.Dengan menerima sakramen baptis kita telah diangkat menjadi anak Allah dan
digabungkan dengan gereja yang menjadikan kita anggota Tubuh Kristus serta siap
diutus untuk berbuat baik kepada semua orang.Pembaptisan hanya dapat di terima satu
kali untuk selamanya namun meninggalkan material rohani yang tidak dapat di
hapuskan.
2. Sakramen Ekaristi
Perayaan Syukur atas Kasih Allah Bapa Lewat Pengorbanan Tuhan Yesus Kristus
dirayakan setiap kali kita mengikuti Misa atau Sakramen Ekaristi.Pada saat Ekaristi kita
mengenang karya penyelamatanYesus Kristus bagi manusia,yang terjadi melalui wafat
dan kebangkitan-Nya.

Perayaan ekaristi dapat mengingatkan kita pada malam perjamuan terakhir yang
diadakan Yesus bersama sama dengan para murid-Nya. Pada saat itu Yesus mengambil
roti ,mengucap syukur ,lalu memecah-mecahkanya dan kemudian membagikan roti itu
kepada para murid sambil berkata,"Ambilah,makanlah,Inilah tubuh-Ku."Setelah itu,Ia
mengambil cawan dan kemudian mengucap berkat dan memberikan kepada para murid-
Nya dan berkata,"Minumlah kamu semua dari cawan ini.Sebab inilah darah-Ku ,darah
perjanjian yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa."Perkataan
dan tindakan Yesus menunjukan bahwa Ia rela mengorbankan diri untuk keselamatan
dan kehidupan seluruh umat manusia tanpa terkecuali.Keselamatan yang diberikan
Yesus tidak hanya untuk orang katolik saja tapi itu semua orang.
Pada saat menerima komuni,kita menyambut Tubuh Kristus dan kita di persatukan
dengan Yesus dan sesama karena kita menerima Yesus yang sama
3. Sakramen Krisma
Allah Bapa memperkuat jiwa kita lewat Sakramen penguatan atau sakramen Krisma.Hal
ini dapat dilihat Dalam Kisah Para Rasul 2:2-13 yang menceritakan bahwa setelah
Yesus Kristus naik ke Surga Roh Kudus dicurahkan kepada para rasul.Karena karunia
Roh kudus inilah para rasul menjadi berani berbicara dan bersaksi di tengah banyak
orang.Turunnya roh kudus atas para rasul dirayakan pada hari Raya Pentekosta.
Pada waktu di baptis kita mendapatkan Anugrah Roh Kudus yang mendampingi kita
sebagai anak Allah.Dan ketika kita menerima sakramen krisma kita akan mengalami
bahwa Roh Kudus yang telah kita terima pada saat pembaptisan dapat berkarya secara
khusus dalam diri kita untuk menguatkan dan mendorong kita untuk bisa menjadi
semakin kuat dan dewasa dalam beriman.
4. Sakramen Pengakuan Dosa /Tobat
Setiap orang pernah berbuat dosa.Dosa dapat merusak hubungan kita dengan sesama
dan Tuhan sehingga membuat kita merasa tidak senang dan bahagia.Oleh Karena itu
Allah Bapa menganugerahkan kepada kita sakramen Tobat atau pengakuan dosa.Di
dalam sakramen ini kita mengakukan dosa dosa kita kepada Imam,karena Yesus Kristus
sendiri telah memberi kuasa kepada para Imam-Nya untuk melepaskan umatnya dari
dosa setelah kebangkitanNya(Yoh 20:22-23).Melalui sakramen tobat kita menerima
pengampunan dosa dari Allah Bapa beserta rahmatnya yang dapat membantu kita untuk
menolak godaan dosa di waktu yang akan datang sehingga menjadikan hidup kita lebih
damai.
5. Sakramen Perkawinan
Dalam perjalan hidup manusia sebagian besar orang dipanggil untuk hidup berumah
tangga.Nah melalui Sakramen perkawainan Allah Bapa memberikan sakramen secara
khusus kepada pasangan yang menikah agar dapat menghadapi berbagai macam
problema yang akan timbul setelah pernikahan nanti.Teutama di dalam mengasuh dan
membesarkan anak anak untuk didik menjadi pengikut Kristus yang sejati.
Dalam sakramen perkawinan terdapat tiga pihak yang terlibat yakni mempelai
pria,wanita dan Allah Bapa Sendiri.Ketika mempelai pria dan wanita menerima
sakramen ini,maka Allah hadir ditengah tengah mereka untuk menjadi saksi dan
memberkati melalui perantaraan Imam atau diakon yang berdiri sebagai saksi dari pihak
gereja.Oleh karena itu dalam geraja katolik perkawinan bersifat kudus dan tidak dapat
terceraikan(Mat 19:6).
6. Sakramen Tahbisan/Imamat
Pada saat kita ke geraja dan mengikuti perayaan Ekaristi maka yang mempersembahkan
misa Kudus adalah seorang Imam.Para Imam adalah orang yang dipanggil secara
khusus oleh Tuhan Yesus.Untuk menjawab panggilan Tuhan tersebut maka mereka
harus mengikuti pendidikan di sekolah seminari menengah,tinggi serta menjalani masa
orientasi di pastoral di tengah umat.Setelah menyelesaikan tahapan pendidikan
tersebut,maka mereka ditahbiskan oleh uskup untuk menjadi seorang imam.Nah Pada
saat tahbisan itulah mereka menerima sakramen imamat dengan mengucapkan janji
untuk taat kepada pemimpin gereja,untuk hidup miskin dan selibat yaitu tidak menikah.
7. Sakramen Pengurapan Orang Sakit
Semua orang pasti mengalami sakit.Ada yang mengalami sakit berat maupun
ringan.Orang sakit biasanya pergi ke dokter untuk mendapatkan pengobatan.Ada yang
berhasil sembuh,tapi ada juga yang tetap sakit bahkan sakitnya menjadi semakin parah.
Sebagai seorang beriman selain berobat ke dokter kita juga dapat menyerahkan segala
persoalan penyakit kita kepada Tuhan.Karena kita yakin bahwa Tuhan selalu
memperhatikan orang sakit dan menyembuhkan banyak orang sakit.Tuhan Yesus
Kristus membuat orang lumpah menjadi berjalan,orang buta dapat melihat dan orang
Kusta menjadi tahir.
Saat ini penganti para rasul adalah para Imam.Jika ada saudara atau umat katolik yang
mengalami sakit berat hedanknya memberitahukan kepada seorang Imam.Ia akan
datang untuk memberikan sakramen pengurapan orang sakit sebagaimana yang tertulis
dalam Surat Yakobus yang mennyatakan "Kalau ada seorang di antara kamu yang
sakit,baiklah ia memanggil para penatua jemaat supaya mendoakan dia serta mengolesi
dengan minyak dalam nama Tuhan(Yak 5:14)"
Sakramen Pengurapan orang sakit bukan semata-mata untuk menyembuhkan orang dari
sakit yang dideritanya.Melainkan dengan menerima sakramen tersebut orang yang sakit
akan diberi kekuatan dan penghburan supaya sanggup menjalankan penderitaannya
seperti saat Yesus menderita di kayu salib.
B. Sakramentali
Bidang liturgi Gereja tidak terbatas pada sakramen dan Ibadat Harian saja. “Selain itu,
Bunda Gereja telah mengadakan sakramentali, yakni tanda-tanda suci, yang memiliki
kemiripan dengan sakramen-sakramen. Sakramentali juga menandakan karunia-karunia,
khususnya yang bersifat rohani, yang diperoleh berkat doa permohonan Gereja” (SC 60).
Perbedaan antara sakramen dan sakramentali, ialah bahwa sakramen menyangkut Gereja
seluruhnya dan merupakan pelaksanaan diri Gereja dalam bidang perayaan; sedangkan
sakramentali selalu bersifat khusus, merupakan perwujudan doa Gereja bagi orang tertentu,
entah pribadi entah secara kelompok. Oleh karena itu sakramentali bukanlah perwujudan
kehadiran Kristus di dalam Gereja dalam arti sesungguhnya, melainkan bentuk doa
permohonan Gereja yang konkret.
Sakramentali harus dipahami dalam kerangka hidup liturgis Gereja, bukan sebagai
tindakan lepas, yang mempunyai arti dalam dirinya sendiri. Ada yang dengan jelas termasuk
bidang liturgis, karena kaitannya dengan sakramen atau dengan perayaan gerejawi. Tetapi
segala macam sakramentali dalam lingkungan keluarga juga harus dihubungkan dengan doa
Gereja. Sakramentali tidak mempunyai daya ilahi dari dirinya sendiri, tetapi hanya sejauh
merupakan perwujudan sikap doa Gereja. Karena itu sakramentali janganlah dipandang hanya
sebagai sarana untuk memperoleh rahmat, tetapi juga dan terutama sebagai upacara
keagamaan yang mau menghormati dan meluhurkan Tuhan. Adapun unsur Sakramentali
diantaranya:
1. Sakramentali Terarah dan Bersumber pada Sakramen
Sakramentali sebagai tanda suci berhubungan erat dengan sakramen. Konstitusi
Liturgi menyatakan bahwa sakramentali memiliki kemiripan dengan sakramen.
Sakramentali dalam arti tertentu menghadirkan perayaan sakramen Gereja. Perayaan
sakramentali adalah perayaan kerinduan akan sakramen dan perayaan yang diarahkan
kepada perayaan sakramen. Perayaan sakramentali dapat mengantar dan
mempersiapkan orang beriman kepada sakramen-sakramen Gereja. Dengan
sakramentali, misteri yang dirayakan dalam sakramen semakin diperjelas dan disposisi
umat bagi penerimaan sakramen dipersiapkan secara optimal. Hal ini tampak pada
berbagai upacara sakramentali. Pemberkatan air suci, pemberkatan dengan tanda salib
pada dahi anak-anak atau katekumen merupakan upacara dalam rangka menuju atau
mengenangkan sakramen baptis; pemberkatan roti, buah atau doa sebelum dan sesudah
makan berhubungan dengan sakramen Ekaristi; berbagai doa untuk orang sakit
merupakan kerinduan dan perwujudan sakramen pengurapan orang sakit; upacara
pertunangan merupakan perayaan kerinduan akan sakramen perkawinan; upacara tobat
terarah pada sakramen tobat.
2. Sakramentali sebagai Doa Permohonan Gereja
Sakramentali dibedakan dengan sakramen menurut daya guna atau akibat
sakramentalnya. Daya guna sakramen terjadi secara ex opere operate (berkat tindakan
yang dilakukan oleh Kristus). Artinya, sakramen pertama-tama tindakan Kristus. Dalam
sakramen, Kristuslah yang melayani dan menguduskan si penerima. Jadi, dengan istilah
ex opere operate ini mau ditekankan bahwa sakramen merupakan karya Allah dan
bukan usaha manusia. Karya Allah ini tidak bersangkut paut dengan keadaaan moral si
pelayan. Lepas dari disposisi dan keadaan si pelayan manusia, sakramen tetap
berlangsung dan berdaya guna. Misalnya, meskipun imam yang memimpin misa itu
berdosa, tetapi Perayaan Ekaristi yang dirayakan tetap sah dan di sana benar-benar
terjadi Tubuh dan Darah Kristus karena Kristuslah yang berkarya.
Berbeda dengan sakramen, daya guna sakramentali terjadi secara ex opere
operantis (berkat tindakan manusia yang mengerjakan). Itu berarti sakramentali
pertamatama karya, tindakan dan usaha manusia, yaitu Gereja. Sakramentali adalah doa
permohonan Gereja agar Allah memberkati dan menguduskan orang atau benda itu.
Kalau dalam sakramen rahmat pengudusan terjadi secara tidak tergantung pada disposisi
dan usaha si pelayan manusia, dalam sakramentali pemberkatan dan pengudusan itu
terjadi sejauh itu dimohonkan oleh Gereja.
Sakramentali dipahami Gereja tidak secara magis, bahwa seolah-olah sesudah
orang atau barang itu diberkati, maka orang atau barang itu menjadi sakti. Dengan
ungkapan sakramentali sebagai "doa permohonan Gereja" itu, mau dinyatakan bahwa
orang atau barang yang diberkati oleh Allah melalui doa permohonan Gereja kini
memiliki arah dan nilai baru yang terarahkan kepada Allah Sang Pencipta dan Penebus.
3. Pelayan Sakramentali
Pelayan sakramentali tidak harus seorang klerus atau orang tertahbis, tetapi dapat
juga awam. Pelayan awam dalam upacara sakramentali dimungkinkan atas dasar
imamat umum yang diperolehnya dalam sakramen baptis dan krisma. Lain halnya
dengan sakramen, pelayan sakramen (kecuali baptisan darurat) adalah pimpinan jemaat
yang resmi, yaitu uskup, imam, diakon, sebab dalam sakramen ditampakkan dan
dilaksanakan hakikat dan diri Gereja sendiri.
C. Apa itu Tahun Liturgi
Tahun liturgi adalah perayaan Karya Penyelamatan kita dalam Kristus dalam kurun
waktu satu tahun. Tahun liturgi terdiri dari dua lingkaran kehidupan Yesus, yaitu :
1. Lingkaran kelahiran (4 minggu masa Adven dan 2 minggu masa Natal)
2. Lingkaran kebangkitan (6 minggu masa Prapaskah dan 7 minggu Masa Paskah)
Serta 32 atau 33 hari Minggu yang merupakan masa biasa di antara kedua lingkaran tersebut.
Tahun liturgi dimulai dari Minggu Pertama Adven dan berakhir pada Hari Raya Kristus Raja
Semesta Alam. Tahun Liturgi, yang disebut juga Tahun Kristiani, merupakan Kalender
Kristiani/siklus masa liturgi dalam gereja-gereja Kristiani yang menentukan kapan hari-hari
orang kudus, hari-hari peringatan, dan hari-hari besar harus dirayakan serta bagian mana dari
Kitab Suci yang diasosiasikan dengan hari-hari raya tersebut.
Secara etimologis istilah liturgi berasal dari bahasa Yunani, yaitu leitourgia
(). Kata leitourgia ini berasal dari dua kata, leitos () kata sifat dari laos
() yang berarti bangsa, masyarakat atau negara, dan ergon () yang berarti karya,
fungsi atau pelayanan. Sehingga leitourgia berarti fungsi umum atau proyek negara.
Leitourgia juga berarti kerja atau pelayanan yang dibaktikan bagi kepentingan bangsa oleh
pribadi-pribadi. Dalam masyarakat Yunani kuno, kata leitourgia itu menunjukkan karya
pembaktian yang tidak dibayar, sumbangan orang yang kaya atau pajak untuk masyarakat
atau negara. Dalam perkembangan pada zaman hellenistik, kata leitourgia mempunyai arti
yang lebih luas, termasuk pelayanan yang dilaksanakan oleh para budak kepada majikan
mereka dan juga perbuatan-perbuatan kecil yang mereka laksanakan terhadap teman-teman.
Jadi kata leitourgia pada mulanya mempunyai arti profan-politis, dan bukan kultis seperti
yang dipahami pada masa ini. Dan pada abad ke 4 SM, kata leitourgia semakin diperluas
mencakup berbagai macam karya pelayanan.
1. Sejarah Liturgi
Lingkaran tahun liturgi dan pesta-pesta besarnya merupakan patokan waktu dalam
kehidupan doa umat Kristiani. Pesta-pesta besar itu “mengenang” dan “memaklumkan
(proclaim)” misteri-misteri Kristus. Semuanya ini merupakan undangan untuk berdoa
bersama secara teratur, dengan maksud untuk menumbuhkan kehidupan doa para
jemaat.
Sebagai manusia, secara natural kita “menghitung hari”. Contohnya, kita
merayakan anniversary seperti ulang tahun, pernikahan, dan kematian. Kita juga
merayakan hal-hal penting seperti graduation, sweet 17, baby shower, gaji pertama, dll.
Selain itu, kita mengungkapkan siapa diri kita berdasarkan berapa lama kita berada di
suatu keadaan, misalnya, saya sudah tinggal di Singapura selama 4 tahun, saya sudah
bekerja selama 2 tahun, dll. Berbagai macam profesi pun memiliki tonggak-tonggak
waktu (setiap perusahaan mempunyai financial year, sekolah memiliki 2 semester dalam
1 tahun, petani memiliki musim tanam dan musim panen, dll.)
Tak seorang pun mengetahui kodrat manusia lebih daripada Allah yang
menciptakannya. Itulah sebabnya Ia membentuk dunia untuk mengikuti suatu irama
waktu. Di dalam Kitab Kejadian, Allah menciptakan dunia dalam 6 hari dan beristirahat
pada hari ke-7. Ia beristirahat bukan karena Ia letih – Allah yang Mahakuasa tidak
pernah letih – tetapi karena Ia ingin memberikan contoh bagaimana manusia harus
bekerja dan beristirahat. Ketika manusia gagal mengikuti irama ini, Allah
menetapkannya sebagai hukum, agar mereka selalu “mengingat hari Sabat dan
menguduskannya” (Kel 20:8).
Jadi, konsep penanggalan liturgi sebenarnya berasal dari bangsa Israel dalam
Perjanjian Lama. Dalam Imamat bab 23, Allah memberitahukan tanggal-tanggal
perayaan yang sudah ditentukan-Nya dan dengan cara apa bangsa Israel harus
merayakannya. Hal ini kemudian diumumkan oleh Musa kepada bangsa Israel. Dalam
penanggalan tersebut, terdapat 7 hari: 6 hari untuk bekerja, dan hari ke-7 (hari
Sabat/Sabtu) untuk beristirahat dan hari itu disebut sebagai hari yang dikuduskan.
Yesus sungguh-sungguh menyadari arti penanggalan dan makna hari-hari besar
tersebut, dan hal ini juga diikuti oleh murid-murid-Nya. Ingatkah kalian akan besarnya
kerinduan Yesus untuk makan Paskah bersama 12 murid-Nya? Perhatikan juga betapa
setianya Ia dan keluarga-Nya (serta murid-murid-Nya di kemudian hari) untuk berziarah
ke Yerusalem pada waktu-waktu yang telah ditentukan.
Setelah Yesus wafat dan bangkit, gereja perdana tidak lagi menekankan hari Sabat
sebagai puncak dari satu minggu, melainkan hari Minggu yang merupakan Hari Tuhan,
untuk menghormati hari kebangkitan Yesus. Tahun liturgi masih tetap berpuncak pada
Paskah, tetapi kini Paskah kristiani, yang menjadi pesta keselamatan berkat sengsara,
wafat dan kebangkitan Yesus. Hari Tuhan (Minggu) dan Paskah merupakan hari-hari
pesta utama bagi gereja perdana.
Secara berangsur-angsur, Gereja menambahkan hari-hari raya yang dikuduskan:
hari kelahiran Yesus, hari pembabtisan-Nya, kenaikan-Nya, dll. Selain hari-hari dalam
kehidupan Yesus, Gereja juga merayakan hari-hari raya santo-santa: mulai dari Santa
Perawan Maria, para rasul, martir, dan santo-santa lainnya.
2. Kalender Liturgi
Seperti yang kalian bisa lihat, hari-hari raya yang penting bisa jatuh di hari
Minggu ataupun hari biasa. Penanggalan ini dihitung berdasarkan jaraknya dari hari
Paskah. Padanya mulanya ketika kalender belum mudah didapatkan, beberapa tanggal
penting (moveable feasts) diumumkan pada hari raya Epifani. Pada zaman sekarang,
tanggal-tanggal ini sudah diketahui sejak bertahun-tahun sebelumnya. Namun, beberapa
gereja masih melakukan proklamasi ini berdasarkan tradisi, selain itu juga
mengingatkan umat Katolik akan pentingnya Paskah sebagai pusat perayaan dan tahun
liturgi dan juga akan pentingnya hari-hari yang dirayakan sepanjang tahun liturgi
tersebut. Hari-hari yang diumumkan adalah Rabu Abu, Paskah, Kenaikan Yesus,
Pentakosta, Tubuh dan Darah Kristus, dan Minggu Adven pertama.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan Sakramen merupakan rahmat terbesar yang disediakan Allah Bapa melalui
gereja-Nya. Oleh Karena itu sebagai umat beriman sudah seharisnya kita menerima
sakramen-sakramen tersebut agar kita dapat memperoleh anugerah keselamatan dan
perlindungan dari Tuhan.
Hanya saja semua perayaan sakramen, ibadat harian ataupun sakramentali semuanya
berhubungan dengan Misteri Paskah seperti diajarkan pada Konstitusi Liturgi artikel 61:
“berkat liturgi sakramen-sakramen dan sakramentali bagi kaum beriman yang hatinya
sungguh siap, hampir setiap peristiwa hidup dikuduskan dengan rahmat ilahi yang mengalir
dari Misteri Paskah: sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus”. Misteri Paskah menjadi pusat
seluruh perayaan sakramen-sakramen, tetapi juga ibadat harian, ataupun pula sakramentali
dan devosi-devosi macam apapun.
Sedangkan Liturgi sebagai perayaan kehidupan bukan berarti kita melakukan perayaan
seperti “pesta pora” untuk merespon karya Allah, sehingga jika kita mengalami peristiwa
duka berarti kita tidak dapat dapat melakukan perayaan, ataupun kita hanya melakukan
perayaan sekedar formalitas saja. Anggapan itu sebenarnya salah, Karena yang dimaksud
sebagai perayaan kehidupan adalah dimana kita mensyukuri atas segala peristiwa seperti
ungkapan “Bersyukurlah dalam segala hal” dalam hal kita mensyukuri segala karya
penyelamatan Allah, maka kita mengungkapkannya melalui ibadah yang benar kepada Tuhan,
dari situlah lahirlah Liturgi untuk memimbing kita dalam melakukan perayaan kehidupan itu.
B. Saran
Setelah menyadari apa yang kita rayakan dalam perayaan-perayaan liturgis, saatnya kita
diajak untuk berliturgi dalam kehidupan seahri-hari. Secara etimologis Liturgi (Leitourgia)
berarti kerja bakti, dengan demikian, dalam konteks ini, dapat kita katakan dengan berliturgi
berdasarkan iman Kristiani yang kita yakini, kita akan melakukan “Kerja Bakti” untuk
mewujudkan kehidupan yang harmonis dengan sesama dan alam semesta.
Di mana saja kita di utus dan apapun status kita, jika kita telah benar-benar mengikuti
perayaan liturgi dengan baik dan menghayatinya, pasti kita akan melakukannya dalam
kehidupan sehari-hari. Selamat berliturgi, bekerja untuk Tuhan dengan merawat Ibu Bumi
Rumah Kita Bersama.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai