LANDASAN TEORI
2.1 Pondasi
Pondasi adalah suatu bagian dari kontruksi bangunan yang berfungsi untuk
menempatkan bangunan dan meneruskan beban yang disalurkan dari struktur atas
menuju lapisan tanah pendukung dibawahnya. Dalam struktur apapun, beban yang
terjadi baik yang disebabkan oleh berat ataupun akibat beban rencana harus
disalurkan kedalam suatu lapisan pendukung dalam hal adalah tanah yang ada
dibawah struktur tersebut.
Daya dukung tiang pancang yang diperoleh dari skin friction dapat
diaplikasikan untuk menahan gaya uplift yang terjadi. Faktor erosi pada sungai
juga menjadi pertimbangan penggunaan tiang pancang pada jembatan.
5
6
Bentuk pondasi ditentukan oleh berat bangunan dan keadaan tanah disekitar
bangunan tersebut, sedangkan kedalaman pondasi ditentukan oleh letak tanah
padat yang mendukung posisi. Apabila pondasi terletak pada tanah miring lebih
dari 10%, maka pondasi bangunan tersebut harus dibuat rata atau dibentuk tangga
dengan bagian bawah dan atas rata.
ini dimaksudkan juga untuk mengatasi tanah dasar yang tidak homogen,
misalnya ada lensa-lensa tanah lunak, supaya tidak terjadi perbedaan
penurunan yang cukup besar.
Ada berbagai bentuk pondasi seperti yang telah dijelaskan pada bab
sebelumnya. Untuk memilih pondasi yang memadai, ada beberapa hal yag perlu
diperhatikan adalah:
1. Apakah pondasi yang memadai?
2. Apakah pondasi itu cocok untuk berbagai keadaan dilapangan?
3. Apakah pondasi itu memungkinkan untuk diselesaikan secara ekonomis
sesuai dengan jadwal kerjanya?
Dari hal-hal diatas, jelas keadaan tanah pondasi berada pada urutan perama
dan merupakan keadaan paling penting dan perinciannya. Berikut ini diuraikan
jenis-jenis pondasi yang sesuai dengan keadaan tanah pondasi yang bersangkutan:
1) Bila tanah pendukung pondasi terletak pada permukaan tanah atau 2-3
meter dibawah permukaan tanah. Dalam hal ini pondasinya adalah pondasi
telapak (spread fondation).
2) Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitas 10 meter
dibawah tanah, maka gunakan pondasi tiang ampung (floating pile
fondation) untuk memperbaiki tanah pondasi. Jika memakai tiang, maka
tiang baja atau tiang beton yang dicor ditempat (cast in place) kurang
ekonomis, karena tiang-tiang tersebut kurang panjang.
3) Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitas 20 meter
dibawah tanah, maka dalam hal ini tergantung dari penurunan (seetlement)
yang diizinkan. Apabila tidak boleh terjadi penurunan, biasanya digunakan
10
pondasi tiang pancang (pile driven foundation). Tetapi bila terdapat batu
besar (cobble stones) pada lapisan antara, pemakaian kaison lebih
menguntungkan.
4) Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitas 30 meter
dibawah tanah, biasanya dipakai kaison terbuka, tiang baja atau tiang cor
ditempat. Tetapi apabila tekanan atmosfer yang bekerja ternyata kurang
dari 3 kg/cm2 digunakan juga kaison tekanan.
5) Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitas 40 meter
dibawah tanah, maka dalam hal ini yang paling baik adalah tiang baja dan
tiang beton yang dicor ditempat.
Pondasi tiang adalah suatu konstruksi pondasi yang mampu menahan gaya
orthogonal ke sumbu tiang dengan jalan menyerap lenturan. Pondasi tiang dibuat
menjadi satu kesatuan yang monolit dengan menyatukan pangkal tiang pancang
yang terdapat dibawah kontruksi, dengan tumpuan pondasi.
Pondasi tiang digolongkan berdasarkan kualitas materialnya, cara
pelaksanaan dan pemakaian bahan-bahan san sebagainya. Adapun jenis-jenis dan
tipe pondasi berdasarkan kualitas material dan cara pembuatannya dirincikan pada
tebel 2.1.
11
Tabel 2.1: Jenis-Jenis Tipe Pondasi Berdasarkan Kualitas Material dan Cara
Pembuatannya (Hidayat, dkk., 2015)
Kualitas
No Nama Tiang Cara Pembuatan Bentuk
Bahan
1 Tiang Pipa tiang baja Disambungkan Lingkaran
Baja secara elektris-
di arah datar
mengeliling
Tiang dengan flens lebar Diasah dalam
H
(penampang H) keadaan panas. dilas
2 Tiang beton 1. Diaduk dengan
bercetak gaya sentrifugal Lingkara,
pracetak 2. Diaduk dengan segitiga,
penggetar dll.
Tiang
beton
pracetak
Tiang beton 1. Sistem penarikan
prategang awal
Lingkaran
pracetak 2. Sistem penarikan
akhir
Tiang Alas
Tiang Beton Sistem pemancangan
Raymond
Tiang 1. Dengan
Beton menggoyan
gkan semua
tabung
Tiang pelindung
yang 2. Dengan
dicor mengebor
ditempat tanah Sistem pemboran Lingkaran
3. Dengan
pemutaran
berlawanan
arah
4. Dengan
pondasi
dalam
2.2 Perencanaan
Pada tiang umumnya gaya longitudinal dan gaya orthogonal terhadap batang
dan momen lentur yang bekerja pada ujung tiang seperti gaya luar yang bekerja
pada keliling tiang selain dari kepala tiang harus direncanakan sedemikian rupa
13
sehingga daya dukung tanah pondasi, tegangan pada tiang dan pergeseran kepala
tiang akan lebih kecil dan batas-batas yang diizinkan.
Gaya luar yang bekerja pada kepala tiang adalah berat sendiri bangunan
diatasnya, beban hidup, tekana tanah, dan tekanan air dan gaya luar yang bekerja
langsung pada tubuh tiang. Sebaliknya, bagi beban yang disalurkan dari tiang
pondasi ke tanah sma sekali tidak menimbulkan masalah bila beban untuk kedua
arah, yaitu vertikal dan horizontal akan diperhitungkan. Dalam hal ini umumnya
perencanaan dibuat berdasarkan anggapan bahwa beban-beban tersebut semuanya
didukung oleh tiang.
2.3 Pembebanan
Beban hidup adalah semua beban yang berasal dari berat kendaraan-
kendaraan bergerak/lalu lintas dan/atau pejalan kaki yang dianggap bekerja pada
jembatan.
Beban gempa yang bekerja pada struktur yaitu beban horizontal yang bekerja
dalam arah sumbu-sumbu utama struktur atau terpusat pada permukaan atap dan
lantai masing-masing tingkat dan beban vertikal yang bekerja pada unsur-unsur
penahan gaya normal, seperti penyanggah, kolom, konstruksi gantung dan lain-
lain (lihat peraturan SNI 03-1729-2012).
Beban lalu lintas untuk perencanaan jembatan terdiri atas beban lajur "D" dan
beban truk "T". Beban lajur "D" bekerja pada seluruh lebar jalur kendaraan dan
menimbulkan pengaruh pada jembatan yang ekuivalen dengan suatu iring-iringan
16
kendaraan yang sebenarnya. Jumlah total beban lajur "D" yang bekerja tergantung
pada lebar jalur kendaraan itu sendiri.
Beban truk "T" adalah satu kendaraan berat dengan 3 as yang ditempatkan
pada beberapa posisi dalam lajur lalu lintas rencana. Tiap as terdiri dari dua
bidang kontak pembebanan yang dimaksud sebagai simulasi pengaruh roda
kendaraan berat. Hanya satu truk "T" diterapkan per lajur lalu lintas rencana.
Secara umum, beban "D" akan menjadi beban penentu dalam perhitungan
jembatan yang mempunyai bentang sedang sampai panjang, sedangkan beban "T"
digunakan untuk bentang pendek dan lantai kendaraan. Dalam keadaan tertentu
beban "D" yang harganya telah diturunkan atau dinaikkan mungkin dapat
digunakan.
Sebagai komponen yang sangat menentukan mutu dari hasil pekerjaan, maka
mutu bahan bangunan yang digunakan harus disesuaikan dengan ketentuan yang
ada dalam Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat (RKS). Penggunaan bahan bangunan
hendaknya bahan yang baru, sedangkan pemakaian bahan bekas atau lama harus
dengan persetujuan dari pemberi tugas agar ada kesesuaian bahan yang dipesan
Agar bahan bangunan tetap dalam kondisi yang layak pakai, maka cara
penyimpanannya harus diperhatikan dan menjadi tanggung jawab pelaksana.
apabila selama penyimpanan bahan menjadi tidak layak pakai, maka pelaksana
wajib mengganti dengan bahan yang memenuhi syarat.
2.4.2 Air
Air diperlukan untuk bereaksi dengan semen serta menjadi bahan pelumas
antara butir-butir agregat, agar dapat mudah dikerjakan dan didapatkan. Air yang
digunakan dalam pekerjaan pembanguna jembatan ini adalah air sumur bor.
Semen adalah bahan yang bertindak sebagai pengikat untuk agregat. Semen
bila dicampur dengan air akan menjadi pasta. Dengan proses waktu dan panas,
reaksi kimia terjadi dengan air menghasilkan sifat perkerasan pada pasta semen.
Semen yang digunakan untuk pembuatan beton pada proyek ini adalah jenis
portland cement (PC), yang memenuhi syarat sesuai dengan PBI tahun 1971 atau
SII 0013-81 tentang mutu dan cara uji semen portland. Pada pekerjaan ini semen
yang digunakan adalah semen dengan merek semen andalas.
Selain jenis semen, hal lain yang mempengaruhi kualitas semen adalah
penyimpanan semen itu sendiri. Sebaik apapun kualitas semen yang dgunakan,
akan tidak bermanfaat maksimal jika cara penyimpanannya keliru. Berikut hal-hal
yang harus diperhatikan dalam menyimpan semen antara lain adalah:
1. Banguna yang digunakan untuk menyimpan semen kondisinya harus baik
terutama pada bagian atap agar air hujan tidak dapat membasahi semen.
19
2.4.4 Agregat
Agregat adalah butiran alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam
campuran mortar atau beton. Agregat ini menempati sebanyak 60% - 80% dari
volume mortar atau campuran beton sesuai dengan spesifikasi umum. Sifat yang
paling penting dari suatu agregat adalah kekuatan hancur dan ketahanan terhadap
benturan yang dapat mempengaruhi ikatannya dengan pasta semen, porositas dan
karakteristik penyerapan air yang mempengaruhi daya tahan terhadap proses
pembekuan pada musim dingin dan ketahanan terhadap penyusutan.
Agregat halus adalah agregat hasil pemecah batu yang mempunyai sifat lolos
saringan No.8 (2,36 mm) tertahan saringan No.200 (0,075 mm). Fungsi utama
agregat halus adalah untuk menyediakan stabilitas dan mengurangi deformasi
permanen dari perkerasan melalui keadaan saling mengunci (interlocking) dan
gesekan antar butiran. Untuk hal ini maka sifat eksternal yang diperlukan adalah
angularity (bentuk menyudut) dan particle surface roughness (kekasaran
permukaan butiran). Pada pekerjaan pembangunan ini pasir yang digunakan
adalah pasir yang berasal dari Gunung Sugih. Pasir tersebut sudah memenuhi
syarat teknik yang dipaparkan diatas.
Berikut gambar 2.4. adalah gambar agregat halus yang dipakai dalam proyek
Pembangunan Jembatan Sei Percut:
20
Fraksi agregat kasar untuk agregat ini adalah agregat yang tertahan di atas
saringan 2,36 mm (No.8), menurut saringan ASTM. Fraksi agregat kasar untuk
keperluan pengujian harus terdiri atas batu pecah atau kerikil pecah dan harus
disediakan dalam ukuran-ukuran normal. Agregat kasar ini menjadikan perkerasan
lebih stabil dan mempunyai skid resistance (tahanan terhadap selip) yang tinggi
sehingga lebih menjamin keamanan berkendara. Agregat kasar yang mempunyai
bentuk butiran (particle shape) yang bulat memudahkan proses pemadatan, tetapi
rendah stabilitasnya, sedangkan yang berbentuk menyudut (angular) sulit
dipadatkan tetapi mempunyai stabilitas yang tinggi. Agregat kasar harus
mempunyai ketahanan terhadap abrasi bila digunakan sebagai campuran wearing
course, untuk itu nilai Los Angeles Abrasion Test harus dipenuhi.
2.4.5 Bata
Untuk mendapatkan batu bata yang baik ada beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi berdasarkan SII-0021-78 dan PUBI-1928 yaitu:
1. Bentuk standar adalah prisma segi empat persegi panjang, bersudut siku-
siku dan tajam, permukaannya rata dan tidak retak-retak.
2. Ukuran standara adalah:
Modus M-5a : 190 x 90 x 65 mm
Modus M-5b : 190 x 140 x 65 mm
Modus M-6 :230 x 110 x 55 mm
3. Bata merah tidak boleh mengandung garam.
Baja tulangan yang digunakan pada pekerjaan pembangunan ini adalah baja
dengan mutu (f’y) = 240 Mpa.
24.7 Kayu
Mesin aduk beton digunakan untuk mencampur atau mengaduk beton hingga
diperoleh adukan yang homogen dalam jumlah besar. Data Congcrete Mixer
Molen:
1) Merk : Tiger
2) Kapasitas : 0,23 m3
3) Bahan Bakar : Solar
Untuk membuat kait, bengkokan dan bebel batang baja tulangan perlu
dibengkokan. Alat pembengkok baja tulangan digunakan untuk keperluan ini.
Berdasarkan cara kerjanya alat pembengkok baja tulangan dibedakan menjadi dua
yaitu alat pembengkok manual dan alat pembengkok mesin. Alat membengkok
manual dipakai untuk membengkokkan baja tulangan yang berdiameter kecil
(≤12), sedangkan untuk baja tulangan yang berdiameter (≥16) dipakai alat
pembengkokan mesin. Cara kerja dari alat pembengkok baja adalah baja tulangan
yang akan dibengkokkan diletakkan antara poros tahan dan poros bengkok. Ujung
baja tulangan yang dekat poros pembengkok dipegang dengan kunci pembengkok
dan diputar sedemikian, sehingga mendapat bentuk dengan sudut bengkokan yang
dijalankan.
Alat bantu yang digunakan pada pembangunan jembatan Sei Percut ini adalah
sebagai berikut:
1. Gerinda elektrik
2. Lampu halogen
3. Ember
24
4. Cangkul dan sekop untuk membantu kerjaan adukan beton, galian dan
urugan tanah.
5. Linggis, gergaji dan palu digunakan pada saat pekerjaan pembuatan
begisting.
6. Catut/util untuk merangkai tulangan dengan kawat bendrat/pengait.
7. Alat potong besi.
Tenaga kerja yang dipakai pada proyek ini adalah tenaga kerja harian dan
borongan. Ruang lingkup pekerjaan untuk tenaga kerja harian bersifat tingan,
artinya memerlukan waktu lama untuk melaksanakan pekerjaannya, sedangkan
tenaga kerja borongan sifat pekerjaannya bertahap sehingga untuk menyelesaikan
pekerjaannya memerlukan waktu yang lama.
Pada proyek ini status kerja adalah tetap dan tidak tetap. Status tetap artinya
tenaga kerja tersebut akan selalu dipakai dari tahap awal hingga tahap akhir
25
proyek. Sedangkan, status tidak tetap artinya tenanga kerja hanya mengerjakan
hanya sebagian dari status dari suatu pekerjaan.
Berdasarkan statusnya tenaga kerja dalam proyek mempunyai kedudukan
yang berbeda-beda, yaitu:
1. Tenaga kerja tetap, yaitu tenanga kerja atau pegawai yang diangkat pleh
perusahaan dan mendapat gaji tetap setiap bulan.
2. Tenaga kerja harian, yaitu tenaga kerja yang diadakan berdasarkan kontrak
kerja dengan perusahaan dan mendapatkan gaji sesuai kerja di proyek.
3. Tenaga kerja borongan, yaitu tenaga kerja yang diadakan berdasarkan
kontrak tidak langsung yang diwakili oleh mandor borong dan mendapat
gaji berdasarkan jumlah pekerja dan prestasi kerja yang dicapai.
Sistem pengupahan yang diterapkan pada pekerjaan ini ada empat macam,
yaitu:
1. Upah kerja tetap, yaitu upah tetap setiap bulan yang ditentukan oleh
tingkat lama kerja dan tanggungjawab.
2. Upah kerja harian, yaitu upah kerja yang didasarkan pada jumlah jam tiap
hari sehingga hasil yang dicapai pada proyek tersebut kadang tidak sesuai
dengan waktu yang ditentukan dengan upah yang dibayarkan tiap harinya.
Upah yang dihitung secara harian yang biasanya dibayar setiap 10
jamkerja. Kelebihan dari sistem ini adalah upah pekerja sesuai dengan
upah yang berlaku pada saat pekerjaan berlangsung. Pada pekerjaan ini
kualitas proyek akan baik, kerena pekerja cenderung lamban dalam
penyelesaian proyek.
3. Upah lembur yaitu upah yang dibayar untuk pekerjaan di luar jam kerja
atau pada hari libur. Biasanya ditentukan oleh perjanjian sebelum
pekerjaan dimulai.
4. Upah kerja borongan, yaitu upah pekerjaan didasarkan pada volume
pekerjaan tiap hari, sehingga hasil yang dicapai pada proyek tersebut
sesuai dengan waktu yang diytentukan. Dengan upah yang dibayarkan
secara borongan pemilik proyek dapat sedikit menghemat biaya.
26
Jam kerja di proyek pembangunan jembatan Sei Percut adalah Senin s/d
Sabtu dan tidak termasuk hari libur nasional. Untuk waktu kerja yang diterapkan
di proyek ini adalah sebagai berikut:
1. Waktu kerja biasa, hari senin s/d sabtu, waktu kerja mulai pikul 08.30 s/d
17.00 WIB dengan interval waktu pukul 12.00 s/d 13.00 digunakan untuk
istirahat.
2. Wakru kerja lembur, yaitu waktu kerja yang diperlukan selain waktu kerja
yang biasa, yang diperhitungkan sebagai waktu lembur adalah waktu kerja
di luar jam kerja biasa termasuk kerja pada hari minggu (libur).
mewajibkan kepada setiap pekerja untuk mematuhi rambu-rampu K-3 yang telah
dipasang. Keselamatan kerja adalah faktor yang sangat penting agar suatu proyek
dapat berjalan dengan lancar. Dengan situasi yang aman dan selamat, para pekerja
akan bekerja secara maksimal dan semangat.
Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko
kecelakaan dan kerusakan di tempat kerja yang mencakup tentang kondisi
bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja.
(Simanjuntak, 1994).
Jika ditarik sebuah kesimpulan, keselamatan kerja adalah suatu sistem
yang terintegrasi yang yang wajib digunakan pada sebuah pekerjaan atau proyek
konstruksi yang digunakan untuk meminimalisir kecelakaan kerja atau kejadian 1
27
kejadian yang tidak terduga yang tidak diharapkan pada sebuah pekerjaan,agar
memperoleh produktivitas pekerjaan yang tinggi. Unsur-unsur penunjang
keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
a) Adanya unsur-unsur keamanan dan kesehatan kerja
b) Adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja.
c) Teliti dalam bekerja
d) Melaksanakan prosedur kerja dengan memperhatikan keamanan dan
kesehatan kerja.
Selain faktor keselamatan, hal penting yang juga harus diperhatikan oleh
manusia pada umumnya dan para pekerja konstruksi khususnya adalah faktor
kesehatan. Kesehatan berasal dari bahasa Inggris “health”, yang dewasa ini tidak
hanya berarti terbebasnya seseorang dari penyakit, tetapi pengertian sehat
mempunyai makna sehat secara fisik, mental dan juga sehat secara sosial.
kemasukan oleh kotoran dari bagian bawah. Bagian muka sepatu harus cukup
keras supaya kaki tidak terluka kalau tertimpa benda dari atas.
3. Kacamata kerja
!acamata pengaman digunakan untuk melidungi mata dari debu kayu, batu,
debu berukuran sangat kecil yang terkadang tidak terlihat oleh mata. ?leh
karenanya mata perlu diberikan perlindungan. Biasanya pekerjaan yang
membutuhkan kacamata adalah mengelas.
4. Sarung tangan
Sarung tangan sangat diperlukan untuk beberapa jenis pekerjaan. Tujuan
benda keras dan tajam selama menjalankan kegiatannya. Salah satu kegiatan
yang memerlukan sarung tangan adalah mengangkat besi tulangan, kayu.
Pekerjaan yang sifatnya berulang seperti mendorong gerobak cor secara
5. Helm
Helm sangat penting digunakan sebagai pelindung kepala, dan sudah
merupakan keharusan bagi setiap pekerja konstruksi untuk menggunakannya
dengan benar sesuai peraturan. Helm ini digunakan untuk melindungi kepala
dari bahaya yang berasal dari atas, misalnya saja ada barang, baik peralatan
atau material konstruksi yang jatuh dari atas. Memang, sering kita lihat
kedisiplinan para pekerja untuk menggunakannya masih rendah yang
tentunya dapat membahayakan diri sendiri.
6. Sabuk pengaman
Sudah selayaknya bagi pekerja yang melaksanakan kegiatannya pada
ketinggian tertentu atau pada posisi yang membahayakan wajib mengenakan
tali pengaman atau safety belt. Fungsi utama tali pengaman ini adalah
menjaga seorang pekerja dari kecelakaan kerja pada saat bekerja, misalnya
saja kegiatan erection baja pada bangunan tower.
7. Tangga, merupakan alat untuk memanjat yang umum digunakan. Pemilihan
dan penempatan alat ini untuk mecapai ketinggian tertentu dalam posisi
aman harus menjadi pertimbangan utama.
8. Masker
Pelidung bagi pernapasan sangat diperlukan untuk pekerja konstruksi
berukuran besar sampai sangat kecil yang merupakan sisa dari suatu kegiatan,
misalnya serbuk kayu sisa dari kegiatan memotong, mengamplas, mengerut
kayu.
9. P3K,
Apabila terjadi kecelakaan kerja baik yang bersi-at ringan ataupun berat pada
pekerja konstruksi, sudah seharusnya dilakukan pertolongan pertama di