Anda di halaman 1dari 134

Modul

Pelatihan Pratugas

PENDAMPINGAN DESA
PEMBERDAYAAN

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi |1


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 2


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

KOMPETENSI
KHUSUS

PENDAMPING DESA
PEMBERDAYAAN

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 3


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 4


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

EVALUASI PENGELOLAAN
KEUANGAN DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 5


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Pokok Bahasan 1
EVALUASI PENGELOLAAN
KEUANGAN DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 6


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 7


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

PB Rencana Pembelajaran

1.1 Perencanaan Keuangan Desa

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat :
1. Menguraikan faktor-faktor kritis dalam
perencanaan keuangan desa berdasarkan pengalaman;
2. Menjelaskan prinsip mendasar dalam perencanaan
keuangan desa;
3. Memfasilitasi proses evaluasi dokumen
perencanaan keuangan desa.

Waktu
3 JP (135 menit)

Metode
Refleksi, Umpan balik, Curah Pendapat, Kerja Kelompok.

Media

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 8


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Lembar Umpan Balik, Dokumen RKP Desa, Dokumen


APB Desa, Bahan Bacaan, Video Grafis

Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 9


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Proses Penyajian

1. Menjelaskan mengenai tujuan, hasil, dan proses


sub pokok bahasan “Perencanaan Keuangan Desa”
Kegiatan 1: Refleksi menguraikan faktor-faktor kritis
2. Minta peserta menceritakan pengalamannya
dalam fasilitasi perencanaan keuangan Desa;
(sebelumnya fasilitator mengidentifikasi peserta yg
pernah memfasilitasi perencanaan keuangan desa).

3. Minta peserta mengidentifikasi faktor-faktor kritis


(gunakan Lembar Kerja 1.1.1);

4. Berikan penegasan faktor-faktor kritis (gunakan


Media Fasilitasi 1.1.1);

Kegiatan 2: Curah pendapat prinsip-prinsip


perencanaan

5. Minta peserta mengungkapkan pendapatnya


tentang prinsip-prinsip perencanaan keuangan Desa;

6. Pandu peserta merumuskan prinsip-prinsip


perencanaan keuangan Desa (gunakan Media
Fasilitasi 1.1.2);

7. Minta peserta menjelaskan pelaksanaan prinsip-


prinsip dimaksud (gunakan Media Fasilitasi 1.1.3);

Kegiatan 3: Kerja kelompok evaluasi dokumen


perencanaan

8. Bagi peserta menjadi beberapa kelompok;

9. Bagikan dokumen RKPDesa dan APBDesa kepada


setiap kelompok;

10. Minta setiap kelompok mereview dokumen


dimaksud (gunakan Lembar Kerja 1.1.2);

11. Minta salah satu kelompok mempresentasikan


hasil kerja kelompoknya;

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 10


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

12. Memberikan kesempatan kepada kelompok lain


menanggapi;

13. Sebelum sesi ditutup, berikan penegasan untuk


setiap kegiatan di atas.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 11


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Lembar Kerja 1.1.1

Kegiatan Perencanaan Masalah yang Faktor Solusi/Rekomendasi


muncul Kritis
1. Penyusunan rancangan APB
Desa
2. Pembahasan rancangan APB
Desa
3. Penetapan APB Desa
4. Penyebarluasan APB Desa

Lembar Kerja 1.1.2

Fokus Evaluasi Hasil Evaluasi Saran/Masukan/Rekomendasi


1. Kesesuaian dengan RKP Desa

2. Kesesuaian struktur APB Desa


dengan Permendagri Nomor 113
Tahun 2014

3. Penetapan APB Desa


4. dst

Media Fasilitasi 1.1.1

Kegiatan Perencanaan Masalah yang muncul Faktor Kritis


1. Penyusunan - Pagu/Pendapatan Desa - Tidak
rancangan APB Desa tidak diinformasikan ke transparan
masyarakat - Tidak
- Tidak mengacu secara Konsisten
konsisten pada RKP Desa
- dst.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 12


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

2. Pembahasan - Penentuan harga - Pemahaman


rancangan APB Desa satuan Regulasi
- Pentuan Siltap - Kapasitas
- Penentuan Lokasi Teknis
Kegiatan
- Penentuan Volume
kegiatan
- dst.

3. Penetapan APB Desa - BPD kurang memahami Kapasitas BPD


rancangan APB Desa
- BPD kurang memahami
fungsi dan perannya
- dst.

4. Penyebarluasan APB Desa

Media Fasilitasi 1.1.2 ( Slide )

Prinsip-prinsip perencanaan Keuangan Desa:


1. Partisipatif
2. Transparan
3. Spesifik
4. Terukur (Measureble)
5. Akurat
6. Realistis
7. Tepat waktu

Media Fasilitasi 1.1.3

Faktor-
Tahap Pelaksanaan Prinsip Tindakan
No Prinsip faktor
Kegiatan Perbaikan
Baik Kurang Penyebab
1 Partisipasi
2 Transparansi
3 Spesifik

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 13


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

4 Terukur
5 Akurat
6 Realistis
7 Tepat Waktu

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 14


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

SPB Bahan Bacaan

1.1 Perencanaan Pengelolaan


Keuangan Desa

Pengantar
Pengelolaan Keuangan Desa sebagai rangkaian kegiatan, diawali dengan
kegiatan Perencanaan, yaitu penyusunan APBDesa. Dengan demikian, penting
untuk memahami secara tepat berbagai aspek APBDesa: fungsi, ketentuan,
struktur, sampai mekanisme penyusunannya, sebagaimana diuraikan pada Bab
ini.
Pengertian
Secara umum, pengertian perencanaan keuangan adalah kegiatan untuk
memperkirakan pendapatan dan belanja untuk kurun waktu tertentu di masa
yang akan datang. Dalam kaitannya dengan Pengelolaan Keuangan Desa,
perencanaan dimaksud adalah proses penyusunan APBDes.
Sebagaimana telah dipaparkan pada Bab I, penyusunan APBDesa berdasar
pada RKPDesa, yaitu rencana pembangunan tahunan yang ditetapkan
dengan Peraturan Desa (Perdes). Dengan demikian, APBDesa yang juga
ditetapkan dengan Perdes, merupakan dokumen rencana kegiatan dan
anggaran yang memiliki kekuatan hukum.
Fungsi APB Desa
Sebagai dokumen yang memiliki kekuatan hukum, APBDesa menjamin
kepastian rencana kegiatan, dalam arti mengikat Pemerintah Desa dan semua
pihak yang terkait, untuk melaksanakan kegiatan sesuai rencana yang telah
ditetapkan, serta menjamin tersedianya anggaran dalam jumlah yang tertentu

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 15


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

yang pasti, untuk melaksanakan rencana kegiatan dimaksud. APBDesa


menjamin kelayakan sebuah kegiatan dari segi pendanaan, sehingga dapat
dipastikan kelayakan hasil kegiatan secara teknis.
Ketentuan Penyusunan APB Desa
Apa saja yang Harus Diperhatikan dalam Penyusunan APBDes?
Dalam menyusun APBDes, ada beberapa ketentuan yag harus dipatuhi:
 APBDesa disusun berdasarkan RKPDesa yang telah ditetapkan
dengan Perdes.
 APBDesa disusun untuk masa 1 (satu) tahun anggaran,
terhitung mulai 1 Januari sampai 31 Desember tahun berikutnya.
 Rancangan APBDesa harus dibahas bersama dengan Badan
Permusyawaratan Desa (BPD).
 APBDesa dapat disusun sejak bulan September dan harus
ditetapkan dengan Perdes, selambat-lambatnya pada 31 Desember
pada tahun yang sedang dijalani.
Selain itu, secara teknis penyusunan APBDesa juga harus memperhatikan:
a. Pendapatan Desa
Pendapatan Desa yang ditetapkan dalam APBDes merupakan
perkiraan yang terukur secara rasional dan memiliki kepastian serta
dasar hukum penerimaannya. Rasional artinya menurut pikiran logis
atau masuk akal serta sesuai fakta atau data.
b.Belanja Desa
Belanja desa disusun secara berimbang antara penerimaan dan
pengeluaran, dan penggunaan keuangan desa harus konsisten (sesuai
dengan rencana, tepat jumlah, dan tepat peruntukan), dan sesuai
dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Pembiayaan Desa
Pembiayaan desa baik penerimaan pembiayaan maupun pengeluaran
pembiayaan harus disesuaikan dengan kapasitas dan kemampuan
nyata/sesungguhnya yang dimiliki desa, serta tidak membebani
keuangan desa di tahun anggaran tertentu.
d. SiLPA (Sisa Lebih Perhitungan Anggara)
Dalam menetapkan anggaran Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun
Anggaran Sebelumnya (SiLPA), agar disesuaikan dengan kapasitas
potensi riil yang ada, yaitu potensi terjadinya pelampauan realisasi
penerimaan desa, terjadinya penghematan belanja, dan adanya sisa

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 16


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

dana yang masih mengendap dalam rekening kas desa yang belum
dapat direalisasikan hingga akhir tahun anggaran sebelumnya.
Mekanisme, Tugas, dan Tanggungjawab Pelaku dalam Penyusunan APB
Desa
Mekanisme (prosedur dan tatacara) penyusunan APBDesa dapat dilihat pada
bagan alur di bawah ini:

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 17


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Membaca Struktur APB Desa


Struktur/susunan APBDes terdiri dari tiga komponen pokok:
A. Pendapatan Desa
B. Belanja Desa
C. Pembiayaan Desa
Masing-masing komponen itu diuraikan lebih lanjut, sebagai berikut:
A. Pendapatan Desa
Pendapatan Desa, meliputi semua penerimaan uang melalui rekening desa
yang merupakan hak desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu
dibayar kembali oleh desa.

Kelompok Jenis Pendapatan Rincian Pendapatan


Pendapatan
Pendapatan Asli a. Hasil Usaha  Hasil Bumdes, Tanah Kas Desa
Desa
b. Hasil Aset  Tambatan perahu, pasar desa,
c. Swadaya, partisipasi, gotong tempat pemandian umum, jaringan
royong irigasi

d. Lain-lain Pendapatan Asli  Membangun dengan kekuatan


Desa sendiri yang melibatkan peran serta
masyarakat berupa tenaga, barang
yang dinilai dengan uang

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 18


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

 Hasil pungutan desa

Transfer a. Dana Desa;


b. Bagian dari Hasil Pajak
Daerah Kabupaten/Kota dan
Retribusi Daerah;
c. Alokasi Dana Desa (ADD);
d. Bantuan Keuangan dari
APBD Provinsi; dan
e. Bantuan Keuangan APBD
Kabupaten/Kota.
Pendapatan a. Hibah dan Sumbangan dari  Pemberian berupa uang dari
Lain-lain pihak ketiga yang tidak mengikat; pihak ketiga
b. Lain-lain pendapatan Desa
yang sah.
 Hasil kerjasama dengan pihak
ketiga atau bantuan perusahaan yang
berlokasi di desa

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 19


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

B. Belanja Desa
Belanja desa, meliputi semua pengeluaran dari rekening desa yang
merupakan kewajiban desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak
akan diperoleh pembayarannya kembali oleh desa. Belanja desa
dipergunakan dalam rangka mendanai penyelenggaraan kewenangan
Desa.
Kelompok Belanja Jenis Kegiatan Jenis Belanja dan Rincian Belanja
(Sesuai RKP Desa)
Penyelenggaraan a. Kegiatan Belanja Pegawai
Pemerintahan Desa Pembayaran 1. Pembayaran penghasilan tetap
Penghasilan  Kepala Desa (1 org)
Tetap dan  Perangkat Desa (Kaur, Kasi,
Tunjangan Kadus, dll mis. 11 org)
2. Pembayaran tunjangan
 Kepala Desa
 Perangkat Desa (Kaur, Kasi,
Kadus)
 BPD (mis: 5 org)
3. Insentif RT dan RW (mis: 5 RW,
b. Kegiatan
25 RT)
operasional
kantor
1.Belanja Barang dan Jasa
 ATK, Listrik, Air,
Telepon
 Fotocopy/Penggandaa
n
 Benda Pos
2.Belanja Modal
 Komputer
 Mesin Tik
 Meja, Kursi, Lemari
Pelaksanaan Kegiatan 1. Belanja Barang dan Jasa
Pembangunan Desa Pembangunan  Upah
Jalan Lingkungan  Sewa Mobil
(Rabat Beton), dll  Minyak Bekesting
(contoh)
 Paku, Benang
2. Belanja Modal
 Marmer Prasasti
 Beton Readymix
 Kayu
 Pasir
 Batu

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 20


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

 Plastik Cor
Pembinaan Kegiatan 1. Belanja Barang dan Jasa
Kemasyarakatan Desa Penyelenggaraan  Honor Pelatih
Keamanan dan  Transpor Peserta
Ketertiban  Konsumsi
Lingkungan
 Alat Pelatihan
(contoh)
 dll
2. Belanja Modal
Pemberdayaan Kegiatan Pelatihan 1. Belanja Barang dan Jasa
Masyarakat Desa Kelompok Tani  Honor Penyuluh Pertanian
(contoh)  Transpor Penyuluh
 Konsumsi
 Alat Pelatihan
2. Belanja Modal
Belanja Tak Terduga

Komposisi Belanja dalam APBDesa


Pasal 100, PP 43 2014, Belanja Desa yang ditetapkan dalam APB Desa
digunakan dengan ketentuan:
a. paling sedikit 70% (tujuh puluh perseratus) dari jumlah
anggaran belanja Desa digunakan untuk mendanai penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan
kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa
b. paling banyak 30% (tiga puluh perseratus) dari jumlah
anggaran belanja Desa digunakan untuk:
1. penghasilan tetap dan tunjangan kepala Desa dan perangkat
Desa;
2. operasional Pemerintah Desa;
3. tunjangan dan operasional Badan Permusyawaratan Desa; dan
4. insentif rukun tetangga dan rukun warga
Perhitungan Penghasilan Tetap (Siltap) Aparat Pemerintah Desa
Pasal 81 PP 43 Tahun 2014, Penghasilan tetap kepala Desa dan perangkat
Desa dianggarkan dalam APB Desa yang bersumber dari ADD.
Pengalokasian ADD untuk penghasilan tetap kepala Desa dan perangkat
Desa menggunakan penghitungan sebagai berikut:
a. ADD yang berjumlah kurang dari Rp 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah) digunakan maksimal 60% (enam puluh perseratus);

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 21


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

b. ADD yang berjumlah Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta


rupiah) sampai dengan Rp 700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah)
digunakan maksimal 50% (lima puluh perseratus);
c. ADD yang berjumlah lebih dari Rp 700.000.000,00 (tujuh ratus
juta rupiah) sampai dengan Rp 900.000.000,00 (sembilan ratus juta
rupiah) digunakan maksimal 40% (empat puluh perseratus);
d. ADD yang berjumlah lebih dari Rp 900.000.000,00 (sembilan
ratus juta rupiah) digunakan maksimal 30% (tiga puluh perseratus).
C. Pembiayaan Desa
Pembiayaan Desa meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun
anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran
berikutnya.
Penerimaan a. Sisa lebih perhitungan anggaran  Pelampauan penerimaan
Pembiayaan (SiLPA) tahun sebelumnya pendapatan terhadap belanja
b. Pencairan Dana Cadangan  Penghematan belanja
c. Hasil penjualan kekayaan desa yang  Sisa dana kegiatan lanjutan.
dipisahkan.
Pengeluaran a. Pembentukan Dana Cadangan  Kegiatan yang penyediaan
Pembiayaan b. Penyertaan Modal Desa. dananya tidak dapat
sekaligus/sepenuhnya
dibebankan dalam satu tahun
anggaran.
Mewujudkan Asas PKD dalam Kegiatan Perencanaan
Perencanaan adalah awal dari sebuah kegiatan. Bila perencanaan itu
dilakukan dengan tepat dan baik, akan memberikan pengaruh yang besar
terhadap pelaksanaan dan kemudian hasil kegiatan. Ketepata perencanaan
itu akan terjamin bila dalam prosesnya benar-benar mengacu pada
ketentuan dan didasarkan pada azas-azas Pengelolaan Keuangan Desa.
Bagaimana agar azas-azas itu mewujud dalam proses perencanaan? Tabel di
bawah ini, mencoba memberikan gambaran.
Asas Penerjemahannya dalam Yang dibutuhkan …
Perencanaan
Partisipasi  Pemerintah Desa membuka  Komitmen Kepala Desa untuk
ruang/mengikutsertakan melibatkan masyarakat secara
masyarakat dalam menyusun RKP optimal
Desa maupun Rancangan APBDesa  Warga masyarakat yang
 BPD melakukan konsultasi dengan memahami ketentuan
masyarakat sebelum membahas mauoun teknis penyusunan
Rancangan APBDesa bersama APBDesa
Pemerintah Desa  Aturan dan mekanisme kerja
 Masyarakat memberikan masukan BPD yang memastikan adanya

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 22


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

kepada Pemerintah Desa dan/atau konsultasi publik


BPD  Tata kerja BPD untuk
menyerap dan menampung
aspirasi masyarakat.
Transparansi Mengumumkan, menginformasikan  Sosialisasi dilakukan
jadwal, agenda, dan proses secara resmi oleh Pemerintah
perencanaan, serta hasil perencanaan Desa dan BPD
secara terbuka kepada masyarakat  Sarana prasarana
penyebartahuan informasi
 Warga peduli informasi
Akuntabel  Proses (tahap kegiatan)  Mengumumkan,
dilakukan sesuai ketentuan menyosialisasikan ketentuan
 Kegiatan dilakukan oleh pihak dan proses peyusunan
yang berkompeten APBDesa
 Rencana disusun berdasarkan  Pembahasan Rancangan
aspirasi masyarakat dan data APBDesa dilakukan secara
 Rencana disepakati oleh para terbuka, dalam arti dapat
pihak terkait dihadiri oleh masyarakat
 Warga yang peduli
pembahasan APBDesa
Tertib dan  Mengalokasikan anggaran Rincian kegiatan dalam proses
Disiplin dalam jumlah tertentu dalam perencanaan yang membutuhkan
Anggaran APBDesa untuk membiayai proses dukungan pendanaan secara
perencanaan wajar.
 Anggaran dimaksud digunakan
secara tepat jumlah dan hanya
untuk kegiatan perencanaan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 23


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

SPB Rencana Pembelajaran

1.2 Pelaksanaan Keuangan Desa

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat :
1. Menguraikan faktor-faktor kritis dalam
pelaksanaan keuangan desa berdasarkan
pengalaman;

2. Menjelaskan prinsip mendasar dalam pelaksanaan


keuangan desa;

3. Memfasilitasi proses evaluasi dokumen


pelaksanaan keuangan desa

Waktu
2 JP (90 menit )

Metode
Refleksi dan Umpan Balik, Curah Pendapat, Diskusi dan
Kerja Kelompok.

Media

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 24


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Lembar Umpan Balik, Dokumen RPD, SPP dan Buku Bantu


Kegiatan, Dokumen Pengadaan Barang dan Jasa

Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Proses Penyajian
1. Menjelaskan mengenai tujuan, hasil dan proses dari
pembelajaran sub pokok bahasan “Pelaksanaan Keuangan
Desa”.
Kegiatan 1: Refleksi mengidentifikasi faktor-faktor kritis
2. Minta peserta menceritakan pengalamannya dalam
fasilitasi pelaksanaan keuangan Desa.

Kegiatan 2: Diskusi Kelompok menguraikan faktor-faktor


kritis

3. Bagi peserta menjadi beberapa kelompok.

4. Minta setiap kelompok berdiskusi (gunakan Lembar


Kerja 1.2.1).

5. Minta salah satu kelompok mempresentasikan hasil


kerja kelompoknya.

6. Minta kelompok lain menanggapi.

7. Berikan penegasan (Media Fasilitasi 1.2.1).

Kegiatan 3: Kerja kelompok evaluasi dokumen pelaksanaan

8. Bagi peserta menjadi beberapa kelompok.

9. Bagikan dokumen RPD, SPP dan Buku Bantu Kegiatan


kepada setiap kelompok.

10. Minta setiap kelompok mereview dokumen dimaksud


(Lembar Kerja 1.2.2. a, b, c).

11. Minta kelompok secara bergantian mempresentasikan


hasil kerja kelompoknya.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 25


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

12. Minta kelompok lain memberikan tanggapan.

13. Sebelum sesi ditutup, berikan penegasan tentang


faktor-faktor kritis dalam pelaksanaan keuangan Desa.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 26


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Lembar Kerja 1.2.1

Kegiatan Pelaksanaan Masalah yang muncul Faktor Kritis


1. Penyusunan Rencana
Penggunaan Dana (RPD)

2. Pengadaan barang
dan jasa

3. Pengajuan Surat
Permohonan Pembayaran
(SPP)

4. Pelaksanaan Kegiatan

Media Fasilitasi 1.2.1

Masalah yang
Kegiatan Pelaksanaan Uraian Faktor Kritis
muncul
1. Penyusunan Rencana - Penentuan
Penggunaan Dana tahapan
(RPD) pencairan dana
- Perhitungan
kebutuhan dana
sesuai tahapan
kegiatan

2. Pengadaan - Penentuan - Interfensi


barang dan jasa suplier Kades
- Bukan harga - Mekanisme
terendah prosedur tidak
diikuti

3. Pengajuan Surat - Form SPP - Diajukan - Kapasitas


Permohonan - RPD oleh Sekdes Kasi
Pembayaran (SPP) - Surat bukan oleh Kasi - Pemahama
Tanggung Jawab - Dokumen n aturan
Belanja tidak lengkap

4. Pelaksanaan - Penyusunan
Kegiatan jadwal dan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 27


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

rencana kerja
- Penetuan
tenaga kerja
- Penyusunan
buku bantu
kegiatan
- Laporan
pertanggungjawa
ban kegiatan

Lembar Kerja 1.2.2.a. (RPD)


Fokus Evaluasi Hasil Evaluasi Saran/Masukan/Rekomendasi
1. Kesesuaian dengan
pagu nilai kegiatan

2. Memastikan
akurasi perhitungannya

3. Verifikasi telah
dijalankan

4. dst

Lembar Kerja 1.2.2.b. (SPP)


Fokus Review Hasil Evaluasi Saran/Masukan/Rekomendasi
1. Kelengkapan
Dokumen

2. Prosedur
pengajuan

3. dst

Lembar Kerja 1.2.2.c. (Buku Bantu)


Fokus Evaluasi Hasil Evaluasi Saran/Masukan/Rekomendasi
1. Pencatatan
transaksi

2. Bukti-bukti
transaksi

3. Posisi keuangan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 28


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

4. dst

SPB Bahan Bacaan

1.2 Pelaksanaan Keuangan Desa

Pengantar
Berdasarkan APBDesa yang dihasilkan pada tahap Perencanaan, dimulailah
tahap Pelaksanaan. Kegiatan pokok pada tahap ini mencakup: penyusunan
RAB, pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP), dan selanjutnya
pelaksanaan kegiatan di lapangan. Hal yang juga sangat pentig untuk
dipahami dengan tepat dan benar adalah tugas dan tanggungjawab masing-
masing pelaku (Pengelola). Bab ini akan memaparkan secara rinci topik di atas.
Pengertian
Pelaksanaan dalam Pengelolaan Keuangan Desa adalah rangkaian kegiatan
untuk melaksanakan rencana dan anggaran yang telah ditetapkan APBDesa.
Kegiatan pokok dalam fase pelaksanaan ini pada dasarnya bisa dipilah
menjadi dua: 1) Kegiatan yang berkaitan dengan pengeluaran uang, dan 2)
Pelaksanaan kegiatan di lapangan.
Beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan Pengelolaan
Keuangan Desa, adalah:

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 29


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

 Semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam rangka pelaksanaan


kewenangan desa dilaksanakan melalui rekening kas desa (pasal 24 ayat 1
Permendagri 113 Tahun 2014).
 Semua penerimaan dan pengeluaran desa harus didukung oleh bukti
yang lengkap dan sah (pasal 24 ayat 3 Permendagri 113 Tahun 2014).
 Pengeluaran desa yang mengakibatkan beban APBDesa tidak dapat
dilakukan sebelum rancangan peraturan desa tentang APBDesa ditetapkan
menjadi peraturan desa(pasal 26 ayat 1 Permendagri 113 Tahun 2014).
Pengecualian untuk belanja pegawai yang bersifat mengikat dan
operasional kantor yang sebelumnya telah ditetapkan dalam Peraturan
Kepala Desa.

Tugas dan Tanggungjawab Pelaku


Unsur Pengelola Tugas dan Tanggungjawab

Kepala Seksi (Kasi)  Meyusun RAB - Rencana Anggaran Biaya.


 Mengajukan SPP – surat permohonan pencairan
 Memfasilitasi pengadaan Barang dan Jasa
 Mengerjakan Buku Kas Pembantu Kegiatsn
Sekretaris Desa:  Memverifikasi RAB
 Memverifikasi persyaratan pengajuan SPP
Kepala Desa  Mengesahkan RAB
 Menyetujui SPP
Bendahara  Melakukan pembayaran/pengeluaran uang dari kas Desa
 Mencatat transaksi dan menyusun Buku Kas Umum
 Mendokumentasikan bukti bukti pengeliaran

Rangkaian Kegiatan Pelaksanaan


Kegiatan awal yang harus dilakukan pada tahap ini meliputi: 1) Penyusunan
RAB. 2) Pengadaan Barang dan Jasa. 3) Pengajuan SPP. 4) Pembayaran, dan
5) Pengerjaan Buku Kas Pembantu Kegiatan. Rangkaian kegiatan dimaksud,
secara rinci diuraikan sebagai berikut:
1. Penyusunan RAB
Sebelum menyusun RAB, harus dipastikan tersedia data tentang standar
harga barang dan jasa yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan
pembangunan. Standar harga dimaksud diperoleh melalui survey harga
di lokasi setempat (desa atau kecamatan setempat). Dalam hal atau
kondisi tertentu, standar harga untuk barang dan jasa (tertentu) dapat

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 30


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

menggunakan standar harga barang/jasa yang ditetapkan Pemerintah


Kabupaten/Kota.
Adapun prosedur dan tatacara penyusunan RAB adalah sebagai berikut:

 Pelaksana Kegiatan (Kepala Seksi) menyiapkan RAB untuk semua


rencana kegiatan
 Sekretaris Desa memverifikasi RAB dimaksud
 Kepala Seksi mengajukan RAB yang sudah diverifikasi kepada Kepala
Desa
 Kepala Desa menyetujui dan mensahkan Rencana Anggaran Biaya
Kegiatan (RAB).

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 31


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Contoh RAB

RENCANA ANGGARAN KEGIATAN


DESA: MUTIARA KEC.: BATU MULIA
TAHUN ANGGARAN 2015

1. Bidang : Pelaksanaan Pembangunan Desa


2. Kegiatan : Jalan Lingkungan (Rabat Beton)

3. Waktu Pelaksanaan :

Rincian Pendanaan

Harga
No. URAIAN Volume Satuan Jumlah Rp.
Satuan Rp.

1 2 3 4 5
1. Belanja Barang dan Jasa
1.1 Upah Pekerja 137 HOK 40.000 5.480.000
1.2 Upah Tukang 45 HOK 50.000 2.250.000
1.3 Paku 5-10 cm 11 Kg 16.000 176.000
1.4 Minyak Bekesting 4 Ltr 2.000 7.200
1.5 Benang 5 Bh 3.000 15.000
1.6 Mobil Pik Up 4 Hari 250.000 1.000.000
1.7 Ember 5 Glg 5.000 25.000
Sub Total 1) 8.953.200
2. Belanja Modal
800.
2.1 Beton Readymix 86 M3 000 68.800.000
1.100.0
2.2 Kayu Bekesting 2 M3 00 1.760.000
2.3 Pasir Urug 25 M3 110. 2.706.000

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 32


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

000
2.
2.4 Plastik cor 757 M2 000 1.514.000
130.
2.5 Batu Scroup 11 M3 000 1.430.000
2.6 Papan Proyek 1 Bh 150.000 150.000
2.7 Prasasti Marmer 1 Bh 350.000 350.000
Sub Total 2) 76.710.000

Total 85.663.200,00

Desa Mutiara, tanggal.........

Disetujui/Mensahkan

Kepala Desa Pelaksana Kegiatan

2. Pengadaan Barang/Jasa
Berdasarkan RAB yang sudah disahkan Kepala Desa dan rencana teknis
pengerjaan kegiatan di lapangan, Kepala Seksi (Pelaksana Kegiatan)
memproses/memfasilitasi Pengadaan Barang dan Jasa guna menyediakan
barang/jasa sesuai kebutuhan suatu kegiatan yang akan dikerjakan, baik
yang dilakukan secara swakelola maupun oleh pihak ketiga. Pengadaan
barang dan jasa dimaksud bertujuan untuk dan menjamin:
 Penggunaan anggaran secara efisien efisien
 Efektifitas pelaksanaan sebuah kegiatan
 Jaminan ketersediaan barang dan jasa yang sesuai (tepat
jumlah, tepat waktu, dan sesuai spesifikasi)
 Transparansi dan akuntabilitas dalam penyediaan barang/jasa
 Peluang yang adil bagi seluruh masyarakat atau pengusaha
terutama yang berada di desa setempat untuk berpartisipasi

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 33


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Dengan demikian, pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan prinsip-


prinsip efisien, efektif, transparan, pemberdayaan masyarakat, gotong-
royong, dan akuntabel serta sesuai dengan kondisi sosial budaya
masyarakat setempat. Hal ini dimaksudkan agar pelaksanaan pengadaan
barang/jasa dapat berjalan sesuai dengan tata kelola pemerintahan yang
baik dan memberikan manfaat yang optimal bagi pembangunan desa.
Prioritas bagi warga dan.atau pengusaha desa setempat, serta barang
dan jasa yang tersedia atau dapat disediakan di desa setempat,
mengandung maksud untuk mendorong peningkatan kegiatan ekonomi
lolal/desa. Dengan demikian, memberikan dampak yang nyata bagi
perkembangan eknomi masyarakat desa. Namun, proses pengadaan itu
harus tetap berdasar pada ketentuan dan mekanisme yang ditetapkan
dalam peraturan.
Peraturan Pengadaan Barang dan Jasa di Desa
Pengadaan barang dan/atau jasa di Desa, sebagaimana diatur dalam PP
No. 43 tahun 2014, diatur dengan peraturan bupati/walikota dengan
berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan. Dengan
demikian, setiap Bupati/Wali Kota wajib menerbitkan Peraturan
Bupati/Walikota yang mengatur tatacara dan menggariskan ketentuan
pengadaan barang dan jasa di desa.
Salah satu peraturan tentang pengadaan barang dan jasa adalah Perka
LKPP No. 13 Tahun 2013 tentang Pedoman Tatacara Pengadaan
Barang/Jasa di Desa. Dalam Perka dimaksud dinyatakan secara jelas
bahwa pengadaan barang/jasa yang bersumber dari APBDesa di luar
ruang lingkup pengaturan pasal 2 Perpres 54 /2010 jo Perpres 70/2012.
Menurut Perka LKPP tersebut, tata cara pengadaan barang/jasa oleh
Pemerintah Desa yang sumber pembiayaannya dari APBDesa ditetapkan
oleh kepala daerah dengan tetap memperhatikan ketentuan peraturan
Kepala LKPP dan kondisi masyarakat setempat.
Berikut disajikan informasi tentang pokok-pokok pengaturan dalam Perka
LKPP dimaksud:

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 34


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

3. Pengajuan SPP
Selanjutnya, Kepala Seksi sebagai Koordinator Pelaksana Kegiatan
mengajukan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) sesuai prosedur dan
tatacara sebagai berikut:
 Berdasarkan RAB tersebut, Pelaksana Kegiatan membuat Surat
Permintaan Pembayaran (SPP) kepada Kepala Desa dilengkapi
dengan Pernyataan Tanggung Jawab Belanja dan Bukti Transaksi. Ke
 Sekretaris Desa melakukan verifikasi terhadap SPP beserta
lampirannya.
 Kepala Seksi mengajukan dokumen SPP yang sudah
diverifikasi kepada Kepala Desa
 Kepala Desa menyetujui SPP dan untuk selanjutnya dilakukan
pembayaran.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 35


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

4. Pembayaran
Prosedur dan tatacara pembayaran ditetapkan sebagai berikut:
 Kepala Seksi menyerahkan dokumen SPP yang telah
disetujui/disahkan Kepala Desa
 Bendahara melakukan pembayaran sesuai SPP
 Bendahara melakukan pencatatan atas pengeluaran yang
terjadi. De
Tentang Pajak
Bendahara desa sebagai wajib pungut pajak penghasilan (PPh) dan pajak lainnya, wajib
menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak yang dipungutnya ke rekening kas
negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

 Pajak adalah perwujudan dari pengabdian dan peran serta wajib pajak untuk secara
langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk
pembiayaan negara dan pembangunan nasional.

 Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan,
termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak. Jadi wajib pajak terdiri dari dua golongan
besar yaitu orang pribadi atau badan dan pemotong atau pemungut pajak.

 Pemotong pajak adalah istilah yang digunakan pemungut pajak penghasilan (PPh) atas
pengeluaran yang sudah jelas /pasti sebagai penghasilan oleh penerimanya. Misal
pengeluaran untuk gaji, upah, honorarium (imbalan kerja atau jasa) sewa, bunga, dividen,
royalti (imbalan penggunaan harta atas modal). Bendahara diwajibkan untuk memotong
PPh atas pembayaran terhadap penerima. Jenis-jenis PPh, ada PPh perorangan (PPh 21) dan
PPh badan (PPh 23).

 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dikenakan terhadap penyerahan barang kena pajak (BKP)
dan Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha. Prinsip dasar cara pemungutan PPN adalah penjual
atau pengusaha kena pajak (PKP) memungut pajak dari si pembeli. Pembeli pada waktu
menjual memungut PPN terhadap pembeli berikutnya. Penjual atau PKP wajib menerbitkan
Faktur Pajak minimal dua rangkap. Lembar kedua untuk PKP penjual – namanya Pajak.
Keluaran dan lembar pertama untuk PKP pembeli – namanya pajak masukan. Tarif PPN
pada umumnya adalah 10% (sepuluh persen) dari harga jual selanjutnya yang harus dibayar
oleh pembeli adalah 110% (seratus sepuluh persen).

 Setiap penerimaan dan pengeluaran pajak dicatat oleh Bendahara dalam buku pembantu
kas pajak.

5. Pengerjaan Buku Kas Pembantu Kegiatan


Kepala Seksi/Pelaksana Kegiatan bertanggungjawab terhadap tindakan
pengeluaran yang menyebabkan atas beban anggaran belanja kegiatan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 36


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

dengan mempergunakan Buku Kas Pembantu kegiatan sebagai


pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan didesa. Buku Kas Pembantu
Kegiatan ini berfungsi untuk mencatat semua transaksi penerimaan dan
pengeluaran yang berkaitan dengan kegiatan yang dilaksanakan oleh
Pelaksana Kegiatan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 37


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

BUKU KAS PEMBANTU KEGIATAN


DESA……………….. KECAMATAN…………………..
TAHUN ANGGARAN…………………………………….
1. Bidang :
2. Kegiatan :
Penerimaan

No Tgl Uraian Dari


M
Bendahara

1 2 3 4
Pindahan Jumlah
dari halaman
sebelumnya
Jumlah
Total Penerimaan

De
……

Pela

Mewujudkan Asas PKD dalam Kegiatan Pelaksanaan


Tahap Pelaksanaan ini adalah tahap yang rawan tindakan dan/atau peristiwa
yang potensial menghambat kelancaran pengerjaan kegiatan di lapangan,
antara lain: konflik diantara pihak-pihak terkait, penyimpangan,
penyelewengan, dan penyalahgunaan wewenang, karena pada tahap ini
terjadi aliran uang yang nyata. Untuk menghindari semua itu, ketentuan dan
azas-azas Pengelolaan Keuangan Desa harus diperhatikan dan diwujudkan
secara sungguh-sungguh.
Asas Penerjemahannya dalam Yang dibutuhkan ….

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 38


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Pelaksanaan
Partisipasi Masyarakat terlibat dalam:  Kasi terkait membentuk tim
1. Survey harga penyusun RAB
2. Menyusun RAB  Ada warga yang mengerti tentang
3. Memfasilitasi proses tatacara dan terampil menghitung
pengadaan barang dan jasa RAB
Transparansi  Barang dan jasa yang  Data harga dan spesifikasi
dibutuhkan diumumkan secara barang dan jasa yang umum
terbuka berlaku di desa setempat
 Standar harga hasil survey  Warga yang memiliki
diumumkan secara terbuka pengetahuan tentang harga dan
 Spesifikasi barang dan jasa spesifikasi barang dan jasa yang
yang dibutuhkan diumumkan dibutuhkan
secara terbuka  Warga yang memiliki
 (Bila pengadaan melalui kemampuan dan/atau usaha
pelelangan) Penawaran dari penyediaan barang dan jasa
pemenang lelang diumumkan  Mengumumkan renvana
secara terbuka pengadaan barang dan jasa

Akuntabel  Kegiatan dilakukan sesuai  Mengumumkan,


ketentuan, prosesur, dan menyosialisasikan kegiatan yang
tatacara yang telah ditetapkan akan dilaksanakan
 Kegiatan dilakukan oleh  Menyosialisasikan ketentuan
pihak yang berkompeten dan tatacara pelaksanaan
 Setiap kegiatan didukung kegiatan
dan dapat dibuktikan dengan  Warga yang memiliki
dokumen yang dipersyaratkan keterampilan melakukan
 Menyampaikan laporan pemantauan
perrtanggungjawaban
penggunaan dana secara
bertahap selama rentang waktu
pengerjaan kegiatan
 Membuka ruang bagi
masyarakat untuk melakukan
pemantauan
Tertib dan  Mencatat/membukukan
Disiplin setiap transaksi pada hari
Anggaran transaksi terjadi.
 Data keuangan konsiten
(tepat jumlah dan tepat
penggunaan)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 39


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Rencana Pembelajaran
SPB
Penatausahaan Keuangan
1.3 Desa

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat :
1. Menguraikan faktor-faktor kritis dalam
penatausahaan keuangan desa berdasarkan
pengalaman;

2. Menjelaskan prinsip mendasar dalam


penatausahaan keuangan desa;

3. Memfasilitasi proses evaluasi dokumen


penatausahaan keuangan desa.

Waktu

3 JP ( 135 menit )

Metode
Refleksi dan Umpan Balik, Curah Pendapat, Diskusi,
Penugasan Perorangan.

Media

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 40


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Lembar Umpan Balik, Dokumen Buku Kas Umum, Buku


Bank dan Buku Bantu Pajak, Kertas Kerja Perhitungan
Pajak

Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Proses Penyajian
1. Menjelaskan mengenai tujuan, hasil, dan proses dari
pembelajaran sub pokok bahasan “Penatausahaan Keuangan
Desa”.

Kegiatan 1: Refleksi mengidentifikasi faktor-faktor kritis


2. Minta peserta menceritakan pengalamannya dalam
fasilitasi penatausahaan keuangan Desa.

Kegiatan 2: Diskusi kelompok menguraikan faktor-faktor


kritis

3. Bagilah peserta menjadi beberapa kelompok. Minta


mereka melakukan diskusi kelompok dengan menggunakan
Lembar Kerja 1.3.1.

4. Minta salah satu kelompok mempresentasikan hasil


kerja kelompoknya dan beri kesempatan kelompok lain
untuk memberikan tanggapan.
5. Berikan tanggapan atas hasil kerja kelompok dan
berikan penegasan dengan menggunakan Media Fasilitasi
1.3.1.

Kegiatan 3: Kerja perorangan evaluasi dokumen


penatausahaan

6. Bagikan dokumen Buku Kas Umum, Buku Bank, Buku


Bantu Pajak dan Kertas Kerja Perhitungan Pajak kepada
setiap peserta;
7. Minta setiap peserta mengevaluasi dokumen dimaksud
(Lembar Kerja 1.3.2. a, b, c)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 41


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

8. Minta wakil peserta secara bergantian


mempresentasikan hasil kerjanya;
9. Minta peserta lain memberikan tanggapan;

10. Sebelum sesi ditutup, berikan penegasa tentang


penatausahaan keuangan Desa.

Lembar Kerja 1.3.1

Kegiatan Penatausahaan Masalah yang muncul Faktor Kritis


11. Penyusunan
Buku Kas Umum

12. Penyusunan
Buku Bank

13. Buku Bantu


Pajak

14. Kertas Kerja


Perhitungan Pajak

Media Fasilitasi 1.3.1

Kegiatan Masalah yang


Uraian Faktor Kritis
Penatausahaan muncul
1. Penyusunan - Penyiapan buku - Pencatatan - Disiplin
Buku Kas kas umum terpisah dilakukan tidak Bendahara
Umum dari buku bank tepat waktu - Kapasitas
- Pencatatan - Pencatatan tidak Bendahara
dilakukan tepat didukung
waktu dengan bukti
- Pencatatan yang valid
didukung dengan - Saldo buku kas
bukti yang valid tidak sama
dengan saldo

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 42


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

kas tunai

2. Penyusuna - Penyiapan - Pencatatan - Disiplin


n Buku Bank buku kas umum dilakukan tidak Bendahara
terpisah dari buku tepat waktu - Kapasitas
bank - Pencatatan Bendahara
- Pencatatan tidak didukung
dilakukan tepat dengan bukti
waktu yang valid
- Pencatatan - Saldo buku
didukung dengan bank tidak sama
bukti yang valid dengan saldo
buku rekening/
tabungan.

3. Buku Bantu - Penyiapan - Pencatatan - Disiplin


Pajak buku kas umum dilakukan tidak Bendahara
terpisah dari buku tepat waktu - Kapasitas
bank - Pencatatan Bendahara
- Pencatatan tidak didukung
dilakukan tepat dengan bukti
waktu yang valid.
- Pencatatan - Pencatatan
didukung dengan jenis pajak dan
kertas kerja tarif pajak yang
perhitungan pajak tidak benar.
- Jumlah
pajak yang
dipungut tidak
sama dengan
yang disetor ke
kas negara.

4. Kertas Kerja - Pengenaan Penerapan jenis - Disiplin


Perhitungan jenis pajak tepat pajak dan tarif Bendahara
Pajak - Perhitungan pajak yang tidak - Kapasitas
tarif pajak benar benar. Bendahara

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 43


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Lembar Kerja 1.3.2

Fokus Review Hasil Review Saran/Masukan/Rekomendasi

Buku Kas Umum

Buku Bank

Buku Bantu Pajak

Kertas Kerja
Perhitungan Pajak

Bahan Bacaan
SPB
Penatausahaan Keuangan
1.3
Desa

Pengantar

Penatausahaan adalah kegiatan yang nyaris dilakukan sepanjang tahun


anggaran. Kegiatan ini berrtupu pada tugas dan tanggungjawab Bendahara.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 44


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Ketekunan dan ketelitian menjadi syarat dalam melaksanakan kegiatan ini. Apa
saja ketentuan yang harus dipatuhi, tugas dan tanggung jawab Pengelola,
prosedur dan dokumen penatausahaan dipaparkan secara rinci pada Bab ini.
Pengertian
Penatausahaan adalah pencatatan seluruh transaksi keuangan, baik
penerimaan maupun pengeluaran uang dalam satu tahun anggaran.
Ketentuan Pokok Penatausahaan
Pengelola Keuangan Desa, khususnya Bendahara, wajib memahami beberapa
hal yang menjadi ketentuan pokok dalam Penatausahaan, agar kegiatan
Penatausahaan berlangsung secara benar dan tertib. Secara ringkas,
ketentuan pokok dimaksud disajikan pada tabel di bawah ini:
Transaksi/Kegiatan Ketentuan Pokok
Rekening Desa 1. Rekening Desa dibuka oleh Pemerintah Desa di bank
Pemerintah atau bank Pemerintah Daerah atas nama
Pemerintah Desa.
2. Spesimen atas nama Kepala Desa dan Bendahara Desa dengan
jumlah rekening sesuai kebutuhan.
Penerimaan Penerimaan dapat dilakukan dengan cara:
1. Disetorkan oleh bendahara desa
2. Disetor langsung oleh Pemerintah supra desa atau Pihak III
kepada Bank yang sudah ditunjuk
3. Dipungut oleh petugas yang selanjutnya dapat diserahkan
kepada Bendahara Desa atau disetor langsung ke Bank.
Penerimaan oleh bendahara desa harus disetor ke kas desa paling
lambat tujuh hari kerja dibuktikan dengan surat tanda setoran

Pungutan Pungutan dapat dibuktikan dengan:


1. Karcis pungutan yang disahkan oleh Kepala Desa
2. Surat tanda bukti pembayaran oleh Pihak III
3. Bukti pembayaran lainnya yang sah
Pengeluaran 1. Dokumen penatausahaan pengeluaran harus disesuaikan
dengan peraturan desa tentang APBDesa atau Peraturan Desa
tentang Perubahan APBDesa
2. Pengeluaran dilakukan melalui pengajuan Surat
Permintaan Pembayaran (SPP)

Tugas, Tanggung jawab, dan Prosedur Penatausahaan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 45


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

 Bendahara Desa wajib melakukan penatausahaan terhadap seluruh


penerimaan maupu pengeluaran.
 Bendahara Desa wajib mempertanggungjawabkan penerimaan uang
yang menjadi tanggungjawabnya melalui laporan pertanggungjawaban
penerimaan kepada kepala desa paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya.
 Kepala Seksi, selaku Pelaksana Kegiatan bertanggungjawab terhadap
tindakan pengeluaran yang menyebabkan atas beban anggaran belanja
kegiatan dengan mempergunakan buku pembantu kas kegiatan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan didesa.

Prosedur penatausahaan penerimaan


a. Prosedur Penerimaan melalui Bendahara Desa
Penyetoran langsung melalui Bendahara Desa oleh pihak ketiga,
dilakukan sesuai prosedur dan tatacara sebagai berikut:
1) Pihak ketiga/penyetor mengisi Surat Tanda Setoran
(STS)/tanda bukti lain.
2) Bendahara Desa menerima uang dan mencocokan dengan STS
dan tanda bukti lainya.
3) Bendahara Desa mencatat semua penerimaan
4) Bendahara Desa menyetor penerimaan ke rekening kas desa
5) Bukti setoran dan bukti penerimaan lainnya harus diarsipkan
secara tertib.

Dilarang..!!

Bendahara Desa dilarang:


 Membuka rekening atas nama pribadi di bank dengan tujuan pelaksanaan APBDes.
 Menyimpan uang, cek atau surat berharga, kecuali telah diatur melalui peraturan
perundang-undangan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 46


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

b. Prosedur Penerimaan melalui Bank


Penyetoran melalui bank oleh pihak ketiga dilakukan sesuai prosedur dan
tata- cara sebagai berikut:
1) Bank yang ditunjuk oleh Pemerintah Desa dlm rangka
menyimpan uang dan surat berharga lainnya yang ditetapkan
sebagai rekening kas desa.
2) Pihak ketiga/penyetor mengisi STS/tanda bukti lain sesuai
ketentuan yg berlaku.
3) Dokumen yg digunakan oleh bank meliputi :
 STS/Slip setoran
 Bukti penerimaan lain yg syah
4) Pihak ketiga/penyetor menyampaikan pemberitahuan
penyetoran yg dilakukan melalui bank kepada bendahara desa
dengan dilampiri bukti penyetoran/slip setoran bank yg syah.
5) Bendahara desa mencatat semua penerimaan yg disetor
melalui bank di Buku Kas Umum dan Buku Pembantu bank
berdasarkan bukti penyetoran/slip setoran bank
Buku Kas
Penatausahaan, baik penerimaan maupun pengeluaran dilakukan dengan
menggunakan:
1) Buku Kas Umum
Buku Kas Umum ini berfungsi untuk mencatat semua transaksi baik
penerimaan maupun pengeluaran yang berkaitan dengan kas (uang
tunai).

BUKU KAS UMUM


DESA …………………… KECAMATAN …………………………….
TAHUN ANGGARAN .......................

JUMLAH SALDO
PENGELUA
KODE PENERI- PENGELU NO
No. Tgl. URAIAN RAN
REKENING MAAN -ARAN BUKTI
KUMULATI
(Rp.) (Rp.) F
1 2 3 4 5 6 7 8 9

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 47


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

JUMLAH Rp. Rp.

……………., tanggal
…………………

MENGETAHUI
BENDAHARA DESA, KEPALA
DESA,

…………………………………..
…………………

2) Buku Kas Pembantu Pajak


Berfungsi untuk mencatat semua transaksi penerimaan dan
pengeluaran pajak (khususnya PPh Pasal 21 dan PPn), dalam kaitannya
Bendahara Desa sebagai Wajib Pungut (Wapu).

BUKU KAS PEMBANTU PAJAK


DESA …………………… KECAMATAN …………………………….
TAHUN ANGGARAN ........

PEMOTONGAN PENYETORAN SALDO


No TANGGAL URAIAN
(Rp.) (Rp.) (Rp.)
1 2 3 4 5 6

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 48


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

JUMLAH

....................tanggal.....................
......
Mengetahui

Kepala Desa Bendahara Desa

3) Buku Bank
Berfungsi untuk mencatat semua transaksi baik penerimaan maupun
pengeluaran yang terkait dengan bank (penarikan, penyetoran, dll).

BUKU BANK DESA


DESA …………………… KECAMATAN …………………………….
TAHUN ANGGARAN .........

BULAN :

BANK CABANG :

REK. NO. :
N TGL URAIAN BUKTI PEMASUKAN PENGELUARAN SALDO
o TRAN TRANSA TRANSAK
SETO BUNGA PENA PAJAK BIAYA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 49


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

RAN BANK RIKAN ADMINIS


(Rp.) TRASI
SAKSI KSI SI (Rp.) (Rp.) (Rp.) (Rp.)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

TOTAL TRANSAKSI BULAN INI


TOTAL TRANSAKSI KUMULATIF

……
MENGETAHUI
KEPALA DESA BENDAHARA DESA,

………………………………………….. ……………………………

Bukti Transaksi
Selain berupa Buku Kas, Buku Bank dan Buku Kas Pembantu, bukti
transaksi juga merupakan bagian dari penatausahaan dalam pengelolaan
keuangan. Tanpa bukti transaksi, transaksi bisa dianggap tidak sah.
Bukti transaksi adalah dokumen pendukung yang berisi data transaksi
yang dibuat setelah melakukan transaksi untuk kebutuhan pencatatan
keuangan. Di dalam suatu bukti transaksi minimal memuat data: pihak
yang mengeluarkan atau yang membuat. Bukti transaksi yang baik adalah
di dalamnya tertulis pihak yang membuat, yang memverifikasi, yang
menyetujui dan yang menerima.
Contoh Bukti Transaksi:
 Kuitansi: Merupakan bukti transaksi yang muncul akibat
terjadinya penerimaan uang sebagai alat pembayaran suatu
transaksi yang diterima oleh si penerima uang.
 Nota Kontan (Nota): Merupakan bukti pembelian atau
penjualan barang yang dibayar secara tunai.
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 50
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

 Faktur: Merupakan bukti pembelian atau penjualan barang


yang dibayar secara kredit.
 Memo Internal (Memo): Merupakan bukti transaksi internal
antara pihak-pihakdalam internal lembaga. Misalnya: Pemakaian
perlengkapan, penyusutan aktiva, penghapusan piutang, dll
 Nota Debit: Merupakan bukti pengembalian barang yang
dibuat oleh pembeli. Barang dikembalikan biasanya karena cacat
atau tidak sesuai pesanan.
 Nota Kredit: Merupakan bukti pengembalian barang yang
dibuat oleh penjual. Barang dikembalikan biasanya karena cacat
atau tidak sesuai pesanan

Nota

Kwitansi

Status dan Fungsi Dokumen Penatausahaan


Buku Kas (Umum, Pajak, Pembantu Kegiatan, dan Bank), dan bukti-bukti
transakasi adalah dokumen resmi milik Pemerintah Desa. Dokumen dimaksud
berfungsi untuk sumber data untuk keperluan pemeriksaan/audit, dan juga
sebagai barang bukti apabila diperlukan dalam proses hukum, dalam hal
terjadi dugaan penyelewengan keuangan, atau tindak pidana lain terkait
keuangan desa. Dengan demikian, tindakan secara sengaja menghilangkan,
merusak, mengubah, seluruh atau sebagaian dokumen dimaksud adalah
tindakan melawan hukum.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 51


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Mewujudkan Asas PKD dalam Kegiatan Penatausahaan


Bagaimana agar azas-azas Pengelolaan Keuangan Desa mewujud dalam
kegiataan Penatausahaan?
Asas Penerjemahannya dalam Yang dibutuhkan….
Penatausahaan
Partisipasi Membuka peluang bagi kegiatan audit Warga yang memiliki kemampuan
partisipatif (pengetahuan dan ketermpilan)
untuk meoakukan audit keuangan
dan.atau proses
Transparan Mengumumkan secara terbuka
Laporan Bulanan Bendahara
Akuntabel  Laporan bulanan Bendahara
dilakukan secara rutin
 Dilakukan rekonsiliasi rekening
setiap bulan
Tertib dan  Laporan bulanan Bendahara
Disiplin dilakukan tepat waktu
Anggaran  Laporan bulanan Bendahara
memuat semua transaksi dalam
satu bulan laporan
 Data keuangan yang
disampaikan konsisten
 Setiap transaksi dapat
dibuktikan dengan bukti transaksi
yang sah

SPB Rencana Pembelajaran

1.4 Pelaporan Keuangan Desa

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 52


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat :
1. Menguraikan faktor-faktor kritis dalam pelaporan
keuangan desa berdasarkan pengalaman;

2. Menjelaskan prinsip mendasar dalam pelaporan


keuangan desa;

3. Memfasilitasi proses evaluasi dokumen laporan


keuangan desa.

Waktu

2 JP ( 90 menit )

Metode
Refleksi dan Umpan Balik, Curah Pendapat, Diskusi
Kelompok, Penugasan Kelompok.

Media
 Lembar Umpan Balik

 Laporan Realisasi APB Desa Semester 1 dan 2

 Laporan Realisasi Pelaksanaan APB Desa

Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Proses Penyajian
1. Menjelaskan mengenai tujuan, hasil, dan proses
pembelajaran dari sub pokok bahasan “Pelaporan
Keuangan Desa”.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 53


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Kegiatan 1: Refleksi mengidentifikasi faktor-faktor kritis


2. Minta peserta menceritakan pengalamannya dalam
fasilitasi pelaporan keuangan Desa.

Kegiatan 2: Diskusi kelompok menguraikan faktor-faktor


kritis

3. Bagi peserta menjadi beberapa kelompok;

4. Minta setiap kelompok berdiskusi dengan


menggunakan Lembar Kerja 1.4.1.

5. Minta salah satu kelompok mempresentasikan hasil


kerja kelompoknya.

6. Minta kelompok lain menanggapi;

7. Berikan penegasan dengan menggunakan Media


Fasilitasi 1.4.1.

Kegiatan 3: Penugasan kelompok evaluasi dokumen


pelaporan

8. Bagi peserta menjadi beberapa kelompok

9. Bagikan dokumen Laporan realisasi APB Desa Semester


1, 2 dan Laporan Realisasi pelaksanaan APB Desa kepada
setiap kelompok;

10. Minta setiap kelompok mengevaluasi dokumen


dimaksud (Lembar Kerja 1.4.2)

11. Minta kelompok secara bergantian mempresentasikan


hasil kerjanya;

12. Minta kelompok lain memberikan tanggapan;

13. Berikan penegasan.

Kegiatan 4: Curah pendapat memahami hubungan


Instrumen dengan prinsip

14. Minta peserta menjelaskan apa fungsi yang mendasar


dari instrumen atau form-form pengelolaan keuangan ini;

15. Minta peserta menjelaskan apa hubungan instrumen


itu dengan prinsip-prinsip tata kelola Desa;

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 54


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

16. Sebelum sesi ditutup, beri penegasan tentang


pelaporan keuangan desa.

Fungsi form-form yaitu untuk menjamin kerja yang terarah, disiplin, tertib,
terukur. Hubungannya dengan prinsip tersebut adalah instrumen/form
menjadi sarana untuk merealisasikan prinsip-prinsip transparansi dan
akuntabilitas.

Lembar Kerja 1.4.1

Kegiatan Pelaporan Masalah yang muncul Faktor Kritis

Laporan Semester 1

Laporan Semester 2

Laporan realisasi pelaksanaan


APB Desa

Media Fasilitasi 1.4.1

Kegiatan Masalah yang


Uraian Faktor Kritis
Penatausahaan muncul
- Realisasi - Dokumen
Laporan Semester 1 Pendapatan lampiran tidak
- Realisasi Belanja lengkap
- Realisasi - Bukti transaksi
Pembiayaan belanja tidak
lengkap
- Kesalahan
pencatatan
kategori belanja

- Realisasi - Dokumen
Laporan Semester 2 Pendapatan lampiran tidak
- Realisasi Belanja lengkap
- Realisasi - Bukti transaksi
Pembiayaan belanja tidak

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 55


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

- SILPA lengkap
- Kesalahan
pencatatan
kategori belanja

- Realisasi
Laporan realisasi Pendapatan
pelaksanaan APB - Realisasi Belanja
Desa - Realisasi
Pembiayaan
- SILPA
- Kelengkapan
Dokumen (Laporan
kekayaan milik Desa,
Laporan yang masuk
di Desa

Lembar Kerja 1.3.2


Fokus Evaluasi Hasil Evaluasi Saran/Masukan/Rekomendasi

Buku Kas Umum

Buku Bank

Buku Bantu Pajak

Kertas Kerja
Perhitungan Pajak

LAPORAN REALISASI PELAKSANAAN


ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA
SEMESTER PERTAMA
PEMERINTAH DESA…………..
TAHUN ANGGARAN………….

KODE URAIAN JUMLAH JUMLAH LEBIH/ KET.


REKENIN ANGGARAN REALISASI KURANG
G (Rp.) (Rp.) (Rp.)
1 2 3 4

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 56


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

1 PENDAPATAN
1 1 Pendapatan Asli Desa
1 1 1 Hasil Usaha
1 1 2 Swadaya, Partisipasi dan
Gotong Royong
1 1 3 Lain-lain Pendapatan Asli
Desa yang sah

1 2 Pendapatan Transfer
1 2 1 Dana Desa
1 2 2 Bagian dari hasil pajak
&retribusi daerah
kabupaten/ kota
1 2 3 Alokasi Dana Desa
1 2 4 Bantuan Keuangan
1 2 4 1 Bantuan Provinsi
1 2 4 2 Bantuan Kabupaten /
Kota

1 3 Pendapatan Lain lain


1 3 1 Hibah dan Sumbangan
dari pihak ke-3 yang tidak
mengikat
1 3 2 Lain-lain Pendapatan
Desa yang sah

JUMLAH PENDAPATAN

2 BELANJA
2 1 Bidang Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa
2 1 1 Penghasilan Tetap dan
Tunjangan
2 1 1 1 Belanja Pegawai:
- Penghasilan Tetap
Kepala Desa dan
Perangkat
- Tunjangan Kepala
Desa dan Perangkat
- Tunjangan BPD
2 1 2 Operasional Perkantoran
2 1 2 2 Belanja Barang dan Jasa
- Alat Tulis Kantor
- Benda POS
- Pakaian Dinas dfan
Atribut
- Pakaian Dinas
- Alat dan Bahan
Kebersihan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 57


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

- Perjalanan Dinas
- Pemeliharaan
- Air, Listrik,dasn
Telepon
- Honor
- dst…………………..

2 1 2 3 Belanja Modal
- Komputer
- Meja dan Kursi
- Mesin TIK
- dst……………………
..

2 1 3 Operasional BPD
2 1 3 2 Belanja Barang dan Jasa
- ATK
- Penggandaan
- Konsumsi Rapat
- dst
…………………….

2 1 4 Operasional RT/ RW
2 1 4 2 Belanja Barang dan Jasa
- ATK
- Penggadaan
- Konsumsi Rapat
- dst
………………………….

2 2 Bidang Pelaksanaan
Pembangunan Desa
2 2 1 Perbaikan Saluran Irigasi
2 2 1 2 Belanja Barang dan jasa
- Upah Kerja
- Honor
- dst………………..
2 2 1 3 Belanja Modal
- Semen
- Material
- dst…………

2 2 2 Pengaspalan jalan desa


2 2 2 2 Belanja Barang dan Jasa :
- Upah Kerja
- Honor

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 58


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

- dst……………………
……………..
2 2 2 3 Belanja Modal:
- Aspal
- Pasir
- dst ……………

2 2 3 Kegiatan……………………
………

2 3 Bidang Pembinaan
Kemasyarakatan
2 3 1 Kegiatan Pembinaan
Ketentraman dan
Ketertiban
2 3 1 2 Belanja Barang dan Jasa:
- Honor Pelatih
- Konsumsi
- Bahan Pelatihan
- dst…………………

2 3 2 Kegiatan…………………….

2 4 Bidang Pemberdayaan
Masyarakat
2 4 1 Kegiatan Pelatihan Kepala
Desa dan Perangkat
2 4 1 2 Belanja Barang dan Jasa:
- Honor pelatih
- Konsumsi
- Bahan pelatihan
- dst…………………

2 4 2 Kegiatan……………………
…..

2 5 Bidang Tak Terduga


2 5 1 Kegiatan Kejadian Luar
Biasa
2 5 1 2 Belanja Barang dan Jasa:
- Honor tim
- Konsumsi
- Obat-obatan
- dst……………………

2 5 2 Kegiatan……………………

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 59


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

JUMLAH BELANJA
SURPLUS / DEFISIT

3 PEMBIAYAAN
3 1 Penerimaan Pembiayaan
3 1 1 SILPA
3 1 2 Pencairan Dana Cadangan
3 1 3 Hasil Kekayaan Desa
Yang di pisahkan
JUMLAH ( RP )

3 2 Pengeluaran Pembiayaan
3 2 1 Pembentukan Dana
Cadangan
3 2 2 Penyertaan Modal Desa
JUMLAH ( RP )

DISETUJUI OLEH
KEPALA DESA ………………………

TTD
(……………………………….)

Lembar Kerja Kelompok

LAPORAN REALISASI PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN


DAN BELANJA DESA
SEMESTER AKHIR TAHUN
PEMERINTAH DESA…………..
TAHUN ANGGARAN………….

KODE URAIAN JUMLAH JUMLAH LEBIH/ KET.


REKENIN ANGGARAN REALISASI KURANG
G (Rp.) (Rp.) (Rp.)
1 2 3 4

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 60


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

PINDAHAN SALDO (SEMESTER


PERTAMA )
1 PENDAPATAN
1 1 Pendapatan Asli Desa
1 1 1 Hasil Usaha
1 1 2 Swadaya, Partisipasi dan Gotong
Royong
1 1 3 Lain-lain Pendapatan Asli Desa
yang sah

1 2 Pendapatan Transfer
1 2 1 Dana Desa
1 2 2 Bagian dari hasil pajak &retribusi
daerah kabupaten/ kota
1 2 3 Alokasi Dana Desa
1 2 4 Bantuan Keuangan
1 2 4 1 Bantuan Provinsi
1 2 4 2 Bantuan Kabupaten / Kota

1 3 Pendapatan Lain lain


1 3 1 Hibah dan Sumbangan dari
pihak ke-3 yang tidak mengikat
1 3 2 Lain-lain Pendapatan Desa yang
sah

JUMLAH PENDAPATAN

2 BELANJA
2 1 Bidang Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa

2 1 1 Penghasilan Tetap dan


Tunjangan
2 1 1 1 Belanja Pegawai:
- Penghasilan Tetap Kepala
Desa dan Perangkat

- Tunjangan Kepala Desa


dan Perangkat

- Tunjangan BPD
2 1 2 Operasional Perkantoran
2 1 2 2 Belanja Barang dan Jasa
- Alat Tulis Kantor
- Benda POS
- Pakaian Dinas dfan
Atribut
- Pakaian Dinas
- Alat dan Bahan
Kebersihan
- Perjalanan Dinas
- Pemeliharaan
- Air, Listrik,dasn Telepon
- Honor

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 61


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

- dst…………………..

2 1 2 3 Belanja Modal
- Komputer
- Meja dan Kursi
- Mesin TIK
- dst……………………..

2 1 3 Operasional BPD
2 1 3 2 Belanja Barang dan Jasa
- ATK
- Penggandaan
- Konsumsi Rapat
- dst …………………….
2 1 4 Operasional RT/ RW
2 1 4 2 Belanja Barang dan Jasa
- ATK
- Penggadaan
- Konsumsi Rapat
- dst ………………………….

2 2 Bidang Pelaksanaan
Pembangunan Desa
2 2 1 Perbaikan Saluran Irigasi
2 2 1 2 Belanja Barang dan jasa
- Upah Kerja
- Honor
- dst………………..
2 2 1 3 Belanja Modal
- Semen
- Material
- dst…………

2 2 2 Pengaspalan jalan desa


2 2 2 2 Belanja Barang dan Jasa :
- Upah Kerja
- Honor
- dst……………………………
……..
2 2 2 3 Belanja Modal:
- Aspal
- Pasir
- dst ……………

2 2 3 Kegiatan……………………………

2 3 Bidang Pembinaan
Kemasyarakatan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 62


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

2 3 1 Kegiatan Pembinaan
Ketentraman dan Ketertiban
2 3 1 2 Belanja Barang dan Jasa:
- Honor Pelatih
- Konsumsi
- Bahan Pelatihan
- dst…………………
2 3 2 Kegiatan…………………….

2 4 Bidang Pemberdayaan
Masyarakat
2 4 1 Kegiatan Pelatihan Kepala Desa
dan Perangkat
2 4 1 2 Belanja Barang dan Jasa:
- Honor pelatih
- Konsumsi
- Bahan pelatihan

- dst…………………

2 4 2 Kegiatan………………………..

2 5 Bidang Tak Terduga


2 5 1 Kegiatan Kejadian Luar Biasa
2 5 1 2 Belanja Barang dan Jasa:
- Honor tim
- Konsumsi
- Obat-obatan
- dst……………………

2 5 2 Kegiatan………………………

JUMLAH BELANJA

SURPLUS / DEFISIT

3 PEMBIAYAAN
3 1 Penerimaan Pembiayaan
3 1 1 SILPA
3 1 2 Pencairan Dana Cadangan
3 1 3 Hasil Kekayaan Desa Yang di
pisahkan
JUMLAH ( RP )

3 2 Pengeluaran Pembiayaan
3 2 1 Pembentukan Dana Cadangan
3 2 2 Penyertaan Modal Desa
JUMLAH ( RP )

DISETUJUI OLEH
KEPALA DESA ………………………

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 63


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

TTD
(……………………………….)

RANCANGAN PERATURAN DESA ......................


NOMOR ............ TAHUN..........
TENTANG
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN REALISASI PELAKSANAAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA
TAHUN ANGGARAN ..................

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA DESA .......................

Menimbang : Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal .... Peraturan Daerah


Kabupaten ........ Nomor ... Tahun ......
tentang ..................., Kepala Desa wajib menyusun
Peraturan Desa tentang Laporan Pertanggungjawaban
Realisasi Pelaksanaan Anggaran Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa ........................... Tahun Anggaran;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa


(Lembaran Negara tahun Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5495)
2. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Undang Nomor 6
tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 213, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5539);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014
tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 168, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5558);
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor ..............
Tahun ........ tentang Pengelolaan Keuangan Desa;
5. Peraturan Daerah Kabupaten ..........
Nomor .............. Tahun ........ tentang .......................
(Lembaran daerah Kabupaten .................. Tahun ............
Nomor ..... );
6. Dst....

Dengan Kesepakatan Bersama

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ...................

MEMUTUSKAN

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 64


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Menetapkan : RANCANGAN PERATURAN DESA ................


TENTANG LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN
REALISASI PELAKSANAAN ANGGARAN ANGGARAN
PENDAPATAN DAN BELANJA DESA ...........................
TAHUN ANGGARAN 20........MENJADI PERATURAN
DESA ........................... TENTANG LAPORAN
PERTANGGUNGJAWABAN REALISASI PELAKSANAAN
ANGGARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN
BELANJA DESA ........................... TAHUN
ANGGARAN 20........

Pasal 1
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Tahun Anggaran ...... dengan rincian
sebagai berikut:
1. Pendapatan Desa
Rp…....................
2. Belanja Desa
a. Bidang Penyelenggaraan Pemerintah Desa Rp….........................
b. Bidang Pembangunan Rp….........................
c. Bidang Pembinaan Kemasyarakatan Rp….........................
d. Bidang Pemberdayaan Masyarakat Rp….........................
e. Bidang Tak Terduga Rp….........................
Jumlah Belanja Rp….........................
Surplus/Defisit Rp…......................
= = = = = = = = = ===
3. Pembiayaan Desa
a. Penerimaan Pembiayaan Rp. ……...................
b. Pengeluaran Pembiayaan Rp. .........................
Selisih Pembiayaan ( a – b ) Rp…….....................
= = = = = = = = = =====

Pasal 2

Uraian lebih lanjut mengenai hasil pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa sebagaimana dimaksud Pasal 1, tercantum dalam lampiran Peraturan Desa ini
terdiri dari:
1. Lampiran I : Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan
APBDesaTahun Anggaran .........;
2. Lampiran II : Laporan Program Sektoral dan Program Daerah yang masuk ke
desa.

Pasal 3

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 65


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Lampiran-lampiran sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 merupakan bagian yang


tidak terpisahkan dari Peraturan Desa ini.
Pasal 4
Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan
Desa ini dalam Lembaran Desa dan berita Desa oleh Sekretaris Desa.

Ditetapkan di ................
Pada tanggal .................
KEPALA DESA ...................

...........................................
...

Lampiran I Peraturan Desa


Nomor : .........
Tentang : Laporan Pertanggungjawaban
Realisasi Pelaksanaan APBDesa
Tahun Anggaran ......

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN REALISASI PELAKSANAAN


APBDesa
PEMERINTAH DESA …………………
TAHUN ANGGARAN………………….

KODE URAIAN ANGGARAN REALISAS LEBIH/ KET.


REKENING I KURANG
(Rp.) (Rp.)
(Rp.)
1 2 3 4 5 6
1 PENDAPATAN
1 1 Pendapatan Asli Desa
1 1 1 Hasil Usaha
1 1 2 Swadaya, Partisipasi dan Gotong
Royong
1 1 3 Lain-lain Pendapatan Asli Desa
yang sah

1 2 Pendapatan Transfer
1 2 1 Dana Desa
1 2 2 Bagian dari hasil pajak
&retribusi daerah kabupaten/
kota
1 2 3 Alokasi Dana Desa
1 2 4 Bantuan Keuangan
1 2 4 1 Bantuan Provinsi
1 2 4 2 Bantuan Kabupaten / Kota

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 66


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

1 3 Pendapatan Lain lain


1 3 1 Hibah dan Sumbangan dari
pihak ke-3 yang tidak mengikat
1 3 2 Lain-lain Pendapatan Desa yang
sah

JUMLAH PENDAPATAN

2 BELANJA
2 1 Bidang Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa
2 1 1 Penghasilan Tetap dan
Tunjangan
2 1 1 1 Belanja Pegawai:
- Penghasilan Tetap Kepala
Desa dan Perangkat
- Tunjangan Kepala Desa
dan Perangkat
- Tunjangan BPD
2 1 2 Operasional Perkantoran
2 1 2 2 Belanja Barang dan Jasa
- Alat Tulis Kantor
- Benda POS
- Pakaian Dinas dfan
Atribut
- Pakaian Dinas
- Alat dan Bahan
Kebersihan
- Perjalanan Dinas
- Pemeliharaan
- Air, Listrik,dasn Telepon
- Honor
- dst…………………..

2 1 2 3 Belanja Modal
- Komputer
- Meja dan Kursi
- Mesin TIK
- dst……………………..

2 1 3 Operasional BPD
2 1 3 2 Belanja Barang dan Jasa
- ATK
- Penggandaan
- Konsumsi Rapat

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 67


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

- dst …………………….

2 1 4 Operasional RT/ RW
2 1 4 2 Belanja Barang dan Jasa
- ATK
- Penggadaan
- Komsumsi Rapat
- dst ………………………….

2 2 Bidang Pelaksanaan
Pembangunan Desa
2 2 1 Perbaikan Saluran Irigasi
2 2 1 2 Belanja Barang dan jasa
- Upah Kerja
- Honor
- dst………………..
2 2 1 3 Belanja Modal
- Semen
- Material
- dst…………

2 2 2 Pengaspalan jalan desa


2 2 2 2 Belanja Barang dan Jasa :
- Upah Kerja
- Honor
- dst……………………………
……..
2 2 2 3 Belanja Modal:
- Aspal
- Pasir
- dst ……………

2 2 3 Kegiatan……………………………

2 3 Bidang Pembinaan
Kemasyarakatan
2 3 1 Kegiatan Pembinaan
Ketentraman dan Ketertiban
2 3 1 2 Belanja Barang dan Jasa:
- Honor Pelatih
- Konsumsi
- Bahan Pelatihan
- dst…………………

2 3 2 Kegiatan…………………….

2 4 Bidang Pemberdayaan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 68


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Masyarakat
2 4 1 Kegiatan Pelatihan Kepala Desa
dan Perangkat
2 4 1 2 Belanja Barang dan Jasa:
- Honor pelatih
- Konsumsi
- Bahan pelatihan
- dst…………………

2 4 2 Kegiatan……………………….

2 5 Bidang Tak Terduga


2 5 1 Kegiatan Kejadian Luar Biasa
2 5 1 2 Belanja Barang dan Jasa:
- Honor tim
- Konsumsi
- Obat-obatan
- dst……………………

2 5 2 Kegiatan………………………

JUMLAH BELANJA

SURPLUS / DEFISIT

3 PEMBIAYAAN
3 1 Penerimaan Pembiayaan
3 1 1 SILPA
3 1 2 Pencairan Dana Cadangan
3 1 3 Hasil Kekayaan Desa Yang di
pisahkan
JUMLAH ( RP )

3 2 Pengeluaran Pembiayaan
3 2 1 Pembentukan Dana Cadangan
3 2 2 Penyertaan Modal Desa
JUMLAH ( RP )

- Pembiayaan Netto
(PENERIMAAN PEMBIAYAAN –
PENGELUARAN
PEMBIAYAAN )
- SILPA tahun berjalan
(SELISIH ANTARA
PEMBIAYAAN NETTO DENGAN
HASIL SURPLUS/DEFISIT)

TANGGAL ..............................

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 69


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

TTD
(KEPALA DESA ..............)

Lampiran II Peraturan Desa


Nomor : .........
Tentang : Laporan Kekayaan Milik Desa
Sampai Dengan 31 Desember 20...

LAPORAN KEKAYAAN MILIK DESA


SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20...

URAIAN TAHUN N TAHUN N-1


(Tahun Periode (Tahun
Pelaporan) Sebelumnya)
I. ASET DESA
A. ASET LANCAR
1. Kas Desa
a. Uang kas di Bendahara Desa
b. Rekening Kas Desa
2. Piutang
a. Piutang Sewa Tanah
b. Piutang Sewa Gedung
c. dst......
3. Persediaan
a. Kertas Segel
b. Materai
c. dst......
JUMLAH ASET LANCAR

B. ASET TIDAK LANCAR


1. Investasi Permanen
- Penyertaan Modal Pemerintah Desa
2. Aset Tetap
- Tanah
- Peralatan dan Mesin
- Gedung dan bangunan
- Jalan, Jaringan dan Instalasi
- dst.......
3. Dana Cadangan
- Dana Cadangan
4. Aset tidak lancar Lainnya

JUMLAH ASET TIDAK LANCAR

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 70


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

JUMLAH ASET (A + B)

II. KEWAJIBAN JANGKA PENDEK


JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

JUMLAH KEKAYAAN BERSIH( I – II )

TANGGAL ..............................
TTD
(KEPALA DESA ..............)

Penjelasan tabel:

1. Aset desa adalah barang milik desa yang berasal dari


kekayaan asli desa, dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan hak lainnya yang
sah.
2. Uang kas adalah uang milik Pemerintah Desa, baik yang
disimpan di Bendahara Desa maupun di rekening kas desa.
3. Piutang Desa adalah tagihan uang desa kepada pihak yang
mengelola kekayaan desa, antara lain berupa tanah, gedung yang
diharapkan akan dilunasi dalam waktu paling lama 1 (satu) tahun
anggaran sejak ditetapkannya kerjasama tersebut.
4. Persediaan adalah suatu kekayaan berupa barang milik
pemerintah desa yang dinilai dengan uang baik berupa uang
kertas maupun surat berharga dalam periode normal, antara lain
kertas segel, materai, deposito, giro.
5. Aset Desa tidak lancar meliputi penyertaan modal pemerintah
desa dan aset tetap milik desa antara lain tanah, peralatan dan
mesin, gedung dan bangunan, jalan, jaringan dan instalasi.
6. Dana cadangan adalah dana yang disisikan untuk
menampung kebutuhan yang memerlukan dana yang relatif besar
yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran.
7. Kewajiban adalah utang yang timbul karena adanya
pinjaman oleh Pemerintah.
8. Kekayaan bersih adalah selisih antara aset dan kewajiban
pemerintah desa.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 71


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Lampiran III Peraturan Desa


Nomor : .........
Tentang : Program Sektoral dan Program
Daerah yang masuk Ke Desa

PROGRAM SEKTORAL DAN PROGRAM DAERAH YANG MASUK KE DESA

Tanggal : ...…………
Desa : ……………
Kecamatan : ……………
Kabupaten : ..…………

Jenis Lokasi Rincian Sumber Jumlah


No. Volume Satuan
Kegiatan Kegiatan Kegiatan Dana (Rp)

Sub Total Jenis Kegiatan (1) Rp.

Sub Total Jenis Kegiatan (2) Rp.

Sub Total Jenis Kegiatan (3) Rp.

Sub Total (4) Rp.


Total (1 s/d 4) Rp.

tanggal, ..................
..
Kepala Desa

(.............................)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 72


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Bahan Bacaan
SPB
Pelaporan dan
1.4 Pertanggungjawaban
Pengelolaan Keuangan Desa

Pengantar
Pelaporan dan Pertanggungjawaban adalah babakan terakhir dalam siklus
Pengelolaan Keuangan Desa. Hal-hal pokok yang perlu dipahami berkenaan
dengan Bab ini mencakup: pengertian dan makna laporan
pertanggungjawaban, tahap, prosedur, dan tatacara penyampaian laporan
pertanggungjawaban. Selain itu perlu dihayati bahwa pada hakikatnya laporan
pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Desa adalah pemenuhan
tanggungjawab kepada masyarakat-rakyat desa atas pengelolaan uang dan
kepentingan rakyat oleh Pemerintah Desa.
Pelaporan
Pelaporan merupakan salah satu mekanisme untuk mewujudkan dan
menjamin akuntabiltas pengelolaan keuangan desa, sebagaimana ditegaskan
dalam asas Pengelolaan Keuangan Desa (Asas Akuntabel). Hakikat dari
pelaporan ini adalah Pengelolaan Keuangan Desa dapat
dipertanggungjawabkan dari berbagai aspek: Hukum, administrasi, maupun
moral. Dengan demikian, pelaporan pengelolaan keuangan desa menjadi
kewajiban PemerintaD desa sebagai bagian tak terpisahkan dari
penyelengaraan pemerintahan desa.
Fungsi
Pelaporan sebagai salah satu alat pengendalian untuk:
 Mengetahui kemajuan pelaksanaan kegiatan, dan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 73


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

 Mengevaluasi berbagai aspek (hambatan, masalah, faktor-


faktor berpengaruh, keberhasilan, dan sebagainya) terkait pelaksaan
kegiatan
Prinsip
Hal-hal penting atau prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan
pelaporan ini, antara lain:
a) Menyajikan informasi data yang valid, akurat dan terkini.
b) Sistematis (mengikuti kerangka pikir logis)
c) Ringkas dan jelas
d) Tepat waktu sesuai kerangka waktu yang telah ditetapkan dalam
Permendagri
Tahap, dan Prosedur Penyampaian Laporan
Pelaporan yang dimaksud dalam Pengelolaan Keuangan Desa adalah
penyampaian laporan realisasi/pelaksanaan APB Desa secara tertulis oleh
Kepala Desa (Pemerintah Desa) kepada Bupati/Walikota sesuai ketentuan
yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang dipilah
dalam dua tahap:
 Laporan Semester Pertama disampaikan oleh Kepala Desa
kepada Bupati/Walikota paling lambat pada akhir bulan Juli tahun
berjalan
 Laporan Semester Kedua/Laporan Akhir disampaiakan oleh
Kepala Desa kepada Bupati/Walikota paling lambat pada akhir bulan
Januari tahun berikutnya.
Dokumen
Dokumen laporan yang disampaikan adalah
1. Form Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDesa Semester I, untuk
Laporan Semester I
2. Form Realisasi Laporan Akhir, Untuk laporan akhir
Laporan Pertanggungjawaban
Laporan Pertanggungjawaban ini pada dasarnya adalah laporan realisasi
pelaksanaan APBDesa yang disampaikan oleh Kepala Desa kepada
Bupati/Walikota setelah tahun anggaran berakhir pada 31 Desember setiap
tahun. Laporan pertanggungjawaban ini harus dilakukan oleh Kepala Desa
paling lambat pada akhir bulan Januari tahun berikutnya.
Laporan Pertanggungjawaban ini ditetapkan dengan Peraturan Desa dengan
menyertakan lampiran:

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 74


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

1. Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APB Desa


sesuai Form yang ditetapkan.
2. Laporan Kekayaan Milik Desa, dan
3. Laporan Program Sektoral dan Program Daerah yang masuk
ke Desa
Pertanggungjawaban Kepada Masyarakat
Sejalan dengan prinsip transparansi, akuntabel, dan partisipatif yang
merupakan ciri dasar tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance),
maka pertanggungjawaban tidak hanya disampaikan kepada pemerintah
yang berwenang, tetapi juga harus disampaikan kepada masyarakat baik
langsung maupun tidak langsung.
Secara langsung, pertanggungjawaban kepada masyarakat bisa disampaikan
melalui Musyawarah Desa sebagai forum untuk membahas hal-hal strategis,
yang dihadiri BPD dan unsur-unsur masyarakat lainnya. Selain itu, laporan
pertanggungjawaban juga dapat disebarluaskan melalui berbagai sarana
komunikasi dan informasi: papan Informasi Desa, web site resmi pemerintah
kabupaten atau bahkan desa.
Penyampaian Informasi Laporan Kepada Masyarakat
Ditegaskan dalam asas pengelolaan keuangan adanya asas partisipatif. Hal
itu berarti dalam pengelolaan keuangan desa harus dibuka ruang yang luas
bagi peran aktif masyarakat. Sejauh yang ditetapkan dalam Permendagri,
Laporan realisasi dan laporan pertanggungjawaban realisasi/pelaksanaan
APBDesa wajib diinformasikan secara tertulis kepada masyarakat dengan
menggunakan media yang mudah diakses oleh masyarakat.
Maksud pokok dari penginformasian itu adalah agar seluas mungkin
masyarakat yang mengetahui berbagai hal terkait dengan kebijakan dan
realisasi pelaksanaan APBDesa. Dengan demikian, masyarakat dapat
memberikan masukan, saran, koreksi terhadap pemerintah desa, baik yang
berkenaan dengan APBDesa yang telah maupun yang akan dilaksanakan.
Mewujudkan Asas PKD dalam Kegiatan Pelaporan dan
Pertanggungjawaban
Sebagaimana telah dinyatakan di atas bahwa hakikat Pelaporan dan
Pertanggungjawaban adalah Pengelolaan Keuangan Desa dapat
dipertanggungjawabkan dari berbagai aspek: Hukum, administrasi, maupun
moral. Hal itu dapat dipenuhi apabila azas-azas Pengelolaan Keuangan Desa
diwujudkan secara baik dan benar.
Asas Penerjemahannya dalam Pelaporan dan Yang dibutuhkan
Pertanggungjawaban
Partisipasi Membuka ruang bagi masyarakat untuk Mengagendakan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 75


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

mencermati laporan pertanggungjawaban penyampaian Laporan


Pengelolaan Keuangan Desa pertanggungjawaban dalam
Musyawarah Desa
Transparansi  Menginformasikan secara terbuka  Pengelolaan secara
Laporan realisasi/pelaksanaan APBDesa efektif media/sarana
 Menyampaikan Laporan penyampaian informasi
Pertanggungjawaban dalam forum  Aspirasi masyarakat
Musyawarah Desa agar LPj diagendakan
dalam Musyawarah Desa
Akuntabel  Laporan Semester I dan Laporan  Warga yang memiliki
akhir sesuai Form yang telah ditetapkan pengethuan terkait
 Isi/materi Lapaoran sesuai laporan
 Dokumen Laporan pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban sesuai ketentuan Pengelolaan Keuangan
 Laporan Pertanggungjawaban Desa
disusun melalui proses pembahasan  Warga yang peduli
dengan BPD dan menaruh perhatian
 Laporan disampaikan kepada terhadap laporan
Bupati/Walikota sesuai ketentuan pertanggungjawaban
 Laporan diinformasikan kepada Pengelolaan Keuangan
masyarakat secara terbuka Desa
Tertib dan  Laporan dilakukan tepat waktu Audit proses dan keuangan.
Disiplin  Data dalam laporan
Anggaran konsisten/sesuai
 Data keuangan dalam laporan
tepat jumlah

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 76


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 77


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Pokok Bahasan 2
PENGEMBANGAN
EKONOMI PERDESAAN

SPB
Rencana Pembelajaran
2.1
Pokok Kebijakan
Pengembangan Ekonomi
Kawasan Perdesaan
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 78
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menguraikan pokok kebijakan pengembangan
ekonomi perdesaan;
2. Menjelaskan alasan mendasar perlunya BUMADES
dan BUM Desa Bersama.

Waktu
1 JP ( 45 menit)

Metode
Ceramah, Curah pendapat, Diskusi

Media
 Lembar Curah Pendapat

 SlidePresentasi

Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, dan LCD

Proses Penyajian
1. Fasilitator menjelaskan tujuan, hasil, dan proses yang
diharapkan dari sub pokok bahasan“Pokok Kebijakan
Pengembangan Ekonomi Kawasan Perdesaan”.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 79


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

2. Bagilah peserta kedalam empat kelompok, kemudian


tugaskan masing-masing kelompok untuk melakukan speed
reading dan diskusi selama 15 menit, tentang hal-hal berikut:

 Pengertian kawasan perdesaan dan potensi ekonomi


yang terdapat di kawasan perdesaan;

 Pokok-pokok kebijakan pengembangan ekonomi


kawasan perdesaan;

 Alasan perlunya badan usaha antar desa.

3. Minta satu kelompok untuk menyampaikan hasil


diskusinya, berikan kesempatan bagi kelompok lain untuk
memberikan tanggapan.
4. Fasilitator memberikan komentar terhadap proses
diskusi, kemudian memberikan penjelasan dengan
menggunakan media tayang tentang pokok kebijakan
pengembangan ekonomi kawasan perdesaan dan perlunya
badan usaha antar desa.

Rencana Pembelajaran
SPB
2.2 Analisis Pengembangan
Ekonomi Kawasan Perdesaan

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Mengidentifikasi potensi pengembangan ekonomi
kawasan perdesaan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 80


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

2. Merumuskan strategi pengembangan ekonomi


perdesaan

Waktu
2 JP ( 90 menit)

Metode
Curah Pendapat, Diskusi kelompok, studi kasus

Media
Lembar Diskusi, Slide Presentasi, Lembar Kerja

Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, dan LCD

Proses Penyajian
1. Menjelaskan tujuan, hasil, dan proses yang diharapkan
dari subpokok bahasan“Analisis Pengembangan Ekonomi
Kawasan Perdesaan”.

2. Bagi peserta ke dalam empat atau lima kelompok,


tugaskan mereka untuk mempelajari kasus di lembar kasus
“Potensi Ekonomi Desa”. Kemudian, selama 25 menit,
minta mereka untuk mendiskusikan hal-hal sebagai berikut:

 Potensi ekonomi apa saja yang bisa dikembangkan


dalam kawasan perdesaan dengan menggunakan
analisis SWOT (lembar kerja).

 Bagaimana strategi pengembangan ekonomi kawasan


perdesaan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 81


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

3. Setelah diskusi kelompok, minta wakil masing-masing


kelompok untuk mendiskusikan strategi pengembangan
ekonomi kawasan perdesaan (20 menit).

4. Mintalah wakil kedua kelompok untuk menyampaikan


hasil diskusinya dan beri kesempatan untuk saling
menanggapi.

5. Fasilitator menyampaikan catatan dan komentar hasil


presentasi masing-masing kelompok, kemudian
mempresentasikan Hasil analisis SWOT dan Strategi
pengembangannya dengan menggunakan media tayang.

LEMBAR KASUS
“Potensi Ekonomi Kawasan Perdesaan”

Di bawah ini adalah peta sebuah kawasan perdesaan di sebuah Kecamatan


yang menggambarkan hubungan antara Desa A dengan desa B.

Keterangan kondisi masing-masing Desa adalah sebagai berikut:

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 82


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

NO POTENSI DESA A DESA B


Uraian Uraian
1 FISIK
Tanah/Lahan
Jalan antar Desa Ke Desa pusat ekonomi melalui Desa Ke arah kecamatan
B ke arah ibu kota kecamatan
dengan kondisi macadam dan agak
rusak
Pasar Induk 5.5 km dari desa 5 km dari desa
Persawahan Ada 2 x padi 1 x palawija termasuk Ada 2 x padi 1 x palawija termasuk sentra
sentra produksi produksi
Kolam ikan Nila, gurami dan mujair Nila, gurami dan mujair
Tanaman Turi, Keres, bambu Turi, keres, bambu
2 NON FISIK
Lembaga non System ijon, rentenir System ijon, rentenir
formal
Lembaga SD, SMA sejauh 3.5 km dari desa SMP, SMA 3 km dari desa ke kecamatan
pendidikan
Lembaga Belum ada 5.5 km dari desa Belum ada 6 km dari desa
Keuangan
Lembaga Selain lembaga Desa terdapat juga Selain lembaga Desa terdapat juga PKK,
PKK, LPM dan beberapa lembaga LPM dan beberapa lembaga sosial desa
sosial desa lainnya. lainnya.
Tambahan Penduduk setempat bermata Penduduk setempat bermata pencaharian
informasi pencaharian pegawai negeri, petani, pegawai negeri, Polri, TNI, petani,
perikanan darat maupun perikanan darat
pertukangan, TNI Polri.

Sebagai tambahan informasi, kedua Desa di atas merupakan kawasan


pertanian dengan tambahan potensi unggulan perikanan tawar yang
ditunjang dengan lembaga ekonomi non formal yaitu sistem ijon, bank thithil
atau bank plecit yang berasal dari luar desa. Lokasi pasar induk jauh dari
kedua desa tersebut, sedangkan jalan penghubung antar desa sampai ke
ibukota kecamatan masih berupa macadam dan agak rusak.
Langkah Kerja
1. Diskusikan di masing-masing kelompok (Kelompok Desa A dan
Kelompok Desa B) kondisi Desa dengan menggunakan analisis SWOT
dan rancanglah strategi pengembangan ekonomi Desa.
2. Pilih wakil kelompok untuk membicarakan strategi pengembangan
ekonomi antar-Desa (kawasan perdesaan).

LEMBAR KERJA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 83


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

TABEL ANALISIS SWOT


KELOMPOK DESA: ........

NO KOMPONEN KEKUATAN KELEMAHAN KESEMPATAN HAMBATAN

SPB Rencana Pembelajaran

2.3 Pendirian BUMA Desa dan


atau BUM Desa Bersama

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 84


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

1. Menguraikan alasan-alasan mendasar pentingnya


mengembangkan BUM Desa;
2. Menyebutkan fungsi dan peran BUM Desa dalam
pengembangan ekonomi Desa;
3. Menjelaskan syarat-syarat pendirian BUMA Desa
dan atau BUM Desa bersama;
4. Memfasilitasi pendirian dan atau pengembangan
BUMA Desa dan atau BUM Desa bersama.

Waktu
2 JP ( 90 menit)

Metode
Paparan, curah pendapat, bermain puzzle

Media
Lembar permainan

Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, dan LCD
Proses Penyajian
1. Menjelaskan tujuan, hasil, dan proses yang
diharapkan dari subpokok bahasan “Pendirian BUMDesa
Bersama”.

2. Mintalah peserta untuk mengemukakan apa


yang mereka ketahui tentang:

 BUMDesa (pengertian, mengapa diperlukan,


fungsi dan peran);

 Perbedaan BUMDesa, BUMA Desa, dan BUM


Desa Bersama.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 85


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

3. Berikan tanggapan atas jawaban peserta


kemudian sampaikan penjelasan dengan menggunakan
media tayang tentang BUM Desa, BUMA Desa, dan BUM
Desa Bersama.

4. BERMAIN PUZZLE. Bagi peserta kedalam


empat kelompok, dan kemudian berikan masing-masing
amplop berizi puzzle, dengan ketentuan sebagai berikut:

 Dua amplop pertama berisi puzzle yang


membentuk syarat-syarat (lembar permainan 1)
berdirinya BUMDesa Bersama, diserahkan kepada
Kelompok I dan Kelompok II.

 Dua amplop berikutnya berisi puzzle yang


membentuk proses pendirian (lembar permainan
2) BUMDesa Bersama, diserahkan kepada Kelompok
III dan Kelompok IV.

5. Berikan instruksi sebagai berikut:

 Mintalah setiap kelompok untuk merangkai


kata di dalam amplopnya masing-masing sesuai
urutan yang benar (boleh membuka
catatan/peraturan terkait)

 Setelah selesai, mintalah setiap kelompok untuk


menjelaskan maksud dan pengertian rangkaian
proses/syarat yang mereka susun.

6. Berikan tanggapan dan penegasan tentang


syarat pendirian BUMDesa Bersama dan proses
pendirian BUMDesa Bersama dengan menggunakan
media tayang.

LEMBAR PERMAINAN 1

“SYARAT PENDIRIAN BUM DESA”

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 86


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Di bawah ini adalah syarat-syarat pendirian BUMDESA, mengacu pada Pasal 4


ayat (2) Permendesa PDTT No. 4/2015:
1. Inisiatif Pemerintah Desa dan/atau masyarakat Desa

2. Potensi usaha ekonomi Desa

3. Sumberdaya alam di Desa

4. Sumberdaya manusia yang mampu mengelola BUM Desa

5. Penyertaan modal dari Pemerintah Desa dalam bentuk


pembiayaan dan kekayaan Desa yang diserahkan untuk dikelola
sebagai bagian dari usaha BUM Desa.

Petunjuk Permainan
1. Tulis syarat-syarat di atas di kertas-kertas kecil terpisah (satu
syarat dapat dipisah/ditulis di dua atau lebih kertas);

2. Tulis frasa-frasa lain yang tidak berhubungan dengan syarat di


atas, untuk menambah tingkat kesulitan permainan.

3. Kumpulkan potongan kertas yang telah ditulisi tersebut ke


dalam satu amplop.

4. Serahkan kepada kelompok, dan mulai permainan.

5. ‘Pemenang’ adalah yang tercepat dan benar dalam


mengerjakan tugas. Untuk menyegarkan forum, yang ‘kalah’ dapat
diganjar sesuai dengan kesepakatan forum.

LEMBAR PERMAINAN 2

“PROSES PENDIRIAN BUM DESA”

M
u
s
y
a
w
a
r
a
h
D
es
a
/ P
e
n
g
u
s
u
l
a
nM
a
t
e
r
i
M
u
s
y
.
A
n
t
a
r
D
es
aP
e
r
u
m
u
s
a
nP e
n
e
r
b
ia
n
P
e
r
.
K
e
s
e
p
a
ka
t
a
n
P
e
m
b
e
n
t
u
k
anK
e
s
e
p
a
k
a
t
a
n D
e
s
a
M
en
g
e
n
a
i
B
U
M
D
e
s
/
B
U
M
De
s s
e
b
a
g
a
i
D
r
af
t
P
e
r
M
u
s
y
a
w
a
r
a
h BU
MD
e
s
A
n
t
a
r
D
e
s
a D
e
s
a
P
e
n
d
r
i
i

a
n
B
U
M
De
s
a
; P
e
r
a
t
u
r
a
n
D
e
s
a
/
D
r
a
f
t
P
e
r
a
u
t
r
a
n
O
r
g
a
n
i
s
a
s
i
p
e
n
g
eo
l
l
a P
e
r
a
t
u
r
a
n
A
nt
a
r
D
e
s
a
D
e
s
a
/
P
e
r
a
t
ur
a
n
B
U
M
De
s
a
; y
a
n
g
d
t
i
a
n
d
at
a
n
g
a
n
i
B
e
r
s
a
m
a
D
e
s
a
M
o
d
a
l
u

s
a
h
a
B
U
M o
e
l
h
K
e
p
a
l
a
De
s
a
D
e
s
a
;
da
n
A
D
/
A
R

T
B
U
M
D
es
a
.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 87


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Petunjuk Permainan
1. Tulis tahapan proses di atas di kertas-kertas kecil terpisah
(satu tahap dapat dipisah/ditulis di dua atau lebih kertas);

2. Tulis frasa-frasa lain yang tidak berhubungan dengan proses


di atas, untuk menambah tingkat kesulitan permainan.

3. Kumpulkan potongan kertas yang telah ditulisi tersebut ke


dalam satu amplop.

4. Serahkan kepada kelompok, dan mulai permainan.

5. ‘Pemenang’ adalah yang tercepat dan benar dalam


mengerjakan tugas. Untuk menyegarkan forum, yang ‘kalah’ dapat
diganjar sesuai dengan kesepakatan forum.

Bahan Bacaan
SPB
2.4 Pengembangan Ekonomi
Kawasan Perdesaan

Pendahuluan
Masyarakat desa masih jauh dari kata sejahtera, menurut Indeks Desa
Membangun (IDM) sebanyak 18,87% desa termasuk dalam kategori desa
sangat tertinggal, sebanyak 45,41% desa berstatus desa tertinggal, sebanyak
30,66% desa termasuk dalam kategori desa berkembang, sebanyak 4,83%
desa berstatus desa maju, dan persentase terendah desa mandiri sebanyak
0,23% dari total jumlah desa. Permasalahan umum di desa saat ini adalah
kemiskinan dan ketimpangan. Menurut data BPS September 2015 sebanyak

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 88


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

62,75% penduduk miskin Indonesia berada di desa. Selanjutnya rasio gini


di desa pada 2014 sebesar 0,32 lebih rendah dibandingkan rasio gini kota
yang mencapai 0,43.
Ketimpangan kepemilikan asset ditunjukan oleh data penguasaan lahan
pertanian. Berdasarkan data sebesar 88% desa di Indonesia menggantungkan
hidup penduduknya pada sektor pertanian. Terdapat 16.170 desa yang
melakukan peralihan lahan dari lahan pertanian sawah menjadi lahan
pertanian non sawah dan lahan non pertanian. Dimana 41,1% desa
melakukan peralihan lahan sawah pertanian menjadi lahan pertanian non
sawah. Sedangkan lahan yang beralih fungsi menjadi lahan non pertanian
sebanyak 58,9% dari total desa yang melakukan peralihan fungsi lahan sawah
pertanian (BPS, Podes 2014).
Fakta lain menunjukkan sumberdaya yang ada di Desa malah dikuasai oleh
bukan penduduk desa, sehingga Desa tidak dapat menikmati hasil
sumberdaya yang mereka miliki. Hal inilah yang memicu semakin tingginya
ketimpangan pendapatan yang akut. Selain itu, masalah yang terjadi di Desa
adalah Desa sebagai produsen barang primer dan konsumen barang tersier.
Dapat diartikan bahwa Desa hanya sebagai pemasok kebutuhan barang
olahan, hasil barang olahan tersebut akan dijual kembali ke Desa. Pada
akhirnya, sumber daya Desa terus tersedot untuk memenuhi kebutuhan
bahan mentah di kota dan penjualan komoditas Desa tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Pokok Kebijakan
Tri Matra Pembangunan Desa adalah pokok kebijakan yang dilakukan
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi untuk
menindaklanjuti fakta di atas. Program pertama (Matra I) adalah Jaring
Komunitas Wiradesa. Masalah yang dihadapi saat ini adalah perampasan
daya manusia warga Desa itu yang ternyatakan pada situasi
ketidakberdayaan, kemiskinan dan bahkan marjinalisasi. Program kedua
(Matra II) adalah Lumbung Ekonomi Desa. Masalah utama yang ada di desa
adalah penguasaan sumberdaya yang ada di desa. Terakhir, Program ketiga
(Matra III) adalah Lingkar Budaya Desa. Pembangunan Desa haruslah
dilakukan karena kolektivisme, yang di dalamnya terdapat kebersamaan,
persaudaraan, solidaritas, dan kesadaran untuk melakukan perubahan secara
bersama.
Salah satu Implementasi Tri Matra Pembangunan Desa kepada Desa adalah
mendorong desa untuk mendirikan BUM Desa sebagai penopang
perekonomian di Desa. BUM Desa dapat menjadi representasi Desa dalam
mengelola sumber daya yang dimiliki Desa. Di samping itu, permasalahan
keterbatasan desa untuk mengakses pasar dapat diatasi oleh BUM Desa.
Dengan menerapkan strategylinkage antar BUM Desa (BUM Desa bersama

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 89


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

dan BUMADes) penghasil bahan baku perantara dengan industri yang


bergerak di sektor hilir. Dalam skema ini, BUM Desa berfungsi sebagai
penyedia input bagi industri pengolahan akhir.
BUM Desa
Geliat pengembangan ekonomi perdesaan dapat dipicu melalui lembaga
ekonomi yang dimiliki oleh desa, yaitu BUM Desa. BUM Desa secara jelas
diatur pada Permendesa No.4 Tahun 2015. Pendirian BUM Desa bertujuan :
1. Meningkatkan perekonomian Desa;

2. Mengoptimalkan aset Desa agar bermanfaat untuk


kesejahteraan Desa;

3. Meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi


ekonomi Desa;

4. Mengembangkan rencana kerja sama usaha antar desa


dan/atau dengan pihak ketiga;

5. Menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung


kebutuhan layanan umum warga;

6. Membuka lapangan kerja;

7. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan


pelayanan umum, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi Desa; dan

8. Meningkatkan pendapatan masyarakat Desa dan Pendapatan


Asli Desa.

Pendirian BUM Desa hanya dapat dilakukan melalui Musyawarah Desa. Pokok
bahsan yang dibicarakan dalam Musyawarah Desa meliputi: (a) Pendirian
BUM Desa sesuai dengan kondisi ekonomi dan sosial budaya masyarakat; (b)
Organisasi pengelola BUM Des; (c) Modal usaha BUM Desa; dan (d) Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BUM Desa
Hasil kesepakatan Musyawarah Desa menjadi pedoman bagi pemerintah
desa dan Badan Permusyawaratan Desa untuk menetapkan Peraturan Desa
tentang Pendirian BUM Desa. BUM Desa dapat terdiri dari unit-unit usaha
yang berbadan hukum yang berupa lembaga bisnis yang kepemilikan
sahamnya berasal dari BUM Desa dan masyarakat. BUM Desa juga dapat
membentuk unit usaha meliputi :
a. Perseroan Terbatas sebagai persekutuan modal, dibentuk
berdasarkan perjanjian, dan melakukan kegiatan usaha dengan modal

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 90


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

yang sebagian besar dimiliki oleh BUM Desa, sesuai dengan peraturan
perundangundangan tentang Perseroan Terbatas; dan

b. Lembaga Keuangan Mikro dengan andil BUM Desa sebesar 60


(enam puluh) persen, sesuai dengan peraturan perundang-undangan
tentang lembaga keuangan mikro.

Sumberdaya yang ada di desa harus dikelola dengan ekonomis dan


berkelanjutan. Selain itu, diversifikasi jenis usaha BUM Desa dapat dilakukan
untuk memperluas segmen pasar. Pengembangan potensi usaha ekonomi
desa dapat dilakukan melalui BUM Desa, antara lain :
a. Bisnis Sosial (Social Business) Sederhana

Memberikan pelayanan umum (serving) kepada masyarakat dan


memeperoleh keuntungan finansial. Contoh : air minum desa,
lumbung pangan, dan usaha listrik Desa

b. Bisnis Penyewaan Barang

Melayani kebutuhan masyarakat desa dan ditujukan untuk


memperoleh Pendapatan Asli Daerah. Contoh : alat transportasi,
gedung pertemuan, dan rumah toko

c. Usaha Perantara

Memberikan jasa pelayanan kepada warga. Contoh : Jasa pembayaran


listrik, pasar desa untuk memasarkan produk masyarakat dan jasa
pelayanan lainnya

d. Bisnis yang berproduksi dan/atau berdagang

Menyediakan barang-barang tertentu untuk memenuhi kebutuhan


masyarakat maupun dipasarkan pada skala pasar yang lebih luas.
Contoh : pabrik es, hasil pertanian, sarana produksi pertanian dan
kegiatan produktif lainnya

e. Bisnis Keuangan

Memenuhi kebutuhan usaha-usaha skala mikro yang dijalankan oleh


pelaku usaha ekonomi desa. Contoh : memberikan akses kredit dan
peminjaman masyarakat desa

f. Usaha Bersama

Sebagai induk dari unit-unit usaha yang dikembangkan masyarakat


Desa baik dalam skala lokal Desa maupun kawasan perdesaan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 91


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Contoh : dapat berdiri sendiri serta diatur dan dikelola secara sinergis
oleh BUM Desa agar tumbuh menjadi usaha bersama dan dapat pula
menjalankan kegiatan usaha bersama seperti desa wisata yang
mengorganisir rangkaian jenis usaha dari kelompok masyarakat

Namun, segala upaya ini harus didasari oleh aksi kolektif pemerintah desa
dan masyarakat. Sehingga BUM Desa memiliki nilai transformasi sosial,
ekonomi dan budaya. Hal inilah yang menjadikan BUM Desa sebagai salah
satu lembaga ekonomi rakyat yang berperan sebagai pilar demokrasi
ekonomi.

BUM Desa bersama


Dalam rangka kerja sama antar-Desa dan pelayanan usaha antar-Desa dapat
dibentuk BUM Desa bersama yang merupakan milik 2 (dua) Desa atau lebih.
Pendirian BUM Desa bersama disepakati melalui Musyawarah antar Desa
yang difasilitasi oleh badan kerjasama antar Desa yang terdiri dari : (a)
Pemerintah Desa; (b) Anggota Badan Permusyawaratan Desa; (c) Lembaga
Kemasyarakatan Desa; (d) Lembaga Desa lainnya; dan (e) Tokoh masyarakat
dengan mempertimbangkan keadilan gender. BUM Desa bersama ditetapkan
dalam Peraturan Bersama Kepala Desa tentang Pendirian BUM Desa bersama.
BUM Desa Antar-Desa
BUM Desa dapat melakukan kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih.
Kerjasama antar 2 ( dua) BUM Desa atau lebih dapat dilakukan dalam satu
kecamatan atau antar kecamatan dalam satu kabupaten/kota. Kerjasama
antar dua BUM Desa atau lebih harus mendapat persetujuan masing-masing
Pemerintah Desa. Kerjasama antar dua BUM Desa atau lebih dibuat dalam
naskah perjanjian kerjasama. Naskah perjanjian kerjasama antar dua BUM
Desa atau lebih paling sedikit memuat :
a. Subyek kerjasama;
b. Obyek kerjasama;
c. Jangka waktu;
d. Hak dan kewajiban;
e. Pendanaan;
f. Keadaan memaksa;
g. Pengalihan aset; dan
h. Penyelisaian perselisihan
Naskah perjanjian kerjasama antar dua BUM Desa atau lebih ditetapkan oleh
Pelaksana Operasional dari asing-masing BUM Desa yang bekerjasama.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 92


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Kegiatan kerjasama antar dua BUM Desa atau lebih dipertanggungjawabkan


kepada Desa masing-masing sebagai pemilik BUM Desa. Dalam hal kegiatan
kerjasama antar unit usaha BUM Desa yang berbadan hukum diatur sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan tentang Perseroan Terbatas dan
Lembaga Keuangan Mikro.
Strategi Pengembangan BUM Desa
Secara umum strategi pembangunan BUMDesa dapat dilakukan melalui tiga
skema berikut. Pertama, strategi replika. Skema ini memiliki arti bahwa
strategi pembangunan yang pernah berhasil (succes story)
diimplementasikan BUM Desa akan digunakan sebagai konsep
pemberdayaan BUM Desa lainnya. Strategi ini menempatkan partisipasi oleh
masyarakat desa sebagai aktor yang paling penting. Dikarenakan kesadaran
dan rasa memiliki (sense of belonging) BUM Desa dari masyarakat itu
sendirilah yang dapat membantu tumbuh kembangnya BUM Desa tersebut.
Kedua, linkage strategy. Maksudnya, pembangunan dilakukan satu lini
dengan pembangunan desa tetangga, sama halnya dengan strategi replikasi,
desa bukan bagian keseluruhan dari wilayah pemerintah daerah. Oleh karena
itu, penghubung strategi itu bukan hanya lintas pemerintah desa tetapi juga
masih dalam lingkup satu pemerintahan daerah. Secara umum, linkage
strategy di desa-desa tetangga lebih mudah dilakukan, karena kemauan
politik yang lebih mudah untuk diakomodasi. Misalnya, jika pembangunan di
desa menempatkan intensifikasi penangkapan ikan tertentu, maka daerah
lain di wilayah pemerintah daerah yang sama harus disiapkan pasar yang
memadai. Dengan begitu, setiap penawaran barang yang muncul akan
langsung diterima oleh pasar.
Ketiga, strategi otonomi. Dalam beberapa hal, Pemerintahan desa memiliki
sumber daya yang memadai untuk dimaksimalkan. Namun, dalam
implementasinya sumber daya yang ada tersebut belum digali secara
maksimal, sehingga berbagai potensi yang seharusnya bisa hadir belum
menyeruak. Ini bisa terjadi karena selain regulasi yang ada memberikan
kewenangan bagi pemerintahan desa untuk memaksimalkan potensi yang
ada, juga disebabkan semangat desentralisasi memberikan pondasi bagi
pemerintahan desa untuk berlomba menjadi lebih baik dari wilayah lain.
Makna lain dari strategi ini adalah pembangunan hanya cocok dilakukan
apabila suatu desa memiliki infrastruktur ekonomi, sosial dan politik yang
memadai sehingga secara mandiri dapat melakukan proses pembangunan
tanpa harus melakukan replikasi maupun keterkaitan dengan desa lain[.]

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 93


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

BUM DESA: “DESA MEMANDANG EKONOMI”

Setelah pelantikan sebagai Menteri Desa, Eko Putro Sanjoyo melakukan


kunjungan ke Jawa Tengah dan bertemu dengan Gubernur Jawa Tengah
Ganjar Pranowo (Sindonews, 1/8/2016). Komunikasi politik kebijakan berdesa
ini patut diapresiasi, terutama langsung membahas isu ekonomi desa yang
penting, yakni pengelolaan badan usaha milik desa (BUM Desa).
Provinsi Jawa Tengah dan sekitarnya dikenal dengan prakarsa BUM Desa
yang sukses. BUM Desa Bleberan di Gunung Kidul berbasis desa wisata
berupa Gua Rancang Kencono dan air terjun Sri Gethuk. BUM Desa Ponggok
Klaten mengelola revitalisasi umbul yang dijadikan wisata masyarakat
setempat dan pengunjung dari daerah lain. “BUM Desa Bersama”
Karangsambung Kebumen bergerak di unit usaha konveksi dan potensial
melakukan ekspor.
Fondasi kebijakan BUM Desa sebelumnya telah dicanangkan pada masa
Menteri Desa Marwan Jafar, melalui penerbitan Peraturan Menteri Desa No
4/2015 yang mengatur BUM Desa. Isu kebijakan kali ini dinyatakan Menteri
Desa Eko Putro Sanjoyo, meliputi pendirian BUM Desa sesuai potensi Desa,
manajemen BUM Desa, dan kerja sama BUM Desa dengan pihak ketiga.
Tragedi
Teori ekonomi yang menekankan investasi untuk pertumbuhan ekonomi
selalu mengalami kegagalan ketika dibawa ke desa. Kebenaran statistika
pertumbuhan belum tentu diikuti dengan pengukuran yang tepat bagi
kesejahteraan (Stiglitz, Sen, Fitoussi: 2009). Mesin pertumbuhan (engine of
growth) tidak cukup menolong usaha masyarakat desa. Tambang timah
bertaburan di Belitung Timur, tapi saat ini mulai menurun kekuatannya
sebagai mesin pertumbuhan. Masyarakat desa masih menjadi “penonton”,
termarjinalisasi sehingga sulit mengakses pundi-pundi itu.
Ketika penulis memfasilitasi diskusi dengan perwakilan desa di Pemkab
Belitung Timur (2016), muncul gagasan pembentukan BUM Desa Bersama
yang dimiliki 2 (dua) desa atau lebih untuk mengelola lahan eks-timah,
kawasan perdesaan wisata, dan kerja sama antardesa lainnya. Di Karangasem
Bali, BUM Desa Bersama dan BKAD (Badan Kerja sama Antar Desa) sudah
memutuskan BUM Desa Bersama sebagai mesin pertumbuhan melalui
pengelolaan aset dan perguliran dana warisan PNPM-MPd.
Kedudukan BUM Desa dan BUM Desa Bersama tak dapat dilepaskan dengan
rencana investasi desa. Terminologi rencana investasi Desa dalam UU Desa
bukanlah dibingkai dalam perspektif “ekonomi melihat desa”, tetapi “desa
melihat ekonomi”. Adagium “ekonomi melihat desa” adalah “ambil sepuluh
bisa, kenapa hanya ambil satu”. Investasi desa model ini hanya memberi

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 94


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

ruang pada ekstraksi, akumulasi, dan eksploitasi. Eksploitasi akan


mengakibatkan tragedy of commons (Garret Hardin: 2001) terhadap sumber
daya desa yang bersta- tus kepemilikan bersama, seperti laut, pesisir, irigasi
tersier, bahan tambang, dan seterusnya. Adagium “desa melihat ekonomi”
adalah desa mempunyai rasa kebercukupan (nrimo ing pandhum),
keseimbangan, dan tradisi lokalitas.
Bagi ekonom yang ber-grand theory, perspektif ini dicap sebagai ekonomi
subsisten. BUM Desa Wadas Karawang bergerak di pemenuhan sembako dan
elpiji. BUM DESA Bojong Purwakarta mengelola unit usaha pasar Desa. BUM
Desa Lempeni Lumajang mengolah limbah sampah, didukung program Jalin
Matra Pemprov Jawa Timur. Posisi Kementerian Desa dan institusi pemerintah
lainnya sudah saatnya kritis atas labelisasi ekonomi subsisten desa, dan
beralih ke tradisi lokalitas sebagai mesin pertumbuhannya.
Mesin Pertumbuhan
Kebijakan pendirian, pengelolaan, dan kerja sama BUM Desa dengan pihak
lainnya menghadapi pertanyaan institusional, siapa yang menguasai dan
mengelola proses ekonomi desa? Pendirian BUM Desa sesuai potensi desa
terganggu dengan isu legalitas badan hukum dan miskin pendekatan
prakarsa. UU Desa sudah tegas mencantumkan legalitas BUM Desa melalui
Peraturan Desa (Perdes), tetapi masih dianggap lemah karena tidak
dilegalisasi dengan Perda dan akta notaris (interpretasi atas UU No 32/- 2004
Pemda jo PP No 72/2005 Desa). Pasca terbitnya UU Desa, asas hukum lex
posterior derogat legi priori berlaku sehingga rezim regulasi sebelumnya
dikesampingkan.
Desa adalah pihak yang ber- kuasa dan berhak mengelola proses ekonomi
desa, sepanjang ditujukan untuk common pool resources. Di Kabupaten
Bandung, BUM Desa Sukamenak merintis kerja sama dengan BUM Desa
Cangkuang untuk pengelolaan air bersih sebagai common pool resources.
BUM Desa Bersama Karang Intan, Banjar Baru, Kalsel, bergerak dalam unit
sim- pan pinjam, air bersih, pembayaran listrik, pembelian gabah, pakan
ternak,wisata desa, karamba ikan, pengasapan karet, dan penggemukan sapi.
Keberhasilan BUM Desa wisata inspiratif bagi pemerintah untuk menciptakan
regulasi dan kebijakan yang sederhana, “di desa kami ada gua dan umbul
yang menarik, lalu dibuatlah BUM Desa”. BUM Desa dan BUM Desa Bersama
menjadi “mesin pertumbuhan”, badan usaha yang bercirikan kesadaran
lokalitas desa, sekaligus mencegah tragedi.
Siasat kebijakan Kementerian Desa ke depan sudah saatnya hadir untuk
common pool resources dan shareholding secara inkremental. Pertama,
pengakuan atas kreasi BUM Desa dan BUM Desa Bersama yang telah eksis.
Kedua, kapitalisasi atas aset desa yang dimiliki bersama. Ketiga, kolaborasi
BUM Desa atau BUM Desa Bersama dengan perusahaan swasta dalam sistem
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 95
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

shareholding yang diamanatkan Nawa Cita dan RPJMN 2015 - 2019. (Anom
Surya Putra, Koran SINDO, 5 Agustus 2016. Dikutip dengan sedikit adaptasi).

Pokok Bahasan 3
PENGEMBANGAN
PELATIHAN PENINGKATAN
KAPASITAS

SPB Rencana Pembelajaran

3.1 Menyusun Kerangka Acuan


Pelatihan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 96


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Mengembangkan latar belakang tujuan-tujuan
sebuah pelatihan;

2. Mengidentifikasi strategi dan manajemen pelatihan


yang perlu dicantumkan dalam kerangka acuan;

3. Menyusun kerangka acuan sebuah pelatihan


berbasis masyarakat

Waktu
2 JP ( 90 menit)

Metode
Ceramah, Curah pendapat, Diskusi

Media
 Lembar Diskusi

Alat Bantu
Bahan bacaan (ToR Pelatihan)

Proses Penyajian
1. Jelaskan tujuan, hasil, dan harapan yang akan dicapai
melalui pembelajaran sub pokok bahasan “Menyusun
Kerangka Acuan Pelatihan”.

2. Lakukan review tentang materi sebelumnya, termasuk


tupoksi pendamping Desa terkait dengan materi ini.

3. Berikan kesempatan peserta untuk memberikan


pendapat dan menyampaikan pengalaman terkait:

 Sudahkan pernahkan peserta mengelola pelatihan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 97


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

 Apabila sudah pernah mengelola pelatihan,


persilahkan untuk membagi pengalamannya, tentang
persiapan apa saja yang diperlukan, dokumen- dokumen
apa yang dibutuhkan untuk mengelola pelatihan.

 Apa yang dimuat dalam dokumen pelatihan sebagai


langkah awal persiapan pelatihan.

4. Bagilah kelompok dan beri tugas untuk membuat


membuat TOR Pelatihan masyarakat. Mintalah kelompok
tersebut untuk:

 Mengembangkan latar belakang pelatihan dan


tujuan yang sesuai;

 Rancangan strategi dan manajemen pelatihan;

 Sasaran yang akan diundang sebagai peserta;

 Kelengkapan teknis kegiatan.

5. Minta salah satu kelompok untuk menunjukkan hasil


pekerjaannya kepada peserta lain. Berilah komentar dan
catatan tentang:

 Latar belakang kegiatan

 Tujuan kegiatan

 Susunan kepanitiaan

 Peserta

 Kelengkapan teknis kegiatan

6. Sebelum menutup sesi, berikan penegasan tentang


pentingnya penguasaan TOR atau kerangka acuan pelatihan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 98


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

SPB Rencana Pembelajaran

3.2 Analisis Kebutuhan Pelatihan


Masyarakat
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menganalisis kebutuhan pelatihan PLD

2. Merumuskan pokok materi pelatihan yang sesuai


dengan kebutuhan peserta belajar.

Waktu
3 JP ( 135 menit)

Metode
Ceramah, Curah pendapat, Diskusi

Media
 Lembar kerja

Alat Bantu
Matrik TNA (Training Need Assesment)/ Kebutuhan
Pelatihan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 99


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Proses Penyajian
1. Jelaskan tujuan, hasil, dan proses yang akan dicapai
melalui pembelajaran di sub pokok bahasan “Analisis
Kebutuhan Pelatihan Masyarakat”.

2. Tanyakan pendapat peserta tentang (1) apa yang


paling dibutuhkan oleh PLD dalam menjalankan tugas dan
fungsi mereka, kemudian (2) apa yang mesti dilakukan oleh
Pendamping Desa dalam menanggapi kebutuhan PLD
tersebut

3. Berikan Penjelasan bahwa salah satu tugas PD adalah


menjadi supervisor bagi PLD. Termasuk di dalamnya adalah
bertanggung jawab mengembangkan kapasitas PLD. Oleh
sebab itu penting bagi PD untuk menguasai kebutuhan
pelatihan bagi PLD.

4. Selanjutnya berikan paparan tentang TNA (Training


Need Assesment).

5. Lakukan simulasi dengan membagi kelompok. Minta


setiap kelompok untuk melakukan analisis kebutuhan
pelatihan atas kondisi PLD tertentu. Gunakan lembar kerja
TNA di bawah.

6. Minta salah satu kelompok untuk mempresentasikan


hasil TNA mereka dan berikan catatan.

7. Tutup sesi ini dengan penegasan pentingnya analisis


kebutuhan pelatihan untuk menyelenggarakan pelatihan
yang sesuai dengan kondisi aktual PLD.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 100


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Rencana Pembelajaran
SPB
3.3 Mengembangkan Modul
Pelatihan Masyarakat

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Merancang kurikulum pelatihan;

2. Menyusun panduan proses dari setiap pokok


materi pelatihan menjadi modul pelatihan yang
menempatkan perserta pelatihan sebagai sumber
belajar.

Waktu
3 JP ( 125 menit)

Metode
Ceramah, Curah pendapat, Diskusi

Media
 Lembar Diskusi

Alat Bantu
Matrik Penyusunan Kurikulum Pelatihan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 101


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Proses Penyajian
1. Jelaskan tujuan, hasil, dan proses yang akan dicapai
melalui pembelajaran di sub pokok bahasan
“Mengembangkan Modul Pelatihan Masyarakat”.

2. Tanyakan kepada peserta, bagaimana mereka


menetapkan materi-materi yang akan disampaikan dalam
Pelatihan. Berikan kesempatan kepada dua atau tiga
peserta, khususnya yang memiliki pengalaman mengelola
pelatihan, untuk membagi pengalaman.

3. Berikan tanggapan terhadap jawaban peserta.


Kemudian tayangkan proses dan sistematika penyusunan
matriks materi, kurikulum, dan pembangunan modul.

4. Tegaskan kepada peserta pentingnya Tugas dan Fungsi


sebagai acuan dasar dalam pengembangan materi dan
modul pelatihan. Tegaskan pula bahwa dalam
pengembangan modul, tujuan yang harus diutamakan
adalah memampukan peserta pelatihan agar dapat
menjalankan tugas dan fungsinya tersebut.

5. Bagi peserta ke dalam 6 (enam) kelompok, dan minta


masing-masing membangun modul sederhana terkait PLD,
KPMD, atau Kader Desa.

6. Dampingi dengan cara berkeliling sepanjang masing-


masing kelompok melakukan pekerjaan mereka. Layani
setiap pertanyaan yang disampaikan dalam pengerjaan
tersebut.

7. Minta salah satu kelompok menunjukkan hasil


pekerjaan mereka. Minta kelompok tersebut untuk
menjelaskan kaitan antara Tugas dan fungsi, materi, aspek
yang dikembangkan oleh materi, kurikulum, tujuan
pelatihan dan tujuan materi. Perhatikan pula kaitan antara
materi, tujuan, metode, dan proses pembelajaran.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 102


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

8. Pada sesi akhir dari sessi ini, lakukan penegasan bahwa


dalam mengelola pelatihan diperlukan Matrik kurikulum
pelatihan, lesson plan dan juga modul sesuai dengan jenis
pelatihannya.

Rencana Pembelajaran
SPB
3.4 Media dan Alat Bantu
Pelatihan

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 103


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

1. Merancang media dan alat bantu pembelajaran


yang mendukung metode pelatihan yang ditetapkan
dalam kurikulum;

2. Menggunakan media untuk mendukung


penerapan metode pelatihan.

Waktu
1 JP ( 45 menit)

Metode
Ceramah, Curah pendapat, Diskusi

Media
 Lembar Diskusi

Alat Bantu
Kertas metaplan, spidol dan alat tulis lainnya

Proses Penyajian
1. Jelaskan tujuan, hasil, dan proses yang akan dicapai
melalui pembelajaran sub pokok bahasan “Media Dan Alat
Bantu Pelatihan”.

2. Berikan pertanyaan umpan kepada peserta mengenai


apa pentingnya alat bantu dan media dalam pelatihan.
Minta salah seorang peserta untuk memberikan alasan
mengapa alat bantu tertentu (yang ia sebutkan) penting
dalam pelatihan tersebut:

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 104


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

a. Apa tujuan pengadaan media/alat bantu


tersebut?

b. Apa relevansinya bagi materi?

c.Apa kegunaannya bagi peserta pelatihan?

d. Dalam hal apa media/alat bantu tersebut


penting?

3. Berikan tanggapan dan catatan terhadap jawaban


peserta tersebut. Jelaskan mengenai beberapa jenis media
dan alat bantu serta tegaskan tentang penyesuaian
media/alat bantu tersebut dengan:

a. Tujuan materi

b. Kondisi atau konteks situasi

c.Karakteristik peserta

4. Sebelum sesi diakhir, buatlah penegasan tentang


pentingnya media dan alat bantu dalam pelatihan. Berikan
review atas keseluruhan materi yang telah diberikan dalam
Pokok Bahasan ini.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 105


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

PB Bahan Bacaan

3 Pengembangan Pelatihan
Peningkatan Kapasitas
Masyarakat

Prinsip-prinsip Pelatihan

Proses belajar diperlihatkan melalui perubahan tingkah laku sebagai hasil


pengalaman yang yang diperoleh pembelajar melalui interaksi dengan
lingkungannya dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan
tingkah laku dalam belajar memiliki enam karakteristik, yakni (1) terjadi
secara sadar, (2) bersifat kontinu dan fungsional, (3) bersifat positif dan aktif,
(4) besifat permanen, bukan sementara, (5) bertujuan atau terarah, dan (6)
mencakup seluruh aspek tingkah laku.

Proses pembelajaran yang dilakukan oleh pengajar dan pembelajar seringkali


digunakan istilah pendidikan, pembinaan, dan pelatihan. Pendidikan
mengacu kepada komunikasi yang terorganisasi dan diarahkan untuk
menumbuhkan kegiatan belajar; pembinaan mengacu kepada usaha,
tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil
guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik; sedangkan pelatihan mengacu
kepada usaha, proses, atau kegiatan yang dilakukan untuk mencapai
keterampilan.

Keberhasilan pembelajaran dipengaruhi oleh trikondisi pendidikan, yakni


konsistensi, konvergensi, dan kontinuitas. Konsistensi berarti bahwa kegiatan
pendidikan harus serasi dan ajeg dalam mengembangkan potensi peserta

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 106


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

didik. Konvergensi berarti pendidikan bertolak dari suatu landasan yang jelas.
Kontinuitas berarti bahwa pendidikan harus ditempuh dan berkelanjutan

Prosedur Pengelolaan Pelatihan

Sebagai suatu proses, istilah manajemen atau pengelolaan pelatihan


bergamitan dengan trisula aktivitas, yakni (a) perencanaan, (b) pelaksanaan,
dan
(c) evaluasi. Pada umumnya Daur Manajemen Pelatihan dapat dibagankan
sebagai berikut:

Daur manajemen pelatihan tersebut merupakan “Pendekatan Pelatihan


Sistematis” (Sistematic Training Approach). Pendekatan ini berkaitan dengan
prosedur mengelola pelatihan, yang diawali dari adanya permasalahan yang
dihadapi yang dapat mengganggu pencapaian tujuan yang diharapkan,
sampai dengan evaluasi dan tindak lanjut yang sesuai dengan upaya
pemecahan masalah melalui pelatihan. Prosedur pengelolaan pelatihan
secara hierarkis dapat diuraikan sebagai berikut : Langkah 1: Identifikasi dan
Analisis Kebutuhan Pelatihan; Langkah 2: Menguji dan Analisis Jabatan dan
Tugas; Langkah 3: Klasifikasi dan Menentukan dan Peserta Pelatihan; Langkah
4: Rumuskan Tujuan Pelatihan; Langkah 5: Pendesainan Kurikulum dan
Silabus Pelatihan; Langkah 6: Perencanaan Program Pelatihan ; Langkah 7:
Penyusunan dan Pengembangan Kerangka Acuan (TOR); Langkah 8:
Pelaksanaan Program Pelatihan; Langkah 9: Evaluasi Program Pelatihan;
Langkah 10: Tindak Lanjut Pelatihan

Strategi Pelatihan

Keberhasilan pelatihan ditentukan oleh berbagai komponen, antara lain,


pelatih, peserta latihan, bahan, strategi, media, dan kondisi pelatihan. Pelatih
termasuk penentu utama keberhasilan pelatihan. Oleh karena itu, pelatih
harus berwatak (a) jujur dan amanah, (b) komitmen dalam ucapan dan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 107


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

tindakan, (c) adil dan egaliter, (d) santun dan rendah hati, (e) meciptakan
nuasa keakraban, (f) sabar, (g) tidak egois, (h) bijaksana dalam menuturkan
keburukan, dan (i) mengucapkan salam sebelum dan sesudah pelatihan

Di dalam pelaksanaan pelatihan dapat dimanfaatkan beberapa strategi,


antara lain: (1) mengkondisikan kesiapan peserta didik, (2) memanfaatkan
media audio visual, (3) praktik, (4) menyajikan bahan secara proporsional, (5)
dialog dan rasionalisasi, (6) bercerita, (7) perumpaaan, sketsa, dan gambar, (8)
antusiasme, (9) gerak tubuh (kinesik), (10) argumentasi, (11) memancing
kreativitas, (12) pengulangan, (13) pemetaan, (14) mendorong kreativitas, (15)
memberi jawaban lebih, (16) menjelaskan ulang jawaban peserta didik, dan
(17) sportif dalam menjawab.
Pentingnya Media Pelatihan
Penggunaan media dalam proses pelatihan merupakan kebutuhan dan
sekaligus keharusan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai
berikut:
1. Konsep-konsep dalam bahan pelatihan yang memerlukan
kesamaan persepsi bagi para peserta. Bila berbeda kesan, maka dapat
menimbulkan salah tafsir dan mengakibatkan salah dalam tindakan
selanjutnya

2. Dalam bidang studi yang disampaikan pada pelatihan terdapat


proses-proses kerja yang sangat lambat, sehingga sulit dilihat dengan
mata, dan dapat ditangkap berkat bantuan media pembelajaran

3. Hal-hal atau kejadian-kejadian yang proses kerjanya sangat


cepat sehingga sangat sulit untuk diamati

4. Benda-benda yang terlampau besar sulit dibawa ke dalam kelas


untuk dipelajari, sehingga dengan bantuan model tiruan barulah
benda-benda tersebut dapat dipelajari dengan mudah

5. Hal-hal yang abstrak ternyata sulit diamati dengan


pengindraan, misalnya proses berpikir memecahkan masalah dan
ternyata lebih mudah dipelajari dengan bantuan bagan arus atau media
lainnya

6. Peristiwa masa lampau atau kejadian yang mungkin terjadi


pada masa datang sangat sulit diamati

7. Proses-proses yang harus dikerjakan dalam mempelajari


manajemen, yang memerlukan bantuan media pelatihan agar menarik
perhatian dan minat peserta
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 108
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Jenis-jenis Media
Media pembelajaran mengalami perkembangan melayani pemanfaatan
teknologi. Berdasarkan perkembangan teknologi tersebut Azhar Arsyad
(2002) mengklasifikasikan media atas empat kelompok: (1) Media hasil
teknologi cetak; (2) Media hasil teknologi audio-visual; 3) Media hasil
teknologi berbasis komputer; dan 4) Media hasil gabungan teknologi cetak
dan komputer
Menurut Azhar Arsyad dari segi teori belajar, berbagai kondisi dan prinsip-
prinsip psikologis yang perlu mendapat pertimbangan dalam pemilihan dan
penggunaan media adalah sebagai berikut:
a) Motivasi. Harus ada kebutuhan, minat, atau keinginan utuk
belajar dari pihak peserta didik sebelum meminta perhatiannya untuk
mengerjakan tugas dan latihan

b) Perbedaan individual. Peserta didik belajar dengan cara dan


tingkat kecepatan yang berbeda-beda

c) Tujuan pembelajaran. Jika peserta didik diberitahukan apa yang


diharapkan mereka pelajari melalui media pembelajaran itu,
kesempatan untuk berhasil dalam pembelajaran semakin besar

d) Organisasi isi. Pembelajaran akan lebih mudah jika isi dan


prosedur atau keterampilan fisik yang akan dipelajari diatur dan
diorganisasikan ke dalam urutan-urutan yang bermakna

e) Persiapan sebelum belajar. Peserta didik sebaiknya telah


menguasai secara baik pelajaran dasar atau memiliki pengalaman yang
diperlukan secara memadai yang mungkin merupakan prasyarat untuk
penggunaan media dengan sukses. Dengan kata lain, ketika merancang
materi pelajaran, perhatian harus ditujukan kepada sifat dan tingkat
persiapan peserta didik

Pembelajaran Pada Orang Dewasa


Proses pembelajaran pada orang dewasa (adult learning) memerlukan
pendekatan dan metode yang berbeda dengan pembelajaran pada anak-
anak. Pengembangan pendekatan adult learning dimotori oleh Malcom
Knowles (dalam Lieb, 1991), yang mengidentifikasi karekateristik karakteristik
pembelajar dewasa sebagai berikut:

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 109


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

1. Orang dewasa bersifat otonom dan mampu mengarahkan


dirinya sendiri, mereka butuh kebebasan.

2. Orang dewasa telah mengakumulasi pengalaman-pengalaman


dan pengetahuan-pengetahuan, termasuk aktivitas-aktivitas yang
berhubungan dengan pekerjaan, tanggung jawab dalam keluarga dan
pendidikan sebelumnya

3. Orang dewasa berorientasi pada tujuan.

4. Orang dewasa berorientasi pada sesuatu yang relevan, mereka


harus tahu alasan mengapa mereka harus belajar sesuatu

5. Orang dewasa bersifat praktis, mereka memfokuskan diri pada


hal-hal yang bermanfaat langsung dalam kehidupan dan pekerjaannya

6. Sebagaimana semua pembelajar lainnya, orang dewasa


membutuhkan perhatian dan penghargaan

Metode pembelajaran pada orang dewasa adalah dengan menggunakan


pengalaman, yang disebut dengan experiential learning. Dalam experiential
learning, pengelola kelas lebih bersifat sebagai seorang fasilitator. Untuk itu
perlu dikenali fungsi-fungsi fasilitatif sebagai berikut:
a) Emotional stimulation, dimana perilaku ekspresif fasilitator harus
mampu merangsang ekspresi emosi peserta secara lebih bebas

b) Caring, dimana fasilitator harus mampu mengembangkan


hubungan interpersonal yang hangat dan bersahabat.

c) Meaning attribution, dimana fasilitator berfungsi untuk


menyediakan penjelasan kognitif atas perilaku dan kegiatan yang
dilaksanakan, atau dengan kata lain fasilitator harus mampu
mengarahkan peserta dalam pemberian arti atas sesuatu pengalaman
belajar

d) Executive function, dimana fasilitator berfungsi sebagai seorang


eksekutif dalam kelas.

Participant Centered Training


Peserta merupakan pusat perhatian dari suatu pelatihan. Dalam pendekatan
pelatihan yang berpusat pada peserta ini, proses belajar bertumpu pada
peserta. Seorang trainer tidak selalu siap untuk memberikan pemecahan
masalah yang tepat atau menjawab setiap pertanyaan. Pendekatan ini
berangkat dari asumsi bahwa pesertalah yang lebih tahu dan memahami
permasalahan mereka, seorang trainer hanya membantu dalam proses
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 110
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

belajarnya. Pendekatan pelatihan yang berpusat pada peserta ini dapat


menunjukkan manfaatnya yang nyata dalam proses pembelajaran. Aplikasi
dari pendekatan ini dalam suatu pelatihan mampu meningkatkan rasa
percaya diri para pesertanya. Terjadinya peningkatan kepercayaan diri
tersebut karena dalam proses pembelajarannya peserta pelatihan memang
benar-benar dituntut untuk berpartisipasi aktif melalui metode games, role
play, case study, simulasi, maupun focused group discussion. Metode-metode
tersebut memang hanya bisa dijalankan jika para pesertanya mau terlibat
secara aktif. Oleh karenanya, dalam pelaksanaannya dirancang agar
menyenangkan untuk dilakukan, mudah, tidak melelahkan, didasarkan pada
pengalaman pribadi peserta, dan dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil
Rancangan Materi
Selain pendekatan pembelajaran, hal lain yang juga sangat penting untuk
diperhatikan dalam merancang suatu pelatihan adalah materi pelatihan.
Materi pokok yang akan disajikan dalam suatu pelatihan sangat bergantung
pada hasil analisis kebutuhan pelatihan. Selain hal tersebut, perlu
diperhatikan pula bagaimana agar materi (dalam bentuk pengetahuan,
informasi) dapat tersimpan dengan lebih baik dalam memori sehingga
konsekuensinya juga akan lebih mudah dipanggil kembali ketika diperlukan
(untuk diaplikasikan). Materi harus disampaikan dengan cara sedemikian rupa
agar menimbulkan recency effect, primacy effect, self-reference effect dan
generation effect.
Recency effect dan primacy effect berhubungan dengan urutan masuknya
informasi ke dalam sistem memori. Informasi yang disajikan di bagian awal
sehingga masuk terlebih dahulu ke dalam sistem memori, akan lebih mudah
dipanggil kembali. Ini yang disebut dengan primacy effect. Sebaliknya,
informasi yang paling akhir masuk merupakan informasi yang paling segar
dalam ingatan sehingga juga lebih mudah untuk dipanggil kembali, ini yang
disebut dengan recency effect
Self-reference effect dan generation effect berhubungan dengan isi materi dan
cara penyampaiannya. Informasi-informasi yang dihubungkan dengan diri
sendiri (peserta) akan lebih mudah untuk diingat kembali (selfreference effect)
dan informasi yang dibuat, dihasilkan dan disusun sendiri juga akan lebih
mudah untuk dingat (generation effect) Metode pembelajaran pengalaman
(experiential learning) sangat mendukung untuk dapat diperolehnya kedua
efek memori tersebut. Dalam experiential learning, materi pelatihan diberikan
dalam bentuk pengalaman-pengalaman, baik langsung maupun tidak
langsung, nyata maupun simbolik, sehingga mereka mengalami sendiri akan
sesuatu yang dipelajari. Mereka kemudian merefleksikan pengalaman-
pengalaman mereka sendiri dan dari padanya mereka membuat sendiri suatu

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 111


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

konsep abstrak dari apa yang dipelajarinya. Dengan demikian para peserta
akan mendapatkan sekaligus self-reference effect dan generation effect.
Materi yang satu dengan yang lainnya dalam suatu pelatihan, selain
mempertimbangkan efek-efek memori tersebut, dalam penyajiannya juga
harus diorganisasikan agar dapat saling dihubungkan dan mengikuti urutan
yang logis. Urutan tersebut dapat mengikuti pola-pola yang ada, bergantung
pada isi materi dan tujuan diberikannya materi tersebut[.]

Pokok Bahasan 4
FASILITASI
PELAYANAN SOSIAL DASAR

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 112


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Rencana Pembelajaran
SPB
Pokok-Pokok Kebijakan
4.1
Pelayanan Sosial Dasar

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pengertian pelayanan sosia dasar,

2. Menguraikan pokok-pokok kebijakan pelayanan


social dasar

Waktu
1 JP ( 45 menit)

Metode
Pemaparan, tanya jawab.

Media
 Media Tayang 1-10

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 113


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Alat Bantu
Spidol, laptop, LCD, Whiteboard
Proses Penyajian
1. Setelah membuka acara dengan salam, fasilitator
memberikan penjelasan tentang tujuan materi yang akan
dipejari pada sesi ini.

2. Bagikan kertas kosong/metaplan kepada setiap


peserta. Mintalah peserta untuk menjawab pertanyaan
berikut, “apa saja yang diperlukan oleh sebuah keluarga
untuk dapat melangsungkan kehidupannya secara wajar?”

3. Mintalah 2-3 peserta untuk mempresentasikan


jawabannya.

4. Buatlah simpulan, jenis-jenis kebutuhan yang


diperlukan oleh setiap keluarga untuk dapat
melangsungkan kehidupan secara normal.

5. Tanyakan kepada peserta, apakah semua kebutuhan


tersebut dapat disediakan sendiri oleh setiap keluarga?

6. Ajak peserta untuk menginventarisir kebutuhan mana


saja yang dapat dipenuhi sendiri oleh keluarga dan
kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi sendiri oleh keluarga.

7. Ajak peserta untuk curah pendapat, apakah perlu


kondisi-kondisi tertentu supaya keluarga dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya?

8. Dari beberapa curah pendapat di atas simpulkan


bersama, bahwa keluarga memerlukan dukungan pihak lain
untuk dapat memenuhi kebutuhannya dan memerlukan
kondisi yang kondusif agar dapat memenuhi kebutuhannya.
Guna menjamin hal tersebut Pemerintah memiliki tugas
untuk mengupayakan pelayanan dasar yang memadai.

9. Lanjutkan penjelasan singkat tentang “Pelayanan Sosial


Dasar”, gunakan bahan tayangan.

10. Bagi peserta dalam beberapa kelompok kecil (5-7


orang per kelompok). Tugaskan kepada kelompok untuk

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 114


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

membuat daftar jenis-jenis pelayanan umum yang ada di


tingkat desa.

11. Minta 1-2 kelompok untuk menyampaikan hasil


diskusinya.

12. Jelaskan tentang tanggung jawab desa untuk


menjamin masyarakatnya mendapatkan pelayanan dasar
yang memadai.

13. Tutup sesi ini dengan menegaskan bahwa kondisi


pelayanan public di desa belum sama dan merata. Kondisi
pelayanan yang tidak memadai banyak ditemukan pada
desa-desa tertinggal, pedalaman, dan perbatasan. Ini perlu
menjadi perhatian khusus bagi pendamping yang nantinya
akan ditempatkan di desa tersebut.

SPB Lembar Informasi


4.1
Pokok-Pokok Kebijakan Pelayanan
Sosial Dasar

Penyelenggaraan pelayanan sosial dasar dilakukan untuk mengupayakan


terpenuhinya kebutuhan dasar dan taraf kesejahteraan sosial masyarakat di
desa. Pelayanan sosial dasar dalam penyelenggaraan pembangunana dan
pemberdayaan desa dilakukan secara terpadu dengan melibatkan berbagai

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 115


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

pemangku kepentingan dan pelayanan sektoral secara efektif dan efisien.


Berdasarkan isu-isu strategis yang harus ditangani, sasaran peningkatan
pelayanan sosial dasar ke depan diharapkan dapat memenuhi lima hal.
Pertama, terpenuhinya kebutuhan infrastruktur dasar permukiman yang
memadai bagi masyarakat perbatasan. Kedua, terpenuhinya kebutuhan
pelayanan pendidikan dan kesehatan yang memadai bagi masyarakat
perbatasan. Ketiga, meningkatnya kualitas sumberdaya manusia (SDM)
masyarakat perbatasan. Keempat, tertatanya sistem tata kelola pemerintahan
kawasan perbatasan. Kelima, meningkatnya kualitas pelayanan serta sarana
dan prasarana pelayanan pemerintahan di kawasan perbatasan. Untuk
mencapai sasaran tersebut, maka arah kebijakan peningkatan pelayanan
sosial dasar meliputi peningkatan infrastruktur dasar permukiman,
peningkatan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan, serta peningkatan
sistem tata kelola pemerintahan kawasan perbatasan dan kualitas sarana dan
prasarana pelayanan pemerintahan.
Ruang lingkup pelayanan sosial dasar di Desa, meliputi:
1. Memenuhi kebutuhan dasar masyarakat perdesaan dalam hal
perumahan, sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase
lingkungan) dan air minum;
2. Memenuhi kebutuhan dasar masyarakat perdesaan dalam
bidang pendidikan dan kesehatan dasar (penyediaan sarana dan
prasarana pendidikan dan kesehatan serta tenaga pendidikan dan
kesehatan). Pemenuhan pelayanan pendidikan dan kesehatan
merupakan upaya terhadap pencapaian target Millenium Development
Goals (MDG's);
3. Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana dasar dalam
menunjang kehidupan sosial-ekonomi masyarakat perdesaan yang
berupa akses ke pasar, lembaga keuangan, dan toko saprodi
pertanian/perikanan;
4. Meningkatkan kapasitas maupun kualitas jaringan listrik,
jaringan telekomunikasi, dan jaringan transportasi;
5. Meningkatkan keberdayaan masyarakat adat, melalui
penguatan lembaga adat dan Desa Adat, perlindungan hak-hak
masyarakat adat sesuai dengan perundangan yang berlaku;
6. Meningkatkan keberdayaan masyarakat melalui penguatan
sosial budaya masyarakat dan keadilan gender (kelompok wanita,
berkebutuhan khusus/difabel, pemuda, anak, dan TKI).

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 116


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 117


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Rencana Pembelajaran
SPB
Standar Pelayanan Minimal
4.2
di Desa (Pendidikan,
Kesehatan)

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pengertian dan konsep standar
pelayanan minimal,
2. Menguraikan indikator standar pelayanan minimal
di Desa, khususnya bidang Pendidikan dan Kesehatan.

Waktu
1 JP ( 45 menit)

Metode
Pemaparan, tanya jawab.

Media

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 118


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

 Media Tayang 1-10

Alat Bantu
Spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Proses Penyajian
1. Berikan pengantar dengan menjelaskan tujuan
diberikannya materi ini. Setelah itu jelaskan kaitan antara
materi sebelumnya dengan materi ini.

2. Tanyakan kepada peserta, siapa yang pernah memiliki


pengalaman tidak menyenangkan ketika sedang meminta
penerbitan KTP di kelurahan, palayanan kesehatan di
puskesmas/pustu/polindes, serta pelayanan pendidikan di
sekolah anaknya? Minta peserta tersebut untuk
menceritakan pengalamannya tersebut.

3. Sebagai refleksi atas sharing pengalaman, ajukan


beberapa pertanyaan berikut:

a.Perasaan apa saja yang muncul ketika mendapatkan


pelayanan yang tidak menyenangkan?

b. Dari sharing yang ada, sebutkan bentuk-bentuk


dari pelayanan yang tidak baik tersebut?,mengapa
dikatakan tidak baik?

c. Pelayanan yang tidak baik tersebut sebenarnya apakah


masih bisa diperbaiki? Adakah yang punya usulan cara
memperbaikinya?

4. Buatlah simpulan dari sharing dan refleksi, “bahwa


pelayanan dasar di desa tidak hanya sekedar cukup
tersedia, tetapi pelayanan tersebut dalam
penyelenggaraanya juga memberikan
kepuasan/menyenangkan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 119


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

5. Jelaskan bahwa perlu adanya standar pelayanan


minimal dalam setiap bentuk penyelenggaraan pelayanan
umum kepada masyarakat. Hal ini penting untuk menjamin
agar setiap pelayanan memberikan manfaat dan
memuaskan.

6. Jelaskan tentang prinsip dasar bahwa standar


pelayanan minimal itu mencakup beberapa aspek yaitu:

a.Pelayanan tersedia setiap saat.

b. Tempat pelayanan dekat dan mudah dicapai

c. Harga pelayanan terjangkau masyarakat pada


umumnya.

d. Penyelenggaraan pelayanan memuaskan.

7. Berikan contoh tentang standar pelayanan kesehatan


dan pendidikan, (gunakan tayangan slide).

8. Tanyakan kepada peserta, kira-kira standar pelayanan


minimal untuk pelayanan KTP, sanitasi, dan air bersih itu
sebaiknya seperti apa?

9. Catat semua jawaban peserta dan buat simpulan.

10. Tutup sesi dengan menegaskan bahwa pendamping


desa memiliki peran untuk memastikan setiap jenis
pelayanan umum di desa telah mengupayakan untuk
memenuhi standar pelayanan minimal.

Lembar Informasi
SPB
Standar Pelayanan Minimal
4.2
di Desa (Pendidikan,
Kesehatan)
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 120
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Mandat kewenangan Desa dalam UU Desa telah menyebabkan Desa berhak


mengurus dan mengatur beberapa hal yang menjadi cakupan hak asal-usul
dan kewenangan lokal berskala Desa. Dengan tegaknya hak Desa untuk
mengurus dan mengatur tersebut, maka tumbuh pula kewajiban Desa
terhadap masyarakatnya berdasarkan kewenangannya tersebut.

Sebagai alat ukur pelaksanaan kewajiban tersebut, sebagaimana institusi-


institusi lainnya, Desa membutuhkan standar pelayanan minimal (SPM) Desa
terhadap masyarakatnya. Dengan istilah lain, masyarakat Desa memiliki
minimal hak yang wajib dipenuhi oleh Desa. Dalam konteks perkembangan
Desa, keberadaan SPM Desa tersebut akan membantu Desa dalam mengukur
perkembangan status Desa (sangat tertinggal, tertinggal, berkembangan,
maju, dan mandiri).

Selain kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala
Desa, Desa juga memiliki kewenangan yang ditugaskan oleh Supra Desa.
Kewenangan ini pada dasarnya adalah kewenangan Supra Desa (Pemerintah,
Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Daerah), namun karena ditugaskan
kepada Desa, maka ia menjadi kewenangan Desa. Dalam konteks
kewenangan jenis ini, Kementerian Dalam Negeri Permendagri nomor 2
tahun 2017 menetapkan Standar Pelayanan Minimal Desa (SPM) yang
meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Penyediaan dan penyebaran informasi pelayanan;

2. Penyediaan data dan informasi kependudukan dan pertanahan;

3. Pemberian surat keterangan;

4. Penyederhanaan pelayanan; dan

5. pengaduan masyarakat.

Sedangkan terkait pendidikan dan kesehatan yang merupakan kebutuhan


dasar masyarakat, Desa dapat menetapkan standar pelayanan minimal
berdasarkan kewenangan lokal berskala Desa. Di antara kewenangan lokal
berskala desa dalam bidang pendidikan dan kesehatan adalah sebagai
berikut:

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 121


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

1. Pembinaan kesehatan masyarakat dan pengelolaan pos pelayanan


terpadu
2. Pengembangan dan pembinaan sanggar seni dan belajar
3. Pengelolaan perpustakaan Desa dan taman bacaan
4. Pengelolaan tempat pemandian umum
5. Pengelolaan air minum berskala Desa

Kewenangan Desa dalam bidang pendidikan dan kesehatan ini diidentifikasi


lebih jauh oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dan ditetapkan melalui Perbup.
Merujuk pada Perbup tersebut, Desa memilih kewenangan yang mampu
dikerjakannya dan ditetapkan dalam Perdes.
Sebagaimana kewenangan lokal berskala Desa lainnya, pelaksanaan standar
pelayanan minimal Desa (SPM) dalam bidang pendidikan dan kesehatan
dapat dibiayai dengan Dana Desa. Sedangkan prinsip dasar bahwa standar
pelayanan minimal itu mencakup beberapa aspek yaitu:
a. Pelayanan tersedia setiap saat.

b. Tempat pelayanan dekat dan mudah dicapai

c. Harga pelayanan terjangkau masyarakat pada umumnya.

d. Penyelenggaraan pelayanan memuaskan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 122


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

SPB Rencana Pembelajaran

4.3 Kajian Kebutuhan


Pelayanan Sosial Dasar

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pentingnya melakukan kajian
kebutuhan pelayanan sosial dasar;

2. Menguraikan aspek-aspek kajian kebutuhan


pelayanan sosial dasar;

3. Menguraikanalat-alat kajian kebutuhan pelayanan


sosial dasar.

Waktu
2JP ( 90 menit)

Metode
Pemaparan, tanya jawab, diskusi kelompok

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 123


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Media
 Media Tayang 1-10

Alat Bantu
Spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Proses Penyajian
1. Jelaskan tujuan materi ini dan kaitkan dengan materi
sebelumnya tentang standar pelayanan minimal di Desa.

2. Tayangkan sebuah gambar “Kondisi Desa”

3. Ajukan beberapa pertanyaan:

a. Bagaimana kehidupan warga di desaini?

b. Bagaimana status pemenuhankebutuhan dasar


di desaini?

c. Data-data apa saja yang anda gunakan


sehingga dapat merumuskan kondisidan status
pemenuhan kebutuhan dasarnya seperti yang sudah
disebutkan?

4. Simpulkan bahwa perlu sejumlah data/informasi untuk


dapat merumuskan status kebutuhan pelayananwarga.
Data-data ini didapatkan melalui proses pengkajian.

5. Jelaskan secara ringkas prinsip dan pola kerja dari


pelaksanaan pengkajian kebutuhan pelayanan social
dasar.

6. Bagikankepada peserta form pengkajian kebutuhan


pelayanan social dasar dan jelaskan secara singkat

7. Bagi peserta dalam beberapa kelompok, minta peserta


untuk belajar mengisi form, membuat rangkuman dan
simpulan analisa kebutuhan layanan sociall dasar.

8. Amati dan damping kelompok selama bekerja.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 124


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

9. Jika perlu dan cukup waktu minta salah satu kelompok


untuk memaparkan hasil diskusinya.

10. Tutup sesi dengan menegaskanbahwa pengkajian


perlu dilakukan secara rutin ditingkat desa. Hal ini penting
karena kegiatan pengkajian dapat dimanfaatkan juga
untuk memonitor perubahan atau perkembangan desa.
Untuk itu akan lebih baik jika ketrampilan pengkajian ini
dilatihkan kepada semua pelaku pembangunan yang ada
didesa terutama mereka yang berperan untuk melakukan
perencanaan kegiatan setiap tahunnya.

SPB Rencana Pembelajaran

4.3 Kajian Kebutuhan


Pelayanan Sosial Dasar

UU Desa pasal 78 menyebutkan bahwa pembangunan Desa yang


dimaksudkan sebagai usaha dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan
dilakukan adalah melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana
dan prasarana Desa, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta
pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Secara
umum, kebutuhan dasar yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Identitas hukum
b. Pendidikan
c. Kesehatan
d. Infrastruktur dasar : air bersih, perumahan, dansanitasi
e. Sosial

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 125


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Dalam Permendes no. 22 tahun 2016, pembangunan Desa yang terkait


peningkatan kualitas dan akses terhadap pelayanan sosial dasar disebutkan
sebagai salah satu prioritas pembangunan yang dapat dibiayai dengan Dana
Desa, yaitu sebagai berikut:
1) Pengadaan, pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan sarana
prasarana kesehatan, seperti: a) air bersih berskala Desa; b) sanitasi
lingkungan; c) jambanisasi; d) mandi, cuci, kakus (MCK); e)mobil/ kapal
motor untuk ambulance Desa; f) alat bantu penyandang disabilitas; g)
panti rehabilitasi penyandang disabilitas; h) balai pengobatan; i)
posyandu; dan j) sarana prasarana kesehatan lainnya sesuai dengan
analisis kebutuhan dan kondisi Desa yang diputuskan dalam
musyawarah Desa.
2) Pengadaan, pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan sarana
prasarana pendidikan dan kebudayaan antara lain: a) taman bacaan
masyarakat; b) bangunan PAUD; c) buku dan peralatan belajar PAUD
lainnya; d) wahana permainan anak di PAUD; e) taman belajar
keagamaan; f) bangunan perpustakaan Desa; g) buku/bahan bacaan; h)
balai pelatihan/kegiatan belajar masyarakat; i) sanggar seni; j) film
dokumenter; k) peralatan kesenian; dan l) sarana prasarana pendidikan
dan kebudayaan lainnya sesuai dengan analisis kebutuhan dan kondisi
Desa yang diputuskan dalam musyawarah Desa.

Sedangkan kegiatan pemberdayaan Masyarakat terkait peningkatan


kualitas dan akses terhadap pelayanan sosial dasar yang dapat dibiayai
dengan Dana Desa adalah sebagai berikut:
1) Pengelolaan kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat, antara lain: a)
pelayanan penyediaan air bersih; b) pelayanan kesehatan lingkungan; c)
penyediaan makanan sehat untuk peningkatan gizi bagi balita dan anak
sekolah; d) pengelolaan balai pengobatan Desa; e) perawatan kesehatan
untuk ibu hamil dan menyusui; f) pengobatan untuk lansia; g) fasilitasi
keluarga berencana; h) pengelolaan kegiatan rehabilitasi bagi
penyandang disabilitas; dan i) kegiatan pengelolaan pelayanan
kesehatan masyarakat Desa lainnya sesuai dengan analisis kebutuhan
dan kondisi Desa yang diputuskan dalam musyawarah Desa.
2) Pengelolaan kegiatan pelayanan pendidikan dan kebudayaan antara
lain: a) bantuan insentif guru PAUD; b) bantuan insentif guru taman
belajar keagamaan; c) penyelenggaraan pelatihan kerja; d)
penyelengaraan kursus seni budaya; e) bantuan pemberdayaan bidang
olahraga; f) pelatihan pembuatan film dokumenter; dan g) kegiatan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 126


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

pengelolaan pendidikan dan kebudayaan lainnya sesuai dengan analisis


kebutuhan dan kondisi Desa yang diputuskan dalam musyawarah Desa.

Agar pembangunan kebutuhan dasar tersebut tepat sasaran dan sesuai


kebutuhan Desa, maka Desa membutuhkan data-data terkait situasi
kebutuhan dasar di Desa. Data-data tersebut diperoleh melalui identifikasi,
pengumpulan, pengolahan dan pengkajian serta menjadi acuan menentukan
prioritas kebutuhan pembangunan. Selanjutnya, data-data tersebut
dimanfaatkan dalam proses perencanaan pembangunan.

Rencana Pembelajaran
SPB
Fasilitasi
4.4
Pelayanan Sosial Dasar
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 127
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

(Kerjasama Sektor)

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Mengidentifikasi sektor terkait dengan
pelaksanaan pelayanan sosial dasar;
2. Menguraikan strategi fasilitasi dalam pelaksanaan
pelayanan sosial dasar.

Waktu
2 JP ( 90 menit)

Metode
Pemaparan, tanya jawab, diskusi kelompok

Media
 Media Tayang 1-10

Alat Bantu
Spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Proses Penyajian

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 128


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

2. Jelaskan tujuan materi sesi ini dan kaitkan dengan


tujuan materi di sesi sebelumnya.

3. Ingatkan kembali, bahwa pelayanan sosial dasar


mencakup:

a. Identitas hukum

b. Pendidikan

c. Kesehatan

d. Infrstrukturdasar : air bersih, perumahan,


dansanitasi

e. Sosial

4. Bagi peserta dalam beberapa kelompok, tugaskan


kepada kelompok untuk mengidentifikasi pelaksana dan
penanggungjawab dari setiap layanan

No BentukPelayanandasar Pelaksana/Penanggungjawab/Instansi
1 Kesehatan:
1. Posyandu

2. Puskesmas/
Pustu/Polindes

2 1. PAUD/TK

2. SD/SMP/SMA

3 IdentitasHukum
1. Aktekelahiran

2. Penerbitan KTP

4 Infrastrukturdasar
1. Perumahan

2. Air bersih

3. Sanitasi

5 Sosial
2. Keamanan

3. Senibudaya

4. Keagamaan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 129


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

5. Jelaskan bahwa pelayanan dasar akan berjalan dengan


baik jika memenuhi beberapa hal berikut ini:

a. Tersedianya tenaga pelaksana yang terampil

b. Tersedianya tempat pelayanan dengan fasilitas


yang memadai.

c. Masyarakat memanfaatkan pelayanan secara


maksimal

d. Adanya dukungan danperhatian dari


Pemerintahan setempat.

e. Keterlibatan masyarakat untuk turut


memelihara.

6. Minta kembali peserta duduk dalam kelompoknya.


Tugaskan kepada kelompok untuk mengidentifikasi kondisi
layanan yang ada.

7. Jelaskan bahwa pemantauan kondisi pelayanan umum


perlu terus diupdate dan diumpan balikkan kepada
pelaksana/penanggungjawab. Umpan balikakan efektif jika
dilakukan dengan memenuhi beberapa prinsip:

a. Menyajikan data

b. Tidak mengkritiki perilaku pelaksana tetapi


focus pada system dan polap elayanan.

c. Disampaikan dalam kontek komunikasi


sederajat.

8. Minta peserta kembalike dalam kelompok. Tugaskan


kepada kelompok untuk memilih salah satu jenis pelayanan
yang kondisinya tidak baik. Minta kelompok untuk
menyusun rancangan fasilitasi untuk mengkomunikasikan
kondisi layanan tersebut kepada instansi
penanggungjawab.

9. Simulasikan proses fasilitasi perbaikan pelayanan


dasar, catat proses simulasi, dan refleksikan bersama proses
simulasi:

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 130


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

a. Apakah ketika simulas imenggunakan data-


data

b. Apakah ketikasimulasi mengkritisi perilakuatau


focus pada system pelayanan

c. Apakah ketika simulasi menggunakan proses


komunikasi sederajat?

10. Tutup sesi dengan penegasan bahwa membangun


jaringan dengan semua instansi penanggungjawab
pelayanan menjadi penting dan terus dibangun, karena
membangun jaringan tidak cukup sekali dilakukan
melainkan berkali-kali.

SPB Lembar Informasi


4. Fasilitasi
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 131
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Pelayanan Sosial Dasar

UU nomor 6 tahun 2014 tentang Desa pasal 78 Ayat (1) menyebutkan bahwa
pembangunan Desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa
dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui
pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana Desa,
pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam
dan lingkungan secara berkelanjutan. Demikian pula disebutkan dalam pasal
80 UU Desa bahwa peningkatan kualitas dan akses terhadap pelayanan dasar
merupakan salah satu prioritas dalam perencanaan pembangunan Desa.

Dengan demikian, dapat dipahami bila Permendes no. 22 tahun 2016 tentang
Prioritas Penggunaan Dana Desa tahun 2017 Desa menempatkan Pengadaan,
pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan sarana prasarana
pelayanan sosial dasar untuk pemenuhan kebutuhan kesehatan masyarakat
dan pendidikan serta kebudayaan sebagai prioritas.

Desa tertinggal hingga dengan Desa mandiri perlu merintis serta


mengembangkan pengelolaan secara partisipatif kegiatan pelayanan sosial
dasar di bidang pendidikan, kesehatan.

Permendes no. 22 tahun 2016 menyebutkan bahwa pembangunan Desa yang


terkait peningkatan kualitas dan akses terhadap pelayanan sosial dasar
adalah salah satu prioritas pembangunan yang dapat dibiayai dengan Dana
Desa, yaitu sebagai berikut:

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 132


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

1) Pengadaan, pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan sarana


prasarana kesehatan, seperti: a) air bersih berskala Desa; b) sanitasi
lingkungan; c) jambanisasi; d) mandi, cuci, kakus (MCK); e)mobil/ kapal
motor untuk ambulance Desa; f) alat bantu penyandang disabilitas; g)
panti rehabilitasi penyandang disabilitas; h) balai pengobatan; i)
posyandu; dan j) sarana prasarana kesehatan lainnya sesuai dengan
analisis kebutuhan dan kondisi Desa yang diputuskan dalam
musyawarah Desa.

2) Pengadaan, pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan sarana


prasarana pendidikan dan kebudayaan antara lain: a) taman bacaan
masyarakat; b) bangunan PAUD; c) buku dan peralatan belajar PAUD
lainnya; d) wahana permainan anak di PAUD; e) taman belajar
keagamaan; f) bangunan perpustakaan Desa; g) buku/bahan bacaan; h)
balai pelatihan/kegiatan belajar masyarakat; i) sanggar seni; j) film
dokumenter; k) peralatan kesenian; dan l) sarana prasarana pendidikan
dan kebudayaan lainnya sesuai dengan analisis kebutuhan dan kondisi
Desa yang diputuskan dalam musyawarah Desa.

Sedangkan kegiatan pemberdayaan Masyarakat yang terkait peningkatan


kualitas dan akses terhadap pelayanan sosial dasar dan dapat dibiayai
dengan Dana Desa adalah sebagai berikut:

3) Pengelolaan kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat, antara lain: a)


pelayanan penyediaan air bersih; b) pelayanan kesehatan lingkungan; c)
penyediaan makanan sehat untuk peningkatan gizi bagi balita dan anak
sekolah; d) pengelolaan balai pengobatan Desa; e) perawatan kesehatan
untuk ibu hamil dan menyusui; f) pengobatan untuk lansia; g) fasilitasi
keluarga berencana; h) pengelolaan kegiatan rehabilitasi bagi
penyandang disabilitas; dan i) kegiatan pengelolaan pelayanan
kesehatan masyarakat Desa lainnya sesuai dengan analisis kebutuhan
dan kondisi Desa yang diputuskan dalam musyawarah Desa.

4) Pengelolaan kegiatan pelayanan pendidikan dan kebudayaan antara


lain: a) bantuan insentif guru PAUD; b) bantuan insentif guru taman
belajar keagamaan; c) penyelenggaraan pelatihan kerja; d)
penyelengaraan kursus seni budaya; e) bantuan pemberdayaan bidang
olahraga; f) pelatihan pembuatan film dokumenter; dan g) kegiatan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 133


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

pengelolaan pendidikan dan kebudayaan lainnya sesuai dengan analisis


kebutuhan dan kondisi Desa yang diputuskan dalam musyawarah Desa.

Kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan dasar tersebut akan berjalan


dengan baik jika memenuhi beberapa hal berikut ini, yaitu:
a. Tersedianya tenaga pelaksana yang terampil

b. Tersedianya tempat pelayanan dengan fasilitas yang memadai.

c.Masyarakat memanfaatkan pelayanan secara maksimal

d. Adanya dukungan danperhatian dari Pemerintahan setempat.

e. Keterlibatan masyarakat untuk turut memelihara.

Jika hal-hal tersebut belum maksimal, maka dapat disimpulkan adanya


indikasi masalah yang perlu dikomunikasikan dengan pihak terkait dan dapat
dimasukkan dalam perencanaan pembangunan Desa.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 134

Anda mungkin juga menyukai