Anda di halaman 1dari 17

PERKEMBANGAN PERBANKAN DI INDONESIA

(KONDISI SEBELUM DEREGULASI,KONDISI SESUDAH


DEREGULASI,KONDISI SAAT KRISIS EKONOMI MULAI AKHIR TAHUN
1977)

DI SUSUN OLEH :
RIYAN SAPUTRA
SYAHRUL
MELYA AGUSTIN
MAY SYARAH
NINING SEPNA ALIFIA
DELVINA SARI
DIAH HASNAWATI

DOSEN : SUSANTI,SE

FAKULTAS EKONOMI
PRODI AKUNTANSI
UNIVERSITAS PASIR PANGARAIAN
2019

1
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat,karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada bapak Susanti,SE selaku
Dosen mata kuliah Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya Fakultas Ekonomi
Universitas Pasir pangaraian yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasanserta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapatkekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran danusulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidakada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya.Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi
kami sendiri maupun orang yangmembacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurangberkenan dan kami memohon
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Pasir pangaraian,21 Agustus 2019

1
DAFTAR PUSAKA

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR PUSAKA................................................................................................................ii
BAB I.....................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................1
1.3 Tujuan Pembahasan................................................................................................1
BAB II....................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.....................................................................................................................2
2.1 Deregulasi Perbankan Indonesia.............................................................................4
2.2 Kondisi Sebelum Deregulasi...................................................................................4
2.3 Kondisi Sesudah Deregulasi (Periode 1997 – 1998 )..............................................5
2.4 Krisis Ekonomi Tahun 1977..................................................................................10
2.5 Penyebab Terjadinya Krisis Ekonomi Tahun 1977 Di Indonesia...........................11
BAB III.................................................................................................................................13
PENUTUP............................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................13

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kondisi dunia perbankan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan dari


waktu ke waktu. Perubahan ini selain disebabkan oleh perkembangan internal dunia
perbankan, juga tidak terlepas dari pengaruh perkembangan di luar dunia perbankan,
seperti sektor riil dalam perekonomian, politik, hukum dan sosial. Perkembangan
faktor- faktor internal dan eksternal perbankan tersebut menyebabkan kondisi
perbankan di Indonesia secara umum dapat dikelompokkan dalam empat periode.
Masing – masing periode memiliki ciri – ciri khusus yang tidak dapat di samakan
dengan periode lainnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana kondisi perbankan sebelum deregulasi?
2. Bagaimana kondisi perbankan setelah deregulasi?
3. Bagaimana kondisi perbankan saat krisis ekonomi akhir tahun 1977?
4. Apa penyebab terjadinya krisis ekonomi akhir tahun 1977?

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Untuk Mengetahui bagaimana kondisi perbankan di Indonesia dari masa
sebelum dan sesudah deregulasi.
2. Untuk mengetahui apa penyebab krisis ekonomi mulai akhir tahun 1977
3. Untuk mengetahui kondisi perbankan pada saat krisis ekonomi mulai
akhit 1977.

1
BAB II

PEMBAHASAN

Dalam dunia Perbankan di Indonesia dalam kurung waktu belakangan ini


mengalami berbagai macam perubahan. Dalam pembahasan ini Kita bahas 3 macam
periode yang pernah terjadi di Indonesia :

1. Dari tahun 1988-1996 (sebelun deregulasi)


2. Dari tahun 1997-1998 (setelah deregulasi)
3. Kondisi Saat krisis Ekonomi mulai Akhir Tahun 1977

Sejarah perbankan di Indonesia tidak terlepas dari zaman penjajahan Hindia


Belanda. Pada masa itu De javasche Bank, NV didirikan di Batavia pada tanggal 24
Januari 1828 kemudian menyusul Nederlandsche Indische Escompto Maatschappij,
NV pada tahun 1918 sebagai pemegang monopoli pembelian hasil bumi dalam
negeri dan penjualan ke luar negeri serta terdapat beberapa bank yang memegang
peranan penting di Hindia Belanda. Bank-bank yang ada itu antara lain:

1. De Javasce NV
2. De Post Poar Bank
3. Hulp en Spaar Bank
4. De Algemenevolks Crediet Bank
5. Nederland Handles Maatscappi (NHM)
6. Nationale Handles Bank (NHB)
7. De Escompto Bank NV
8. Nederlansche Indische Handelsbank

Di samping itu, terdapat pula bank-bank milik orang Indonesia dan orang-orang
asing seperti dari Tiongkok, Jepang, dan Eropa. Bank-bank tersebut antara lain :
1. NV. Nederlandsch Indische Spaar En Deposito Bank
2. Bank Nasional Indonesia

2
3. Bank Abuan Saudagar
4. NV Bank Boemi
5. The Chartered Bank of India, Australia and China
6. Hongkong & Shanghai Banking Corporation
7. The Yokohama Species Bank
8. The Matsui Bank
9. The Bank of China
10. Batavia Bank

Di zaman kemerdekaan, perbankan di Indonesia bertambah maju dan berkembang


lagi. Beberapa bank Belanda dinasionalisir oleh pemerintah Indonesia. Bank-bank
yang ada di zaman awal kemerdekaan antara lain :

1. NV. Nederlandsch Indische Spaar En Deposito Bank (saat ini Bank


OCBCNISP), didirikan 4 April 1941dengan kantor pusat di Bandung.
2. Bank Negara Indonesia, yang didirikan tanggal 5 Juli 1946 yang
sekarang dikenal dengan BNI ’46.
3. Bank Rakyat Indonesia yang didirikan tanggal 22 Februari 1946. Bank
ini berasal dari De Algemenevolks Crediet Bank atau Syomin Ginko.
4. Bank Surakarta Maskapai Adil Makmur (MAI) tahun 1945 di Solo.
5. Bank Indonesia di Palembang tahun 1946.
6. Bank Dagang Nasional Indonesia tahun 1946 di Medan.
7. Indonesian Banking Corporation tahun 1947 di Yogyakarta, kemudian
menjadi Bank Amerta.
8. NV Bank Sulawesi di Manado tahun 1946.
9. Bank Dagang Indonesia NV di Samarinda tahun 1950 kemudian merger
dengan Bank Pasifik.
10. Bank Timur NV di Semarang berganti nama menjadi Bank Gemari.
Kemudian merger dengan Bank Central Asia (BCA) tahun 1949.

Masing-masing periode mempunyai ciri khusus yang tidak dapat disamakan


dengan periode lainnya. Deregulasi di sektor riil dan moneter yang dimulai sejak
tahun 1980-an .

3
2.1 Deregulasi Perbankan Indonesia

Deregulasi adalah aturan/sistem (sistem yang mengatur) ,tindakan atau proses


menghilangkan mengurangi segala aturan. deregulasi menunjuk kebijakan
pemerintah mengurangi/meniadakan aturan administratif yang mengekang
kebebasan gerak modal,barang dan jasa. Deregulasi perbankan adalah keadaan
dimana terjadinya perubahan peraturan dalam perbankan, khususnya di Indonesia.
Deregulasi ini dimaksudkan dengan tujuan membuat suasana perbankan di Indonesia
lebih stabil.

2.2 Kondisi Sebelum Deregulasi

Perbankan masa ini sangat di pengaruhi oleh berbagai kepentingan ekonomi dan
politik dari penguasa, yang di dalam hal ini adalah pemerintah. Fungsi utama
perbankan pada masa setelah kemerdekaan sampai dengan sebelum adanya
deregulasi tidak banyak mengalami perubahan, dengan demikian fungsi utamanya
adalah sebagai berikut :
a) Memobilisasikan dana dari investor untuk membiayai kebutuhan dana
investasi dan modal kerja perusahaan – perusahaan besar.

b) Memberikan jasa – jasa keuangan kepada perusahaan – perusahaan besar.

c) Mengadministrasikan anggaran pemerintah untuk membiayai kegiatan


pemerintah.

d) Menyalurkan dana anggaran untuk membiayai program dan proyek pada


sektor sektor yang ingin di kembangkan oleh pemerintah.

Bank-bank yang ada tidak secara tegas di arahkan untuk memobilisasikan dana
seluas-luasnya dari seluruh anggota masyarakat, dan juga tidak diarahkan untuk
mengembangkan perekonomian rakyat seluas-luasnya. Kebijakan yang terkait
dengan sektor perbankan hanya di tekankan pada kegiatan usaha-usaha besar dan
program-program pemerintah. Selain karna pola kebijakan otoritas moneter pada

4
waktu itu yang belum mementingkan mobilisasi dana dari masyarakat luas, keadaan
di atas juga disebabkan oleh belum adanya perangkat peraturan dan perundang-
undangan yang secara khusus mengatur dunia perbankan. Secara terperinci keadaan
perbankan saat ini ialah sebagai berikut :

a) Tidak adanya peraturan perundangan yang mengatur secara jelas tentang


perbankan di Indonesia.
b) Kredit likuiditas Bank Indonesia ( KLBI ) pada bank-bank tertentu.

c) Bank banyak menanggung program-program pemerintah.

d) Instrumen pasar uang yang terbatas.

e) Jumlah bank swasta yang relative sedikit.

f) Sulitnya pendirian bank baru.

g) Persaingan antar bank yang tidak ketat.

h) Posisi tawar-menawar bank relative lebih kuat daripada nasabah.

i) Prosedur berhubungan dengan bank yang rumit.

j) Bank bukan merupakan alternative utama bagi masyarakat luas untuk


menyimpan dan meminjam dana.

k) Mobilisasi dana lewat perbankan yang sangat rendah.

2.3 Kondisi Sesudah Deregulasi (Periode 1997 – 1998 )


Pertumbuhan pesat yang terjadi pada periode 1988 – 1996 berbalik arah ketika
memasuki periode 1997 – 1998 karena terbentur pada krisis keuangan dan
perbankan. Bank Indonesia, Pemerintah, dan juga lembaga‐lembaga internasional
berupaya keras menanggulangi krisis tersebut, antara lain dengan melaksanakan
rekapitalisasi perbankan yang menelan dana lebih dari Rp 400 triliun terhadap 27
bank dan melakukan pengambilalihan kepemilikan terhadap 7 bank lainnya.
Tingkat inflasi yang tinggi serta kondisi ekonomi makro secara umum yang tidak
bagus terjadi bersamaan dengan kondisi perbankan yang tidak dapat memobilisasi
dana dengan baik. Fenomena yang terjadi pada masa sebelum deregulasi tersebut

5
seolah- olah menjadi suatu lingkaran yang tidak ada ujung pangkalnya serta saling
mempengaruhi. Untuk mengatasi situasi ynag serba tidak mengunungkan ini cara
yang ditempuh pemerintah pada waktu itu adalah dengan melakukan serangkaian
kebijakan berupa deregulasi di sektor rill dan moneter. Pada tahap awal deregulasi
lebih cepat dampaknya pada sektor moneter melalui serangkaian perubahan di dunia
perbankan. Meskipun istilah yang digunakan adalah “deegulasi” tidak berarti bahwa
perubahan yang dilakukan sepenuhnya berupa pengurangan pembatasan atau
pengaturan di dunia perbankan. Perubahan yang terjadi juga termasuk peningkatan
pengaturan pada bidang- bidang tertentu, sehingga deregulasi ini lebih tepat diartikan
sebagai perubahan- perubahan yang dimotori oleh otoritas moneter untuk
meningkatkan kinerja dunia perbankan, dan pada akhinya juga diharapkan akan
meningkatkan kinerja sektor rill. Kebijakan deregulasi yang telah dilakukan dan
terkait dengan dunia perbankan, antara lain adalah:
A. Paket 1 Juni1983 yang berisi tentang
a) Penghapusan pagu kredit dan pembatasan aktiva lain sebagai instrumen
pengendali Jumlah Uang Beredar (JUB).
b) Pengurangan KLBI kecuali untuk sektor- sektor tertentu.
c) Pemberian kebebasan bank untuk menetapkan suku bunga simpanan dan
pinjaman kecuali untuk sektor- sektor tertentu.

B. Bank Indonesia sejak 1984 mengeluarkan SBI

C. Bank Indonesia sejak 1985 mengeluarkan ketentuan perdagangan


SBPU dan fasilitas diskonto oleh BI.

D. Paket 27 Oktober 1988 yang berisi tentang:


1. Pengerahan dana masyarakat, yang meliputi
Kemudahan pembukaan kantor bank
Bank pemerintah, bank pembangunan daerah, bank swasta nasional
dan bank koperasi dapat membuka cabang di seluruh wilayah Indonesia.
Pembukaan kantor cabang pembantu cukup dilakukan dengan
memberi tahu Bank Indonesia
Kejelasan pendirian bank swasta

6
 Modal di setor bank umum minimal 10 miliar
 Modal di setor BPR minimal Rp 50 juta
 BPR dapat ditingkatkan menjadi bank umum
 BPR dapat menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk giro,
deposito, dan tabungan. - Pembukaan kemungkinan untuk mendirikan
bank campuran antara bank nasional dengan bank asing
 Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank bisa menerbitkan
sertifikat deposito tanpa memerlukan izin
 Semua bank dapat memberikan layanan Tabanas dan tabungan
lainnya.

2. Efisiensi Lembaga Keuangan yang meliputi


 BUMN dan BUMD bukan bank dapat menempatkan sampai dengan
50 % dananya pada bank nasional manapun.
 Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) bagi bank dan lembaga
keuangan bukan bank

3. Pengendalian Kebijakan moneter yang meliputi


 Likuiditas wajib minimum perbankan dan lembaga keuangan bukan
bank diturunkan dari 15 % menjadi 2 % dari jumlh dana pihak ketiga
 SBI dan SBPU yng semula hanya berjangka waktu 7 hari, sekarang di
tambah dengan berjangka waktu sampai dengan 6 bulan
 Batas maksimum pinjaman antarbank ditiadakan

4. Pengembangan pasar modal, yang meliputi


 Bunga deposito berjangka dan sertifikat deposito dikenakan pajak
penghasilan sebesar 15 % agar dunia perbankan mendapat perlakuan yang
sama dengan pasar modal
 Penangguhan pengenaan pajak penghasilan terhadap bunga tabungan
 Perluasan modal bank dan lembaga keuangan bukan bank dapat
dilakukan dengan prnjualan saham baru melalui pasar modal di samping
peningktan penyertaan oleh pemegang saham.

7
E. Paket 20 Desember 1988 yang berisi tentang :
1) Aturan peyelenggaraan bursa efek oleh swasta
2) Alternatif sumber pembiyaan berupa sewa guna usaha, anjak piutang,
modal ventura,perdagangan surat berharga, kartu kredit, dan pembiayaan
konsumen
3) Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank dapat melakukan kegiatan
perdagangan surat berharga, anjak piutang , kartu kredit, dan pembiayaan
konsumen.
4) Kesempatan pendirian perusahaan asuransi kerugian, asuransi jiwa,
reasuransi, broker asuransi, adjuster asuransi, dan aktuaria.

F. Paket 25 Maret 1989 yang berisi tentang :


a) Penyempurnaan paket sebelumnya
b) Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank dapat memiliki net open
position maksimum sebesar 25 % dari modal sendiri.

G. Paket 29 Januari 1990 yang berisi tentang penyempurnaan program


perkreditan kepada usaha kecil agar dilakukan secara luas oleh semua
bank.

H. Paket 28 Februari 1991 yang berisi tentang penyempurnaan paket


sebelumnya menuju penyelenggaraan lembaga keuangan dengan
prinsip kehati- hatian, sehingga dapat tetap mempertahankan
kepercayaan masyarakat terhadap lembaga keuangan

I. UU No 7 Tahun 1992 tentang Perbankan


J. Paket 29 Mei 1993 yang berisi tentang penyempurnaan aturan
kesehatan bank meliputi:
a) Rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio)
b) Batas maksimum pemberian kredit (BMPK)

8
c) Kredit Usaha Kecil (KUK)
d) Pembentukan cadangan piutang
e) Rasio pinjaman terhadap dana pihak ketiga (loan to deposit ratio)
Serangkaian kebijakan di atas telah mengakibatkan banyak perubahan
dalam perbankan di Indonesia.
Ciri-ciri kondisi perbankan pada masa sebelum deregulasi sudah tidak dapat ditemui
lagi pada masa setelah deregulasi, sehingga pada masa setelah deregulasi ini
perbankan di Indonesia mempunyai ciri- ciri sebagian berikut:

a. Peraturan yang memberikan kepastian hukum


b. Jumlah bank swasta bertambah banyak
c. Tingkat persaingan bank semakin kuat
d. Sertifikat Bank Indonesia dan Surat Berharga Pasar Uang
e. Kepercayaan masyarakat terhadap bank yang meningkat
f. Monilisasi dana melalui sektor perbankan yang semakin besar Kondisi
Saat Krisis Ekonomi Mulai Akhir Tahun 1990-an Deregulasi dan
penerapan kebijakan- kebijakan lain yang terkait dengan sektor moneter
dan rill telah menyebabkan sektor perbankan lebih mempunyai
kemampuan untuk meningkatkan kinerja ekonomi makro di Indonesia.

Mobilisasi dana melalui perbankan menjadi lebih besar dan perbankan


menjadi lebih besar peran sertanya dalam menunjang kegiatan di sektor rill melalui
peningkatan produksi barang dan jasa. Deregulasi di atas ternyata kurang diimbangi
dengan manajemen resiko perbankan yang baik. Perkembangan perbankan yang
cukup lama untuk dapat mengangkat Indomesia menjadi Negara dengan tingkat
kesejahteraan yang sama dengan negara- negara lain di Asia Tenggara.
Perkembangan ini dalam waktu yang sangat singkat menjadi terhenti dan bahkan
mengalami kemunduran total akibat adanya krisis ekonomi yang terjadi pada akhir
tahun 1990-an. Krisis ekonomi yang pada awalnya hanya dipandang sebagai krisis
moneter ini banyak menyebabkan perubahan dalam kondisi perbankan di Indonesia,
sehingga kondisinya saat masa itu adalah sebagai berikut:

9
1. Tingkat kepercayaan masyarakat Dalam dan Luar Negri terhadap perbankan di
Indonesia menurun drastic
2. Sebagian besar bank dalam keadaan tidak sehat
3. Adanya Spread negative
4. Munculnya penggunaan peraturan perundangan yang baru
5. Jumlah bank menurun Kondisi Terakhir Tiga hal penting menandai kondisi
terakhir sektor perbankan di Indonesia. Ketiga hal tersebut adalah:
1) Selesainya peyusunan Arsitektur Perbankan Indonesia (API).
Munculnya API ini dipicu oleh adanya krisis perbankan dan krisis
ekonomi yang terjadi di Indonesia mulai tahun 1997. Salah satu
landasan penting penyusunan API ini adalah usaha Bank Indonesia
untuk menerapkan 25 Barel Core Princioles.
2) Serangkaian rencana dan komitmen pemerintah, DPR, dan Bank
Indonesia untuk membentuk atau menyusun: - Lembaga penjamin
simpanan, - Lembaga Pengawas perbankan yang independent
- Otoritas Jasa keuangan
3) Kinerja perbankan yang lebih menunjukkan kondisi masa peralihan
atau awal masa pemulihan dari krisis ekonomi ke arah kondisi
perbankan yang lebih sesuai dengan praktik- praktik perbankan yang
lebih baik. Praktik perbankan yang lebih baik ini antara lain mengrah
kepada:
a) Manajemen Pengelolaan resiko yang baik.
b) Struktur perbankan nasional yang lebih baik.
c) Penerapan prinsip kehati- hatian (prudential banking) yang
konsisten
d) Penyaluran dana masyarakat kea rah yang lebih mencerminkan
bank sebagai perantara keuangan (financial intermediary)
dengan tetap berlandaskan prinsip kehati- hatian.

2.4 Krisis Ekonomi Tahun 1977

Krisis Keuangan Asia, seperti banyak krisis keuangan lain sebelum dan
sesudahnya, dimulai dengan serangkaian gelembung aset . Pertumbuhan ekonomi

10
ekspor di kawasan itu menyebabkan tingginya tingkat investasi langsung asing, yang
pada gilirannya menyebabkan melonjaknya nilai-nilai real estat, pembelanjaan
perusahaan yang lebih berani, dan bahkan proyek-proyek infrastruktur publik yang
besar – semuanya didanai oleh pinjaman besar dari bank-bank. Tentu saja, investor
yang siap dan pinjaman mudah sering menyebabkan berkurangnya kualitas investasi
dan kelebihan kapasitas segera mulai terlihat di negara-negara ini.
Federal Reserve Amerika Serikat juga mulai menaikkan suku bunganya sekitar
waktu ini untuk melawan inflasi, yang menyebabkan ekspor kurang menarik (bagi
mereka dengan mata uang dipatok terhadap dolar) dan investasi asing kurang. Titik
tipping adalah realisasi oleh investor Thailand bahwa pasar properti tidak
berkelanjutan, yang dikonfirmasi oleh default Somprasong Land dan kebangkrutan
Keuangan One pada awal 1997. Setelah itu, pedagang mata uang mulai menyerang
pasak baht Thailand ke dolar AS, yang terbukti berhasil dan mata uang itu akhirnya
melayang dan terdevaluasi. Setelah devaluasi ini, mata uang Asia lainnya termasuk
ringgit Malaysia, rupiah Indonesia, dan dolar Singapura semua bergerak turun
tajam. Devaluasi ini menyebabkan inflasi tinggi dan sejumlah masalah yang
menyebar seluas Korea Selatan dan Jepang.

2.5 Penyebab Terjadinya Krisis Ekonomi Tahun 1977 Di Indonesia

1. Stok Hutang Yang Tinggi


Penyebab terjadinya krisis ekonomi di Indoensia adalah adanya stok hutang
luar negri yang amat besar dan biasanya dipatok harus di bayar dalam jangka waktu
yang amat singkat. Ini bahkan menjadi pemicu awal terjadinya ketidak stabilan dari
perekonomian di Indonesia. Dimana adanya tindakan mengabaikan dan kepercayaan
diri yang berlebihan cenderung kian memperburuk situasi dari ketidakstabilan
perekonomian ini.
2. Kelemahan Perbankan
Perbankan kala itu masih sangat jauh di bawah standar nasional dan tergolong
sangat lemah dan ini juga yang memperburuk situasi dari perekonomian yang
memicu adanya krisis ekonomi tersebut. Dengan lemahnya sistem perbankan yang

11
ada di Indonesia maka menyebabakan adanya masalah hutang swasta yang
merambah ke masalah dalam negeri.

3. Perubahan Sistem dan isu Politik


Dimana maraknya beragam isu tidak jelas yang pada akhirnya menjadi sumber
pemicu yang malah menjadi permasalahan di bidang perekonomian di Indoensia

4. Kacaunya Sistem Politik


Beragam kabar yang simpang siur dan menyebabkan kekacauan isu politik
yang merambah pada perekonomian menjadi kian hangat yang malah menyebabkan
besarnya dampak dari krisis ekonomi tersebut. Ini adalah dampak yang
menyebabkan perburukan di sektor apapun dan sangat berpengaruh pada
perekonomian Indonesia kala itu

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dengan makalah yang kita susun diatas, maka dapat dipahami bersama bahwa
kondisi perbankan di Indonesia terbagi dalam empat bagian, diantaranya:
1) Kondisi perbankan di Indonesia sebelum serangkaian paket – paket deregualsi di
sektor riil dan moneter yang dimulai sejak tahun 1980-an.
pada masa ini sangat di pengaruhi oleh berbagai kepentingan ekonomi dan
politik dari penguasa, yang dalam hal ini adalah pemerintah. Pada masa colonial
kegiatan perbankan di wilayah Hindia- Belanda ini terutama di arahkan untuk
melayani kegiatan usaha dari perusahaan – perusahaan besar milik kolonial di
wilayah jajahannya serta membantu administrasi anggaran milik pemerintah.

2) Kondisi perbankan di Indonesia setelah munculnya deregulasi sampai dengan


masa sebelum terjadinya krisis ekonomi pada akhir tahun 1990-an.
Pertumbuhan pesat yang terjadi pada periode 1988 – 1996 berbalik arah ketika
memasuki periode 1997 – 1998 karena terbentur pada krisis keuangan dan
perbankan. Bank Indonesia, Pemerintah, dan juga lembaga‐lembaga internasional
berupaya keras menanggulangi krisis tersebut, antara lain dengan melaksanakan
rekapitalisasi perbankan yang menelan dana lebih dari Rp 400 triliun terhadap 27
bank dan melakukan pengambilalihan kepemilikan terhadap 7 bank lainnya.

3) Penyebab terjadinya krisis ekonomi tahun 1977


Ada beberapa penyebab terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1977, yaitu stok
hutang negara yang tinggi, kelemahan dari sistem perbankan di indonesia, perubahan
sistem dan kacaunya politik, dan kacaunya sistem politik dia indonesia.

13

Anda mungkin juga menyukai