Kel 6 Perkembangan Perbankan Di Indonesia
Kel 6 Perkembangan Perbankan Di Indonesia
DI SUSUN OLEH :
RIYAN SAPUTRA
SYAHRUL
MELYA AGUSTIN
MAY SYARAH
NINING SEPNA ALIFIA
DELVINA SARI
DIAH HASNAWATI
DOSEN : SUSANTI,SE
FAKULTAS EKONOMI
PRODI AKUNTANSI
UNIVERSITAS PASIR PANGARAIAN
2019
1
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat,karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada bapak Susanti,SE selaku
Dosen mata kuliah Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya Fakultas Ekonomi
Universitas Pasir pangaraian yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasanserta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapatkekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran danusulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidakada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
1
DAFTAR PUSAKA
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR PUSAKA................................................................................................................ii
BAB I.....................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................1
1.3 Tujuan Pembahasan................................................................................................1
BAB II....................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.....................................................................................................................2
2.1 Deregulasi Perbankan Indonesia.............................................................................4
2.2 Kondisi Sebelum Deregulasi...................................................................................4
2.3 Kondisi Sesudah Deregulasi (Periode 1997 – 1998 )..............................................5
2.4 Krisis Ekonomi Tahun 1977..................................................................................10
2.5 Penyebab Terjadinya Krisis Ekonomi Tahun 1977 Di Indonesia...........................11
BAB III.................................................................................................................................13
PENUTUP............................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................13
2
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. De Javasce NV
2. De Post Poar Bank
3. Hulp en Spaar Bank
4. De Algemenevolks Crediet Bank
5. Nederland Handles Maatscappi (NHM)
6. Nationale Handles Bank (NHB)
7. De Escompto Bank NV
8. Nederlansche Indische Handelsbank
Di samping itu, terdapat pula bank-bank milik orang Indonesia dan orang-orang
asing seperti dari Tiongkok, Jepang, dan Eropa. Bank-bank tersebut antara lain :
1. NV. Nederlandsch Indische Spaar En Deposito Bank
2. Bank Nasional Indonesia
2
3. Bank Abuan Saudagar
4. NV Bank Boemi
5. The Chartered Bank of India, Australia and China
6. Hongkong & Shanghai Banking Corporation
7. The Yokohama Species Bank
8. The Matsui Bank
9. The Bank of China
10. Batavia Bank
3
2.1 Deregulasi Perbankan Indonesia
Perbankan masa ini sangat di pengaruhi oleh berbagai kepentingan ekonomi dan
politik dari penguasa, yang di dalam hal ini adalah pemerintah. Fungsi utama
perbankan pada masa setelah kemerdekaan sampai dengan sebelum adanya
deregulasi tidak banyak mengalami perubahan, dengan demikian fungsi utamanya
adalah sebagai berikut :
a) Memobilisasikan dana dari investor untuk membiayai kebutuhan dana
investasi dan modal kerja perusahaan – perusahaan besar.
Bank-bank yang ada tidak secara tegas di arahkan untuk memobilisasikan dana
seluas-luasnya dari seluruh anggota masyarakat, dan juga tidak diarahkan untuk
mengembangkan perekonomian rakyat seluas-luasnya. Kebijakan yang terkait
dengan sektor perbankan hanya di tekankan pada kegiatan usaha-usaha besar dan
program-program pemerintah. Selain karna pola kebijakan otoritas moneter pada
4
waktu itu yang belum mementingkan mobilisasi dana dari masyarakat luas, keadaan
di atas juga disebabkan oleh belum adanya perangkat peraturan dan perundang-
undangan yang secara khusus mengatur dunia perbankan. Secara terperinci keadaan
perbankan saat ini ialah sebagai berikut :
5
seolah- olah menjadi suatu lingkaran yang tidak ada ujung pangkalnya serta saling
mempengaruhi. Untuk mengatasi situasi ynag serba tidak mengunungkan ini cara
yang ditempuh pemerintah pada waktu itu adalah dengan melakukan serangkaian
kebijakan berupa deregulasi di sektor rill dan moneter. Pada tahap awal deregulasi
lebih cepat dampaknya pada sektor moneter melalui serangkaian perubahan di dunia
perbankan. Meskipun istilah yang digunakan adalah “deegulasi” tidak berarti bahwa
perubahan yang dilakukan sepenuhnya berupa pengurangan pembatasan atau
pengaturan di dunia perbankan. Perubahan yang terjadi juga termasuk peningkatan
pengaturan pada bidang- bidang tertentu, sehingga deregulasi ini lebih tepat diartikan
sebagai perubahan- perubahan yang dimotori oleh otoritas moneter untuk
meningkatkan kinerja dunia perbankan, dan pada akhinya juga diharapkan akan
meningkatkan kinerja sektor rill. Kebijakan deregulasi yang telah dilakukan dan
terkait dengan dunia perbankan, antara lain adalah:
A. Paket 1 Juni1983 yang berisi tentang
a) Penghapusan pagu kredit dan pembatasan aktiva lain sebagai instrumen
pengendali Jumlah Uang Beredar (JUB).
b) Pengurangan KLBI kecuali untuk sektor- sektor tertentu.
c) Pemberian kebebasan bank untuk menetapkan suku bunga simpanan dan
pinjaman kecuali untuk sektor- sektor tertentu.
6
Modal di setor bank umum minimal 10 miliar
Modal di setor BPR minimal Rp 50 juta
BPR dapat ditingkatkan menjadi bank umum
BPR dapat menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk giro,
deposito, dan tabungan. - Pembukaan kemungkinan untuk mendirikan
bank campuran antara bank nasional dengan bank asing
Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank bisa menerbitkan
sertifikat deposito tanpa memerlukan izin
Semua bank dapat memberikan layanan Tabanas dan tabungan
lainnya.
7
E. Paket 20 Desember 1988 yang berisi tentang :
1) Aturan peyelenggaraan bursa efek oleh swasta
2) Alternatif sumber pembiyaan berupa sewa guna usaha, anjak piutang,
modal ventura,perdagangan surat berharga, kartu kredit, dan pembiayaan
konsumen
3) Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank dapat melakukan kegiatan
perdagangan surat berharga, anjak piutang , kartu kredit, dan pembiayaan
konsumen.
4) Kesempatan pendirian perusahaan asuransi kerugian, asuransi jiwa,
reasuransi, broker asuransi, adjuster asuransi, dan aktuaria.
8
c) Kredit Usaha Kecil (KUK)
d) Pembentukan cadangan piutang
e) Rasio pinjaman terhadap dana pihak ketiga (loan to deposit ratio)
Serangkaian kebijakan di atas telah mengakibatkan banyak perubahan
dalam perbankan di Indonesia.
Ciri-ciri kondisi perbankan pada masa sebelum deregulasi sudah tidak dapat ditemui
lagi pada masa setelah deregulasi, sehingga pada masa setelah deregulasi ini
perbankan di Indonesia mempunyai ciri- ciri sebagian berikut:
9
1. Tingkat kepercayaan masyarakat Dalam dan Luar Negri terhadap perbankan di
Indonesia menurun drastic
2. Sebagian besar bank dalam keadaan tidak sehat
3. Adanya Spread negative
4. Munculnya penggunaan peraturan perundangan yang baru
5. Jumlah bank menurun Kondisi Terakhir Tiga hal penting menandai kondisi
terakhir sektor perbankan di Indonesia. Ketiga hal tersebut adalah:
1) Selesainya peyusunan Arsitektur Perbankan Indonesia (API).
Munculnya API ini dipicu oleh adanya krisis perbankan dan krisis
ekonomi yang terjadi di Indonesia mulai tahun 1997. Salah satu
landasan penting penyusunan API ini adalah usaha Bank Indonesia
untuk menerapkan 25 Barel Core Princioles.
2) Serangkaian rencana dan komitmen pemerintah, DPR, dan Bank
Indonesia untuk membentuk atau menyusun: - Lembaga penjamin
simpanan, - Lembaga Pengawas perbankan yang independent
- Otoritas Jasa keuangan
3) Kinerja perbankan yang lebih menunjukkan kondisi masa peralihan
atau awal masa pemulihan dari krisis ekonomi ke arah kondisi
perbankan yang lebih sesuai dengan praktik- praktik perbankan yang
lebih baik. Praktik perbankan yang lebih baik ini antara lain mengrah
kepada:
a) Manajemen Pengelolaan resiko yang baik.
b) Struktur perbankan nasional yang lebih baik.
c) Penerapan prinsip kehati- hatian (prudential banking) yang
konsisten
d) Penyaluran dana masyarakat kea rah yang lebih mencerminkan
bank sebagai perantara keuangan (financial intermediary)
dengan tetap berlandaskan prinsip kehati- hatian.
Krisis Keuangan Asia, seperti banyak krisis keuangan lain sebelum dan
sesudahnya, dimulai dengan serangkaian gelembung aset . Pertumbuhan ekonomi
10
ekspor di kawasan itu menyebabkan tingginya tingkat investasi langsung asing, yang
pada gilirannya menyebabkan melonjaknya nilai-nilai real estat, pembelanjaan
perusahaan yang lebih berani, dan bahkan proyek-proyek infrastruktur publik yang
besar – semuanya didanai oleh pinjaman besar dari bank-bank. Tentu saja, investor
yang siap dan pinjaman mudah sering menyebabkan berkurangnya kualitas investasi
dan kelebihan kapasitas segera mulai terlihat di negara-negara ini.
Federal Reserve Amerika Serikat juga mulai menaikkan suku bunganya sekitar
waktu ini untuk melawan inflasi, yang menyebabkan ekspor kurang menarik (bagi
mereka dengan mata uang dipatok terhadap dolar) dan investasi asing kurang. Titik
tipping adalah realisasi oleh investor Thailand bahwa pasar properti tidak
berkelanjutan, yang dikonfirmasi oleh default Somprasong Land dan kebangkrutan
Keuangan One pada awal 1997. Setelah itu, pedagang mata uang mulai menyerang
pasak baht Thailand ke dolar AS, yang terbukti berhasil dan mata uang itu akhirnya
melayang dan terdevaluasi. Setelah devaluasi ini, mata uang Asia lainnya termasuk
ringgit Malaysia, rupiah Indonesia, dan dolar Singapura semua bergerak turun
tajam. Devaluasi ini menyebabkan inflasi tinggi dan sejumlah masalah yang
menyebar seluas Korea Selatan dan Jepang.
11
ada di Indonesia maka menyebabakan adanya masalah hutang swasta yang
merambah ke masalah dalam negeri.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan makalah yang kita susun diatas, maka dapat dipahami bersama bahwa
kondisi perbankan di Indonesia terbagi dalam empat bagian, diantaranya:
1) Kondisi perbankan di Indonesia sebelum serangkaian paket – paket deregualsi di
sektor riil dan moneter yang dimulai sejak tahun 1980-an.
pada masa ini sangat di pengaruhi oleh berbagai kepentingan ekonomi dan
politik dari penguasa, yang dalam hal ini adalah pemerintah. Pada masa colonial
kegiatan perbankan di wilayah Hindia- Belanda ini terutama di arahkan untuk
melayani kegiatan usaha dari perusahaan – perusahaan besar milik kolonial di
wilayah jajahannya serta membantu administrasi anggaran milik pemerintah.
13