Anda di halaman 1dari 27

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Pondasi

2.1.1 Definisi Pondasi

Pondasi adalah suatu bagian dari kontruksi bangunan yang berfungsi untuk
menempatkan bangunan dan meneruskan beban yang disalurkan dari struktur atas
menuju lapisan tanah pendukung dibawahnya. Dalam struktur apapun, beban yang
terjadi baik yang disebabkan oleh berat ataupun akibat beban rencana harus
disalurkan kedalam suatu lapisan pendukung dalam hal adalah tanah yang ada
dibawah struktur tersebut.

Ada beberapa faktor dalam pemilihan pondasi,antara lain beban yang


direncanakan bekerja, jenis lapisan tanah dan faktor non teknis seperti biaya
konstruksi, dan waktu konstruksi. Pemilihan jenis pondasi yang digunakan sangat
berpengaruh kepada keamanan struktur yang berada diatas pondasi tersebut. Jenis
pondasi yang dipilih harus mampu menjamin kedudukan struktur terhadap semua
gaya yang bekerja.

Selain itu, tanah pendukungnya harus mempunyai kapasitas daya dukung


yang cukup untuk memikul beban yang bekerja sehingga tidak terjadi keruntuhan.
Dalam kasus tertentu, apabila sudah tidak memungkinkan untuk menggunakan
pondasi dangkal, maka digunakan pondasi dalam. Pondasi dalam yang sering
dipakai adalah pondasi tiang pancang.

Menurut Bowles (1984), pondasi tiang pancang banyak digunakan pada


struktur gedung tinggi yang mendapat beban lateral dan aksial. Pondasi jenis ini
juga banyak digunakan pada struktur yang dibangun pada tanah mengembang
(expensive soil).

Daya dukung tiang pancang yang diperoleh dari skin friction dapat
diaplikasikan untuk menahan gaya uplift yang terjadi. Faktor erosi pada sungai
juga menjadi pertimbangan penggunaan tiang pancang pada jembatan.

5
6

2.1.2 Jenis-Jenis Pondasi

Bentuk pondasi ditentukan oleh berat bangunan dan keadaan tanah disekitar
bangunan tersebut, sedangkan kedalaman pondasi ditentukan oleh letak tanah
padat yang mendukung posisi. Apabila pondasi terletak pada tanah miring lebih
dari 10%, maka pondasi bangunan tersebut harus dibuat rata atau dibentuk tangga
dengan bagian bawah dan atas rata.

Adapun jenis terbagi menjadi dua yaitu:


a) Pondasi dangkal
b) Pondasi dalam

2.1.2.1 Pondasi Dangkal

Pondasi dangkal (shallow footing) adalah pondasi yang digunakan pada


kedalaman 0,8–1 meter. Karena daya dukung tanah telah mencukupi, jenis-jenis
pondasi dangkal secara umum yaitu:
a) Pondasi Tapak
Pondasi tapak adalah pondasi yang mendukung bangunan secara langsung
pada tanah pondasi, bilamana terdapat lapisan tanah yang cukup tebal
dengan kualitas yang baik yang mampu mendukung bangunan itu pada
permukaan tanah atau sedikit dibawah permukaan tanah. Pondasi ini biasa
digunakan untuk bangunan bertingkat atau bangunan diatas tanah
lembek.pondasi ini juga dapat dipersiapkan untuk bangunan ditanah
sempit yang dikembangkan keatas. Pondasi ini terbuat dari beton bertulang
dan letaknya tepat dibawah kolom/tiang dan kedalamannya sampai pada
tanah keras.
7

Gambar 2.1 Pondasi Tapak (www.google.co.id)

b) Pondasi Menerus (Continius Fondations)


Pondasi menerus biasanya digunakan untuk mendukung beban memanjang
atau beban garis, baik untuk mendukukng beban dinding atau kolom
dengan jarak yang dekan dan fungsional kolom tidak terlalu mendukung
beban berat. Pondasi menerus dibuat dalam bentuk memanjang dengan
potongan persegi ataupun trapesium. Penggunaan bahan pondasi ini
biasanya sesuai dengan kondisi lingkungan atau bahan yang tersedia di
daerah setempat.

Gambar 2.2 Pondasi Menerus (www.google.co.id)

c) Pondasi Rakit (Raft Mat Fondation)


Pondasi rakit merupakan pondasi gabungan yang sekurang-kurangnya
memikul tiga kolom yang tidak terletak dalam satu garis lurus, jadi seluruh
bangunan menggunakan satu telapak bersama. Jika jumlah luas seluruh
telapak melebihi setengah dari bangunan, maka lebih ekonomis digunakan
pondasi rakit. Selain itu pelaksanaanya lebih mudah. Pemakaian pondasi
8

ini dimaksudkan juga untuk mengatasi tanah dasar yang tidak homogen,
misalnya ada lensa-lensa tanah lunak, supaya tidak terjadi perbedaan
penurunan yang cukup besar.

Gambar 2.3 Pondasi Rakit (www.google.co.ic)

2.1.2.2 Pondasi Dalam

Pondasi dalam adalah pondasi yang ditanam didalam tanah dengan


kedalaman tertentu yang berfungsi meneruskan beban bangunan kedasar tanah.
Pondasi dalam biasanya dipasang pada kedalaman lebih dari 3 m di bawah elevasi
permukaan tanah. Pondasi dalam biasanya digunakan oleh bangunan besar,
jembatan, struktur lepas pantai, dan sebagainya.
Di antara macam jenis pondasi dalam antara lain:
a) Bor Pile
Bor pile adalah pondasi tiang dalam berbentuk tabung yang berfungsi
meneruskan beban bangunan kedalam permukaan tanah. Digunakan untuk
pondasi bangunan-bangunan tinggi. Pelubangan bore pile dimulai dengan
pelubangan tanah terlebih dahulu sampai kedalaman yang dibutuhkan,
kemudian pemasangan tulang besi yang dilanjutkan dengan pengeboran
beton. Pondasi ini berdiameter 20 cm keatas, dan biasanya pondasi ini
terdiri dari 2 atau lebih yang diatasnya terdapat pile cap.
b) Tiang pancang
Tiang pancang pada dasarnya sama dengan boe pile, hanya saja yang
membedakan bahan dasarnya. Tiang pancang menggunakan beton jadi
yang langsung ditancapkan ke tanah dengan menggunakan mesin
9

pemancang. Karena ujung tiang pancang lencip menyerupai paku, oleh


karena itu tiang pancang tidak memerlukan proses pengeboran.

2.1.3 Pemilihan Bentuk Pondasi

Ada berbagai bentuk pondasi seperti yang telah dijelaskan pada bab
sebelumnya. Untuk memilih pondasi yang memadai, ada beberapa hal yag perlu
diperhatikan adalah:
1. Apakah pondasi yang memadai?
2. Apakah pondasi itu cocok untuk berbagai keadaan dilapangan?
3. Apakah pondasi itu memungkinkan untuk diselesaikan secara ekonomis
sesuai dengan jadwal kerjanya?

Bila keadaan itu ikut dipertimbangkan dalam menentukan macam pondasi,


hal-hal berikut perlu dipertimbangkan antara lain:
a. Keadaan tanah pondasi
b. Batas-batasan akibat konstruksi diatasnya (superstructure)
c. Batas-batasan dari sekelilingnya
d. Waktu dan biaya pekerjaan.

Dari hal-hal diatas, jelas keadaan tanah pondasi berada pada urutan perama
dan merupakan keadaan paling penting dan perinciannya. Berikut ini diuraikan
jenis-jenis pondasi yang sesuai dengan keadaan tanah pondasi yang bersangkutan:
1) Bila tanah pendukung pondasi terletak pada permukaan tanah atau 2-3
meter dibawah permukaan tanah. Dalam hal ini pondasinya adalah pondasi
telapak (spread fondation).
2) Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitas 10 meter
dibawah tanah, maka gunakan pondasi tiang ampung (floating pile
fondation) untuk memperbaiki tanah pondasi. Jika memakai tiang, maka
tiang baja atau tiang beton yang dicor ditempat (cast in place) kurang
ekonomis, karena tiang-tiang tersebut kurang panjang.
3) Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitas 20 meter
dibawah tanah, maka dalam hal ini tergantung dari penurunan (seetlement)
yang diizinkan. Apabila tidak boleh terjadi penurunan, biasanya digunakan
10

pondasi tiang pancang (pile driven foundation). Tetapi bila terdapat batu
besar (cobble stones) pada lapisan antara, pemakaian kaison lebih
menguntungkan.
4) Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitas 30 meter
dibawah tanah, biasanya dipakai kaison terbuka, tiang baja atau tiang cor
ditempat. Tetapi apabila tekanan atmosfer yang bekerja ternyata kurang
dari 3 kg/cm2 digunakan juga kaison tekanan.
5) Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitas 40 meter
dibawah tanah, maka dalam hal ini yang paling baik adalah tiang baja dan
tiang beton yang dicor ditempat.

Ditinjau dari segi pelaksanaan, ada beberapa keadaan dimana kondisi


lingkungan tidak memungkinkan adanya pekerjaan yang baik yang sesuai dengan
kondisi yang diasumsikan dalam perencanaan, bahkan meskipun macam pondasi
yang sesuai telah dipilih itu dilengkapi dengan pertimbangan mengenai kondisi
tanah pondasi dan batas-batasan struktur. Khususnya bila pekerjaan-pekerjaan
konstruksi dalam kota menjadi begitu aktif, ada beberapa keadaan dimana metode
konstruksi tetentu kadang-kadang dilarang, ditinjau dari sudut ganggguan umum.
Oleh karena itu, diusahakan dengan cara apapun untuk memasukkan kondisi
lingkungan kedalam pertimbangan, mulai dari sudut daat pemilihan tanah
pondasi.

2.1.4 Pondasi Tiang

Pondasi tiang adalah suatu konstruksi pondasi yang mampu menahan gaya
orthogonal ke sumbu tiang dengan jalan menyerap lenturan. Pondasi tiang dibuat
menjadi satu kesatuan yang monolit dengan menyatukan pangkal tiang pancang
yang terdapat dibawah kontruksi, dengan tumpuan pondasi.
Pondasi tiang digolongkan berdasarkan kualitas materialnya, cara
pelaksanaan dan pemakaian bahan-bahan san sebagainya. Adapun jenis-jenis dan
tipe pondasi berdasarkan kualitas material dan cara pembuatannya dirincikan pada
tebel 2.1.
11

Tabel 2.1: Jenis-Jenis Tipe Pondasi Berdasarkan Kualitas Material dan Cara
Pembuatannya (Hidayat, dkk., 2015)

Kualitas
No Nama Tiang Cara Pembuatan Bentuk
Bahan
1 Tiang Pipa tiang baja Disambungkan Lingkaran
Baja secara elektris-
di arah datar
mengeliling
Tiang dengan flens lebar Diasah dalam
H
(penampang H) keadaan panas. dilas
2 Tiang beton 1. Diaduk dengan
bercetak gaya sentrifugal Lingkara,
pracetak 2. Diaduk dengan segitiga,
penggetar dll.
Tiang
beton
pracetak
Tiang beton 1. Sistem penarikan
prategang awal
Lingkaran
pracetak 2. Sistem penarikan
akhir
Tiang Alas
Tiang Beton Sistem pemancangan
Raymond
Tiang 1. Dengan
Beton menggoyan
gkan semua
tabung
Tiang pelindung
yang 2. Dengan
dicor mengebor
ditempat tanah Sistem pemboran Lingkaran
3. Dengan
pemutaran
berlawanan
arah
4. Dengan
pondasi
dalam

Adapun kelemahan dan kelebihan menurut teknik pemasangan tiang adalah


sebagai berikut:
Kelebihan tiang pancang:
a. Karena tiang dibuat di pabrik dan pemeriksaan kualitas ketat hasilnya lebih
dapat diandalkan dan pemeriksaan dapat dilakukan setiap hari.
12

b. Kecepatan pemancang besar terutama untuk tiang baja, bahkan walaupun


lapisan antara cukup keras masih dapat ditembus sehingga pemancangan
kelapisan pendukung dapat dilakukan.
c. Persediaan yang cukup banyak di pabrik sehingga mudah
memperolehnyakecuali jika diperlukan tiang yang ukuran kusus. Disamping
itu, bahkan unuk pekerjaan pemancangan yang kecil biayanya tetap rendah.
d. Daya dukung dapat diperkirakan berdasarkan rumus tiang pancang sehingga
mempermudah pengawasan pekerjaan konstruksi.
e. Cara penumbukan sangat cocok untuk mempertahankan daya dukung
vertikal.

Sedangkan kelemahan dari tiang pancang adalah sebagai berikut:


a. Karena dalam pelaksanaannya menimbulkan getaran dan kegaduhan, maka
pada daerah yang berpenduduk padat dikota dan desa akan menimbulkan
masalah disekitarnya.
b. Untuk tiang yang panjang diperlukan persiapan penyambingan. Bila
penyambungan tidak baik, akibatnya sangat merugikan.
c. Bila pekerjaan bila pekerjaan tidak dilaksanakan dengan baik tiang dapat
hancur dengan cepat.
d. Bila pemancang tak dapat dihentikan pada kedalaman yang telah ditentukan,
maka diperlukan perbaikan khusus.
e. Karena tempat pemanpungan di lapangan dalam banyak hal mutlak
diperlukan, maka harus disediakan tempat yang cukup luas.
f. Untuk tiang-tiang beton, tiang-tiang dengan diameter yang besar akan berat
dan sulit dalam pengangkutan atau pemasangan, maka diperlukan juga
mesin pemancang yang besar.
g. Untuk tiang-tiang pipa baja, diperlukan tiang yang tahan korosi.

2.2 Perencanaan

Pada tiang umumnya gaya longitudinal dan gaya orthogonal terhadap batang
dan momen lentur yang bekerja pada ujung tiang seperti gaya luar yang bekerja
pada keliling tiang selain dari kepala tiang harus direncanakan sedemikian rupa
13

sehingga daya dukung tanah pondasi, tegangan pada tiang dan pergeseran kepala
tiang akan lebih kecil dan batas-batas yang diizinkan.

Gaya luar yang bekerja pada kepala tiang adalah berat sendiri bangunan
diatasnya, beban hidup, tekana tanah, dan tekanan air dan gaya luar yang bekerja
langsung pada tubuh tiang. Sebaliknya, bagi beban yang disalurkan dari tiang
pondasi ke tanah sma sekali tidak menimbulkan masalah bila beban untuk kedua
arah, yaitu vertikal dan horizontal akan diperhitungkan. Dalam hal ini umumnya
perencanaan dibuat berdasarkan anggapan bahwa beban-beban tersebut semuanya
didukung oleh tiang.

Pada waktu melakukan perencanaan, umumnya diperkirakan pengaturan


tiangnya terlebih dahulu. Dalam hal ini,jarak minimum untuk tiang biasanya
diambil 2,5 kali dari diameter tulang. Maksudnya adalah agar mampu menahan
beban tetap selama mungkin, hal ini berguna untuk mengatasi berbagai kesulitan,
misalnya perbedaan penurunan (differential settlement) yang tidak terduga.

2.3 Pembebanan

Jenis beban-beban utama yang bekerja dan diperhitungkan pada struktur


bangunan jembatan adalah sebagai berikut:

2.3.1 Beban Mati


Beban mati adalah semua beban tetap yang berasal dari berat sendiri jembatan
atau bagian jembatan yang ditinjau, termasuk segala unsur tambahan yang
dianggap merupakan satu kesatuan tetap dengannya. Adapun berat jenis dari
masing-masing bahan yang berkerja pada struktur adalah:

Tabel 2.2: Berat Isi Untuk Beban Mati (RSNI T-02-2005)

Berat/Satuan Isi Kerapatan Massa


No. Bahan
(kN/m³) (kg/m³)
1 Campuran Aluminium 26.7 2720
Lapisan permukaan
2 22.00 2240
beraspal
3 Besi tuang 71.0 7200
4 Timbunan tanah dipadatkan 17.2 1760
14

Tabel 2.2: Lanjutan

Berat/Satuan Isi Kerapatan Massa


No. Bahan
(kN/m³) (kg/m³)
5 Kerikil dipadatkan 18.8 - 22.7 1920 - 2320
6 Aspal beton 22.0 2240
7 Beton ringan 12.25 - 19.6 1250 - 2000
8 Beton 22.0 - 26.0 2240 - 2560
9 Beton prategang 25.0 - 26.0 2560 - 2640
10 Beton bertulang 23.5 - 25.5 2400 - 2600
11 Timbal 111.00 11400
12 Lempung lepas 12.50 1280
13 Batu pasangan 23.5 2400
14 Neoprin 11.3 1150
15 Pasir kering 15.7 - 17.2 1600 - 1760
16 Pasir basah 18.0 - 18.8 1840 - 1920
17 Lumpur lunak 17.2 1760
18 Baja 77.0 7850
19 Kayu (ringan) 7.8 800
20 Kayu (keras) 11.0 1120
21 Air murni 9.8 1000
22 Air garam 10.0 1025
23 Besi tempa 75.5 7680

2.3.2 Beban Hidup

Beban hidup adalah semua beban yang berasal dari berat kendaraan-
kendaraan bergerak/lalu lintas dan/atau pejalan kaki yang dianggap bekerja pada
jembatan.

2.3.3 Beban Angin

Beban angin ditentukan dengan menganggap adanya tekanan positif (dinding


di pihak angin) dan tekanan negatif/isapan (dinding di belakang angin), yang
bekerja tegak lurus pada dinding yang ditinjau. Adapun ketentuan khusus
mengenai tekanan angin adalah sebagai berikut:
1. Pasal ini tidak berlaku untuk jembatan yang besar atau penting, seperti
yang ditentukan oleh Instansi yang berwenang. Jembatan-jembatan yang
15

demikian harus diselidiki secara khusus akibat pengaruh beban angin,


termasuk respon dinamis jembatan.
2. Gaya nominal ultimit dan daya layan jembatan akibat angin tergantung
kecepatan angin rencana seperti berikut:
TEW = 0,0006 Cw (Vw)2 Ab [ kN ] (2.1)
Dengan pengertian:
VW = kecepatan angin rencana (m/s) untuk keadaan batas yang ditinjau
CW = koefisien seret
Ab = luas koefisien bagian samping jembatan (m2)
3. Luas ekuivalen bagian samping jembatan adalah luas total bagian yang
masif dalam arah tegak lurus sumbu memanjang jembatan. Untuk
jembatan rangka luas ekivalen ini dianggap 30% dari luas yang dibatasi
oleh batang-batang bagian terluar.
4. Angin harus dianggap bekerja secara merata pada seluruh bangunan atas;
Apabila suatu kendaraan sedang berada diatas jembatan, beban garis
merata tambahan arah horisontal harus diterapkan pada permukaan lantai
seperti diberikan dengan rumus:

TEW = 0,001 2 Cw (Vw)2 Ab [kN] (2.2)

2.3.4 Beban Gempa

Beban gempa yang bekerja pada struktur yaitu beban horizontal yang bekerja
dalam arah sumbu-sumbu utama struktur atau terpusat pada permukaan atap dan
lantai masing-masing tingkat dan beban vertikal yang bekerja pada unsur-unsur
penahan gaya normal, seperti penyanggah, kolom, konstruksi gantung dan lain-
lain (lihat peraturan SNI 03-1729-2012).

2.3.5 Beban Lalu Lintas

Beban lalu lintas untuk perencanaan jembatan terdiri atas beban lajur "D" dan
beban truk "T". Beban lajur "D" bekerja pada seluruh lebar jalur kendaraan dan
menimbulkan pengaruh pada jembatan yang ekuivalen dengan suatu iring-iringan
16

kendaraan yang sebenarnya. Jumlah total beban lajur "D" yang bekerja tergantung
pada lebar jalur kendaraan itu sendiri.

Beban truk "T" adalah satu kendaraan berat dengan 3 as yang ditempatkan
pada beberapa posisi dalam lajur lalu lintas rencana. Tiap as terdiri dari dua
bidang kontak pembebanan yang dimaksud sebagai simulasi pengaruh roda
kendaraan berat. Hanya satu truk "T" diterapkan per lajur lalu lintas rencana.

Secara umum, beban "D" akan menjadi beban penentu dalam perhitungan
jembatan yang mempunyai bentang sedang sampai panjang, sedangkan beban "T"
digunakan untuk bentang pendek dan lantai kendaraan. Dalam keadaan tertentu
beban "D" yang harganya telah diturunkan atau dinaikkan mungkin dapat
digunakan.

Pembebanan lalu lintas dapat diklasifikasikan sebagai berikut:


1. Pembebanan lalu lintas yang dikurangi
Dalam keadaan khusus, dengan persetujuan Instansi yang berwenang,
pembebanan "D" setelah dikurangi menjadi 70% bisa digunakan.
Pembebanan lalu lintas yang dikurangi harga berlaku untuk jembatan
darurat atau semi permanen.
Faktor sebesar 70% ini diterapkan untuk BTR dan BGT yang tercantum
dalam Pasal 6.3 dan gaya sentrifugal yang dihitung dari BTR dan BGT.
Faktor pengurangan sebesar 70% tidak boleh digunakan untuk
pembebanan truk "T" atau gaya rem pada arah memanjang jembatan.
2. Pembebanan lalu lintas yang berlebih (overload)
Dengan persetujuan Instansi yang berwenang, pembebanan "D" dapat
diperbesar di atas 100% untuk jaringan jalan yang dilewati kendaraan
berat. Faktor pembesaran di atas 100% ini diterapkan untuk BTR dan BGT
dan gaya sentrifugal yang dihitung dari BTR dan BGT.
Faktor pembesaran di atas 100% tidak boleh digunakan untuk pembebanan
truk "T" atau gaya rem pada arah memanjang jembatan.
17

2.3.6 Kombinasi Beban

SK SNI T-15-1991-03 mengatur tentang “factor pembebanan” antara lain


sebagai berikut :
1. Beban mati dan beban hidup, Pasal 3.2.1
U = 1.2 D + 1.6 L (2.4)
Dimana U adalah kuat perlu, D adalah beban mati, L adalah beban hidup.
2. Bila ketahanan struktur terhadap beban angin W harus diperhitungkan
dalam perencanaan, maka pengaruh kombinasi beban D, L, W berikut
harus dipelajari untuk menentukan nulai U yang terbesar,
U = 0.75 (1.2D + 1.6L + 1.6W) atau (2.5)
U = 0.9 D + 1.3 W (2.6)
3. Struktur yang direncanakan terhadap beban gempa (beban E), SK SNI T-15-
1991-03 Pasal 3.2.3
U = 1.05 (D+L+E) atau (2.7)
U = 0.9 (D + E) (2.8)

2.4 Bahan Konstruksi

Sebagai komponen yang sangat menentukan mutu dari hasil pekerjaan, maka
mutu bahan bangunan yang digunakan harus disesuaikan dengan ketentuan yang

ada dalam Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat (RKS). Penggunaan bahan bangunan

hendaknya bahan yang baru, sedangkan pemakaian bahan bekas atau lama harus
dengan persetujuan dari pemberi tugas agar ada kesesuaian bahan yang dipesan

dengan syarat-syarat yang tertulis dalam RKS.

Pengadaan bahan bangunan yang dipergunakan dalam pekerjaan harus:


a. Memenuhi spesifikasi dan standart mutu yang berlaku.
b. Memenuhi ukuran, pembuatan jenis dan mutu yang disyaratkan gambar
dan seksi lain dalam spesifikasi ini, atau sebagaimana secara khusus
disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
c. Semua produk harus baru atau belum pernah digunakan untuk proyek lain.
18

Agar bahan bangunan tetap dalam kondisi yang layak pakai, maka cara
penyimpanannya harus diperhatikan dan menjadi tanggung jawab pelaksana.
apabila selama penyimpanan bahan menjadi tidak layak pakai, maka pelaksana
wajib mengganti dengan bahan yang memenuhi syarat.

2.4.1 Bahan Penyusun Beton

Kualitas beton sangat dipengaruhi oleh kualitas dari bahan penyusunnya.


Sehingga untuk mendapat kualitas beton yang baik diperlukan bahan penyusun
beton yang baik pula. Pada pekerjaan pembangunan jembatan Sei Percut ini beton
yang digunakan adalah beton dengan mutu K-125 dan K-225.

2.4.2 Air

Air diperlukan untuk bereaksi dengan semen serta menjadi bahan pelumas
antara butir-butir agregat, agar dapat mudah dikerjakan dan didapatkan. Air yang
digunakan dalam pekerjaan pembanguna jembatan ini adalah air sumur bor.

2.4.3. Semen Portland (Portland Cement)

Semen adalah bahan yang bertindak sebagai pengikat untuk agregat. Semen
bila dicampur dengan air akan menjadi pasta. Dengan proses waktu dan panas,
reaksi kimia terjadi dengan air menghasilkan sifat perkerasan pada pasta semen.
Semen yang digunakan untuk pembuatan beton pada proyek ini adalah jenis
portland cement (PC), yang memenuhi syarat sesuai dengan PBI tahun 1971 atau
SII 0013-81 tentang mutu dan cara uji semen portland. Pada pekerjaan ini semen
yang digunakan adalah semen dengan merek semen andalas.

Selain jenis semen, hal lain yang mempengaruhi kualitas semen adalah
penyimpanan semen itu sendiri. Sebaik apapun kualitas semen yang dgunakan,
akan tidak bermanfaat maksimal jika cara penyimpanannya keliru. Berikut hal-hal
yang harus diperhatikan dalam menyimpan semen antara lain adalah:
1. Banguna yang digunakan untuk menyimpan semen kondisinya harus baik
terutama pada bagian atap agar air hujan tidak dapat membasahi semen.
19

2. Semen ditumpuk keatas maks. 10 kantong untuk mengindari mengerasnya


semen pada bagian bawah.
3. Semen dilekakkan di atas lantai yang dilapisi oleh papan setinggi 30 cm
untuk menghindari kelembapan.
4. Tiap pengiriman baru harus dipisahkan dan ditandai, agar pemakaian semen
sesuai dengan urutan pengiriman.

2.4.4 Agregat

Agregat adalah butiran alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam
campuran mortar atau beton. Agregat ini menempati sebanyak 60% - 80% dari
volume mortar atau campuran beton sesuai dengan spesifikasi umum. Sifat yang
paling penting dari suatu agregat adalah kekuatan hancur dan ketahanan terhadap
benturan yang dapat mempengaruhi ikatannya dengan pasta semen, porositas dan
karakteristik penyerapan air yang mempengaruhi daya tahan terhadap proses
pembekuan pada musim dingin dan ketahanan terhadap penyusutan.

2.4.4.1 Agregat Halus (Pasir)

Agregat halus adalah agregat hasil pemecah batu yang mempunyai sifat lolos
saringan No.8 (2,36 mm) tertahan saringan No.200 (0,075 mm). Fungsi utama
agregat halus adalah untuk menyediakan stabilitas dan mengurangi deformasi
permanen dari perkerasan melalui keadaan saling mengunci (interlocking) dan
gesekan antar butiran. Untuk hal ini maka sifat eksternal yang diperlukan adalah
angularity (bentuk menyudut) dan particle surface roughness (kekasaran
permukaan butiran). Pada pekerjaan pembangunan ini pasir yang digunakan
adalah pasir yang berasal dari Gunung Sugih. Pasir tersebut sudah memenuhi
syarat teknik yang dipaparkan diatas.

Berikut gambar 2.4. adalah gambar agregat halus yang dipakai dalam proyek
Pembangunan Jembatan Sei Percut:
20

Gambar 2.4 Agregat Halus (www. google.co.id)

2.4.4.2 Agregat Kasar (Krikil)

Fraksi agregat kasar untuk agregat ini adalah agregat yang tertahan di atas
saringan 2,36 mm (No.8), menurut saringan ASTM. Fraksi agregat kasar untuk
keperluan pengujian harus terdiri atas batu pecah atau kerikil pecah dan harus
disediakan dalam ukuran-ukuran normal. Agregat kasar ini menjadikan perkerasan
lebih stabil dan mempunyai skid resistance (tahanan terhadap selip) yang tinggi
sehingga lebih menjamin keamanan berkendara. Agregat kasar yang mempunyai
bentuk butiran (particle shape) yang bulat memudahkan proses pemadatan, tetapi
rendah stabilitasnya, sedangkan yang berbentuk menyudut (angular) sulit
dipadatkan tetapi mempunyai stabilitas yang tinggi. Agregat kasar harus
mempunyai ketahanan terhadap abrasi bila digunakan sebagai campuran wearing
course, untuk itu nilai Los Angeles Abrasion Test harus dipenuhi.

Gambar 2.5 Agregat Kasar (www. google.co.id)


21

2.4.5 Bata

Untuk mendapatkan batu bata yang baik ada beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi berdasarkan SII-0021-78 dan PUBI-1928 yaitu:
1. Bentuk standar adalah prisma segi empat persegi panjang, bersudut siku-
siku dan tajam, permukaannya rata dan tidak retak-retak.
2. Ukuran standara adalah:
Modus M-5a : 190 x 90 x 65 mm
Modus M-5b : 190 x 140 x 65 mm
Modus M-6 :230 x 110 x 55 mm
3. Bata merah tidak boleh mengandung garam.

2.4.6 Baja Tulangan

Baja tulangan merupakan bahan yang digunakan sebagai tulangan pada


konstruksi yang merupakan bahan utama yang diperhitungkan untuk memikul
kekuatan tarik pada konstruksi beton bertulang. Berdasarkan bentuknya dibedakan
atas besi tulangan ulir dan besi tulangan polos. Syarat-syarat dari baja tulangan
adalah:
a) Mut dan jenis baja tulangan harus sesuai dengan SNI
b) Tidak cacat seperti retak, lipatan, serpihan-serpihan atau berlapis-lapis.
c) Tidak kotor, karat, berminyak atau mengandung minyak dan bahan yang
dapat mengurangi kekuatan betonnya.

Baja tulangan yang digunakan pada pekerjaan pembangunan ini adalah baja
dengan mutu (f’y) = 240 Mpa.

24.7 Kayu

Kayu merupakan bahan bangunan yang cukup penting di Indonesia, karena


hampir semua jenis kayu yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan struktur
bangunan. Pada proyek pembangunan ini kayu yang digunakan adalah bambu
untuk perancah dan begisting.
22

2.5 Peralatan Kerja

Pada suatu proyek pembangunan selalu diperlukan peralatan-peralatan unyuk


mempermudah pekerjaan proyek agar dapat selesai sesuai dengan waktu yang
telah direncanakan. Alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan proyek, baik itu
alat berat maupun ringan bertujuan secara umum:
1. Mempercepat penyelesaian pekerjaan
2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pekerjaan
3. Meningkatkan efisiensi dan produktifitas pekerjaan
4. Menghemat biaya.

2.5.1 Mesin Aduk Beton (Congcrete Mixer Molen)

Mesin aduk beton digunakan untuk mencampur atau mengaduk beton hingga
diperoleh adukan yang homogen dalam jumlah besar. Data Congcrete Mixer
Molen:
1) Merk : Tiger
2) Kapasitas : 0,23 m3
3) Bahan Bakar : Solar

Cara kerja mesin aduk beton:


1) Pasir, seplit, semen dengan jumlah perbandingan tertentu dimasukkan ke
dalam drum aduk.
2) Konstruksi di dalam drum dibuat sedemikian rupa, sehingga dengan
berputarnya drum maka campurkan beton akan teraduk dengan rata.
3) Setelah percampuran sempurna (homogen) maka campuran beton siap
dituangkan ke dalam bak penampungan beton dengan cara memutar
kemudian, sehingga akan terbalik dan isinya akan tertuang.

2.5.2 Gerobak Dorong

Gerobak dorong digunakan untuk mengangkut adukan beton dari bak


penampungan ke tempat pengecoran dan untuk pengangkutan material lainnya.
23

Dengan menggunakan alat tersebut pengangkutan material dari satu tempat ke


tempat lain dapat lebih mudah dan lebih ringan. Gerobak dorong ini juga
digunakan untuk mengangkut beton yang akan diuji dan mengangkut benda uji
yang sudah keras untuk direndam dalam air.

2.5.3 Alat Pembengkok Baja Tulangan (Bar Bander)

Untuk membuat kait, bengkokan dan bebel batang baja tulangan perlu
dibengkokan. Alat pembengkok baja tulangan digunakan untuk keperluan ini.
Berdasarkan cara kerjanya alat pembengkok baja tulangan dibedakan menjadi dua
yaitu alat pembengkok manual dan alat pembengkok mesin. Alat membengkok
manual dipakai untuk membengkokkan baja tulangan yang berdiameter kecil
(≤12), sedangkan untuk baja tulangan yang berdiameter (≥16) dipakai alat
pembengkokan mesin. Cara kerja dari alat pembengkok baja adalah baja tulangan
yang akan dibengkokkan diletakkan antara poros tahan dan poros bengkok. Ujung
baja tulangan yang dekat poros pembengkok dipegang dengan kunci pembengkok
dan diputar sedemikian, sehingga mendapat bentuk dengan sudut bengkokan yang
dijalankan.

2.5.4 Peranca (Schaffolding)

Srtuktur penunjang kebersihan pekerjaan acyan beton adalah struktur


perancah yang memiliki kekakuan dan kekuatan untuk menahan berat hasil dari
pengecoran. Pekerjaan pembangunan jembatan ini yang dipakai sebagai alat
perancah adalah kasau 5/7 dengan panjang 4 m.

2.5.5 Alat Bantu

Alat bantu yang digunakan pada pembangunan jembatan Sei Percut ini adalah
sebagai berikut:
1. Gerinda elektrik
2. Lampu halogen
3. Ember
24

4. Cangkul dan sekop untuk membantu kerjaan adukan beton, galian dan
urugan tanah.
5. Linggis, gergaji dan palu digunakan pada saat pekerjaan pembuatan
begisting.
6. Catut/util untuk merangkai tulangan dengan kawat bendrat/pengait.
7. Alat potong besi.

2.6 Tenaga Kerja

Tenaga Kerja merupakan faktor yang paling menentukan dalam pelaksanaan


pembangunan dan mutu hasil yang diperoleh. Disamping itu, diperlukan pula
suatu penempatan pekerja agar sesuai dengan keahliannya sehingga mutu hasil
pekerja dapat maksimal.

Umumnya pelaksanaan sudah mempunyai rekanan dalam menyelesaikan


tenaga kerja, mekanisme umum yang dilaksanakan dalam penyediaan tenaga
tukang adalah sistem borong. Bos borong mengajukan tawaran harga borongan
per volume pekerjaan pada pelaksanaan dan bos borong atau mandor akan
menyediakan tenaga tukang sesuai dengan lingkup pekerjaan yang diperlukan.
Beberapa sistem borong yaitu pengadaan tenaga kerja, baik tukang maupun
pekerjaan menjadi tanggungjawab bos borong dan kecepatan pekerjaan dapat
ditentukan secara optimal.

2.6.1 Jenis Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang dipakai pada proyek ini adalah tenaga kerja harian dan
borongan. Ruang lingkup pekerjaan untuk tenaga kerja harian bersifat tingan,
artinya memerlukan waktu lama untuk melaksanakan pekerjaannya, sedangkan
tenaga kerja borongan sifat pekerjaannya bertahap sehingga untuk menyelesaikan
pekerjaannya memerlukan waktu yang lama.

2.6.2 Status Tenaga Kerja

Pada proyek ini status kerja adalah tetap dan tidak tetap. Status tetap artinya
tenaga kerja tersebut akan selalu dipakai dari tahap awal hingga tahap akhir
25

proyek. Sedangkan, status tidak tetap artinya tenanga kerja hanya mengerjakan
hanya sebagian dari status dari suatu pekerjaan.
Berdasarkan statusnya tenaga kerja dalam proyek mempunyai kedudukan
yang berbeda-beda, yaitu:
1. Tenaga kerja tetap, yaitu tenanga kerja atau pegawai yang diangkat pleh
perusahaan dan mendapat gaji tetap setiap bulan.
2. Tenaga kerja harian, yaitu tenaga kerja yang diadakan berdasarkan kontrak
kerja dengan perusahaan dan mendapatkan gaji sesuai kerja di proyek.
3. Tenaga kerja borongan, yaitu tenaga kerja yang diadakan berdasarkan
kontrak tidak langsung yang diwakili oleh mandor borong dan mendapat
gaji berdasarkan jumlah pekerja dan prestasi kerja yang dicapai.

2.6.3 Sistem Pengupahan Kerja

Sistem pengupahan yang diterapkan pada pekerjaan ini ada empat macam,
yaitu:
1. Upah kerja tetap, yaitu upah tetap setiap bulan yang ditentukan oleh
tingkat lama kerja dan tanggungjawab.
2. Upah kerja harian, yaitu upah kerja yang didasarkan pada jumlah jam tiap
hari sehingga hasil yang dicapai pada proyek tersebut kadang tidak sesuai
dengan waktu yang ditentukan dengan upah yang dibayarkan tiap harinya.
Upah yang dihitung secara harian yang biasanya dibayar setiap 10
jamkerja. Kelebihan dari sistem ini adalah upah pekerja sesuai dengan
upah yang berlaku pada saat pekerjaan berlangsung. Pada pekerjaan ini
kualitas proyek akan baik, kerena pekerja cenderung lamban dalam
penyelesaian proyek.
3. Upah lembur yaitu upah yang dibayar untuk pekerjaan di luar jam kerja
atau pada hari libur. Biasanya ditentukan oleh perjanjian sebelum
pekerjaan dimulai.
4. Upah kerja borongan, yaitu upah pekerjaan didasarkan pada volume
pekerjaan tiap hari, sehingga hasil yang dicapai pada proyek tersebut
sesuai dengan waktu yang diytentukan. Dengan upah yang dibayarkan
secara borongan pemilik proyek dapat sedikit menghemat biaya.
26

Kelemahan pada sistem ini adalah kualitas pekerjaan proyek dimana


hasilnya kurang bagus karena para pekerja biasanya bekerja secara
terburu-buru dikejar oleh volume pekerjaan yang harus diselesaikan.

2.6.4 Waktu Kerja

Jam kerja di proyek pembangunan jembatan Sei Percut adalah Senin s/d
Sabtu dan tidak termasuk hari libur nasional. Untuk waktu kerja yang diterapkan
di proyek ini adalah sebagai berikut:
1. Waktu kerja biasa, hari senin s/d sabtu, waktu kerja mulai pikul 08.30 s/d
17.00 WIB dengan interval waktu pukul 12.00 s/d 13.00 digunakan untuk
istirahat.
2. Wakru kerja lembur, yaitu waktu kerja yang diperlukan selain waktu kerja
yang biasa, yang diperhitungkan sebagai waktu lembur adalah waktu kerja
di luar jam kerja biasa termasuk kerja pada hari minggu (libur).

2.6.5 Keselamatan Kerja

Keselamatan, keamanan dan kesehatan kerja dibutuhkan dalam setiap proyek,

karena untuk meminimalisir hal-hal yang dapat merugikan dan mencelakakan

para pekerja. Jadi dalam pembangunan proyek, terdapat perlindungan disetiap


aspeknya agar mengurangi tingkat kecelakaan kerja. Proyek jembatan Sei Percut

mewajibkan kepada setiap pekerja untuk mematuhi rambu-rampu K-3 yang telah

dipasang. Keselamatan kerja adalah faktor yang sangat penting agar suatu proyek
dapat berjalan dengan lancar. Dengan situasi yang aman dan selamat, para pekerja
akan bekerja secara maksimal dan semangat.
Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko
kecelakaan dan kerusakan di tempat kerja yang mencakup tentang kondisi
bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja.
(Simanjuntak, 1994).
Jika ditarik sebuah kesimpulan, keselamatan kerja adalah suatu sistem
yang terintegrasi yang yang wajib digunakan pada sebuah pekerjaan atau proyek
konstruksi yang digunakan untuk meminimalisir kecelakaan kerja atau kejadian 1
27

kejadian yang tidak terduga yang tidak diharapkan pada sebuah pekerjaan,agar
memperoleh produktivitas pekerjaan yang tinggi. Unsur-unsur penunjang
keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
a) Adanya unsur-unsur keamanan dan kesehatan kerja
b) Adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja.
c) Teliti dalam bekerja
d) Melaksanakan prosedur kerja dengan memperhatikan keamanan dan
kesehatan kerja.

Selain faktor keselamatan, hal penting yang juga harus diperhatikan oleh
manusia pada umumnya dan para pekerja konstruksi khususnya adalah faktor
kesehatan. Kesehatan berasal dari bahasa Inggris “health”, yang dewasa ini tidak
hanya berarti terbebasnya seseorang dari penyakit, tetapi pengertian sehat
mempunyai makna sehat secara fisik, mental dan juga sehat secara sosial.

Menurut Undang-undang Pokok Kesehatan RI No. 9 Tahun 1960, BAB I


pasal 2, kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar

masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik

jasmani, rohani, maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan


terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dan
lingkungan kerja maupun penyakit umum.

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan instrumen yang memproteksi


pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat
kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi
oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko
kecelakaan kerja (zero accident). Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap
sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang
menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai
bentuk in7estasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah pada
masa yang akan datang (Prasetyo, 2009).
28

Adapun perlengkapan dan peralatan kesehatan dan keselamatan kerja (K3)


yang wajib digunakan oleh para pekerja guna melindungi seluruh dan/atau
sebagian tubuh dari kecelakaan kerja sesuai adalah:
1. Pakaian kerja
Tujuan pemakaian pakaian kerja adalah melindungi badan manusia terhadap
pengaruh-pengaruh yang kurang sehat atau yang bisa melukai badan.
Mengingat karakter lokasi proyek konstruksi yang pada umumnya
mencerminkan kondisi yang keras maka selayakya pakaian kerja yang
digunakan juga tidak sama dengan pakaian yang dikenakan oleh karyawan
yang bekerja di kantor. Perusahaan yang mengerti betul masalah ini
umumnya menyediakan sebanyak 3 pasang dalam setiap tahunnya.
2. Sepatu kerja (safety shoes) merupakan perlindungan terhadap kaki. Setiap
pekerja konstruksi perlu memakai sepatu dengan sol yang tebal supaya bisa

bebas berjalan dimana-mana tanpa terluka oleh benda-benda tajam atau

kemasukan oleh kotoran dari bagian bawah. Bagian muka sepatu harus cukup
keras supaya kaki tidak terluka kalau tertimpa benda dari atas.
3. Kacamata kerja
!acamata pengaman digunakan untuk melidungi mata dari debu kayu, batu,

atau serpih besi yang beterbangan di tiup angin. Mengingat partikel-partikel

debu berukuran sangat kecil yang terkadang tidak terlihat oleh mata. ?leh
karenanya mata perlu diberikan perlindungan. Biasanya pekerjaan yang
membutuhkan kacamata adalah mengelas.
4. Sarung tangan
Sarung tangan sangat diperlukan untuk beberapa jenis pekerjaan. Tujuan

utama penggunaan sarung tangan adalah melindungi tangan dari benda-

benda keras dan tajam selama menjalankan kegiatannya. Salah satu kegiatan
yang memerlukan sarung tangan adalah mengangkat besi tulangan, kayu.
Pekerjaan yang sifatnya berulang seperti mendorong gerobak cor secara

terus-menerus dapat mengakibatkan lecet pada tangan yang bersentuhan

dengan besi pada gerobak.


29

5. Helm
Helm sangat penting digunakan sebagai pelindung kepala, dan sudah
merupakan keharusan bagi setiap pekerja konstruksi untuk menggunakannya
dengan benar sesuai peraturan. Helm ini digunakan untuk melindungi kepala
dari bahaya yang berasal dari atas, misalnya saja ada barang, baik peralatan
atau material konstruksi yang jatuh dari atas. Memang, sering kita lihat
kedisiplinan para pekerja untuk menggunakannya masih rendah yang
tentunya dapat membahayakan diri sendiri.
6. Sabuk pengaman
Sudah selayaknya bagi pekerja yang melaksanakan kegiatannya pada
ketinggian tertentu atau pada posisi yang membahayakan wajib mengenakan
tali pengaman atau safety belt. Fungsi utama tali pengaman ini adalah
menjaga seorang pekerja dari kecelakaan kerja pada saat bekerja, misalnya
saja kegiatan erection baja pada bangunan tower.
7. Tangga, merupakan alat untuk memanjat yang umum digunakan. Pemilihan
dan penempatan alat ini untuk mecapai ketinggian tertentu dalam posisi
aman harus menjadi pertimbangan utama.
8. Masker
Pelidung bagi pernapasan sangat diperlukan untuk pekerja konstruksi

mengingat kondisi lokasi proyek itu sediri. Berbagai material konstruksi

berukuran besar sampai sangat kecil yang merupakan sisa dari suatu kegiatan,
misalnya serbuk kayu sisa dari kegiatan memotong, mengamplas, mengerut
kayu.
9. P3K,
Apabila terjadi kecelakaan kerja baik yang bersi-at ringan ataupun berat pada
pekerja konstruksi, sudah seharusnya dilakukan pertolongan pertama di

proyek. Untuk itu, pelaksana konstruksi wajib menyediakan obat-obatan

yang digunakan untuk pertolongan pertama.


10. Slogan dan Rambu-rambu K3
Pemasangan spanduk yang berisi pesan K3 telah terbukti manfaatnya dalam
usaha untuk mencegah kecelakaan kerjadi lokasi kerja. Rangkaian kata yang
30

tertera dalam slogan K3 mengingatkan kepada para pekerja yang


membacanya. Pekerja yang melihat spanduk slogan K3 akan tersentuh
hatinya untuk menjalankannya seperti kata yang tertera dalam slogan
tersebut.
Demikianlah peralatan standar K3 di proyek yang memang harus ada dan
disediakan oleh kontraktor dan harusnya sudah menjadi kewajiban. Tindakan
preventif jauh lebih baik untuk mengurangi resiko kecelakaan.
2.7 Cara Pelaksanaan

Lingkup pekerjaan yang dilaksanakan dalam dalam pembangunan jembatan


ini meliputi pekerjaan persiapan, pekerjaan pengukuran dan penggalian tanah
pondasi.

2.8 Pekerjaan Persiapan

Dalam pekerjaan suatu proyek, untuk memulai pekerjaan konstruksi maka


perlu adanya persiapan-persiapan pekerjaan. Pekerjaan persiapan meliputi sarana
dan prasarana penunjang dalam pekerjaan selanjutnya. Sarana prasarana
penunjang berfungsi agar pelaksanaan pekerjaan nantinya dapat dilaksanakan
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
1. Pembersihan Lokasi Proyek
Pembersihan Lokasi Proyek dilaksanakan secara manual dengan
membersihkan kotoran-kotoran yang dapat mengganggu pekerjaan yang
akan dilaksanakan di lokasi pekerjaan proyek.
2. Pembuatan Direksi Keet
Direksi keet merupakan rumah sementara yang berfungsi sebagai kantor
dan ruang pertemuan antar karyawan. Selain itu juga berfungsi sebagai
ruang penyimpanan gambar-gambar kerja, surat-surat, dan dokumen-
dokumen yang berhubungan dengan proyek. Bangunan terdiri dari
ruangan. Satu ruangan digunakan sebagai kantor, dapur dan tempat tidur,
sedangkan sebelahnya tempat menyimpan peralatan kerja, bahan-bahan
bangunan/material yang akan digunakan pada proyek.
3. Pengukuran
31

Pengukuran dilakukan untuk mendapatkan site plan bangunan di lapangan


agar sesuai dengan gambar rencana serta untuk menentukan letak sumbu
bangunan dari titik-titik kolom utama bangunan. Pekerjaan pengukuran
merupakan rangkaian tahap pelaksanaan pembangunan dan merupakan hal
yang paling penting untuk mengetahui luas lahan yang tersedia dan luas
lahan yang terpakai untuk pendirian bangunan.
Pengukuran dilakukan dengan alat ukur Waterpas yang dapat digunakan
untuk pengukuran horizontal, berbeda dengan Theodolit yang dapat
digunakan untuk pengukuran horizontal dan vertikal. Pengukuran
horizontal dilakukan untuk menetapkan as-as kolom, sedangkan
pengukuran vertikal dilakukan untuk menetapkan elevasi-elevasi.
4. Pengadaan Sarana Dan Prasarana Penunjang
a) Gedung penyimpanan yaitu sebagai tempat penyimpanan material
ataupun alat yang dipergunakan dalam pelaksanaan pembangunan.
b) Mengadakan sambungan air, aliran listrik sementara selama pekerjaan
bengunan berlangsung.
c) Membangun bangsal untuk buruh-buru sebagai tempat berganti
pakaian dan shalat.

Anda mungkin juga menyukai