Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anak merupakan hal yang penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain
sebagai penerus keturunan, anak pada akhirnya juga sebagai penerus generasi,
penerus bangsa. Oleh karena itu tidak Stupun oran tua yang menginginkan
anaknya jatuh sakit.
Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering
dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal diatas 380C ) yang disebabkan oleh prosesekstrakranium.
Penyebab demam terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan baian atas
disusul infeksi saluran pencernaan.
Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6
bulan sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun
pernah menderita kejang demam. Kejang demam lebih sering didapatkan pada
laki-laki daripada perempuan. Hal tersebut disebabkan karena pada wanita
didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat dibandingkan laki-laki.
Untuk itu tenaga perawat/paramedis dituntut untuk berperan aktif
dalam mengatasi keadaan tersebut serta mampu memberikan asuhan
keperawatan kepada keluarga dan penderita, yang meliputi aspek promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan serta
memandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosial-
spiritual.
Prioritas asuhan keperawatan pada kejang demam adalah :
Mencegah/mengendalikan aktivitas kejang, melindungi pasien dari trauma,
mempertahankan jalan napas, meningkatkan harga diri yang positif,
memberikan informasi kepada keluarga tentang proses penyakit, prognosis
dan kebutuhan penanganannya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian konsep dasar Kejang Demam ?
2. Bagaimana anatomi fisiologi Sistem syaraf ?

1
3. Apa saja penyebab terjadinya Kejang Demam ?
4. Apa Saja Klasifikasi Kejang Demam ?
5. Bagaimana Patofisiologi Kejang Demam ?
6. Bagaimana Pathway/ Woc Kejang Demam ?
7. Bagaimana Manifestasi Klinis Kejang Demam ?
8. Apa saja Kompilikasi Kejang Demam ?
9. Bagaimana Penatalaksanaan Kejang Demam ?
10. Bagaimana Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Anak Dengan Kejang
Demam ?
11. Bagaimana Dampak Kejang Demam terhadap KDM ?
1.3 Tujuan penulisan
Dalam pembuatan tugas ini, adapun tujuan yang hendak dicapai penulis yaitu:
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan memperoleh gambaran dan pemahaman
mengenai Konsep Dasar Kejang Demam dan konsep Asuhan
Keperawatan Anak Dengan Kejang Demam
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui Apa pengertian Kejang Demam ?
2. Mengetahui Bagaimana anatomi fisiologi system Syaraf ?
3. Mengetahui Apa saja penyebab terjadinya Kejang Demam ?
4. Mengetahui Apa Saja Klasifikasi Kejang Demam ?
5. Mengetahui Bagaimana Patofisiologi Kejang Demam ?
6. Mengetahui bagaimana Pathway/ Woc Kejang Demam ?
7. Mengetahui Bagaimana Manifestasi Klinis Kejang Demam ?
8. Mengetahui Apa saja Kompilikasi Kejang Demam?
9. Mengetahui Bagaimana Penatalaksanaan Kejang Demam?
10. Mengetahui Bagaimana Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Anak
Dengan Kejang Demam?
11. Mengetahui bagaimana Dampak Kejang Demam terhadap KDM ?

2
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Teoritis
Memperkuat teori tentang Konsep Dasar Kejang Demam dan konsep
Asuhan Keperawatan Anak Dengan Kejan Demam.
1.4.2 Praktis
1. Bagi Institusi Pendidikan
Makalah ini dapat digunakan sebagai bahan tambahan
perpustakaan dan dapat digunakan sebagai menambah wawasan
dan pengetahuan bagi para pembacanya.

2. Bagi Mahasiswa
Makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan
serta pengalaman dalam pembuatan makalah ini khususnya
mengenai Konsep dasar Asma dan konsep Asuhan Keperawatan
Anak Dengan Asma

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Kejang Demam


Kejang demam adalah serangan kejang yang terjadi karena
kenaikansuhu tubuh (suhu rektal di atas 38°C). Kondisi yang menyebabkan
kejang demam antara lain : infeksi yang mengenai jaringan ekstrakranial
seperti tonsilitis, otitis media akut, bronkitis (Riyadi, Sujono & Sukarmin,
2009).
Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang palingsering
dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal diatas 38°C) yang disebabkan oleh proses
ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan
bagian atas disusul infeksi saluran pencernaan. Insiden terjadinya kejang
demam terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir
3% dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderita kejang
demam. Kejang demam lebih sering didapatkan pada laki-laki dari pada
perempuaan. Hal tersebut disebabkan karena pada wanita didapatkan maturasi
serebral yang lebih cepat dibandingkan laki-laki (Judha & Rahil, 2011).
Kejang demam terjadi jarang sebelum umur 9 bulan dan sesudah umur
5 tahun. Kejang demam sering terjadi sekitar usia 14 sampai 18 bulan.
Kejadian kejang demam menunjkan fenomena kecenderungan faktor genetik.
Resiko kejang demam meningkat jika ada riwayat kejang demam pada
keluarga (orang tua & saudara kandung) (Behrman, Robert , Kliegman,
Arvin, 2000).
2.2 Anatomi Fisiologi Sistem Syaraf
1. Otak
Otak terdiri dari otak besar yaitu disebut cerebrum, otak kecil
disebut cerebellum dan batang otak disebut brainstem.Beberapa
karakteristik khas otak orang anak yaitu mempunyai berat lebih kurang 2
% dari berat badan dan mendapat sirkulasi darah sebanyak 20 % dari
cardiac output dan membutuhkan kalori sebesar 400 kkal setiap hari.

4
Secara struktural,cerebrum terbagi menjadi bagian korteks yang
disebut korteks cerebri dan sub korteks yang disebut struktural
subkortikal.Korteks cerebri terdiri atas korteks sensorik yang berfungsi
untuk mengenal,interpretasi inpuls sensorik yang diterima sehingga
individu merasakan,menyadari adanya suatu sensasi rasa/indera
tertentu.Korteks sensorik juga menyimpan sangat banyak data memori
sebagai hasil rangsang sensorik selama manusia hidup.Korteks motorik
berfungsi untuk memberi jawaban atas rangsangan yang diterimanya.
Struktur Sub Kortikal :
1) Basal ganglia:melaksanakan fungsi motorik dengan merinci dan
mengkoordinasi gerakan dasar,gerakan halus atau gerakan trampil dan
sikap tubuh.
2) Talamus:merupakan pusat rangsang nyeri.
3) Hipotalamus:pusat tertinggi integrasi dan koordinasi sistem syaraf
otonom dan terlibat dalam pengolahan perilaku insting. Seperti
makan,minum,seks,dan motivasi.
4) Hipofise:bersama hipotalamus mengatur kegiatan sebagian besar
kelenjar endokrin dalam sintesa dan pelepasan hormon.
Cerebelum (otak kecil) terletak di bagian belakang cranium
menempati fosa cerebri posterior dibawah lapisan durameter tentorium
cerebelli. Dibagian depannya terletak batang otak.Berat cerebellum
sekitar 150 gr atau 88 % dari berat batang otak seluruhnya.Cerebellum
dapat dibagi menjadi hemisper cerebelli kanan dan kiri yang dipisahkan
oleh Vermis. Fungsi cerebellum pada umumnya adalah mengkoordinasi-
kan gerakan-gerakan otot sehingga gerakan dapat terlaksana dengan
sempurna.
Batang otak atau brainstern terdiri atas diencephalon, mid
brain,pons dan medullan oblongata merupakan tempat berbagai macam
pusat vital seperti pusat pernapasan,pusat vasomotor ,pusat pengatur
kegiatan jantung dan pusat muntah.

5
2. Medula Spinalis
Medula spinalis merupakan perpanjangan modulla oblongata ke
arah kaudal di dalam kanalis vertebralis cervikalis I memanjang hingga
setinggi cornu vertebralus lumbalias I-II.Terdiri dari 31 segmen yang
setiap segmenya terdiri dari satu pasang saraf spinal.Dari medulla spinallis
bagian cervical keluar 8 pasang,dari bagian thorakal 12 pasang,dari bagian
lumbal 5 pasang dan dari bagian sakral 5 pasang serta dari coxigeus keluar
1 pasang saraf spinalis.Seperti halnya otak,medula spinalis pun terbungkus
oleh selaput meninges yang berfungsi melindungi saraf spinal dari
benturan atau cedera.
Fungsi medula spinalis:
1) Pusat gerakan otot tubuh terbesar yaitu di kornu motorik atau kornu
ventralis.
2) Mengurus kegiatan refleks spinalis dan reflek tungkai
3) Menghantarkan rangsangan koordinasi otot dan sendi menuju
cerebellum
4) Mengadakan komunikasi antara otak dengan semua bagian tubuh.
Fungsi Lengkung Reflek:
a. Reseptor : penerima rangsang
b. Aferen: sel saraf yang mengantarkan impuls dari reseptor ke sistem
saraf pusat(ke pusat refleks)
c. Pusat Refleks : area di sistem saraf pusat (di medula spinalis :
substansia grisea ) tempat terjadinya sinap(hubungan antara neuron
dengan neuron dimana terjadi pemindahan /penerusan impuls)
d. Eferen: sel saraf yang membawa impuls dari pusat refleks ke sel
efektor. Bila sel efektornya berupa otot,maka eferen disebut juga
neuron motorik (sel saraf/penggerak)
e. Efektor : sel tubuh yang memberikan jawaban terakhir sebagai
jawaban refleks.Dapat berupa sel otot (otot jantung ,otot polos atau
otot rangka),sel kelenjar.

6
3. Sistem Saraf Tepi
Kumpulan neuron di luar jaringan otak dan medula spinalis
membentuk sistem saraf tepi(SST).Secara anatomik di golongkan ke
dalam saraf-saraf otak sebanyak 12 pasang dan 31 pasang saraf
spinal.Secara fungsional,SST di golongkan ke dalam :
1) Saraf sensorik (aferen) somatik : membawa informasi dari kulit,otot
rangka dan sendike sistem saraf pusat
2) Saraf motorik (eferen) somatik : membawa informasi dari sistem saraf
pusat ke otot rangka
3) Saraf sensorik (aferen) viseral : membawa informasi dari dinding
visera ke sistem saraf pusat
4) Saraf motorik (aferen) viseral : membawa informasi dari sistem saraf
pusat ke otot polos,otot jantung dan kelenjar.
5) Saraf eferen viseral di sebut juga sistem saraf otonom. Sistem saraf
tepi terdiri atas saraf otak ( s.kranial) dan saraf spinal. (Pearce, 2006)
2.3 Penyebab Kejang Demam
Hingga kini belum diketahui pasti penyebab kejang demam. Demam
sering disebabkan infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, pneumonia,
dan infeksi saluran kemih (Lestari, 2016). Menurut Ridha (2014),
mengatakan bahwa faktor resiko terjadinya kejang demam diantaranya
faktor-faktor prinatal, malformasi otak congenital, faktor genetika, demam,
gangguan metabolisme, trauma, neoplasma, gangguan Sirkulasi.
Kejang demam yang menetap lebih lama dari 15 menit menunjukan
penyebab organik seperti proses infeksi atau toksik dan memerlukan
pengamatan menyeluruh. Infeksi saluran pernapasan atas, dan otitis media
akut adalah penyebab kejang demam yang paling sering (Behrman, Robert ,
Kliegman, Arvin, 2000).
2.4 Klasifikasi Kejang Demam
Widagno (2012), mengatakan berdasarkan atas studi epidemiologi,
kejang demam dibagi 3 jenis, yaitu :
1. Kejang demam sederhana (simple febrile convulsion), biasanya terdapat
pada anak umur 6 bulan sampai 5 tahun, disertai kenaikan suhu tubuh

7
yang mencapai ≥ 39⁰C. Kejang bersifat umum dan tonik-klonik,
umumnya berlangsung beberapa detik/menit dan jarang sampai 15 menit.
Pada akhir kejang kemudian diakhiri dengan suatu keadaan singkat seperti
mengantuk (drowsiness), dan bangkitan kejang terjadi hanya sekali dalam
24 jam, anak tidak mempunyai kelainan neurologik pada pemeriksaan
fisis dan riwayat perkembangan normal, demam bukan disebabkan karena
meningitis atau penyakit lain dari otak.
2. Kejang demam kompleks (complex or complicated febrile convulsion)
biasanya kejang terjadi selama ≥ 15 menit atau kejang berulang dalam 24
jam dan terdapat kejang fokal atau temuan fokal dalam masa pasca
bangkitan. Umur pasien, status neurologik dan sifat demam adalah sama
dengan kejang demam sederhana.
3. Kejang demam simtomatik (symptomatic febrile seizure) biasanya sifat
dan umur terjadinya demam adalah sama pada kejang demam sederhana
dan sebelumnya anak mempunyai kelainan neurologi atau penyakit akut.
Faktor resiko untuk timbulnya epilepsi merupakan gambaran kompleks
waktu bangkitan. Kejang bermula pda umur < 12 bulan dengan kejang
kompleks terutama bila kesadaran pasca iktal meragukan maka
pemeriksaan CSS sangat diperlukan untuk memastikan kemungkinan
adanya meningitis.
2.5 Patofisiologi Kejang Demam
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi
dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari
permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam
keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah ion kalium
(K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natriun (Na+) dan elektrolit lainnya,
kecuali ion klorida (CI-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron
tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang diluar sel neuron terdapat keadaan
sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan luar sel,
maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran
dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran diperlukan

8
energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :
1. Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraselular
2. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau
aliran listrik dari sekitarnya
3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan.
Pada keadaan demam kenaikkan suhu 1⁰C akan mengakibatkan
kenaikkan metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat
20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh
dibandingkan dengan orang dewasa hanya 15%. Oleh karena itu
kenaikkansuhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron
dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion
natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini
demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun ke membran
sel disekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Tiap
anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung tinggiu
rendahnyaambang kejang seseorang anak akan menderita kejang pada
kenaikan suhu tertentu.
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak
berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang demam yang
berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea,
meningkatkanya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skeletal
yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh
metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak
teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya
aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian
kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron
otak selama berlangsungnya kejang (Lestari, 2016 & Ngastiyah, 2012).

9
2.6 Pathway/ Woc (Web of Caution )
Infeksi ekstrakranial

Reaksi inflamasi

Peningkatan metabolisme basal suhu hipotalamus meningkat

HIPERTERMI

Pengeluaran mediator kimia (epinefrin & prostaglandin)

Peningkatan potensial aksi

Difusi ion kalium maupun natrium

Lepas muatan listrik


Lidah tergigit RESIKO
INJURI
RISIKO KEJANG
BERULANG
Kejang
Pengeluaran sekret di jalan
nafas
Peningkatan fase depolarasi
dan otot dengan cepat
BERSIHAN JALAN
Ekspansi paru NAFAS TIDAK
EFEKTIF
Input O2 menurun

Ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan O2

Peningkatan kerja pernapasan

Pola napas tidak efektif

Sumber :
(Judha & Rahil, 2011)

10
2.7 Manifestasi Klinis Kejang Demam
Dewanto (2009), mengatakan gambaran klinis yang dapat dijumpai
pada pasien dengan kejang demam diantaranya :
1. Suhu tubuh mencapai >38⁰C
2. Anak sering hilang kesadaran saat kejang
3. mata mendelik, tungkai dan lengan mulai kaku, bagian tubuh anak
berguncang (gejala kejang bergantung pada jenis kejang)
4. Kulit pucat dan membiru
5. Akral dingin
2.8 Komplikasi Kejang Demam
Komplikasi pada kejang demam anak menurut Garna & Nataprawira (2005)
1. Epilepsi
2. Kerusakan jaringan otak
3. Retardasi mental
4. Aspirasi
2.9 Penatalaksanaan Kejang Demam
Ngastiyah (2012), Dalam penanggulangan kejang demam ada
beberapa faktor yang perlu dikerjakan yaitu:
1. Penatalaksanaan Medis
1) Memberantas kejang secepat mungkin
Bila pasien datang dalam keadaan status konvulsivus (kejang),
obat pilihan utama yang diberikan adalah diazepam yang diberikan
secara intravena. Dosis yang diberikan pada pasien kejang disesuaikan
dengan berat badan, kurang dari 10 kg 0,5-0,75 mg/kgBB dengan
minimal dalam spuit 7,5 mg dan untuk BB diatas 20 kg 0,5 mg/KgBB.
Biasanya dosis rata-rata yang dipakai 0,3 mg /kgBB/kali dengan
maksimum 5 mg pada anak berumur kurang dari 5 tahun, dan 10 mg
pada anak yang lebih besar.
Setelah disuntikan pertama secara intravena ditunggu 15 menit,
bila masih kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama
juga melalui intravena. Setelah 15 menit pemberian suntikan kedua
masih kejang, diberikan suntikan ketiga dengan dosis yang sama juga

11
akan tetapi pemberiannya secara intramuskular, diharapkan kejang
akan berhenti. Bila belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital
atau paraldehid 4 % secara intravena. Efek samping dari pemberian
diazepan adalah mengantuk, hipotensi, penekanan pusat pernapasan.
Pemberian diazepan melalui intravena pada anak yang kejang
seringkali menyulitkan, cara pemberian yang mudah dan efektif adalah
melalui rektum. Dosis yang diberikan sesuai dengan berat badan ialah
berat badan dengan kurang dari 10 kg dosis yang diberikan sebesar 5
mg, berat lebih dari 10 kg diberikan 10 mg. Obat pilihan pertama
untuk menanggulangi kejang atau status konvulsivus yang dipilih oleh
para ahli adalah difenilhidantion karena tidak mengganggu kesadaran
dan tidak menekan pusat pernapasan, tetapi dapat mengganggu
frekuensi irama jantung.
2) Pengobatan penunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan
pengobatan penunjang yaitu semua pakaian ketat dibuka, posisi kepala
sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung, usahakan agar
jalan napas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen. Fungsi vital
seperti kesadaran, suhu, tekanan darah, pernapasan dan fungsi jantung
diawasi secara ketat. Untuk cairan intravena sebaiknya diberikan
dengan dipantau untuk kelainan metabolik dan elektrolit. Obat untuk
hibernasi adalah klorpromazi 2-. Untuk mencegah edema otak
diberikan kortikorsteroid dengan dosis 20-30 mg/kgBB/hari dibagi
dalam 3 dosis atau sebaiknya glukokortikoid misalnya dexametason
0,5-1 ampul setiap 6 jam sampai keadaan membaik.
3) Memberikan pengobatan di rumah
Setelah kejang diatasi harus disusul pengobatan rumah. Daya
kerja diazepan sangat singkat yaitu berkisar antara 45-60 menit
sesudah disuntikan, oleh karena itu harus diberikan obat antiepileptik
dengan daya kerja lebih lama. Lanjutan pengobatan rumah tergantung
daripada keadaan pasien. Pengobatan ini dibagi atas dua bagian, yaitu

12
pengobatan profilaksis intermiten dan pengobatan profilaksis jangka
panjang.
4) Mencari dan mengobati penyebab
Penyebab kejang demam sederhana maupun epilepsi yang
diprovokasi oleh demam biasanya adalah infeksi respiratorius bagian
atas dan otitis media akut. Pemberian antibiotik yang adekuat perlu
untuk mengobati penyakit tersebut. Secara akademis pasien kejang
demam yang datang untuk pertama kali sebaliknyadilakukan pungsi
lumbal untuk menyingkirkan kemungkinan adanya faktor infeksi
didalam otak misalnya meningitis.
2. Penatalaksanaan keperawatan
1) Pengobatan fase akut
a. Airway
a) Baringkan pasien ditempat yang rata, kepala dimiringkan dan
pasangkan sudip lidah yang telah dibungkus kasa atau bila ada
guedel lebih baik.
b) Singkirkan benda-benda yang ada disekitar pasien, lepaskan
pakaian yang mengganggu pernapasan
c) berikan O2 boleh sampai 4 L/ mnt.
b. Breathing
a) Isap lendir sampai bersih
c. Circulation
a) Bila suhu tinggi lakukan kompres hangat secara intensif.
b) Setelah pasien bangun dan sadar berikan minum hangat (
berbeda dengan pasien tetanus yang jika kejang tetap sadar).
Jika dengan tindakan ini kejang tidak segera berhenti, hubungi dokter
apakah perlu pemberian obat penenang.
2) Pencegahan kejang berulang
a. Segera berikan diazepam intravena, dosis rata-rata 0,3mg/kgBB
atau diazepam rektal. Jika kejang tidak berhenti tunggu 15 menit
dapat diulang dengan dengan dosis dan cara yang sama.

13
b. Bila diazepan tidak tersedia, langung dipakai fenobarbital dengan
dosis awal dan selanjutnya diteruskan dengan pengobatan rumah.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Kejang Demam
1. Pengkajian
Data subyektif
1) Biodata / identitas
Biodata anak yang mencakup nama,jenis kelamin. Biodata orangtua
perlu ditanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi:nama,
umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan,penghasilan,alamat.
2) Riwayat penyakit sekarang
Menurut Suharso (2000) antara lain sebagai berikut: Riwayat
penyakit yang diderita sekarang, Jenis,lama dan frekuensi kejang, ada
tidak demam yang menyertai kejang, jarak antara timbulnya kejang
dengan demam, lama serangan kejang, pola serangan (apakah bersifat
umum,fokal,tonik,klonik), frekuensi serangan kejang, keadaan
sebelum selama dan sesudah serangan kejang, dimana kejang dimulai
dan bagaimana menjalarnya.
3) Riwayat penyakit dahulu
Sebelum penderita mengalami serangan kejang ini ditanyakan apakah
penderita pernah mengalami kejang sebelumnya,umur berapa saat
kejang terjadi untuk pertama kali.Apakah ada riwayat trauma
kepala,radang selaput otak,dan lain-lain.
4) Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Keadaan ibu sewaktu hamil per trimester, apakah ibu pernah
mengalami infeksi atau sakit panas sewaktu hamil. Riwayat
trauma,perdarahan pervagina sewaktu hamil,penggunaan obat obatan
maupun jamu selama hamil. Riwayat persalinan apakah sukar,spontan
atau dengan tindakan ,perdarahan antepartum,asfiksia dan lain lain.
Keadaan selama neonatal apakah bayi panas,diare muntah,tidak mau
menetekdan kejang-kejang.
5) Riwayat Imunisasi

14
Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan
serta umur mendapatkan imunisasi dan reaksi dari imunisasi.
6) Riwayat Perkembangan
Ditanyakan kemampuan perkembangan meliputi:
a. Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial)
b. Gerakan motorik halus
c. Gerakan motorik kasar
d. Bahasa
8) Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita kejang (± 25 % penderita
kejang demam mempunyai faktor turunan). Adakah anggota keluarga
yang menderita penyakit syaraf atau lainya. Adakah anggota keluarga
yang menderita penyakit seperti ISPA,diare atau penyakit infeksi
menular yang dapat mencetuskan terjadinya kejang demam.
9) Riwayat Sosial
Untuk mengetahui perilaku anak dan keadaan emosionalnya perlu
dikaji siapakah yang mengasuh anak.Bagaimana hubungan dengan
anggota keluarga dan teman sebayanya.
10) Pola kesehatan dan fungsi kesehatan meliputi :
a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
b. Bagaimana pandangan terhadap penyakit yang diderita,pelayanan
kesehatan yang diberikan,tindakan apabila ada anggota keluarga
yang sakit,penggunaan obat-obatan pertolongan pertama
c. Pola nutrisi
Untuk mengetahui asupan kebutuhan gizi anak,ditanyakan
bagaiman kualitas dan kuantitas dari makanan yang dikonsumsi
oleh anak. Makanan apa saja yang di sukai dan yang tidak disukai
anak Bagaimana selera makan anak sebelum dan setelah sakit
Berapa kali minum,jenis dan jumlahnya perhari?
d. Pola eliminas (BAK dan BAB )
e. Pola aktivitas dan latihan

15
Data Obyektif
1) Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Adakah tanda-tanda mikro atau mikrossepali, adakah dispersi
bentuk kepala, adakah tanda-tanda kenaikan tekanan intrakranial
yaitu ubun-ubun besar cembung,bagaimana keadaan ubun ubun
besar menutup atau belum
b. Rambut
warna,kelebatan, distribusi serat karakteristik rambut lain.Pasien
dengan malnutrisi energi protein mempunyai rambut yang
jarang,kemerahan seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa
menyebabkan rasa sakit pada pasien
c. Muka/Wajah
Paralisis fasialis menyebabkan asimetris wajah:sisi yang paresis
tertinggal bila anak menangis atau tertawa,sehingga wajah tertarik
ke sisi
d. Mata
Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil,untuk periksa pupil dan
ketajaman peglihatan.Apakah keadaan sklera,konjungtiva?
e. Telinga
Periksa fungsi telinga,kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya
infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga,
keluar cairan dari telinga,berkurangnya pendengaran
f. Hidung
Apakah adanya pernapasan cuping hidung, polip yang menyumbat
jalan napas, apakah keluar sekret,bagaimana konsistensinya,
jumlahnya?
g. Mulut
Adakah sianosis, bagaiman keadaan lidah, adakah stomatitis,
berapa jumlah gigi yang tumbuh,apakah ada karies gigi, adakah
peradangan tanda-tanda peradangan tosil
h. Leher

16
Adakah tanda-tanda kaku kuduk,pembesaran kelenjar tiroid,
adakah pembesaran vena jugularis
i. Thorax
Pada inspeksi:amati bentuk dada klien,bagaimana gerakan
pernapasan, frekuensinya,irama,kedalaman,adakah retraksi
intercostal. Auskultasi:adakah suara napas tambahan
Jantung:bagaimana keadaan dan frekuensi jantung serta iramanya?
adakah bunyi tambahan?adakah bradicardi dan takikardi?
j. Abdomen
Adakah distensi abdomen serta kekuatan otot pada abdomen?
bagaiman peristaltik usus? adakah pembesaran lien dan hepar?
k. Kulit
Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya?
adakah terdapat edemahemangioma? bagaimana keadaan turgor
kulit?
l. Ekstremitas
Apakah terdapat oedema,atau paralise terutama setelah terjadi
kejang? bagaimana suhunya pada daerah akral?
m. Genetalia
Adakah kelainan bentuk oedema,sekret yang keluar dari vagina,
tanda-tanda infeksi.
2. Pemeriksaan Penunjang
Tergantung sarana yang tersedia dimana pasien dirawat,pemeriksaannya
meliputi:
a. Darah (Glukosa darah, BUN, Elektrolit, Kalium, Natrium)
b. Cairan cerebo spinal
c. X Ray
d. Tansiluminasi
e. EEG
f.CT Scan

17
3. Diagnosa keperawatan
1) Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme basal rata-
rata, proses infeksi
2) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan
neuromuskuler, hypersekresi trakeobronkial
3) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan
neuromuskular
4) Risiko terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi
5) Risiko terjadi trauma fisik berhubungan dengan kurangnya koordinasi
otot
4. Intervensi Keperawatan
1) Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme basal rata-
rata, proses infeksi
Tujuan dan kriteria hasil :
Suhu tubuh dalam batas normal, yang ditunjukkan dengan
mendemontrasikan suhu dalam batas normal, bebas dari kedinginan,
tidak mengalami komplikasi yang berhubungan
Rencana Tindakan :
a. Pantau suhu tubuh
Rasional : Suhu 38,9-41,1 menunjukkan adanya proses infeksius
akut. Pola demam dapat membantu dalam diagnosis
b. Pantau suhu lingkungan, batasi / tambahkan penggunaan seprai di
tempat tidur sesuai indikasi
Rasional : Suhu ruangan / jumlah selimut harus dirubah untuk
mempertahankan suhu mendekati normal
c. Berikan kompres hangat
Rasional : Membantu menurunkan demam dengan efek
vasodilatasi air hangat melalui proses evaporase
d. Kolaborasi : Berikan antipiretik
Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi
sentranya pada hipotalamus meskipun demam mungkin dapat

18
berguna dalam membatasi pertumbuhan organisme dan
meningkatkan autodekstruksi sel-sel yang terinfeksi.
2) Bersihan jalan nafas berhubungan dengan gangguan neuromuskuler,
hypersekresi trakeobronkial
Tujuan dan kriteria hasil :
Pola nafas efektif yang ditunjukkan dengan frekuensi nafas dalam
batas normal, jalan nafas bersih
Rencana Tindakan :
a. Kosongkan mulut klien dari benda / zat makanan
Rasional : menurunkan resiko aspirasi
b. Letakkan klien pada posisi miring, permukaan datar, miringkan
kepala, selama serangan kejang
Rasional : Meningkatkan aliran (drainage), sekret, mencegah lidah
jatuh, dan menyumbat jalan nafas
c. Tanggalkan pakaian pada daerah leher, dada, dan abdomen
Rasional : Memfasilitasi usaha bernafas dan ekspansi dada
d. Masukkan spatel lidah/jalan nafas buatan atau golongan benda
lunak sesuai dengan indikasi
e. Rasional : Mencegah tergigitnya lidah dan memfasilitasi saat
melakukan suction
f. Melakukan pengisapan (suction) sesuai indikasi
g. Rasional : Menurunkan resiko aspirasi dan asfiksia
3) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan
neuromuscular
Tujuan :
Mempertahankan pola nafas efektif
Rencana tindakan :
a. Anjurkan pasien mengosongan mulut dari benda atau zat tertentu
Rasional : menurunkan resiko aspirasi atau masuknya suatu benda
asing ke faring.
b. Letakkan pasien pada posisi miring dan permukaan datar
Rasional : mencegah lidah jatuh dan menyumbat jalan napas

19
c. Masukkan spatel lidah/jalan napas buatan
Rasional : mencegah tejatuhnya lidah dan memfasilitasi saat
melakukan pengisapan lender
d. Kolabori dalm pemberian oksigen sesuai indikasi.
Rasional : menurunkan hipoksia serebral sebagai akibat dari
sirkulasi yang menurun
4) risiko terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi
Tujuan dan Kriteria hasil :
klien tidak mengalami kejang berulang, tidak terjadi serangan kejang
berulang, suhu36-37°C, nadi 100-110x/menit, respirasi 24-28x/menit,
kesadaran composmentis
Rencana tindakan :
a. Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah menyerap
keringat.
Rasional:proses konveksi akan terhalang oleh pakaian yang ketat
dan tidak menyerap keringat
b. Berikan kompres hangat
Rasional : perpindahan panas secara konduksi
c. Berikan ekstra cairan (susu,sari buah,dll)
Rasional : saat demam kebutuhan akan cairan tubuh meningkat.
d. Observasi kejang dan tanda vital setiap 4 jam
Rasional : pemantauan teratur akan menentukan tindakan yang
akan dilakukan
e. Batasi aktivitas selama anak panas
Rasional:aktivitas dapat meningkatkan metabolisme dan
meningkatnya panas
2) risiko terjadi trauma fisik berhubungan dengan kurangnya koordinasi
otot
Tujuan dan kriteria hasil :
tidak terjadi trauma fisik akibat kejang, tidak terjadi trauma fisik
selama perawatan, mempertahankan tindakan yang mengontrol
aktivitas kejang.

20
Rencana tindakan :
a. Beri pengaman pada sisi tempat tidur dan penggunaan tempat tidur
yang rendah
Rasional : meminimalkan injuri saat kejang
b. Tinggal bersama klien selama fase kejang
Rasional : meningkatkan keamanan klien
c. Berikan tongue spatel diantara gigi atas dan bawah
Rasional : menurunkan risiko trauma pada mulut
d. Catat tipe kejang (lokasi,lama)dan frekuensi kejang.
Rasional: membantu menurunkan lokasi area cerebral yang
terganggu
e. Catat tanda –tanda vital sesudah fase kejang
Rasional : mendeteksi secara dini keadaan yang abnormal
5. Implementasi
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan
dapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan
perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien ( Santosa.
NI,1989;162 )
6. Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut
pengumpulandata subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah
tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu
langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa
masalah selanjutnya ( Santosa.NI, 1989;162).
2.3 Dampak Kejang Demam terhadap KDM
1. Sistem Pernapasan
Pada anak dengan kejang demam laju metabolisme akan
meningkat. Sebagai kompensasi tubuh, pernapasan akan mengalami
peningkatan pula sehingga anak tampak pucat sampai kebiruan terutama
pada jaringan perifer (Brunner & Suddart, 2013).

21
2. Sistem Thermogulasi
Masuknya Exogenus dan virogenus ke selaput otak akan
menstimulasi sel host inflamasi.hipotalamus akan menghasilkan “set
poin”. Demam terjadi karena adanya gangguan pada “set poin”.
Mekanisme tubuh secara fisiologis pada anak dengan kejang demam
mengalami vasokontriksi perifer sehingga suhu tubuh meningkat. (Suriadi
& yuliani, 2010).
3. Sistem Neurologis
Kurangnya suplai oksigen ke otak akan menyebabkam iskemik jaringan
otak, bila tidak diatasi segera akan menyebabkan hipertrofi pada jaringan
otak yang beresiko pada abses serebri. Keluhan yang muncul pada anak
kejang demam kompleks adalah penurunan kesadaran (Muttaqin, 2008).
4. Sistem Muskulosketal
Peningkatan suhu tubuh pada anak dengan kejang demam menyebabkan
terjadinya gangguan pada metaboilsme otak. Konsekuensinya, keseimbang
-an sel otak pun akan terganggu dan terjadi pelepasan muatan listrik yang
menyebar keseluruh jaringan, sehingga menyebabkan kekakuan otot
disekujur tubuh terutama di anggota gerak.

22
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena
peningkatan suhu tubuh yang sering dijumpai pada anak usia di bawah umur
5 tahun.Dari pengertian diatas maka penulis menyimpulkan bahwa yang di
maksud kejang demam adalah perubahan potensial listrik cerebral yang
berlebihan akibat kenaikan suhu dimana suhu rectal diatas 38°C sehingga
mengakibatkan renjatan kejang yang biasanya terjadi pada anak dengan usia 3
bulan sampai 5 tahun. Faktor resiko terjadinya kejang demam diantaranya
faktor-faktor prinatal, malformasi otak congenital, faktor genetika, demam,
gangguan metabolisme, trauma, neoplasma, gangguan Sirkulasi.
3.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa
Di harapkan sebelum melakukan proses asuhan keperawatan
mahasiswa hendaknya sudah memahami konsep teori tentang penyakit
maupun konsep asuhan keperawatan, sehingga asuhan keperawatan dapat
dilakukan secara maksimal.
2. Bagi perawat
Diharapkan dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada anak
sesuai dengan standar operasional prosedur yang telah di tetapkan oleh 70
rumah sakit sendiri, sehingga tercapainya asuhan keperawatan yang
komprehensif khususnya pada klien anak dengan asma.
3. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan dapat meningkatkan jumlah koleksi buku – buku
diperpustakaan yang terbaru sebagai bahan sumber bagi peserta didik
khususnya yang berhubungan dengan asuhan keperawatan pada anak,
sehingga mempermudah dalam melakukan asuhan keperawatan yang
komprehensif sesuai dengan landasan teori

23
DAFTAR PUSTAKA

Dewanto, G. dkk. 2009. Panduan Praktis Diagnosis & Tata laksana Penyakit
Saraf. Jakarta: EGC. hlm 92-93

Judha, M. & Rahil H.N. 2011. Sistem Persyarafan Dalam Asuhan Keperawatan.
Yogyakarta : Gosyen Publishing

Lestari, T, 2016.Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika

Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan


Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Ngastiyah. 2012. Perawatan anak sakit. Jakarta : EGC

Price, Sylvia A., & Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis
PosesProses Penyakit. Jakarta: EGC

Ridha, N.H, 2014. Buku Ajar Keperawatan Anak, Yogyakarta : Pustaka Penerbit

Riyadi,S., & Sukarmin. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta :


Graha Ilmu
Suriadi & Yuliani, Rita. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 3. Jakarta:
Sagung Seto

Widagdo, 2012. Tata Laksana Masalah Penyakit Anak dengan Kejang Demam.
Jakarta : CV Agung Seto

24

Anda mungkin juga menyukai