PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan anak adalah bertambahnya kemampuan (skill)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari pematangan. Di sini
menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh,
organ-organ dan sistem yang berkembang sedemikian rupa sebagai hasil
interaksi dengan lingkungannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa hubungan antara pola asuh orang tua, sekolah, teman sebaya
serta media terhadap perkembangan anak?
2. Bagaimana pola asuh orang tua, sekolah, teman sebaya serta media
mempengaruhi perkembangan anak?
1
C. Tujuan
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan maka tujuan penulisan
makalah ini ialah untuk mengetahui hubungan dan pengaruh pola asuh,
sekolah, teman sebaya serta media terhadap perkembangan anak. Makalah
ini juga dibuat untuk memenuhi salah satu tugas perkuliahan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Authoritative Parenting, memdorong anaknya untuk menjadi
independen tetapi masih membatasi dan mengontrol tindakan
anaknya. Orang tua bersikap mendukung dengan menujukkan
bagaimana orang tua menghargai pendapat anaknya. Anak yang
memiliki orang tua seperti ini ( otoritatif) akan berperilaku
kompeten secara social. Mereka cenderung mandiri, tidak cepat
puas, gaul dan memperlihatkan harga diri yang tinggi. Menurut
Baumrind hasil gaya ini sangat positif sehingga ia sangat
mendukung gaya asuh otoritatif.
Neglectful Parenting adalah gaya asuh yang dimana orang tua
tidak terlibat aktif dalam kehidupan anaknya. Anak dari orang tua
yang tak peduli ini akan menganggap bahwa aspek lain dari
kehidupan orang tuanya lebih penting ketimbang kehidupan
anaknya. Anak dari kehidupan orang tua yang abai ini sering
bertindak tidak kompeten secara social. Mereka cenderung kurang
bisa mengontrol diri, tidak cukup mandiri, dan tidak termotivasi
untuk berprestasi.
Indulgent Parenting adalah gaya asuh dimana orang tua sangat
terlibat dalam kehidupan anaknya, tapi tidak banyak memberi
batasan atau kekangan pada perilaku mereka. Orang tua seperti ini
sering membiarkan anak mencari cara sendiri untuk mencapai
tujuannya, sebab orang tua seperti ini percaya bahwa kombinasi
dukungan pengasuhan dan sedikit pembatasan akan menciptakan
anak yang kreatif dan percaya diri. Hasilnya adalah si anak
biasanya tidak belajar untuk mengontrol perilakunya sendiri. Orang
tua tidak mempertimbangkan seluruh aspek perkembangan si anak.
4
3) Cara orang tua memberi hadiah.
4) Cara orang tua memerintah anak.
5) Cara orang tua memberikan penjelasan kepada anak.
Sedangkan menurut Weiton dan Lioyd yang juga dikutip oleh Dr.
Yusuf menjelaskan perlakuan orang tua terhadap anak yaitu :
5
2. Fungsi Pengasuhan Anak
Fungsi pengasuhan orang tua mencakup tujuh bidang pendidikan yaitu:
a) Dalam pendidikan fisik
b) Dalam pendidikan akal (intelektual anak)
c) Dalam pendidikan keindahan
d) Dalam pendidikan psikologikal dan emosi anak
e) Dalam pendidikan iman bagi anak
f) Dalam pendidikan akhlak bagi anak- anaknya
g) Dalam pendidikan sosial anak-anaknya.
6
g) Mempunyai tujuan dan arah hidup yang jelas.
Pola asuh secara demokratis sangatlah positif pengaruhnya pada
masa depan anak, keluarga dikatakan berhasil manakala terjalin
hubungan yang harmonis antara orang tua dengan anak, baik atau
buruk sikap anak dipengaruhi oleh bagaimana orang tua menanamkan
sikap.
7
f) Harus mematuhi peraturan-peraturan orang tua dan tidak boleh
membantah.
a) Mudah tersinggung
b) Penakut
c) Pemurung tidak bahagia
d) Mudah terpengaruh dan mudah stress
e) Tidak mempunyai masa depan yang jelas
f) Tidak bersahabat
8
d) Hukuman tidak diberikan karena tidak ada aturan yang mengikat.
e) Kurang membimbing.
f) Anak lebih berperan dari pada orang tua.
g) Kurang tegas dan kurang komunikasi.
9
beerpendapatn menengah sering menekankan pada nilai karakter internal,
seperti control diri dan penundaan keinginan.
B. Teman sebaya
1. Pengertian Teman Sebaya
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), teman sebaya
diartikan sebagai kawan, sahabat, atau orang yang sama-sama dalm
bekerja dan bertindak. Sedangkan menurut Hurlock, teman sebaya
merupakan anak yang memiliki usia dan tahap perkembangan yang sama.
Selain itu, Santrock juga mendefinisikan teman sebaya sebagai anak-anak
yang tignkat usia dan kematangannya kurang lebih sama.
Sehingga jika ditarik kesimpulannya teman sebaya adalah interaksi
yang terjadi antar individu yang mana individu-individu tersebut
memiliki kesamaan dalam hal usia serta perkembangannya.
2. Peran Teman Sebaya
Teman sebaya mempunyai peran dalam proses perkembangan
sosial anak, menurut Santrock peranan teman sebaya dalam proses
perkembangan sosial anak antara lain sebagai sahabat, stimulasi, sumber
dukungan fisik, sumber dukungan ego, fungsi perbandingan sosial, dan
fungsi kasih sayang. Selain itu teman sebaya juga memberikan
kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain di luar anggota
keluarganya, mengontrol perilaku sosial, mengembangkan keterampilan
dan minat sesuai dengan usianya dan saling bertukar pikiran dan
masalah.
10
3. Pengaruh Teman Sebaya
Pergaulan teman sebaya dapat mempengaruhi perilaku. Pengaruh
tersebut dapat berupa pengaruh positif dan dapat pula berupa pengaruh
negatif. Pengaruh positif yang dimaksud adalah ketika individu bersama
teman-teman sebayanya melakukan aktifitas yang bermanfaat yang mana
kegiatan tersebut berguna untuk perkembangannya dalam berbagai
aspek.
Sedangkan unutk pengaruh negatifnya, mungkin saja jika kegiatan
bersama teman-teman sebaya itu melanggar norma-norma yang berlaku
di sekitarnya ataupun di lingkungan tempat dia tinggal. Hubungan teman
sebaya yang baik diperlukan untuk perkembangan sosio-emosional yang
normal, anak-anak yang ditolak oleh teman sebaya atau menjadi korba
temannya maka dia akan merasa kesepian dan beresiko untuk menjadi
depresi.
C. Lingkungan Sekolah
11
lain, interaksi pendidikan di sekolah tidak hanya berkenaan dengan
perkembangan aspek-aspek pribadi lainnya.
12
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya
terhadap belajar anaknya. Keluarga adalah lembaga pendidikan
yang pertama dan utama. Pendidikan keluarga adalah pendidikan
dalam ukuran kecil tetapi bersifat menentukan pendidikan bangsa,
negara dan dunia. Orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan
anaknya dapat menyebabkan anak kurang berhasil dalam
belajarnya.
c) Suasana rumah.
13
e) Pengertian orang tua.
14
hubungan masing-masing siswa tidak tampak. Oleh karena itu
perlu diciptakan suasana yang menunjang timbulnya relasi
yang baik antar siswa, agar dapat memberikan pengaruh positif
terhadap belajar siswa.
d) Disiplin sekolah.
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan
siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan
sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar,
kedisiplinan pegawai serta kedisiplinan kepala sekolah dalam
mengelola seluruh staf beserta siswa-siswanya. Seluruh staf
sekolah yang mengikuti tata tertib dan bekerja dengan disiplin
membuat siswa menjadi disiplin pula. Selain itu juga
memberikan pengaruh positif terhadap belajarnya.
e) Alat pelajaran.
Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar
siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu
mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang
diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan
memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan
kepada siswa. Jika siswa mudah menerima dan menguasai
pelajaran maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih
maju.
f) Waktu sekolah.
Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar
mengajar di sekolah. Waktu sekolah juga mempengaruhi
belajar siswa. Waktu belajar pagi hari adalah waktu yang baik
karena pikiran masih segar dan jasmani dalam kondisi baik.
Sedangkan waktu sore hari kurang baik karena sore hari adalah
waktu dimana siswa beristirahat, tetapi terpaksa masuk
sekolah. akibatnya siswa menerima pelajaran sambil
mengantuk. Jadi memilih waktu sekolah yang tepat akan
15
memberikan pengaruh positif terhadap belajar siswa. g)
Standar pelajaran di atas ukuran. Perkembangan psikis dan
kepribadian siswa berbeda-beda sehingga membuat
penguasaan siswa terhadap materi juga berbeda pula. Guru
dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan
kemampuan siswa masing-masing.Yang penting tujuan yang
telah dirumuskan dapat dicapai.
g) Keadan gedung.
Dengan jumlah siswa yang banyak serta variasi
karakteristik mereka masing-masing menuntut keadaan gedung
yang memadai dalam setiap kelas. Dengan kondisi gedung
yang baik akan membuat siswa belajar dengan enak dan
nyaman.
h) Metode belajar.
Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah.
Oleh karena itu guru perlu memberikan bimbingan dan
pembinaan agar siswa dapat mengatur waktu dengan baik dan
memilih cara belajar yang tepat. Dengan demikian siswa dapat
meningkatkan hasil belajarnya.
i) Tugas rumah.
Waktu belajar bagi siswa selain disekolah juga di rumah.
Tetapi guru hendaknya tidak memberikan tugas rumah terlalu
banyak karena ada kegiatan lain selain belajar yang juga harus
dikerjakan anak-anak.
3) Faktor masyarakat Masyarakat merupakan faktor eksternal yang
juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi
karena siswa berada dalam masyarakat. Faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar siswa yaitu :
a) Kegiatan siswa dalam masyarakat.
Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan
terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa
16
mengambil bagian terlalu banyak akan mengganggu belajarnya.
Oleh karena itu kegiatan siswa dalam masyarakat perlu dibatasi
agar tidak mengganggu belajarnya.
17
positif terhadap siswa sehingga siswa dapat belajar dengan
sebaik-baiknya.
D. Media
1. Definisi media
Media merupakan dua sisi mata uang yang tak terpisahkan satu
dengan lainnya. Disatu sisi, media, menampakkan wajah ‘prososial’.
Disisi yang lain menampilkan wajahnya yang ‘asosial’. Pada sisi
prososial, media melakukan penyebaran informasi melalui media seperti
suratkabar, televisi, radio, film, dan internet telah membentuk
pengetahuan dan pendapat manusia mengenai berbagai peristiwa atau hal
yang menyangkut kehidupan. Pada wajahnya yang positif, media
membawa muatan prososial. Misalnya, acara pendidikan dan informasi di
TV, buku cerita anak, situs-situs pendidikan di internet, film-film yang
menghibur dan sekaligus mendidik, atau videogame yang sehat bagi
anak. Namun, pada saat media menampilkan sisi negatifnya, media
menjadi destruktif. Media menampilkan muatan yang tidak baik
dikonsumsi, terutama anak-anak seperti misalnya menampilkan sisi
kekerasan, situs porno, komik porno, film atau game kekerasan. Media
dikatakan membawa muatan anti-sosial.
18
menurut United Nations Education and Culture Organization (UNESCO)
tidak melebihi 1000 jam per tahun. Jika melihat perbandingan jumlah
jam menonton televisi dengan jumlah jam belajar di sekolah, maka
dikuatirkan proses pembentukan pola pikir, karakter, dan perilaku anak
justru terbentuk melalui tayangan televisi.
b. Anak dan remaja umumnya senang meng-imitasi apa yang dilihat atau
didengar
19
2. Media yang dekat dengan anak anak
a. Televisi
b. Video Game
c. Internet
20
meningkatkan ketrampilan membaca, sebagai alat komunikasi,
membantu untuk penelitian, sebagai alat hiburan dan membentuk
jaringan. Adapaun nilai destruktif atau sisi negatif internet yang paling
banyak disebut adalah pornografi. Anak menjadi korban pornografi di
internet dengan dua cara : sebagai konsumen dan sebagai komoditas.
Anak sebagai komoditas internet dipakai oleh kaum pedofilia untuk
meng”akses’ anak. Saat ini, situs yang paling populer adalah situs
jaringan pertemanan,instagram, facebook. Selain itu anak jugas mengenal
situs twitter, plurk dan sebagainya. Selain menggunakan internet untuk
berkomunikasi, anak juga menggunakannya untuk bermain, game, on-
line atau untuk mengerjakan tugas sekolah.
d. Gadget
3. Pengaruh Media
21
(misalnya : orangtua menyatakan apa yang harus dikerjakan atau apa
yang boleh dan tidak boleh, dsb), pengalaman langsung atau melalui
observasi terhadap tindakan orang lain. Observational learning dapat
dijelaskan melalui social learning (belajar sosial). Teori ini menyatakan,
belajar terjadi karena peniruan (limitation). Kemampuan meniru respons
orang lain, adalah penyebab utama belajar. Contoh-contoh social learning
: orang belajar bagaimana memakai mode pakaiana, bagaimana
berkencan, bagaimana sebaiknya bersikap sebagai pria atau wanita, dan
tentu saja orang belajar perilaku-perilaku seksual dan agresi baru dari
film atau acara di TV, game atau internet. Orang dapat memperoleh pola-
pola perilaku baru melalui pengamatan terhadap orang-orang lain. Model
yang ditiru tidak harus berupa bentuk hidup. Penyajian simbolik atau
piktorial (acara TV, game, atau internet misalnya) juga berfungsi sebagai
sumber peniruan. Dalam hal ini, anak adalah seperti kertas putih (atau
mesin photocopy) yang haus belajar. Ia siap diisi oleh apa saja dan akan
menjiplak apa saja yang masuk ke dalam benaknya. Anak akan menyerap
tawaran dari medai, karena ia belum memiliki kemampuan untuk
menentukan pilihan bagi dirinya sendiri. Itulah sebabnyha, anak disebut
sebagai “khalayak yang rentan”. Pertama, karena anak cendrung tidak
kritis. Kedua, anak memiliki kecendrungan tinggi untuk mencoba dan
mengimitasi. Ketiga, anak cenderung loyal pada sesuatu yang telah
disukainya. Apalagi, anak juga kerap tidak mampu membedakan antara
fantasi dan realita. Karena itu, jika misalnya ia kerap melihat adegan
kekerasan di TV atau game maka ia akan menyangka kekerasan itu nyata
dan ketiak ia berada pada situasi yang mirip dengan apa yang dilihatnya
di media, ia akan mempraktekkan kekerasan yang dilihatnya di acara TV
atau game itu.
22
atau kemampuan mendasar. Kemampuan itu adalah yang disebut dengan
Melek Media (Media Literacy).
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pola asuh itu sangat penting terhadap perkembangan anak, dengan
pola asuh yang baik yang didapatkan dari orang tua dan keluarga, anak
juga mendapat bekal yang baik sebelum memulai pergaulan di luar
lingkup keluarga. Pendidikan atau sekolah yang baik juga menunjang
perkembangan anak, karena di sekolah anak akan lebih banyak
menghabiskan waktunya, mengembangkan potensi, intelektual,
fisikmotorik, sosio-emosional, bahasa, moral dan keagamaan dengan
teman sebayanya. Oleh karena itu, orang tua juga perlu mengenali dengan
siapa anak bermain. Selain itu, di zaman yang modern ini anak juga sudah
mulai mengenali media elektronik, sehingga perlu pengawasan khusus
untuk itu agar mereka tidak menyalahgunakannya.
B. Saran
Sebagai Orangtua, kita hendaknya memperhatikan segala aspek-aspek
perkembangan masa anak-anak sampai dengan masa sekolah.
Sebagai Pendidik, kita harus mengembangkan kemampuan dasar
anak, diantaranya adalah kemampuan fisik, intelegensi, emosi, supaya
anak bisa mengekspresikan ide-idenya dan supaya menjadi anak yang
terampil.
Anak berbeda dengan orang dewasa atau orang tua, anak memiliki
karakteristik dan dunianya sendiri, dan anak memiliki potensi untuk dapat
berkembang selama lingkungannya memberikan pengaruh-pengaruh yang
positif bagi upaya pengembangannya.
24
DAFTAR PUSTAKA
Berk, Laura E. 2006. Child Development 7th edition. United States of America:
Pearson Educational.
Drajat Zakiyah. 1995. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah. Jakarta:
Remaja Rosdakarya Offset.
Setiawan, Mary Go. 2000. Menerobos Dunia Anak. Bandung: Yayasan Kalam
Hidup.
25