Anda di halaman 1dari 2

Peran Persepsi dalam Membangun Hubungan Antarpribadi

Oleh Putri Rizki Amelia,

Hubungan antarpribadi melibatkan peran persepsi dan peran komunikasi karena hal tersebut
merupakan elemen yang mendasar sehingga persepsi antarpribadi akan muncul pada saat
dilakukan komunikasi antarpribadi, keduanya berperan dalam menciptakan hubungan antarpribadi
yang harmonis dan produktif. Jika kesamaan persepsi antar individu semakin tinggi maka
komunikasi pun akan berjalan semakin efektif. Karena tidak ada perbedaan penilaian terhdap suatu
hal yang terlalu signifikan. Kesalahan dalam persepsi dan komunikasi dapat menciptakan kondisi
yang sebaliknya. Sehingga persepsi yang ada harus akurat agar komunikasi dapat berjalan dengan
sebagaimana mestinya
Menurut King (2011) Persepsi adalah sebuah proses mengorganisasi dan menginterpretasikan
informasi sehingga menjadi berarti sementara menurut Sarlito W. Sarwono (2009:24) berpendapat
persepsi secara umum merupakan proses perolehan, penafsiran, pemilihan dan pengaturan
informasi indrawi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa persepsi ialah suatu cara mengolah,
menafsirkan atau menginterpretasikan suatu informasi berdasarkan apa yang ditangkap oleh sistem
alat indra manusia.
Ketika seseorang dihadapkan dengan sutau gambar dan diminta untuk menjelaskan apa arti
gambar tersebut. Maka masing-masing individu akan menjawab dan menjelaskan gambar tersebut
sesuai dengan apa yang dilihat oleh orang tersebut. Dan masing-masing orang akan menjawab
dengan interpretasi yang berbeda meskipun maksudnya adalah sama. Tetapi itulah yang dikatakan
persepsi.
Ada banyak faktor yang memengaruhi persepsi, baik yang membentuk maupun yang
mendistorsinya. Faktor-faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
a) Karakteristik dari individu yang mempersepsi (perceiver) seperti sikap, motif, minat,
pengalaman masa lalu serta ekspektasinya.
b) Karakteristik dari target, jika seseorang melihat suatu objek atau subjek, orang tersebut akan
membentuk persepsi tentang apa yang ia lihat karena memiliki karakteristik tertentu.
c) Situasi, yaitu konteks atau situasi di mana objek atau peristiwa yang dirasakan mempengaruhi
pemikiran dan perilaku selanjutnya seperti konteks budaya, situasi sosial serta lokasi dan waktu
kejadian
Ada beberapa faktor lain, seperti perbedaan fokus perhatian antara satu dengan orang
lain, kemudian kesiapan mental seseorang terhadap rangsangan yang akan timbul, kebutuhan
yang berbeda, sistem nilai dan tipe kepribadian juga akan mempengaruhi persepsi yang berbeda
pada tiap individu.
Dalam menilai orang lain, manusia mengembangkan strategi atau jalan pintas, yang
disebut sebagai heuristic. Dalam berbagai kasus heuristik ini sangat berguna, tetapi mungkin
sangat sering menyebabkan kesalahan persepsi. Jalan pintas yang sering diambil ini dapat
dipaparkan sebagai berikut.
a) Persepsi yang selektif: individu menginterpretasi apa yang dilihatnya secara selektif
berdasarkan minat, latar belakang, pengalaman, dan sikapnya.
b) Proyeksi: mengatribusikan sikap, karakteristik, atau keterbatasannya sendiri pada orang
lain. Orang yang curang atau berbohong dapat berasumsi semua orang juga curang dan berbohong.
c) Streotip: menilai seseorang atau kelompok berdasarkan penilaian umum, misalnya:
orang Jawa halus, anak bungsu manja, orang tua kolot.
d) Halo Effect: perasaan positif mengenai sebuah karakteristik pada individu
memengaruhi penilaiannya mengenai karakteristik yang lain, misalnya, menilai seseorang yang
kelihatannya perlente sebagai intelek atau terpelajar.
Persepsi itu dinamis, orang harus menyadarinya persepsi yang dimiliki sebelumnya dan
saat ini yang dianggap sebagai benar, presepsi juga dapat diubah karena kemunculnya baru dan
informasi yang valid. Beberapa faktor bertanggung jawab atas perbedaan persepsi dan pemahaman
serta kepekaan terhadap faktor-faktor ini seharusnya diingat ketika menafsirkan pemikiran orang
lain dan tingkah laku. Ada beberapa jalan pintas yang mempermudah namun juga bisa
menyebabkan kesalahan dalam persepsi.

Daftar Pustaka
Lewis, A. (n.d.). The issue of perception: some educational implications. [online] 30(1), pp.22-180. Available at:
http://www.andrewlewis.co.za/Lewis.Perception.Educare1_v30_n1_a15.pdf [Accessed 6 Oct. 2019].

Wahyuni, L. and Muzdalifah, F. (2010). PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KOMUNIKASI ANTARPRIBADI


DOSEN PEMBIMBING SKRIPSI DALAM PROSES BIMBINGAN SKRIPSI. Penelitian, [online] 22(13), pp.177-
178. Available at: https://media.neliti.com/media/publications/259566-persepsi-mahasiswa-terhadap-komunikasi-a-
7e6be1b3.pdf [Accessed 6 Oct. 2019].

istyana, R. and Hartono, Y. (2015). PERSEPSI DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PENANGGALAN
JAWA DALAM PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN (STUDI KASUS DESA JONGGRANG KECAMATAN
BARAT KABUPATEN MAGETAN TAHUN 2013). Agasatya, 5(1), pp.121-122.

Tim Revisi (2017). Buku ajar MPKT A. Depok: Universitas Indonesia, pp.143-144.

Anda mungkin juga menyukai