Anda di halaman 1dari 12

ileus obstruktif

Dibuat oleh: Fasikhatun,Modifikasi terakhir pada Thu 15 of Apr, 2010 [04:03 UTC]

BAB I

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS

Nama : Tn. M

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 60 tahun

Alamat : Kaliwiro

Agama : Islam

Tanggal Masuk : 10 Maret 2010

Ruang Rawat : R. Cempaka

No. CM : 461054

B. ANAMNESIS (Auto dan Alloanamnesa)

Keluhan utama : nyeri perut

Keluhan tambahan : tidak bisa kentut dan BAB sejak 3 hari yang lalu

Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang ke RS tanpa surat pengantar dengan keluhan nyeri perut sebalah kiri bawah sejak 2 HSMRS. Tidak bisa
kentut dan BAB sejak 3 hari yang lalu. Selain itu juga pasien merasa mual dan muntah, perut terasa kembung. BAK lancar
tak ada keluhan. Pasien merasa kesakitan sehingga tidak dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari.

Riwayat penyakit dahulu

Riwayat operasi (-)

Riwayat penyakit serupa disangkal

Riwayat penyakit keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit dengan gejala serupa dengan pasien.

C. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

¨ Keadaan umum : tampak lemah

¨ Kesadaran: compos mentis

¨ Vital sign : TD: 130/80 mmHg

N: 84x/ menit, teratur, kuat angkat

RR : 24x/ menit, tipe torakoabdominal

T: 37,9o C, axiller

Pemeriksaan Kepala

Bentuk kepala : mesocephal, simetris, tidak terdapat deformitas

Rambut : hitam, tidak mudah dicabut

Pemeriksaan Mata

Palpebra : tidak edema kanan-kiri

Konjungtiva : tidak anemis kanan-kiri

Sklera : tidak ikterik kanan-kiri

Pupil : refleks cahaya (+/+), isokor kanan kiri Ø 2mm

Tidak terdapat gangguan penglihatan, pandangan tidak kabur.

Pemeriksaan Hidung

Tidak terdapat nafas cuping hidung

Tidak terdapat deformitas

Tidak terdapat rinore

Pemeriksaan Mulut

Bibir tidak sianosis


Bibir tidak kering

Lidah tidak kotor

Faring: hiperemis

Tonsil :tidak membesar

Pemeriksaan Telinga

Tidak terdapat otore di telinga kanan dan kiri, tidak terdapat serumen

Tidak terdapat deformitas di telinga kanan dan kiri

Tidak ada gangguan pendengaran, tidak berdenging

Pemeriksaan Leher

JVP : meningkat (R+2cm H2O)

Trakea : tidak ada deviasi trakea

Kelenjar tiroid : tidak membesar

Kelenjar limfonodi : tidak membesar

Pemeriksaan Thorax

Jantung

Inspeksi : IC tidak terlihat

Palpasi : IC teraba di SIC VI LAA sinistra tidak kuat angkat

Perkusi : Batas jantung kanan atas: SIC II LPS dextra

Batas jantung kanan bawah: SIC V LPS dextra

Batas jantung kiri atas : SIC II LMC sinistra

Batas jantung kiri bawah: SIC VI LAA sinistra

Auskultasi : Bunyi jantung S1>S2, reguler, tidak ada gallop, tidak ada bising

Paru

Inspeksi : Simetris kanan = kiri, tidak ada retraksi, tidak ada ketinggalan gerak

Palpasi : vokal fremitus kanan = kiri


Perkusi : sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : ronkhi basah kasar di lapangan paru dextra

Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi : distensi (+), darm countur (+)

Auskultasi : peristaltik (+) meningkat, metallic sound (-)

Perkusi : hipertimpani diseluruh lapang abdomen

Palpasi : defans muscular (+), nyeri tekan (+) kwadran kiri bawah, tidak ada massa tumor, hepar dan lien tidak
teraba.

Genitalia

Tidak dilakukan pemeriksaan pada alat genitalia pasien

Pemeriksaan ekstremitas

Tidak ada edema, akral hangat, turgor kulit baik, tidak ada gangguan gerak pada ekstremitas superior dan inferior.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium (tanggal 12 Maret 2010)

AL : 6,10 x103/mm3

AE : 4,15 x103/mm3

Hb : 11,7 g/dl

AT : 200 x103/mm3

LED 1 jam : 90 Mm/l

2 jam : 109 Mm/l

GDS : 94 mg%

Kolesterol total : 104 mg%

Trigliserid : 125mg%

Ureum : 24,7 mg%

Creatinin : 1,7 mg%

SGOT : 16 U/I
SGPT : 9 U/I

2. BNO 2 posisi (tanggal 12-03-2010)

· Soft tissue: tidak tampak ada kelainan

· Preperitoneal fat line tidak dapat dinilai

· Renal out line dextra dan sinistra tidak jelas

· Psoas line tidak tampak

· Jumlah udara dalam usus meningkat

· Terdapat gambaran hearing bone appearance

· Air fluid level (+), step ledder pattern (+)

· Free air /udara bebas tidak ada

Kesan: sesuai gambaran ileus obstruktif


3. foto thorax PA

· soft tissue kanan kiri sama, tidak ada swelling

· tulang: tidak ada diskontinuitas, lesi litik (-), sklerotik (-)

· pleura: sinus costofrenikus kanan kiri lancip

· pulmo: corakan bronkhovaskuler meningkat

· jantung: CTR > 0,5

· diafragma dalam batas normal

kesan: cor: cardiomegali

pulmo: suspect bronchitis


E. Diagnosis

Ileus obstruktif

F. Diagnosis banding

Ileus paralitik

G. Terapi

Puasa

Infus RL 20 tpm

Pasang NGT

Pasang DC (balance cairan)

Inj Cefotaxime 2x1 gr


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus akut yang segera memerlukan
pertolongan atau tindakan. Ileus Obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh
sumbatan mekanik. Ileus Paralitik adalah hilangnya peristaltik usus sementara.

B. Etiologi

1. Mekanis (Ileus Obstruktif)


Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada
hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari. Misalnya intusepsi, tumor polipoid dan neoplasma
stenosis, obstruksi batu empedu, striktura, perlengketan, hernia dan abses.
2.Neurogenik/fungsional (Ileus Paralitik)
Obstruksi yang terjadi karena suplai saraf otonom mengalami paralisis dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu
mendorong isi sepanjang usus. Contohnya amiloidosis, distropi otot, gangguan endokrin seperti diabetes mellitus, atau
gangguan neurologis seperti penyakit Parkinson.

Penyebab obstruksi pada usus halus dapat dibagi menjadi 3 yaitu obstruksi pada ekstraluminal, obstruksi intrinsik dan
obstruksi intraluminal. Obstruksi ekstraluminal misalnya adhesi, hernia, karsinoma dan abses. Obstruksi intrinsik pada
dinding usus seperti tumor primer. Dan obstruksi intraluminal seperti enteroliths, gallstones dan adanya benda asing.

· Penyebab ileus obstruksi pada geriatri

Ada sejumlah sebab yang mendasari dari kurang gerak, kurang minum, kurang serat, sering menunda buang air besar,
kebiasaan menggunakan obat pencahar, efek samping obat-obatan tertentu sampai adanya gangguan seperti usus
terbelit, usus tersumbat sampai kanker usus besar.

Adanya pengurangan respons motorik usus besar akibat degenerasi jaringan saraf otonom di selaput lendir usus.
Ditemukan pula pengurangan rangsang saraf pada otot polos sirkuler yang menyebabkan memanjangnya waktu gerakan
usus. Selain itu, ada kecenderungan menurunnya tegangan jaringan otot lingkar dubur dan kekuatan otot polos berkaitan
dengan usia, terutama pada lansia sehingga menyebabkan obstruksi.

C. Patofisiologi

Patofisiologik obstruksi mekanik pada usus berhubungan dengan perubahan fungsi dari usus, dimana terjadi peningkatan
tekanan intraluminal. Bila terjadi obstruksi maka bagian proksimal dari usus mengalami distensi dan berisi gas, cairan dan
elektrolit. Bila terjadi peningkatan tekanan intraluminal, hipersekresi akan meningkat pada saat kemampuan absorbsi usus
menurun, sehingga terjadi kehilangan volume sistemik yang besar dan progresif. Awalnya, peristaltik pada bagian
proksimal usus meningkat untuk melawan adanya hambatan. Peristaltik yang terus berlanjut menyebabkan aktivitasnya
pecah, dimana frekuensinya tergantung pada lokasi obstruksi. Bila obstruksi terus berlanjut dan terjadi peningkatan
tekanan intraluminal, maka bagian proksimal dari usus tidak akan berkontraksi dengan baik dan bising usus menjadi tidak
teratur dan hilang. Peningkatan tekanan intraluminal dan adanya distensi menyebabkan gangguan vaskuler terutama
stasis vena. Dinding usus menjadi udem dan terjadi translokasi bakteri ke pembuluh darah. Produksi toksin yang
disebabkan oleh adanya translokasi bakteri menyebabkan timbulnya gejala sistemik. Efek lokal peregangan usus adalah
iskemik akibat nekrosis disertai absorpsi toksin -toksin bakteri ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik.

D. Gejala Klinis

Gejala utama dari ileus obstruksi antara lain nyeri kolik abdomen, mual, muntah, perut distensi dan tidak bisa buang air
besar (obstipasi). Mual muntah umumnya terjadi pada obstruksi letak tinggi. Bila lokasi obstruksi di bagian distal maka
gejala yang dominan adalah nyeri abdomen. Distensi abdomen terjadi bila obstruksi terus berlanjut dan bagian proksimal
usus menjadi sangat dilatasi.
Obstruksi pada usus halus menimbulkan gejala seperti nyeri perut sekitar umbilikus atau bagian epigastrium. Pasien
dengan obstruksi partial bisa mengalami diare. Kadang – kadang dilatasi dari usus dapat diraba. Obstruksi pada kolon
biasanya mempunyai gejala klinis yang lebih ringan dibanding obstruksi pada usus halus. Umumnya gejala berupa
konstipasi yang berakhir pada obstipasi dan distensi abdomen. Muntah jarang terjadi. Pada obstruksi bagian proksimal
usus halus biasanya muncul gejala muntah. Nyeri perut bervariasi dan bersifat intermittent atau kolik dengan pola naik
turun. Jika obstruksi terletak di bagian tengah atau letak tinggi dari usus halus (jejenum dan ileum bagian proksimal)
maka nyeri bersifat konstan/menetap. Pada tahap awal, tanda vital normal. Seiring dengan kehilangan cairan dan
elektrolit, maka akan terjadi dehidrasi dengan manifestasi klinis takikardi dan hipotensi postural. Suhu tubuh biasanya
normal tetapi kadang – kadang dapat meningkat.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya demam, takikardi, hipotensi dan gejala dehidrasi yang berat. Demam
menunjukkan adanya obstruksi strangulate. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan abdomen tampak distensi, terdapat
darm contour (gambaran usus), dan darm steifung (gambaran gerakan usus), pada auskultasi terdapat hiperperistaltik
berlanjut dengan Borborygmus (bunyi usus mengaum) menjadi bunyi metalik (klinken) / metallic sound. Pada tahap lanjut
dimana obstruksi terus berlanjut, peristaltik akan melemah dan hilang. Pada ileus paralitik, keadaan umum pasien tampak
lemah hingga dehidrasi, tidak dapat flatus maupun defekasi. Dapat disertai muntah dan perut terasa kembung. Pada
pemeriksaan abdomen didapatkan meteorismus, suara usus (-), peristaltik menghilang. Pada palpasi tidak terdapat nyeri
tekan, defans muscular (-), kecuali jika ada peritonitis. Perkusi timpani diseluruh lapang abdomen.

Laboratorium

Tes laboratorium mempunyai keterbatasan nilai dalam menegakkan diagnosis, tetapi sangat membantu memberikan
penilaian berat ringannya dan membantu dalam resusitasi. Pada tahap awal, ditemukan hasil laboratorium yang normal.
Selanjutnya ditemukan adanya hemokonsentrasi, leukositosis dan nilai elektrolit yang abnormal. Peningkatan serum
amilase sering didapatkan. Leukositosis menunjukkan adanya iskemik atau strangulasi, tetapi hanya terjadi pada 38% -
50% obstruksi strangulasi dibandingkan 27% - 44% pada obstruksi non strangulata. Hematokrit yang meningkat dapat
timbul pada dehidrasi. Selain itu dapat ditemukan adanya gangguan elektrolit. Analisa gas darah mungkin terganggu,
dengan alkalosis metabolik bila muntah berat, dan metabolik asidosis bila ada tanda – tanda shock, dehidrasi dan ketosis.

Radiologik

Posisi supine (terlentang): tampak herring bone appearance. Posisi setengah duduk atau LLD: tampak step
ladder appearance atau cascade. Adanya dilatasi dari usus disertai gambaran “step ladder” dan “air fluid level” pada foto
polos abdomen dapat disimpulkan bahwa adanya suatu obstruksi. Foto polos abdomen mempunyai tingkat sensitivitas
66% pada obstruksi usus halus, sedangkan sensitivitas 84% pada obstruksi kolon.

Foto polos abdomen 3 posisi

· Ileus obstruktif letak tinggi

Tampak dilatasi usus di proksimal sumbatan (sumbatan paling distal di iliocaecal junction) dan kolaps usus di distal
sumbatan. Penebalan dinding usus halus yang mengalami dilatasi memberikan gambaran herring bone appearance,karena
dua dinding usus halus yang menebal dan menempel membentuk gambaran vertebra dan muskulus yang sirkuler
menyerupai kosta. Tampak air fluid level pendek-pendek berbentuk seperti tangga yang disebut step
ladder appearance karena cairan transudasi berada dalam usus halus yang terdistensi.

· Ileus obstruktif letak rendah

Tampak dilatasi usus halus di proksimal sumbatan (sumbatan di kolon) dan kolaps usus di distal sumbatan. Penebalan
dinding usus halus yang mengalami dilatasi memberikan gambaran herring bone appearance, karena dua dinding usus
halus yang menebal dan menempel membentuk gambaran vertebra dan muskulus yang sirkuler menyerupai kosta.
Gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak di tepi abdomen. Tampak gambaran air fluid levelpendek-
pendek berbentuk seperti tangga yang disebut step ladder appearance karena cairan transudasi berada dalam usus halus
yang terdistensi dan air fluid level panjang-panjang di kolon.

· Ileus paralitik

Tampak dilatasi usus menyeluruh dari gaster sampai rektum. Penebalan dinding usus halus yang dilatasi memberikan
gambaran herring bone appearance, karena dua dinding usus halus yang menebal dan menempel membentuk gambaran
vertebra dan muskulus yang sirkuler menyerupai kosta dan gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak di
tepi abdomen. Tampak gambaran air fluid level pendek-pendek berbentuk seperti tangga yang disebut step
ladder appearance di usus halus dan air fluid level panjang-panjang di kolon.

E. Penatalaksanaan
Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan cairan, menghilangkan peregangan dan
muntah dengan dekompresi, mengatasi peritonitis dan syok bila ada, dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki
kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.

· Resusitasi

Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda – tanda vital, dehidrasi dan syok. Pasien yang
mengalami ileus obstruksi mengalami dehidrasi dan gangguan keseimbangan ektrolit sehingga perlu diberikan cairan
intravena seperti ringer laktat. Respon terhadap terapi dapat dilihat dengan memonitor tanda – tanda vital dan jumlah urin
yang keluar. Selain pemberian cairan intravena, diperlukan juga pemasangan nasogastric tube (NGT). NGT digunakan
untuk mengosongkan lambung, mencegah aspirasi pulmonum bila muntah dan mengurangi distensi abdomen.

· Farmakologis

Pemberian obat – obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai profilaksis. Antiemetik dapat diberikan untuk
mengurangi gejala mual muntah.

· Operatif

Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk mencegah sepsis sekunder. Operasi diawali dengan
laparotomi kemudian disusul dengan teknik bedah yang disesuaikan dengan hasil eksplorasi selama laparotomi.

BAB III

PEMBAHASAN

Diagnosis ileus obstruktif pada kasus ini ditegakkan berdasarkan pada anamnesis pasien yaitu adanya keluhan nyeri perut,
tidak dapat flatus dan BAB selama 3 hari, terasa mual dan muntah, perut terasa kembung. Pada pemeriksaan fisik
abdomen didapatkan:

Inspeksi : perut distensi (+), darm countur (+)

Auskultasi : peristaltik (+) meningkat, metallic sound (-)

Palpasi : defans muscular (+), nyeri tekan (+) kwadran kiri bawah abdomen, hepar dan lien tak teraba

Perkusi : hipertimpani di seluruh lapang paru

Pada pemeriksaan penunjang didapatkan gambaran BNO 2 posisi berupa jumlah udara usus meningkat, dilatasi usus (+),
air fluid level (+) dengan gambaran step ladder appearance, herring bone appearance (+), free air (-), tak tampak dilatasi
usus menyeluruh dari gaster sampai rektum yang mendukung diagnosis ileus obstruktif.

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan angka lekosit yang tidak meningkat, namun LED cukup tinggi. Suhu tubuh
pasien saat masuk RS juga cukup tinggi. Hal ini menandakan adanya obstruksi strangulate.

Dari hasil anamnesis, sebelum sakit pasien masih melakukan aktivitasnya bekerja di sawah, pola makan yang cukup serat
dan tidak pernah menunda buang air besar atau menggunakan obat pencahar.

Penyebab ileus pada pasien ini lebih cenderung disebabkan oleh faktor usia yang sudah lanjut. Adanya pengurangan
respons motorik usus besar akibat degenerasi jaringan saraf otonom di selaput lendir usus. Ditemukan pula pengurangan
rangsang saraf pada otot polos sirkuler yang menyebabkan memanjangnya waktu gerakan usus. Selain itu, ada
kecenderungan menurunnya tegangan jaringan otot lingkar anus dan kekuatan otot polos berkaitan dengan usia, terutama
pada lansia sehingga menyebabkan obstruksi.
BAB IV

KESIMPULAN

· Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus akut. Ileus Obstruktif adalah
kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh sumbatan mekanik.

· Gejala utama dari ileus obstruksi antara lain nyeri kolik abdomen, mual, muntah, perut distensi dan tidak bisa buang
air besar (obstipasi).

· Pada pemeriksaan abdomen didapatkan abdomen tampak distensi, terdapat darm contour (gambaran usus), dan
darm steifung (gambaran gerakan usus), pada auskultasi terdapat hiperperistaltik berlanjut dengan Borborygmus(bunyi
usus mengaum) menjadi bunyi metalik (klinken) / metallic sound. Pada tahap lanjut dimana obstruksi terus berlanjut,
peristaltik akan melemah dan hilang.

· Pemeriksaan radiologi: Posisi supine (terlentang) tampak herring bone appearance. Posisi setengah duduk atau
LLD: tampak step ladder appearance atau cascade. Adanya dilatasi dari usus disertai gambaran “step ladder” dan “air
fluid level” pada foto polos abdomen dapat disimpulkan bahwa adanya suatu obstruksi.

· Dari hasil anamnesis didapatkan keluhan nyeri perut, tidak dapat flatus dan BAB selama 3 hari, terasa mual dan
muntah, perut terasa kembung.

· Pada pemeriksaan fisik abdomen didapatkan:

Inspeksi : perut distensi (+), darm countur (+)

Auskultasi : peristaltik (+) meningkat, metallic sound (-)

Palpasi : defans muscular (+), nyeri tekan (+) kwadran kiri bawah abdomen, hepar dan lien tak teraba

Perkusi : hipertimpani di seluruh lapang abdomen

· Pada pemeriksaan penunjang didapatkan gambaran BNO 2 posisi berupa jumlah udara usus meningkat, dilatasi usus
(+), air fluid level (+) dengan gambaran step ladder appearance, herring bone appearance (+), free air (-), tak tampak
dilatasi usus menyeluruh dari gaster sampai rektum yang mendukung diagnosis ileus obstruktif pada kasus ini.
DAFTAR PUSTAKA

1. Andari, K. 1994. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Lab/UPF Ilmu Bedah. Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soetomo.
Surabaya

2. Badash, Michelle. 2005. Paralytic Ileus (Adynamic Ileus, Non-mechanical Bowel Obstruction). EBSCO Publishing.

3. Price, S.A. 1994. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Editor: Price, S.A., McCarty, L., Wilson. Editor
terjemahan: Wijaya, Caroline. Jakarta: EGC

4. Sjamsuhidajat r, De Jong W. 2003. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai

  • Kuesioner Diare
    Kuesioner Diare
    Dokumen23 halaman
    Kuesioner Diare
    NadyaSatya Mayanthy
    Belum ada peringkat
  • 2021 Skripsi TBC
    2021 Skripsi TBC
    Dokumen129 halaman
    2021 Skripsi TBC
    NadyaSatya Mayanthy
    Belum ada peringkat
  • BAB II Ballon Blowing
    BAB II Ballon Blowing
    Dokumen28 halaman
    BAB II Ballon Blowing
    NadyaSatya Mayanthy
    Belum ada peringkat
  • Gambaran Penelitian Sawan 1
    Gambaran Penelitian Sawan 1
    Dokumen42 halaman
    Gambaran Penelitian Sawan 1
    NadyaSatya Mayanthy
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen13 halaman
    Bab I
    NadyaSatya Mayanthy
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Dokumen9 halaman
    Bab I Pendahuluan
    NadyaSatya Mayanthy
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen13 halaman
    Bab I
    NadyaSatya Mayanthy
    Belum ada peringkat
  • Geron Tik
    Geron Tik
    Dokumen26 halaman
    Geron Tik
    NadyaSatya Mayanthy
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen13 halaman
    Bab I
    NadyaSatya Mayanthy
    Belum ada peringkat
  • Maternitas
    Maternitas
    Dokumen8 halaman
    Maternitas
    NadyaSatya Mayanthy
    Belum ada peringkat
  • Ileus (Intan & Mank Gek)
    Ileus (Intan & Mank Gek)
    Dokumen28 halaman
    Ileus (Intan & Mank Gek)
    NadyaSatya Mayanthy
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen13 halaman
    Bab I
    NadyaSatya Mayanthy
    Belum ada peringkat
  • LP Tumbuh Kembang
    LP Tumbuh Kembang
    Dokumen15 halaman
    LP Tumbuh Kembang
    Dea Nadya
    Belum ada peringkat
  • Idk 1
    Idk 1
    Dokumen13 halaman
    Idk 1
    NadyaSatya Mayanthy
    Belum ada peringkat
  • Agen-Agen Infeksius (IDK II)
    Agen-Agen Infeksius (IDK II)
    Dokumen31 halaman
    Agen-Agen Infeksius (IDK II)
    NadyaSatya Mayanthy
    100% (4)