BAB 1 PENDAHULUAN
Budidaya air laut adalah salah satu dari teknik pemanfaatan kawasan pantai
dan laut untuk memproduksi berbagai komoditas perikanan khususnya ikan kakap
(2018), ikan kakap putih (L. calcarifer) atau yang lebih dikenal dengan nama
lokal Seabass atau Baramundi merupakan jenis ikan yang mempunyai nilai
ekonomis yang tinggi, baik untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri
maupun luar negeri. Menurut Priyono, dkk. (2013), ikan kakap putih (L.
calcarifer) adalah salah satu komoditas yang memiliki prospek cerah untuk dapat
dikembangkan.
Banyaknya jumlah permintaan ikan kakap putih (L. calcarifer) baik pasar
ekspor. Penurunan ekspor disebabkan oleh produksi ikan kakap putih (L.
Sampai saat ini untuk memenuhi kebutuhan ekspor maupun konsumsi dalam
dengan adanya permintaan yang cukup tinggi yang mana tidak dapat dipenuhi
putih (L. calcarifer) dalam keramba jaring apung dan tambak payau/laut.Kegiatan
kontinyu, pada saat ini benih yang dipelihara selain berasal dari alam juga sudah
karena habitat dan penyebarannya yang sangat luas mulai dari air laut, air payau,
Padat tebar merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan hasil produksi benih kakap putih. Padat tebar yang optimal sangat
penting dalam keberhasilan budidaya kakap putih. Jika padat tebar yang terlalu
kelangsungan hidup. Jika padat tebar terlalu rendah pemanfaatan ruang tidak
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui padat tebar
yang optimal benih kakap putih (Lates calcarifer) terhadap pertumbuhan dan
kelangsungan hidup.
kelangsungan hidup benih Ikan Kakap Putih(Lates calcarifer) pada Padat tebar
berbeda.
3
dan dapat dijadikan acuan referensi bagi pembaca serta bermanfaat bagi para
Ikan kakap putih merupakan salah satu spesies dari genus Lates yang
memiliki nilai ekonomis tinggi. Menurut Razi (2013), klasifikasi ikan kakap putih
Ikan kakap putih memiliki badan memajang, gepeng, batang sirip ekor
lebar, kepala lancip dengan bagian atas cekung dan cembung didepan sirip
punggung. Mulut lebar, gigi halus dan bagian bawah preoporculum berduri kuat.
Operkulum mempunyai duri kecil, cuping bergerigi diatas pangkal gurat sisi. Sirip
punggung berjari- jari keras 7–9 dan 10–11 jari jari lemah. Sirip dada pendek dan
membulat. Sirip punggung dan sirip dubur mempunyai lapisan bersisik. Sirip
dubur bullat,berjari keras 3dan berjari lemah 7–8. Sirip ekor bulat. Sisik bertipe
sisir besar. Tubuh berwarna dua tingkatan yaitu kecoklatan dengan bagian sisik
dan perut berwarna keperakan untuk ikan yang hidup dilaut dan coklat keemasan
pada ikan yang ada dilingkungan tawar. Ikan dewasa berwarna kehijauan atau
keabu – abuan pada bagian atas dan keperakan(Razi, 2013). Bentuk ikan kakap
putih (L. Calcarifer) adalah pipih dan ramping dengan ekor meruncing kearah
ujung.
5
protandri) dan hanya sekitar 50% dari populasinya tetap berkelamin jantan
Ikan kakap putih selama kurang lebih 2-3 tahunhidup diperairan tawar
seperti sungai dan danau yang berhubungan dengan laut dengan ukuran 3–5kg.
Ikan dewasa yang berumur 3–4 tahun beruaya kemuara sungai, danau atau laguna
biasanya terjadi pada akhir musim panas dan pemijahan terjadi pada awal musim
ikan kakap putih memijah pada permulaan bulan gelap atau bulan penuh mulai
pukul enam sore sampai delapan malam bersamaan dengan datangnya air pasang
6
(Razi,2013).Ikan kakap putih (L. calcarifer) adalah ikan yang bersifat katadrom
yang terdistribusi secara luas di wilayah Pasifik Indo Barat dari Teluk Persia, dan
ikan yang mempunyai toleransi yang cukup besar terhadap kadar garam
(euryhaline) (Tarwiyah dalam Yaqin, 2018). Ikan kakap putih (L. calcarifer)
memiliki kisaran toleransi fisiologis yang cukup luas, serta pertumbuhannya yang
cukup cepat sehingga siap dipanen dengan ukuran 350g sampai 3kg alam waktu
Ikan kakap putih (L. calcarifer) adalah ikan yang tinggal di habitat air laut,
tawar, payau, muara dan perairan pesisir. Menurut Utojo dalam Yaqin (2018),
ikan kakap putih (L. calcarifer) yang belum terdomestikasi di alam memiliki sifat
predator karnivora, yang dominan memakan ikan yang lebih kecil dan kelompok
Umumnya ikan kakap putih (L. calcarifer) yang berukuran besar baik panjang
berukuran lebih kecil dari pada ukuran bukaan mulutnya yang berada didekat
permukaan di sekitar perairan karang. Jenis kakap putih ini biasanya menempati
daerah perairan pantai berkarang hingga kedalaman 100 meter (Batara dalam
Putri, 2018). Fahmawati dalam Yaqin (2018), ikan kakap putih (L. calcarifer)
yang telah terdomestikasi, akan diberikan pakan berupa pelet atau pakan buatan.
Jenis pelet yang diberikan ialah pelet tenggelam. Menurut Jaya, dkk (2013), pakan
7
yang akan diberikan pada benih ikan kakap putih selama pemeliharaan harus
disesuai dengan kebutuhan benih ikan yang dipelihara, baik dari segi jumlah,
waktu, syarat fisik (ukuran dan bentuk) serta kandungan nutrisi, agar pemberian
pakan buatan berupa pelet ini tepat sesuai dengan kebutuhan dan memiliki
kualitas nutrisi yang baik untuk hidup benih ikan kakap putih (L. calcarifer,).
Padat tebar adalah jumlah ikan yang ditebar dalam wadah budidaya persatuan luas
yang mempengaruhi padat penebaran antara lain adalah kualitas air, pakan, dan
ukuran ikan (Azhari dalam Agustine,2018). Tingkat kelangsungan hidup ikan yaitu
nilai persentase jumlah ikan yang hidup selama masa pemeliharaan tertentu.
kualitas telur, kualitas air, serta perbandingan antara jumlah pakan dan
hidup, kualitas air dan pertumbuhan yang lambat, keragaman ukuran ikan. Padat
jumlah ikan, terutama ikan yang berukuran kecil (Hepher dan Pruginin,
populasi dalam ruang gerak yang sama, dan kurangnya pakan yang tersedia akibat
fisiologi dan tingkah laku ikan terhadap ruang gerak akan terganggu, sebagai
padat penebaran akan disertai dengan peningkatan hasil (produksi) (Azhari dalam
Agustine,2018).)
proses perubahan biomass atau jumlah individu pada periode waktu tertentu.
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor internal meliputi sifat genetik, umur, sex dan kondisi fisiologis
ikan. Faktor eksternal berhubungan dengan pakan dan lingkungan. Sebagian besar
diantaranya adalah komposisi kimia air dan tanah, suhu air, bahan buangan
hormon, dan lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang paling penting adalah
zat hara (Fujaya, 2004). Jika padat penebaran tinggi, maka laju pertumbuhan
harian ikan rendah. Jika disuatu perairan terdapat pakan alami yang tinggi serta
padat tebar rendah maka akan menghasilkan pertumbuhan ikan yang maksimal
yang optimum pada suatu ikan, sehingga dapat menghasilkan produksi yang
semakin besar maka penurunan produksi akan terjadi hingga mencapai tingkat
pertumbuhan nol. Dapat diartikan bahwa hasil ikan yang ditebar telah mencapai
nilai carrying capacity atau daya dukung maksimum wadah budidaya. Jika padat
penebaran yang tinggi tidak diimbangi dengan pemberian pakan yang diberikan
serta kualitas air terkontrol, akan menyebabkan penurunan laju pertumbuhan ikan
dan jika telah sampai pada batas tertentu maka pertumbuhannya akan berhenti
sama sekali (Hepher dan Pruginin, 1981). Jika ketersediaan pakan hanya cukup
supplement.
10
metabolisme (Zonneveld et al., 1991). Konversi pakan dan laju pertumbuhan juga
bergantung pada oksigen. Pakan yang memiliki gizi yang cukup dapat
menurunkan tingkat konsumsi pakan ikan (nafsu makan), karena oksigen sangat
pertumbuhan. Jika kadar amonia yang tinggi akibat hasil metabolisme pada media
dalam darah, yang dapat menyebabkan kematian (Boyd, 1990). Padat penebaran
penebaran yang rendah lebih agresif, dibanding ikan yang dipelihara dalam padat
dan banyaknya sisa - sisa metabolisme yang tertimbun di dalam air (Bardach
dalam Agustine,2018).).
jaringan akibat pembelahan sel secara mitosis dan pembesaran sel sehingga terjadi
11
pertambahan sel, urat daging, dan tulang yang merupakan bagian terbesar dalam
tubuh ikan yang menyebabkan pertambahan bobot ikan (Effendie dalam Yaqin
2018). Hal ini terjadi masuknya energi dan asam amino (protein) kedalam tubuh
yang berasal dari makanan. Senyawa yang berasal dari makanan tersebut akan
digunakan tubuh untuk metabolisme dasar, pergerakan produksi organ seksual dan
Kelangsungan hidup merupakan jumlah dari berbagai umur dan dapat diartikan
pula sebagai jumlah ikan yang hidup sampai saat masa akhir pemeliharaan
Air merupakan media yang sangat penting bagi kehidupan ikan yang
bergantung pada kualitas air. Kualitas air adalah salah saru dari faktor yang sangat
Menurut Hanuddin, dkk (2018), faktor kimia dan fisika merupakan parameter
pendukung yang meliputi suhu, pH, oksigen terlarut, amoniak dan salinitas. Salah
satu dari faktor yang mempengaruhi tingkat kelansungan hidup ikan yang
memiliki kemampuan bertoleransi terhadap salinitas yang sangat tinggi, yaitu ikan
kakap putih dapat hidup pada kisaran salinitas 0-33 ppm (Sudjiharno dalamJaya,
dkk, 2013). Ikan kakap putih (L. calcarifer) merupakan ikan yang mempunyai
katadromous (dibesarkan di air tawar dan kawin di laut) serta termasuk kedalam
budidaya ikan kakap putih yaitu 7,0-8,5. Suhu optimal bagi kehidupan dan
pertumbuhan ikan kakap putih (L. calcarifer) adalah 260C-320C sedangkan untuk
oksigen terlarut ikan kakap putih (L. calcarifer) dewasa membutuhkan oksigen
terlarut ≥ 4 ppm.
13
Bahan yang akan digunakan pada saat penelitian tertera pada Tabel 3-2
untuk penelitian ini berjumlah 20 buah, yakni untuk 5 perlakuan dan 4 ulangan
Pemberian Pakan kakap putih diberikan 3 kali sehari pukul 08.00, 12.00
dan 17.00 dengan takaran yang sudah ditentukan. Pakan yang diberikan yaitu
A3 C1 B2 A2 C2 A4 C5 D2 E1 B3
C4 D1 A1 E2 D3 B1 E3 A2 C3 D4
Dimana :
Wm = Wt - Wo
Dimana:
Pm = Lt - Lo
Dimana:
Dimana:
Kualitas air yang akan diamati selama penelitian tertera pada Tabel 3-4
sebagai berikut:
analisis ragam(ANOVA), yaitu uju keaditifan model (Uji Tukey), uji kesamaan
ragam perlakuan (Uji Bartlett) dan Uji sebaran data (Uji Kolmogorov Smirnov)
dengan menggunakan program aplikasi Excel 2016 dan Minitab 16. Selanjutnya
jika diperoleh pengaru perlakuan (P < 0,05) akan dilanjutkan dengan Uji Kontras
Yij =µ + ɽi + Ɛij
Dimana :
17
Yij = nilai pengamatan pada kelompok ke-j yang memperoleh perlakuan ke-i ;
Ɛij =pengaru aditif galat percobaan dalam kelompok ke-j yang memperoleh
perlakuan ke-i
i = perlakuan 1,2,3,4,5
J = Kelompok 1,2,3,4
diamati)
dengan uji kontras polinomial ortogonal. Menurut Gomez (1995). Derajat suatu
DAFTAR PUSTAKA
Agustine ,T., U, M., 2018 Keragaan benih ikan kakap putih (lates calcarifer )
yang dipelihara pada waring apung di tambak dengan padat tebar berbeda
pada fase pendederan. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Lampung,
Bandar Lampung.
Azhari, A., A Muchlisin, Z., & Dewiyanti, I. (2017). Pengaruh Padat Penebaran
terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Seurukan
(Osteochilus vittatus). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan
Unsyiah, 2(1), 12 - 19.
Hepher, B., and Pruginin, Y. (1981). Commercial Fish Farming with Special
Reference to Fish Culture in Israel. John Willey and Sons, New York. 261
hlm.
Hickling, C. F. (1971). Fish Culture. Faber and Faber, London. 348 hlm.
Jaya, B., Agustriani, F., dan Isnaini, 2013. Laju Pertumbuhan dan Tingkat
Kelangsungan Hidup Benih Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch) dengan
Pemberian Pakan yang Berbeda. Program Studi Ilmu Kelautan FMIPA
Universitas Sriwijaya, Inderalaya, Indonesia. Email:berry_sfc@yahoo.com
Maspari Journal. Vol. 5. No. 1. Hal: 56-63.
Jumiati. 2017. Pengaruh Salinitas dan Dosis Pakan Komersial yang Berbeda
Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila Merah (orechromis sp.). Skripsi.
Fakultas Peternakan dan Perikanan. Universitas Tadulako. Palu.
Pridona, R., Rusliadi, dan Tang, U., 2018. Pengaruh Penambahan Squalene pada
Artemia sp. dengan Dosis yang Berbeda terhadap Pertumbuhan dan
Kelulushidupan Larva Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer). Jurusan
Budidaya Perairan FAPERIKA Universitas Riau.
Priyono, A., Selamet, B., Aslianti, T., Setiadharma, T., Setyadi I., Permana, G.,
dan Setiawibawa, G. N., 2013. Pembesaran Kakap Putih, seabass (Lates
calcarifer) di Tambak dengan Pemberian Pakan Pelet Kandungan Protein
Berbeda untuk Calon Induk Melalui Seleksi Pertumbuhan. Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut, Bali.
Putri, D., F., 2018. Pengaruh Pemberian Pakan dengan Kadar Protein Berbeda
terhadap Pertumbuhan Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) yang
Dipelihara di Bak Terkontro. Skripsi. Jurusan Perikanan dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung.
Rayes, R. D., Sutresna, W., Diniarti, N., dan Supii, A. I., 2013. Pengaruh
Perubahan Salinitas terhadap Pertumbuhan dan Sintasan Ikan Kakap Putih
(Lates calcarifer Bloch). Jurnal Kelautan. Vol. 6. No. 1. Hal: 1907-9931.
Razi, F., 2013. Penanganan Hama dan Penyakit pada Ikan Kakap Putih. Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan. Pusat
Penyuluhan Kelautan dan Perikanan.
Ridho, R., dan Patriono, E., 2016. Aspek Reproduksi Ikan Kakap Putih (Lates
calcarifer Block) di Perairan Terusan dalam Kawasan Taman Nasional
Sembilang Pesisir Kabupaten Banyuasin. Jurnal penelitian saing. Vol. 18.
NO. 1. Hal. 1.
Setiawati, K., M., Zafran dan Kusumawati, D., 2016. Pembesaran Kerapu Sunu
Plectropomus leopardus dalam Keramba Jaring Apung dengan Frekuensi
Pemberian Pakan yang Berbeda. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan
Tropis. Vol. 8. No. 2. Hlm. 605-61.
Yaqin, A., 2018. Pengaruh Pemberian Pakan dengan Kadar Protein Berbeda
terhadap Performa Pertumbuhan Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) Di
20