Anda di halaman 1dari 29

6/4/2017 Packaging – PT.

 Harpackindo Ottoflexi

(http://www.harpackindo.id/)
Supply Chain Management Partner

021 8240 6074 (tel:021 8240 6074)


marketing@harpackindo.id (mailto:marketing@harpackindo.id)

Category Archives: Packaging

February 29, 2016


0 (http://www.harpackindo.id/?p=35#respond)

Paper (http://www.harpackindo.id/?p=35)
Category : Packaging (http://www.harpackindo.id/?cat=12)

A. Kayu sebagai bahan baku


Secara etimologi kertas atau paper berasal dari kata latin papyrus yang merujuk ke sebuah nama tanaman cyperus papyrus. Papyrus adalah lembaran tebal mirip
kertas yang digunakan oleh bangsa Yunani untuk menulis. Walaupun secara etimologi berasal dari kata papyrus namun sifat dan tampakan antara kertas dan
papyrus sangatlah berbeda. Kertas yang lebih modern adalah lapisan tipis material yang diproduksi dari bubur serat selulosa. Bubur kertas di press dan dikeringkan
sehingga membentuk lembaran yang lentur.

Semua bahan material yang mengandung serat selulosa bisa diproses menjadi kertas. Sumber serat selulosa yang paling umum adalah kayu namun ada juga
beberapa sumber serat yang lain seperti pelepah pisang, rumput, tanaman perdu, ampas batang tebu, bambu. Beberapa tahun terakhir ini dikembangkan rumput
laut sebagai alternatif bahan baku kertas.

Struktur kayu mengandung tiga komponen utama yakni cellulose, hemicellulose dan lignin. Selulosa adalah polimer linier yang
mengandung 5.000 sampai 10.000 mers dalam satu molekul. Di dalam struktur kayu selulosa ini membentuk bundle yang
disebut dengan microfbril.

Berdasarkan ukuran panjang pendeknya, serat yang dihasilkan kayu


dikategorikan ke dalam serat panjang dan serat pendek. Serat panjang
dihasilkan oleh pohon kayu lunak (softwood) dengan kisaran panjang serat 3,5
mm sampai 4,8 mm. Sedangkan serat pendek yang mempunyai kisaran
panjang 0,7 mm sampai 1,7 mm dihasilkan oleh pohon kayu keras.

Ciri-ciri pohon kayu lunak adalah daunnya yang berbentuk jarum. Pohon kayu
lunak tumbuh subur di daerah subtropis, contohnya pohon pinus dan cemara.
Pohon kayu keras mempunyai ciri berdaun lebar dan tumbuh subur di daerah tropis.
 

http://www.harpackindo.id/?cat=12 1/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi

A : Fiber

B : Wall

C : Macrofibril

D : Microfibril

E : Molekul selulosa

F : Glucose

B. Proses pembuatan kertas


Proses pembuatan pulp dan kertas berkembang di China sekitar abad kedua masehi pada jaman dinasti Han. Kemudian menyebar melalui timur tengah ke
pertengahan eropa pada abad ke 13. Pada abad ke 19 industri pembuatan kertas berkembang pesat seiring dengan ditemukannya proses yang lebih ekonomis

Proses pembuatan kertas secara manual sering dilakukan sebagai kegiatan home industri. Bahannya dari kertas bekas ataupun dari serat-serat selulosa tumbuhan
yang diblender menjadi bubur kertas. Bubur kertas tersebut biasanya dicampur dengan lem agar kertas yang dihasilkan lebih kuat. Campuran bisa juga berupa
bahan-bahan dekoratif semisal kelopak bunga, benang jagung dan lain-lain untuk menghasilkan kertas yang lebih artistik. Bubur kertas ditiriskan di atas saringan
kemudian setelah agak kering dipress. Pengerigan akhir dilakukan dengan penjemuran di bawah sinar matahari.

Dalam skala industri, pembuatan kertas sudah memakai mesin-mesin yang modern dan efisien serta berkapasitas
besar. Proses pembuburan dilakukan di hydra pulper, mirip dengan blender yang ukurannya besar. Bubur kertas
menjalani proses cleaning, screening dan refining. Bubur kertas yang telah direfining diatur kadar seratnya
(consistency-nya) agar bisa dihasilkan kertas dengan grammature sesuai yang diinginkan.

Bubur kertas dihamparkan di atas screen (wire) melalui headbox. Keluar dari wire, bentangan bubur kertas yang
masih basah di press untuk mengurangi kadar air. Proses selanjutnya pengeringan dengan dipanaskan di silinder
dryer.

Perlu dibedakan pengertian antara pulp mill dan paper mill. Pulp
mill adalah pabrik yang memproduksi pulp dari bahan baku kayu
atau sumber serat seluosa yang lain. Sedangkan paper mill adalah
pabrik yang memproduksi kertas dari bahan pulp atau waste
paper atau campuran keduanya. Beberapa pabrik memiliki mill
terpadu antara pulpmill dan paper mill.

C. Jenis Kertas
Kegunaan kertas sangat beragam mulai dari media tulisan, cetakan dan juga kemasan. Khusus dalam industri
kemasan kotak karton gelombang (corrugated carton box) dikenal dua kelompok bahan utama kertas yakni kertas
untuk lapisan datar (liner) dan kertas untuk lapisan gelombang (fluting)

1. Liner
Di Indonesia kertas liner sering disebut dengan kraft (kraft liner). Hal ini tidak sepenuhnya tepat karena ditilik dari proses pembuatan dan komposisi bahannya tidak
memenuhi kategori kraft. Liner dapat dibagi dalam dua kelompok liner yakni:

Kraft Liner => Terbuat dari komposisi virgin pulp dan dan sedikit recycled fiber. Parameter kualitas yang dimilikinya sangat baik. Biasanya permukaannya lebih
halus dan kelengketan lemnya lebih baik.

Test Liner => Terbuat dari 100% recycled paper. Meskipun terbuat dari 100% waste paper namun dengan proses produksi dan penambahan aditive tertentu
bisa didapat parameter kualitas yang lebih baik walaupun secara umum tetap di bawah kraft liner.

Warna natural dari liner adalah coklat kusam namun ada juga yang menambahkan proses bleaching pada proses pembuatannya sehingga diperoleh warna white.
White liner sering digunakan sebagai bahan kemasan yang menuntut kualitas cetakan dan tampilan yang lebih bagus dan menarik.

2. Fluting Medium
Bahan untuk lapisan gelombang (corrugated) lebih dikenal dengan sebutan kertas medium (medium fluting atau corrugating medium). Ditinjau dari bahan dan
proses dapat dikategorikan dua kelompok medium yakni:

Semi Chemical medium fluting => Terbuat dari serat pendek kayu keras yang diproses secara semichemical dengan sedikit sekali campuran dari waste pabrik
kertas. Kualitasnya sangat baik namun dari harga tidak ekonomis.

Bogus medium =>  Kertas medium terbuat dari 100% bahan waste paper. Kualitasnya dibawah semichemical medium. Namun dengan berkembangnya
teknologi paper making termasuk penggunaan bahan kimia, bisa didapat kualitas medium yang baik.

Di Indonesia, baik kertas liner maupun medium keduanya diproduksi memakai 100% waste paper. Hal ini terjadi seiring dengan berkembangnya tuntutan bahan
baku yang murah dan ekonomis. Secara umum tidak ada lagi pabrik karton yang mau atau mampu membeli kertas dengan bahan virgin pulp dan menjual kartonnya
ke customer.

Dalam beberapa kasus tertentu masih ada pemakai kemasan yang menuntut karton box terbuat dari liner yang mengandung virgin pulp sehingga untuk memenuhi
pangsa pasar yang sempit ini dilakukan import kraft liner. Contoh pemakai karton dengan bahan kraft liner ini diantaranya industri susu.

Bahan baku kertas yang dikirim ke pabrik corrugated karton berupa paper roll dengan ukuran lebar dan diameter roll tertentu sesuai dengan spesifikasi mesin
corrugator. Panjang gulungan kertas dalam satu roll juga bervariasi tergantung pada jenis grammature kertas dan juga kepadatan proses penggulungan.

http://www.harpackindo.id/?cat=12 2/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi

D. Parameter kualitas kertas dan cara pengukuran


1. Basis Weight
Dikenal pula dengan istilah grammature atau grammage, yakni berat kertas per meter persegi. Hampir sebagian besar dari kita terbiasa mendengar istilah HVS 70.
Pengertian 70 dari istilah tersebut adalah gramature kertas 70 gram per meter persegi dengan jenis kertasnya HVS. Jadi selembar kertas HVS70 ukuran kuarto kalau
ditimbang tidak akan menunjukkan angka 70 gram karena luas dari selembar HVS Kuarto kurang dari satu meter persegi.

Pengukuran basis weight sangat sederhana dan mudah dilakukan. Kertas yang akan di uji dipotong dengan ukuran
10cm x 10cm atau setara dengan 0,01 meter persegi. Potongan tersebut kemudian ditimbang menggunakan
timbangan khusus yang ketelitiannya sesuai. Nilai berat dari sample tersebut dibagi dengan luasan potongan
sample supaya setra dengan satu meter persegi.

2. Moisture
Walaupun sudah mengalami proses pengeringan, hasil akhir dari paper tetap memiliki kadar air atau kelembaban
tertentu. Hal ini penting karena kandungan kadar moisture yang tepat sangat membantu proses konverting box.

Pengujian kadar air juga mudah dan sederhana. Alat yang digunakan berupa moisture tester yang memiliki sensor.
Penggunaannya cukup dengan menemplekan sensor ke permukaan kertas. Display pada tester akan menunjukkan
angka prosentase kadar air hasil pengecekan.

Sistem kerja alat ini menggunakan prinsip conductivity sehingga perlu diperhatikan kondisi alas dari sample yang ditest. Sebaiknya menggunakan alas yang kering
dan tidak konduktif semisal kaca. Apabila alasnya bersifat konduktif juga maka hasil pengukuran akan terpengaruh oleh alas.

3. Water Absorption (Cobb Size 120 detik)


Sifat kertas adalah menyerap air, namun daya serap ini tidak sama untuk masing-masing jenis. Kontrol daya serap air sangat penting dalam proses konverting
terutama dalam proses pengeleman flute di corrugator dan proses cetak di mesin flexo. Hal ini dikarenakan kedua proses itu menggunakan bahan pelarut air (water
base).

Daya serap air diukur oleh banyaknya air yang diserap per satuan luas kertas dalam satuan gram/cm2. Metoda pengukurannya disebut dengan Cobb Size. Metode
Cobb size ada yang 60 detik, 90 detik dan 120 detik. Jadi sangat penting untuk mengetahui Cobb size berapa detik yang dipakai dalam pengetesan

Untuk cobb size 120 detik prosedurnya adalah kertas dipotong pada ukuran tertentu dan ditimbang. Potongan kertas dipasang pada alat test Cobb Size yang
berbentuk ring silinder yang luasnya 100 cm2, dengan cara dijepit dan dikencangkan dengan kunci pengikat. Air sebanyak 100 cm3 dituangkan kedalam ring silinder
dan dibiarkan selama 105 detik. Kemudian airdibuang, ring silinder dilepas dan permukaan kertas ditekan dengan kertas blotting menggunakan roll penekan satu
kali jalan gelindingan. Proses penekanan dn pengeringan ini berlangsung selama 15 detik, sehingga total waktu proses 120 detik.

4. Bursting Strength Test – BST

http://www.harpackindo.id/?cat=12 3/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi
Kertas dipotong secukupnya untuk bisa masuk ke alat tester. Potongan dipasang pada alat terster dengan cara dijepit dengan kekuatan jepitan yang sesuai standar.
Alat dioperasikan dan akan membrane dari alat tersebut akan menekan kertas sampai jebol. Display skala ukuran tekanan akan menunjukkan suatu nilai yang sesuai
dengan tekanan jebolkertas yang diukur.

Pada umumnya semakin tinggi gramature kertas maka akan semakin besar pula nilai BST. Namun ini berlaku untuk jenis kertas yang sama. Contoh perbandingan
nilai BST disajikan dalam tabel berikut:

Pada tabel di atas, kertas lokal diambil dari tipe yang pakai bahan 100% waste paper. Kertas import memakai bahan yag mengandung virgin pulp. Terlihat jelas
bahwa untuk grammature yang sama antara lokal dan import nilai Bursting Strengthnya berbeda. Kertas dengan bahan virgin pulp lebih tinggi.

Di kolom keempat dan kelima memuat bursting factor yang nilainya untuk semua gramature sama. (kecuali untuk lokal 275 GSM sedikit beda karena samplenya
diambil dari kertas lokal yang masih mengandung bahan virgin pulp). Bursting factor adalah nilai bursting strength per 100gsm. Nilai ini biasanya tetap untuk satu
jenis kertas tertentu. Jadi cukup dengan mengetahui nilai bursting factor suatu jenis kertas maka kita dapat menghitung nilai bursting strength untuk grammature
berapapun. Hal ini memudahkan kita karena tidak perlu menghapal banyak nilai bursting strength.

5. Ring Crush Test– RCT (CD)


Merupakan kekuatan daya tekan tepi kertas yang mempunyai kaitan langsung dengan kekuatan tekanan box BCT. Metoda pengukuran RCT adalah dengan
mengambil sample berbentuk pita kertas ukuran ½” x 6” (12,7 mm x 152,4mm). Untuk menjaga keakuratan dan kesempurnaan pemotongan, ada alat yang
diciptakan khusus untuk memotong sample kertas.

Pita kertas tersebut dipasang melingkar pada pegangan sample RCT sehingga membentuk ring. Kemudian pita kertas dengan pegangannya di pasang di alat
compression tester. Alat dioperasikan dan akan menekan ring pita kertas secara perlahan. Pita akan menahan kekuatan tekanan sampai pada akhirnya jebol. Nilai
kekuatan yang menyebabkan jebol ini tercatat di alat tester, dan inilah yang menjadi nilai RCT kertas yang bersangkutan.

  Ada hal yang perlu diperhatikan ketika mengambil potongan sample yakni orientasi bentuk memanjang pita. Sample harus dipotong memanjang kearah MD
sehingga kekuatan tekan yang terukur adalah tekanan ring crush arah cross direction RCT(CD). Hal ini mutlak karena potongan memanjang arah MD (RCT-Cross
Direction) mewakili kekuatan tekanan fluting, sebagaimana tergambar di bawah ini:

content/uploads/2016/02/ppr15.jpg)
(http://www.harpackindo.id/wp-

http://www.harpackindo.id/?cat=12 4/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi
Adalah sifat serat kertas pada saat proses pembuatan kertas lebih cenderung
menyesuaikan pola susunan memanjang ke arah MD akibat adanya pengaruh laju
kecepatan mesin. Hal ini menyebabkan nilai RCT-MD lebih besar dari RCT-CD.
Namun walaupun demikian, kekuatan RCT-MD yang lebih besar tidak berarti apa-
apa terhadap kekuatan tekanan box karena arah tegaknya alur fluting tidak searah
dengan arah RCT_MD. Jadi tidak saling memperkuat.

content/uploads/2016/02/ppr14.jpg)
(http://www.harpackindo.id/wp-

Compression tester (untuk RCT, ECT, PAT dll)

E. Resume Parameter Kualitas Kertas


Masih ada beberapa parameter kualitas yang lain dari kertas yang biasa diujikan di paper mill namun lima parameter di atas kaitannya sangat erat dengan proses
converting di karton box sehingga converting mill pun biasa melakukannya sebagai prosedur pengecekan incoming material. Berikut ini resume dari kelima
parameter kualitas.

Pihak pemerintah sebagai penyelenggara badan regulasi telah mengeluarkan standar kualitas untuk ketas liner dan medium dalam bentuk SNI.

Tabel spesifikasi kertas Liner (SNI. 8053.1­2014)

Dari tabel spesifikasi liner tersebut dapat diketahui bahwa bursting faktor untuk Liner kelas A adalah 3.6kgf/100g,sedangkan untuk Liner kelas B adalah
2,8kgf/100g.Kenyataan yang ada di lapangan, liner yang beredar di pasaran hanya memiliki bursting faktor dalam kisaran 2,6kgf/100gatau di bawahnya.

Kondisi ini bagaikan lingkaran setan karena di satu sisi customer menghendaki kualitas yang standar dan baik, namun di sisi lain harga yang dibentuk pasar tidak
mampu menopang biaya produksi untuk pencapaian kualitas standar.

http://www.harpackindo.id/?cat=12 5/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi

Tabel Spesifikasi kertas Medium (SNI. 8053.1­2014)

February 29, 2016


0 (http://www.harpackindo.id/?p=117#respond)

Corrugated Box (http://www.harpackindo.id/?p=117)


Category : Packaging (http://www.harpackindo.id/?cat=12)

Berawal dari bahan baku paper roll yang diproses di mesin corrugator. Output mesin ini menghasilkan corrugated sheet board. Bahan pembantu dalam proses di
corrugator berupa lem setengah jadi (biasanya dari larutan tapioka) untuk menempelkan lapisan kertas. Penempelan kertas ini dibantu oleh pemanasan dari steam
untuk menyempurnakan proses pengeleman.

Corrugated sheet yang dihasilkan ada yang dijual langsung ke customer dan ada pula yang melalui proses printing
dan converting sehingga terbentuk box yang dinginkan sesuai pesanan.

A. Produk Corrugated Paperboard


1. Single-face board. Terdiri dari satu sisi yang datar atau liner yang dilem dengan corrugated medium atau
fluting. Tipe ini banyak digunakan untuk bahan pembungkus, bantalan atau pengisi wadah kemasan. Single
face tidak digunakan untuk produksi box.

2. Single-wall board. Terdiri dari dua muka yang datar atau liner dengan satu corrugated medium atau fluting dibagian tengahnya. Lebih dari 90 % karton
gelombang yang dibuat menggunakan bahan tipe ini.

http://www.harpackindo.id/?cat=12 6/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi

3. Double-wall board. Terdiri dari dua muka yang datar dan dua corrugated medium atau fluting dan liner tengah diantara kedua fluting. Total lembaran kertas
yang menyusun corrugated board tipe ini ada lima lapisan kertas. Corrugated tipe ini dipakai untuk packaging dengan beban berat.

4. Triple-wall board. Tipe ini mempunyai tiga corrugated medium atau fluting dan total lembaran kertas penyusunnya ada tujuh lembar. Hanya sedikit pabrik
corrugated yang mampu memproduksi tipe ini. Kebanyakan tipe triple wall dibuat dari menggabungkan lembaran single walll dan double wall secara manual
bukan langsung di mesin corrugator.

B. Jenis-jenis ute dan Take Up Ratio


Ada empat tipe flute yang banyak dipakai untuk produk corrugated board di Indonesia memiliki karakter sebagai berikut:

Tipe FluteTinggi Jumlah Take Up Ratio


(mm) Flute/meter
A 4,7 – 5 +/- 110 1,56 – 1,6
B 2,5 – 3 +/- 154 1,36 – 1,4
C 3.6 – 4 +/- 128 1,46 – 1,5
E 1,1 – 1,2 +/- 315 1,3 – 1,32
Tabel 2. Tipe flute yang umum ditemukan di Indonesia
Sekitar 100 tahun yang lalu pada masa awal munculnya industri corrugated box, sangatlah masuk akal menamakan jenis flute dengan urutan abjad A, B, C sesuai
dengan urutan dikembangkannya masing-masing jenis flute. Penamaan flute dengan abjad ini cukup membingungkan karena urutan abjad tidak mencerminkan
urutan spesifikasi flute.

Sebagai contoh flute C ukurannya berada diantara A dan B. Flute D tingginya ada yang 2 mm ada yang 6 mm. Belum lagi dalam perkembangannya penamaan flute
diberi embel-embel micro, mini, special, double, super dan ultra, yang mengawali huruf dalam penamaan fluting yang sudah ada.

Profil suatu flute dinyatakan oleh pabrikan pembuat corrugating roll. Profile tersebut meliputi ketinggian flute, jumlah flute per meter, take-up ratio dan dimensi
spesifik. Istilah flute size merujuk pada suatu klasifikasi, sebagai contoh C flute dapat terdiri dari ratusan profil flute. Banyaknya varian flute dalam satu klasifikasi
dipengaruhi oleh sumber pabrik pembuatnya dan upaya-upaya development dalam rangka memenuhi kebutuhan customer.

Kerancuan aturan spesifikasi ini dicoba ditengahi oleh TAPPI dalam lembaran TIP 0302-04 tahun 2001 yang memberikan alternatif standarisasi flute yang dituangkan
dalam tabel berikut:

Flute Flute Flute Height (mm) Jumlah Flute per meter


Gage Letter Minimum Maximum Minimum Maximum

0 0.00 0.25 828.4 Infinite

1 H (No) 0.25 0.50 414.2 1072.9

2 G (N) 0.50 0.75 276.1 646.9

3 F 0.75 1.00 207.1 481.1

4 E 1.00 1.25 165.7 390.0

5 1.25 1.50 138.1 331.4

6 Super E 1.50 1.75 118.3 290.1

7 1.75 2.00 103.6 259.2

8 D 2.00 2.25 92.0 235.1

9 B 2.25 2.50 82.8 215.8

10 2.50 2.75 75.3 199.8

11 2.75 3.00 69.0 186.4

12 3.00 3.25 63.7 174.9

http://www.harpackindo.id/?cat=12 7/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi
13 3.25 3.50 59.2 165.0

14 C 3.50 3.75 55.2 156.3

15 3.75 4.00 51.8 148.6

16 4.00 4.25 48.7 141.8

17 4.25 4.50 46.0 135.6

18 A 4.50 4.75 43.6 130.1

19 4.75 5.00 41.4 125.0

20 5.00 5.25 39.4 120.5

21 5.25 5.50 37.7 116.2

22 Super A 5.50 5.75 36.0 112.4

23 5.75 6.00 34.5 108.8

24 6.00 6.25 33.1 105.4

25 S (K) 6.25 6.50 31.9 102.3

26 (D,K) 6.50 6.75 30.7 99.5

27 K 6.75 7.00 29.6 96.8


(L,M,Z)

28 7.00 7.25 28.6 94.2

29 7.25 7.50 27.6 91.8

30 7.50 7.75 26.7 89.6

31 7.75 8.00 25.9 87.5

32 8.00 8.25 25.1 85.5

33 8.25 8.50 24.4 83.6

34 8.50 8.75 23.7 81.8

35 8.75 9.00 23.0 80.1

36 9.00 9.25 22.4 78.4

37 9.25 9.50 21.8 76.9

38 9.50 9.75 21.2 75.4

39 9.75 10.00 20.7 74.0

40 10.00 10.25 20.2 72.6

Tabel 1. Flute Size (TIP 0302­04 TAPPI Tahun 2001)

Diharapkan usulan standarisasi ini dapat memenuhi harapan akan hal berikut:

1. Pemahaman dan pengenalan yang mudah akan jenis flute.


2. Mengatur flute size.
3. Memungkinkan penambahan secara teratur klasifikasi baru untuk flute.
4. Menyediakan kepentingan jangka panjang.
5. Melindungi hak atas kekayaan intelektual.

Apabila lembaran kertas penyusun corrugated board dikelupas untuk setiap masing-masing komponennya, maka akan di dapat kondisi panjang kertas penyusun
fluting lebih panjang dari komponen liner. Perbedaan ini biasanya mempunyai nilai perbandingan tertentu.Perbandingan panjang kertas penyusun fluting dengan
liner disebut dengan Take Up Ratio (TUR).

Medium yang dipakai untuk memproduksi board dengan panjang


tertentu
TUR =
Liner yang dipakai untuk memproduksi board dengan panjang yang
sama
Nilai TUR untuk tiap-tiap jenis fluting berbeda dan unik seperti yang tertuang di Tabel 2. Nilai TUR digunakan untuk perhitungan pemakaian bahan karton pada saat
pembuatan. Selain itu TUR juga dapat digunakan dalam perhitungan berat teoritis dari karton.

C. Proses Pembuatan Corrugated Carton Box


Pada umumnya mesin corrugator memiliki dua unit single facer dengan posisi C flute di awal dan B flute di berikutnya. Setiap unit single facer dapat beroperasi
secara bersamaan maupun sendiri-sendiri. Untuk memproduksi single wall C flute atau B flute cukup mengaktifkan unit single facer yang dikehendaki dan me non
aktifkan unit yang lain.

Apabila yang diproduksi tipe board double wall CB flute maka kedua unit single facerdijalankan bersamaan dan masing-masing single face bertemu (digabungkan) di
bagian double backer. Secara diagram, alur pembuatan corrugated board seperti digambarkan sebagai berikut:

http://www.harpackindo.id/?cat=12 8/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi

Bagan mesin dan diagram alur proses corrugator.

Prosesnya diawali dengan pembentukan pola gelombang dari kertas medium. Kertas masuk ke corrugating roll yakni dua roll yang mempunyai pola alur gelombang
(seperti roda gigi). Kertas medium dijepit diantaranya sehingga terpola membentuk gelombang sesuai corrugating roll. Ke atas puncak-puncak gelombang dari kertas
medium ini kemudian di aplikasikan lem.

Kertas medium yang sudah bergelombang dan dipuncaknya terdapat lem kemudian dipertemukan dengan kertas bagian liner sehingga membentuk produk yang
satu sisinya rata dan sisi yang lain bergelombang. Produk ini disebut single face. Proses ini dapat dijelaskan sesuai gambar berikut:

Gambar Unit single facer.

Corrugated sheet yang dihasilkan di corrugator sudah mempunyai ukuran lebar dan panjang tertentu sesuai dengan pesanan. Pemotongan ukuran lebar dan
panjangsheet dilakukan di unit slitter dan cutter di mesin corrugator. Untuk mesin-mesin yang sudah automatic, proses slitting dan cutting dilakukan dengan
bantuan komputer dan mesin berjalan kontinyu dalam artian tidak perlu berhenti bahkan dalam proses pergantian ukuran.

Unit NC Slitter Unit NC Cutter

D. Score Line
Selain dilakukan proses potong lebar, di unit NC Slitter juga dilakukan pembuatan alur lekukan apabila memang ada permintaan. Sehingga corrugated sheet yang
dihasilkan mempunyai karakteristik sebagai berikut

Alur lekukan yang dibuat diunit NC slitter posisinya melintang terhadap alur tulang fluting. Istilah untuk alur lekukan
ini disebut score. Kegunaan score ini adalah untuk membentuk alur pada saat corrugated sheet dilipat, semisal
melipat flap tutup box. Ada beberapa macam tipe score yang mempunyai kegunaan masing-masing.

1. Score standar (male-female). Dibagian luar printing side terbentuk dua garis (jejak scoring female), sedangkan
di bagian dalam alurnya satu (jejak male). Sifatnya mudah di tekuk ke satu sisi dan banyak di gunakan secara
luas terutama untu box dengan bahan double wall. Namun tidak cocok digunakan untuk design box yang
cetakannya rapat dengan alur lipatan. Hal ini karena jejak scoring bisa mengganggu impression cetakan.

2. Score rata (male-flat). Dibagian luar tidak terbentuk alur (jejak scoring flat), sedangkan di bagian dalam ada satu jalur score. Sifatnya mudah ditekuk ke satu sisi
walaupun tidak semudah score standa. Design grafis untuk box dengan tipe score rata seperti ini dapat dibuat lebih leluasa bahkan diatas alur lipatanpun
dapat dihasilkan cetakan yang rata dan nyata.

http://www.harpackindo.id/?cat=12 9/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi

3. Score tunggal (male-male). Bagian luar dan dalam mempunyai alur score yang tunggal. Score tipe ini dipakai untuk box yang proses tekuk flapnya kedua arah,
yakni tekuk keluar pada saat pengisian barang dan tekuk ke dalam pada saat menutup box.

E. Printing dan Converting


Corrugated sheet yang dihasilkan corrugator akan diproses printing dan converting sesuai dengan permintaan. Metoda printing corrugated box menggunakan teknik
flexography atau cetak tinggi. Istilah cetak tinggi berkaitan dengan karakter printing platenya yakni image yang terbentuk merupakan akibat dari perbedaan tinggi.

Contoh sederhana dari konsep cetak tinggi adalah stempel atau cap. Tulisan di stempel merupakan bagian timbul dan bersifat terbalik. Stempel ditekan ke bak tinta
kemudian dicap ke kertas atau dokumen. Proses cetak flexo pun prinsipnya sama seperti stempel, namun dilakukan dengan mesin berkecepatan tinggi.

Mesin cetak flexo mempunyai beberapa bagian atau unit yang beberapa diantaranya bersifat optional. Flow proses cetak flexo digambarkan dalam diagram berikut

Unit feeding merupakan bagian awal untuk memasukkan sheet yang akan dicetak. Pada mesin yang berkecepatan tinggi, unit feeding ini menjadi suatu keharusan.
Kecepatan cetak diatas 300 sheet per menit tidak akan mampu dimbangi dengan feer sheet manual.

Printing unit merupakan bagian yang utama dari sebuah mesin cetak. Jumlah printing unit dalam sebuah mesin cetak flexo bervariasi sesuai dengan kebutuhan akan
jumlah warna yang dicetak. Biasanya mesin flexo dengan 4-5 printing unit sudah mencukupi berbagai kebutuhan cetak.

Slotting unit berfungsi untuk membuat cowakan atau slotter pada corrugated sheet yang akan dibentuk box RSC (Regular Slotted Carton). Unit ini bersifat optional
karena proses slotting bisa dilakukan secara manual ataupun dengan unit yang terpisah dari mesin cetak

Unit Die Cut yang terintegrasi dengan mesin cetak menggunakan metoda rotary die cut. Unit ini terdiri dari dua
buah roll. Satu untuk dudukan pisau die cut dan satu lagi untuk landasan proses pemotongan. Sheet yang akan di
die cut berjalan diantaranya dan di press sehingga pisau menekan dan memotong sheet.

F. Terminologi Ukuran Box


Dalam literatur lokal dimensi ukuran box sering disebut dengan Panjang (P), Lebar (L) dan Tinggi (T). Di literatur internasional dimensi banyak dituliskan dengan
terminologi Length (L), Width (W) dan Height (H), namun beberapa literature mengistilah lebar dengan sebutan Breadth (B)

Length (L) adalah ukuran terpanjang dari bukaan box, Breadth (B) ukuran terpendek dari bukaan box, sedangkan Height () adalah ukuran dari bukaan atas sampai ke
dasar box. Ukuran L, B, H harus disebutkan dengan jelas dalam deskripsi design box. Untuk beberapa model design, nilai B dapat melebihi nilai L

Untuk box tipe telescopic heigth (h) dari bagian tutup atas harus dituliskan sebagai nilai ukuran keempat. Contoh 355 x 205 x 120/40 mm adalah ( L x B x H/h )
dengan 40 mm adalah tinggi dari tutup bagian atas.

http://www.harpackindo.id/?cat=12 10/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi
Design box dengan flap terluar tumpang tindih atau overlapping, area dari overlap (o) juga dinyatakan sebagai nilai ukuran keempat. Contoh 355 x 205 x 120/40 mm
adalah ( L x B x H/o ) dengan 40 mm adalah ukuran flap yangsaling tumpang tindih.

Box yang dibuat harus memiliki ruangan yang cukup namun tidak berlebih untuk mewadahi barang yang akan dikemas. Ukuran ruangan dalam dari box istilah
ukuran dalam (internal size). Pada prakteknya tidak disarankan untuk mengukur ukuran dalam box dengan cara membentuk box tersebut dan mengukur jarak
dinding ke dinding dari ruangan dalam box.

Hal ini dikarenakan pengukuran internal size secara langsung dari box yang telah dibentuk, hasilnya dipengaruhi oleh kesempurnaan bentuk box tersebut dan juga
letak titik-titik pengukuran. Apabila pengukuran dilakukan ditengah dinding box akan sangat terpengaruh oleh kelengkungan atau defleksi dari dinding box. Hal ini
jelas memberikan hasil yang tidak akurat.

Ada satu istilah lain yang dikenal dalam terminologi ukuran box yakni ukuran luar (external size). Agak berbeda dengan pemahaman kata “luar” pada umumnya.
External size bukanlah ukuran jarak dinding ke dinding bagian luar box pada kondisi sudah di bentuk. External size adalah ukuran crease to crease atau score to
score.

Cara pengukurannya adalah box di buka joinnya dan dibentang pada bidang yang rata. Bentangan dibuat rata, jangan sampai ada tekukan atau lengkungan yang
dapat mempengaruhi hasil pengukuran. Pada posisi dibentang terbuka akan jelas terlihat jejak alur lipatan crease to crease (alur lipatan sejajar tulang fluting) dan
score to score (alur lipatan yang melintang tulang fluting). Pada tipe box Regular Slotted Carton (RSC atau dikenal juga A1) jarak crease to crease adalah jarak ukuran
luar dari panjang dan lebar box. Sedangkan jarak score to score mewakili ukuran luar tinggi box.

Salah satu kelebihan dari metoda pengukuran external size dengan membuka bentangan box adalah hasilnya lebih akurat. Walaupun kondisi box sudah lusuh atau
rusak, selama masih bisa dibentang dengan rata, akan terlihat jelas alur creasing dan score yang akan diukur.

G. Korelasi External dan Internal Size


Pada saat selembar corrugated sheet yang ditekuk pada alur creasing atau scorenya, ketebalan sheet akan terbagi dua ke arah luar dan dalam secara imbang
masing-masing senilai setengah ketebalan . Hal ini menjadi dasar perhitungan korelasi antara ukuran luar (crease to crease) ke ukuran dalam (ukuran ruangan).

Ukuran panjang dan lebar dibatasi oleh masing-masing dua dinding karton sehingga ukuran dalam yang berkorelasi adalah ukuran luar adalah dikurangi dua kali
dari separuh ketebalan dinding, atau ukuran luar dikurangi ketebalan dinding.

Perhitungan ukuran tinggi sedikit lebih kompleks karena melibatkan flap atas dan bawah. Secara konstruksi pada bagian atas dan bawah masing-masing ada dua
lembar flap yang dilipat saling menumpuk. Sehingga pengaruh ketebalan terhadap ukuran tinggi box adalah dua kali setengah ketebalan sheet dikali lagi dua karena
ada dua posisi yakni atas dan bawah. Sehingga ukuran dalam untuk tinggi box adalah ukuran luar dikurangi dua kali ketebalan dinding.

Jadi jelas terlihat bahwa ukuran dalam sangat dipengaruhi oleh ketebalan dinding box, sehingga untuk setiap bahan
yang dipakai apakah itu single wall atau double wall akan ada nilai perhitungan yang berbeda. Setiap pabrik
mengembangkan sendiri rumus ukuran secara empiris sesuai dengan karakteristik flute yang dimilikinya. Mungkin
ada perbedaan rumus antara satu pabrik dengan pabrik yang lain, namun biasanya tidak terlalu besar. Perbedaan
rumus yang terjadi biasanya dalam kisaran satu milimeter.

Perhitungan ukuran external ke internal dapat dilakukan kebalikannya yakni internal ke eksternal. Biasanya kita
diberi data mengenai ukuran dimensi dari produk yang akan dikemas. Ukuran luar dari produk yang akan dikemas
harus masuk ke ukuran dalam box yang akan kita rancang.

Ukuran dari produk yang akan kita kemas kita kalikan sesuai jumlah dan konfigurasinya. Misalkan produk yang akan
dikemas berupa kaleng sejumlah 6 buah dengan konfigurasi susunan 2×3. Apabila diameter luar kaleng adalah D
dan tingginya H, maka ukuran dalam box yang harus disediakan untuk menampung kaleng tersebut adalah panjang 3D dan lebar 2D dengan tinggi H.

Diagram berikut ini menunjukkan jarak crease to crease dan score to score. FA dan FB adalah flap atas dan flap bawah yang merupakan jarak score dari pinggir
sheet. T’ jarak score to score atau ukuran luar tinggi box. Sedangkan P1, L1, P2 dan L2 berturut-turut mewakili jarak crease to crease atau ukuran luar untuk panjang
dan lebar box.

Panjang pertama (P1) dan kedua (P2) serta lebar pertama (L1) dan (L2) rumus pertambahannya tidak sama. Hal ini dikarenakan pertimbangan adanya ketebalan
karton akibat join flap. Sehingga untuk mendapatkan bentuk yang mendekati persegi (square) rumus internal ke eksternal dibuat tidak sama persis. Rumus ukuran
internal ke eksternal untuk box tipe RSC atau A1 disajikan dalam diagram dan tabel berikut:

http://www.harpackindo.id/?cat=12 11/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi

Contoh, ukuran dalam box masing-masing panjang lebar dan tinggi PxLxT, yang
diinginkan 400x300x250 dengan jenis flute C. Berapa ukuran luarnya dan berapa ukuran
panjang lebar bahan sheet yang diperlukan?
content/uploads/2016/02/cor23.jpg)
(http://www.harpackindo.id/wp-
Diketahui: ukuran dalam, P = 400 mm

L = 300 mm

T = 250 mm

Flute C
content/uploads/2016/02/cor24.jpg)
(http://www.harpackindo.id/wp-
Ditanyakan: Ukuran luar box dan ukuran bahan sheet

Jawab: Penambahan ukuran luar box untuk flute C adalah P+4, L+4 dan T+7

K = 35 mm (kuping atau join flap untuk flute C)

P1 = P+3 = 400+3 = 403

L1 = L+4 = 300+4 = 304

P2 = P+4 = 400+4 = 404

L2 = L+1 = 300+1 = 301

T’ = T+7 = 250+7 = 257

FA = 1/2L+2 =1/2300 + 2 = 152

FB = 1/2L+2 =1/2300 + 2 = 152

JP = 35+403+304+404+301 = 1447

JL = 152 + 257 + 152 = 561

Sehingga diagram uraiannya sebagai berikut:

Kalau box tersebut di atas memakai bahan kertas K150/M125/K125. Berapa berat bahan sheet yang digunakan dan berapa berat box yang sudah jadinya?

H. Design dan Kode Box International


Kode-kode tipe box yang sering dipakai di kalangan produse dan konsumen sangat beragam dan cenderung tidak standar. Sebagai misal tipe box regular slotted
carton (RSC) sering diistilahkan dengan sebutan box A1, namun di beberapa pabrik yang lain disebut tipe box B1. Berikut ini daftar kode tipe box yang dipakai secara
internasional.
Kode internasional yang akan diuraikan disini disusun atas kerjasama ESBO (The European Solid Board Organisation). Sebagai dokumen yang dijadikan acuan,
banyak dipakai di seluruh dunia dan diadopsi oleh United Nations. Simbol-simbol yang dipakai dalam gambar dan sistem komputer sebagai berikut:

http://www.harpackindo.id/?cat=12 12/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi

Kode internasional untuk setiap model design box dinyatakan dengan angka-angka.


Klasifikasinya sebagai berikut:
 Kode 01xx
Roll (single face) dan sheet
 Kode 02xx
Box dengan tipe slotted. Biasanya terdiri dari satu bagian dengan sambungan atau join flap di-lem, stitch atau di lakban.
 Kode 03xx
 Box tipe telescopic. Biasanya tersusun lebih dari satu bagian dengan ciri mempunyai tutup atas atau bawah.
 Kode 04xx
Box tipe lipat dan baki (tray).
Biasanyaterdiri dari satu lembaran bahan. Wadah terbentuk dengan melipat bagian pinggir sehingga terbentuk  dinding. Ada design tray tertentu biasanya
dibuat pengunci, handle, panel display dan lain-lain
 Kode 05xx
Box tipe geser. Terdiri dari beberapa potongan lembaran atau liner yang disisipkan satu sama lain dari arah yang  berbeda
 Kode 06xx
Box tipe rigid. Terdiri dari dua bagian tutup yang terpisah dan body yang memerlukan penggabungan dengan jahit atau  lainnya, sebelum box tersebut dapat
digunakan
 Kode 07xx
Wadah dy-glued. Terbuat dari satu bagian yang siap dipakai. Untuk bisa digunakan hanya perlu set-up yang sederhana.
 Kode 09xx
Pelengkap untuk interior box semisal liner bagian dalam, pads, partisi, divider dan lain-lain.
 

0200 0201

0202 0203

0204 0205

http://www.harpackindo.id/?cat=12 13/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi

0206 0207

0208 0209

0210 0211

0212 0214

0215 0216

0217 0218

0225 0226

0227 0228

0229 0230

0231

http://www.harpackindo.id/?cat=12 14/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi

0300 0301

0302 0303

0304 0306

0307 0308

0309 0310

0312 0313

0314 0320

0321 0322

0323 0325

0330 0331

http://www.harpackindo.id/?cat=12 15/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi

0350 0351

0352

0400 0401

0402 0403

0404 0405

0406 0409

0410 0411

0412 0413

0415 0416

0420 0421

http://www.harpackindo.id/?cat=12 16/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi

0422 0423

0424 0425

0426 0427

0428 0429

0430 0431

0432 0433

0434 0435

0436 0437

0440 0441

0442 0443

http://www.harpackindo.id/?cat=12 17/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi

0444 0445

0446 0447

0448 0449

0450 0451

0452 0453

0454 0455

0456 0457

0458 0459

0460 0470

0471 0472

http://www.harpackindo.id/?cat=12 18/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi

0473

0501 0502

0503 0504

0505 0507

0509 0510

0511 0512

0601 0602

0605 0606

0607 0608

0610 0615

http://www.harpackindo.id/?cat=12 19/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi

0616 0620

0621

0700 0701

0703 0711

0712 0713

0714 0715

0716 0717

0718 0747

0748 0751

0752 0759

http://www.harpackindo.id/?cat=12 20/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi

0761 0770

0771 0772

0773 0774

February 29, 2016


0 (http://www.harpackindo.id/?p=119#respond)

Quality Test (http://www.harpackindo.id/?p=119)


Category : Packaging (http://www.harpackindo.id/?cat=12)

A. Parameter kualitas corrugated board


Dari sekian banyak parameter kualitas corrugated board yang dibahas, ada empat yang penting diketahui oleh para pemakai corrugated box yakni:

Pengertian dan metoda pengetesan dari parameter tersebut dibahas dalam uraian berikut:

1. Edge Crush Test (Kekuatan Flute arah tegak)


Edge Crush Test atau lebih umum disebut ECT adalah metoda pengetesan untuk mengetahui kekuatan tekanan arah tegak dari corrugated board. Spesimen
dipotong dengan ukuran dan pola tertentu. Ada juga yang mencelupkan ujung potongan tersebut ke cairan parafin.

Potongan spesimen di pasang di alat penekan. Pemasangan ini biasanya memerlukan pemegang atau holder agar lebih stabil posisinya. Kemudian alat penekan
dioperasikan dengan menambahkan kekuatan tekan secara konstan. Display akan menunjukkan besarnya beban yang diterima oleh spesime. Penunjukkan akan
berhenti pada nilai tekanan yang diterima oleh spesimen sebelum mengalamai deformasi.

Nilai ECT adalah nilai tekanan maksimal sebelum deformasi dibagi dengan panjang spesimen. Satuannya dinyatakan dalam Kgf/cm. Nilai ECT ini berkorelasi positif
dengan kekuatan tekanan tegak box, Box Compression Strength Test (BCT). Artinya semakin besar nilai ECT maka semakin besar pula kekuatan tekanan tegak box
nya.

http://www.harpackindo.id/?cat=12 21/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi
Beberapa jenis potongan spesimen menurut standar metoda test yang berlaku
sebagai berikut:

Metoda TAPPI Metoda JIS­0401

Metoda FEFCO Metoda Neck Down

2. Flat Crush Test (Kekuatan Flute arah mendatar)


Metoda test yang mengukur kekuatan tekan arah mendatar dinyatakan dengan Flat Crush Test (FCT). Mirip dengan ECT hanya saja
pengukuran dilakukan ke arah mendatar. Spesimen yang diukur berupa potongan yang berbentuk lingkaran dengan luas tertentu
(32,25 cm2). Pemotongan dilakukan dengan menggunakan alat khusus, tujuannya agar proses pemotongan tidak menimbulkan
tekanan pada spesimen.

Spesimen diletakan di alat penekan universal, sama dengan alat ukur ECT, namun
tidak perlu pakai holder. Setelah diletakkan di tengah bidang alat ukur, mesinnya
dihidupkan dan akan menekan spesimen dengan kecepatan tetap. Tekanan yang diterima oleh spesimen akan
ditunjukkan di display. Nilainya akan terus meningkat seiring bertambahnya tekanan, dan akan berhenti pada
penunjukkan maksimum pada saat terjadi deformasi.

Parameter kualitas box yang berkorelasi dengan FCT adalah


kekuatan tekan tegak box. Apabila corrugated sheet mempunyai
FCT yang tinggi artinya pola flute tidak akan cepat rubuh apabila
mendapat tekanan mendatar. Ketebalan sheet akan bertahan,
tidak mudah mengalami penipisan. Ketebalan sheet ini berkorelasi
positif degan BCT.

3. Pin Adhesion Test


Beberapa kasus kerusakan kemasan karton diakibatkan oleh
pengelupasan lapisan kertas penyusun corrugated sheet. Lapisan
liner terleps dari bagian fluting. Banyak faktor yang menyebabkan
pengelupasan. Bisa dari faktor lem maupun dari proses pembuatan. Metoda untuk mengukur kekuatan kelekatan antara lapisan liner dengan fluting dikenal dengan
Pin Adhesion Test (PAT).

Prinsip dari metoda uji ini adalah dengan menarik kearah berlawan bidang lem antara lapisan liner dengan fluting

Alat untuk uji PAT ini berupa satu set rangkaian jarum yang tersusun rapi dengan ukuran dan jarak tertentu. Ukuran dan jarak ini sesuai dengan jenis fluting yang
akan di test, dan tidak bisa dipertukarkan untuk flute yang berbeda.

Spesimen dipotong berbentuk persegi panjang dengan ukuran 3 x 15 cm. Hal terpenting dalam proses pemotongan ini adalah bentuk potongan harus tegak lurus
dengan alur fluting. Kedalam potongan spesimen ini dimasukkan jarum alat PAT yang sesuai.

4. Bursting Strength Test


Salah satu faktor yang penting dari unsur proteksi sebuah kemasan adalah ketahanan terhadap tekanan jebol atau
ketahanan retak . Tekanan jebol yang berasal dari lingkungan atau dari luar kemasan dan juga tekanan jebol dari
barang yang dikemas ke arah luar.

http://www.harpackindo.id/?cat=12 22/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi

Tekanan jebol atau Bursting Strength Test (BST) dari corrugated sheet merupakan jumlahan dari BST masing-masing kertas penyusunnya. Memang nilainya tidak
sama persis karena ada faktor proses yang mempengaruhi BST akhir. Untuk evaluasi, BST suatu corrugated sheet hanya diperhitungkan dari BST kraft linernya saja.

Pengukuran BST corrugated sheet hampir sama dengan pengukuran kertas. Corrugated sheet yang akan di tes dimasukkan ke BST tester. Apabila ukurannya cukup
besar dan menyulitkan bisa dipotong. Corrugated sheet dijepit di alat tester dengan kekuatan jepit tertentu.

Alat bursting streng tester sesuai dengan prinsip Mullen merupakan standar bagi kebanyakan institusi . JW Mullen adalah yang pertama kali mengembangkan alat
hydraulic bursting strengthpada awal 1887.Hingga saat ini prinsip alat yang sama masih banyak digunakan namun mengalami kemajuan dalam hal material yang
lebih baik, peralatan elektronic yang modern dan penggunaan teknologi micro computer yang memberikan hasil test yang lebih akurat.

Prinsip alat ini adalah memanfaatkan tekanan fluida untuk menjebol spesimen karton. Fluida dari alat tersebut tidak bersentuhan langsung dengan karton karena
ada membran pembatas. Pada saat karton jebol oleh tekanan membran fluida, skala ukuran tekanan akan menunjukkan angka yang bersesuaian pada kondisi jebol
tersebut.

Perlu diperhatikan bahwa BST dari corrugated board sesuai dengan prinsip Mullen tidak dapat digunakan untuk double wall board dengan grammature sangat tinggi
dan triple wall board karena hasilnya tidak akurat.

Pada saat melakukan test bursting, hal yang penting untuk diperhatikan adalah besarnya tekanan yang diberikan pada saat penjepitan karton yang akan di test.
Tekanan jepit yang terlalu rendah akan memberikan nilai BST yang tidak akurat. Tekanan jepi yang rendah akn memberikan nilai BST yang tinggi. Apabila tekanan
jepit dinaikkan maka nilai BST akan semakin turun. Kesetimbangan nilai BST mulai terjadi pada tekanan jepit 300 kpa. Disarankan tekanan jepit berada pada nilai
diatas itu.

Sebelum digunakan, setiap alat bursting tester harus dikalibrasi. Caranya dengan melakukan test bursing pada alumunium foil yang telah memiliki nilai busrting
standar tertentu. Ada dua macam alumunium foil untuk test, yakni high pressure (standar BS 11,4 kgf/cm2) untuk test karton gelombang dan low pressure (standar
BS 5,8 kgf/cm2) untuk test kraft liner.

B. Parameter Kualitas Corrugated Box


1. Box Compression Strength Test
Merupakan parameter kekuatan box dalam menahan tekanan vertikal. Pengukuran dilakukan dengan membentuk box yang yang akan dites. Kemudian box tersebut
diletakkan di alat box compression test.

Output dari test ini berupa nominal beban maksimal yang dapat ditahan oleh box. Perlu diperhatikan bahwa beban ini merupakan beban maksimal sesaat.
Pembebanan selama proses pengujian juga dilakukan dalam kondisi dinamis yang ajeg atau steady. Tidak ada unsur kejutan atau shock dalam proses pembebanan

http://www.harpackindo.id/?cat=12 23/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi

2. Drop Test
Box dibentuk sempurna dan diisi dengan produk yang akan dikemas. Dalam kondisi tertentu karena pertimbangan biaya, produk yang dikemas bisa berupa dummy.
Setelah dikemas sempurna, box tersebut di jatuhkan dari ketinggian tertentu ke bidang datar yang keras dan tidak lentur atau memantul. Proses ini diulang
beberapa kali sesuai kebutuhan. Output dari test ini berupa pengamatan visual terhadap kemasan beserta produk yang dikemasnya. Pengamatan meliputi
kerusakan secara kualitatif.

Berbeda dengan proses BCT, dalam proses uji jatuh ini kondisi yang berpengaruh dalam adalah efek kejut. Efek kejut ini menjadi penting karena dalam handling
dilapangan atau proses distribusi karton dan produknya sering mengalami perlakuan dibanting atau dilempar

3. Vibration Test
Dalam pengujian ini, box diberi beban vertikal dan horizontal secara dinamis. Uji ini merupakan upaya peniruan kondisi proses distribusi dimana box mengalami
goncangan vertikal dan horizontal secara dinamis selama perjalanan di jalur distribusi.

C. Standar Kualitas Nasional dan Internasional


1. Spesi kasi Karton Gelombang SNI. 14.1439-1998 (Revisi)
a. Karton Gelombang Dinding Tunggal (Single Wall)

Jml Minimum BST Minimum ECT


GSM Liner
g/m2 Kgf/cm2 kPa Kgf/cm kN/m

250 7.5 735 3.2 3.13

300 9.0 882 3.6 3.53

400 12.0 1176 4.5 4.41

550 15.4 1510 5.7 5.59

600 17.0 1657 6.0 5.88

b. Karton Gelombang Dinding Ganda (Double Wall)

Jml Minimum BST Minimum ECT


GSM Liner
g/m2 Kgf/cm2 kPa Kgf/cm kN/m

375 9.0 882 5.1 5.00


425 10.6 1039 5.5 5.39
525 14.7 1440 7.0 6.86
675 19.0 1862 7.6 7.45
725 20.0 1960 8.0 7.84
Center liner didasarkan pada kertas medium 125 gsm

2. Standar Internasional Rule-41 dan Item-222


Uniform Freight Classification (UFC) dan National Motor Freight Classification (NMFC) dibentuk untuk membuat kategori dari artikel yang diangkut dikaitkan dengan
nilainya (value), kepadatan (density) , keringkihan (fragility) dan potensi kerusakan terhadap pengangkutan yang lain.  Pengangkutan menggunakan kereta api
mengacu kepada aturan UFC Rule 41, sedangkan pengangkutan dengan truck mengacu kepada aturan NMFC Item-222.

Ketentuan pengangkutan untuk kemasan corrugated box dapat diringkaskan sebagai berikut:

Spesifikasi box harus disebutkan (menggunakan parameter BCT atau ECT) untuk berat tertentu dari barang yang akan dikemas.
Ukuran box tidak boleh melebihi batas yang ditentukan (ukuran disini adalah jumlahan panjang, lebar, dan tinggi dari ukuran luar box)

Kegagalan dalam memenuhi aturan pengangkutan bisa dikenai penalti semisal ongkos yang lebih mahal, penolakan oleh angkutan atau tidak dibayarnya claim atas
kerusakan barang.
Ketentuan ini juga mengharuskan pencantuman Box Manufacturer’s Certificate (BMC) yang dicetak di bagian bawah dari kemasan box . Contoh BMC seperti gambar

http://www.harpackindo.id/?cat=12 24/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi
berikut:

a. Single Wall

Berat box + Dimensi Bursting Jml Gramatur ECT,


Isi Luar Strength, Liner
Lbs/in
(P+L+T),
Lbs Maks Lbs/in2 Lbs/1000ft2 lebar, Min
Inch Maks Min Min

20 40 125 52 23
35 50 150 66 26
50 60 175 75 29
65 75 200 84 32
80 85 250 111 40
95 95 275 138 44
120 105 350 180 55
b. Double Wall

Berat box + Dimensi Bursting Jml Gramatur ECT,


Isi Luar Strength, Liner
Lbs/in
(P+L+T),
Lbs Maks Lbs/in2 Lbs/1000ft2 lebar, Min
Inch Maks Min Min

80 85 200 92 42
100 95 275 110 48
120 105 350 126 51
140 110 400 180 61
160 115 500 222 71
180 120 600 270 82
c. Tripe Wall

Berat box + Dimensi Bursting Jml Gramatur ECT,


Isi Luar Strength, Liner
Lbs/in
(P+L+T),
Lbs Maks Lbs/in2 Lbs/1000ft2 lebar, Min
Inch Maks Min Min

240 110 700 168 67


260 115 900 222 80
280 120 1100 264 90
300 125 1300 360 112

 D. Packaging Dangerous Goods and Hazardous Material.


Tujuan utama dari pengemasan bahan berbahaya adalah mewadahi bahan tersebut dengan cara yang benar untuk mencegah terlepasnya atau bocornya bahan
yang terkandung didalamnya. Hal ini dapat dipenuhi dengan menggunakan kemasan yang sesuai dengan kriteria dari spesifikasi UN. Perjanjian internasional untuk
pengangkutan bahan yang berbahaya mengharuskan penggunaan kemasan tertentu yang disertifikasi oleh badan nasional yang kompeten. Hal ini meliputi
pengujian kemasan yang sesuai spesifikasi UN untuk menjamin kecocokan pengangkutan bahan berbahaya tertentu.
Kemasan yang sudah memenuhi spesifikasi UN berhak mencantumkan tanda atau label pada kemasannya. Contoh dari tanda UN spesfication adalah sebagai
berikut:

http://www.harpackindo.id/?cat=12 25/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi

1. UN Packaging symbol:

Simbol ini menyatakan bahwa packaging sudah di test dan lolos dari uji performance kemasan UN. Simbol ini ꓖdak boleh dipakai sembarangan khususnya untuk kemasan yang belum
dilakukan pengujian

2. UN Codes for Type of Packaging and Material of Construcꓖon:

Kemasan yang digunakan bisa berbagai ꓖpe dan terbuat dari berbagai bahan. Berikut ini daゅ�ar ꓖpe‐ꓖpe kemasan dan bahan pembuatnya.

Types of Packaging

 1 – Drums/Pails
 2 – Barrels
 3 – Jerricans
 4 – Box
 5 – Bag
 6 – Composite packaging

Materials of Construcꓖon
 A – Steel
 B – Aluminum
 C – Natural wood
 D – Plywood
 F – Reconsꓖtuted wood
 G – Fiberboard
 H – Plasꓖc material
 L – Texꓖle
 M – Paper, mulꓖ‐wall
 N – Metal (other than steel or aluminum)
 P – Glass, porcelain or stoneware (not used in these regulaꓖons)
3. Packing Group:

Packing group menyatakan ꓖngkatan bahaya dari barang berbahaya yang dikemas. 
Berikut ini adalah kode yang dipakai untuk menentukan group barang berbahaya yang akan dimasukan dalam kemasan.

 X – for packing groups I, II and III
 Y – for packing groups II and III
 Z – for packing group III
4. Maximum Gross Weight:
Ada pada kemasan terluar khususnya untuk barang padatan. Tanda ini menyatakan maksimum berat kotor dalam satuan kilogram, pada saat kemasan itu di tes.
5. Solid or Inner Packaging
Menyatakan bentuk dari material yang di kemas atau bentuk dari inner packaging.
6. Year of Manufacture:
Menyatakan tahun kemasan ini dibuat. Penulisannya berupa dua angka terakhir dari tahun pembuatan
7. Origin of Manufacture:
Menyatakan negara asal kemasan ini dibuat.
8. Manufacturer Code:
Bagian terakhir dari tanda UN menyatakan kode dari pabrik pembuat kemasan.

Categories
Categories Packaging

Copyright © 2016 Harpackindo Ottoflexi. All rights reserved. ()

http://www.harpackindo.id/?cat=12 26/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi

http://www.harpackindo.id/?cat=12 27/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi

http://www.harpackindo.id/?cat=12 28/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi

http://www.harpackindo.id/?cat=12 29/29

Anda mungkin juga menyukai