Harpackindo Ottoflexi
(http://www.harpackindo.id/)
Supply Chain Management Partner
0 (http://www.harpackindo.id/?p=35#respond)
Paper (http://www.harpackindo.id/?p=35)
Category : Packaging (http://www.harpackindo.id/?cat=12)
Semua bahan material yang mengandung serat selulosa bisa diproses menjadi kertas. Sumber serat selulosa yang paling umum adalah kayu namun ada juga
beberapa sumber serat yang lain seperti pelepah pisang, rumput, tanaman perdu, ampas batang tebu, bambu. Beberapa tahun terakhir ini dikembangkan rumput
laut sebagai alternatif bahan baku kertas.
Struktur kayu mengandung tiga komponen utama yakni cellulose, hemicellulose dan lignin. Selulosa adalah polimer linier yang
mengandung 5.000 sampai 10.000 mers dalam satu molekul. Di dalam struktur kayu selulosa ini membentuk bundle yang
disebut dengan microfbril.
Ciri-ciri pohon kayu lunak adalah daunnya yang berbentuk jarum. Pohon kayu
lunak tumbuh subur di daerah subtropis, contohnya pohon pinus dan cemara.
Pohon kayu keras mempunyai ciri berdaun lebar dan tumbuh subur di daerah tropis.
http://www.harpackindo.id/?cat=12 1/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi
A : Fiber
B : Wall
C : Macrofibril
D : Microfibril
E : Molekul selulosa
F : Glucose
Proses pembuatan kertas secara manual sering dilakukan sebagai kegiatan home industri. Bahannya dari kertas bekas ataupun dari serat-serat selulosa tumbuhan
yang diblender menjadi bubur kertas. Bubur kertas tersebut biasanya dicampur dengan lem agar kertas yang dihasilkan lebih kuat. Campuran bisa juga berupa
bahan-bahan dekoratif semisal kelopak bunga, benang jagung dan lain-lain untuk menghasilkan kertas yang lebih artistik. Bubur kertas ditiriskan di atas saringan
kemudian setelah agak kering dipress. Pengerigan akhir dilakukan dengan penjemuran di bawah sinar matahari.
Dalam skala industri, pembuatan kertas sudah memakai mesin-mesin yang modern dan efisien serta berkapasitas
besar. Proses pembuburan dilakukan di hydra pulper, mirip dengan blender yang ukurannya besar. Bubur kertas
menjalani proses cleaning, screening dan refining. Bubur kertas yang telah direfining diatur kadar seratnya
(consistency-nya) agar bisa dihasilkan kertas dengan grammature sesuai yang diinginkan.
Bubur kertas dihamparkan di atas screen (wire) melalui headbox. Keluar dari wire, bentangan bubur kertas yang
masih basah di press untuk mengurangi kadar air. Proses selanjutnya pengeringan dengan dipanaskan di silinder
dryer.
Perlu dibedakan pengertian antara pulp mill dan paper mill. Pulp
mill adalah pabrik yang memproduksi pulp dari bahan baku kayu
atau sumber serat seluosa yang lain. Sedangkan paper mill adalah
pabrik yang memproduksi kertas dari bahan pulp atau waste
paper atau campuran keduanya. Beberapa pabrik memiliki mill
terpadu antara pulpmill dan paper mill.
C. Jenis Kertas
Kegunaan kertas sangat beragam mulai dari media tulisan, cetakan dan juga kemasan. Khusus dalam industri
kemasan kotak karton gelombang (corrugated carton box) dikenal dua kelompok bahan utama kertas yakni kertas
untuk lapisan datar (liner) dan kertas untuk lapisan gelombang (fluting)
1. Liner
Di Indonesia kertas liner sering disebut dengan kraft (kraft liner). Hal ini tidak sepenuhnya tepat karena ditilik dari proses pembuatan dan komposisi bahannya tidak
memenuhi kategori kraft. Liner dapat dibagi dalam dua kelompok liner yakni:
Kraft Liner => Terbuat dari komposisi virgin pulp dan dan sedikit recycled fiber. Parameter kualitas yang dimilikinya sangat baik. Biasanya permukaannya lebih
halus dan kelengketan lemnya lebih baik.
Test Liner => Terbuat dari 100% recycled paper. Meskipun terbuat dari 100% waste paper namun dengan proses produksi dan penambahan aditive tertentu
bisa didapat parameter kualitas yang lebih baik walaupun secara umum tetap di bawah kraft liner.
Warna natural dari liner adalah coklat kusam namun ada juga yang menambahkan proses bleaching pada proses pembuatannya sehingga diperoleh warna white.
White liner sering digunakan sebagai bahan kemasan yang menuntut kualitas cetakan dan tampilan yang lebih bagus dan menarik.
2. Fluting Medium
Bahan untuk lapisan gelombang (corrugated) lebih dikenal dengan sebutan kertas medium (medium fluting atau corrugating medium). Ditinjau dari bahan dan
proses dapat dikategorikan dua kelompok medium yakni:
Semi Chemical medium fluting => Terbuat dari serat pendek kayu keras yang diproses secara semichemical dengan sedikit sekali campuran dari waste pabrik
kertas. Kualitasnya sangat baik namun dari harga tidak ekonomis.
Bogus medium => Kertas medium terbuat dari 100% bahan waste paper. Kualitasnya dibawah semichemical medium. Namun dengan berkembangnya
teknologi paper making termasuk penggunaan bahan kimia, bisa didapat kualitas medium yang baik.
Di Indonesia, baik kertas liner maupun medium keduanya diproduksi memakai 100% waste paper. Hal ini terjadi seiring dengan berkembangnya tuntutan bahan
baku yang murah dan ekonomis. Secara umum tidak ada lagi pabrik karton yang mau atau mampu membeli kertas dengan bahan virgin pulp dan menjual kartonnya
ke customer.
Dalam beberapa kasus tertentu masih ada pemakai kemasan yang menuntut karton box terbuat dari liner yang mengandung virgin pulp sehingga untuk memenuhi
pangsa pasar yang sempit ini dilakukan import kraft liner. Contoh pemakai karton dengan bahan kraft liner ini diantaranya industri susu.
Bahan baku kertas yang dikirim ke pabrik corrugated karton berupa paper roll dengan ukuran lebar dan diameter roll tertentu sesuai dengan spesifikasi mesin
corrugator. Panjang gulungan kertas dalam satu roll juga bervariasi tergantung pada jenis grammature kertas dan juga kepadatan proses penggulungan.
http://www.harpackindo.id/?cat=12 2/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi
Pengukuran basis weight sangat sederhana dan mudah dilakukan. Kertas yang akan di uji dipotong dengan ukuran
10cm x 10cm atau setara dengan 0,01 meter persegi. Potongan tersebut kemudian ditimbang menggunakan
timbangan khusus yang ketelitiannya sesuai. Nilai berat dari sample tersebut dibagi dengan luasan potongan
sample supaya setra dengan satu meter persegi.
2. Moisture
Walaupun sudah mengalami proses pengeringan, hasil akhir dari paper tetap memiliki kadar air atau kelembaban
tertentu. Hal ini penting karena kandungan kadar moisture yang tepat sangat membantu proses konverting box.
Pengujian kadar air juga mudah dan sederhana. Alat yang digunakan berupa moisture tester yang memiliki sensor.
Penggunaannya cukup dengan menemplekan sensor ke permukaan kertas. Display pada tester akan menunjukkan
angka prosentase kadar air hasil pengecekan.
Sistem kerja alat ini menggunakan prinsip conductivity sehingga perlu diperhatikan kondisi alas dari sample yang ditest. Sebaiknya menggunakan alas yang kering
dan tidak konduktif semisal kaca. Apabila alasnya bersifat konduktif juga maka hasil pengukuran akan terpengaruh oleh alas.
Daya serap air diukur oleh banyaknya air yang diserap per satuan luas kertas dalam satuan gram/cm2. Metoda pengukurannya disebut dengan Cobb Size. Metode
Cobb size ada yang 60 detik, 90 detik dan 120 detik. Jadi sangat penting untuk mengetahui Cobb size berapa detik yang dipakai dalam pengetesan
Untuk cobb size 120 detik prosedurnya adalah kertas dipotong pada ukuran tertentu dan ditimbang. Potongan kertas dipasang pada alat test Cobb Size yang
berbentuk ring silinder yang luasnya 100 cm2, dengan cara dijepit dan dikencangkan dengan kunci pengikat. Air sebanyak 100 cm3 dituangkan kedalam ring silinder
dan dibiarkan selama 105 detik. Kemudian airdibuang, ring silinder dilepas dan permukaan kertas ditekan dengan kertas blotting menggunakan roll penekan satu
kali jalan gelindingan. Proses penekanan dn pengeringan ini berlangsung selama 15 detik, sehingga total waktu proses 120 detik.
http://www.harpackindo.id/?cat=12 3/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi
Kertas dipotong secukupnya untuk bisa masuk ke alat tester. Potongan dipasang pada alat terster dengan cara dijepit dengan kekuatan jepitan yang sesuai standar.
Alat dioperasikan dan akan membrane dari alat tersebut akan menekan kertas sampai jebol. Display skala ukuran tekanan akan menunjukkan suatu nilai yang sesuai
dengan tekanan jebolkertas yang diukur.
Pada umumnya semakin tinggi gramature kertas maka akan semakin besar pula nilai BST. Namun ini berlaku untuk jenis kertas yang sama. Contoh perbandingan
nilai BST disajikan dalam tabel berikut:
Pada tabel di atas, kertas lokal diambil dari tipe yang pakai bahan 100% waste paper. Kertas import memakai bahan yag mengandung virgin pulp. Terlihat jelas
bahwa untuk grammature yang sama antara lokal dan import nilai Bursting Strengthnya berbeda. Kertas dengan bahan virgin pulp lebih tinggi.
Di kolom keempat dan kelima memuat bursting factor yang nilainya untuk semua gramature sama. (kecuali untuk lokal 275 GSM sedikit beda karena samplenya
diambil dari kertas lokal yang masih mengandung bahan virgin pulp). Bursting factor adalah nilai bursting strength per 100gsm. Nilai ini biasanya tetap untuk satu
jenis kertas tertentu. Jadi cukup dengan mengetahui nilai bursting factor suatu jenis kertas maka kita dapat menghitung nilai bursting strength untuk grammature
berapapun. Hal ini memudahkan kita karena tidak perlu menghapal banyak nilai bursting strength.
Pita kertas tersebut dipasang melingkar pada pegangan sample RCT sehingga membentuk ring. Kemudian pita kertas dengan pegangannya di pasang di alat
compression tester. Alat dioperasikan dan akan menekan ring pita kertas secara perlahan. Pita akan menahan kekuatan tekanan sampai pada akhirnya jebol. Nilai
kekuatan yang menyebabkan jebol ini tercatat di alat tester, dan inilah yang menjadi nilai RCT kertas yang bersangkutan.
Ada hal yang perlu diperhatikan ketika mengambil potongan sample yakni orientasi bentuk memanjang pita. Sample harus dipotong memanjang kearah MD
sehingga kekuatan tekan yang terukur adalah tekanan ring crush arah cross direction RCT(CD). Hal ini mutlak karena potongan memanjang arah MD (RCT-Cross
Direction) mewakili kekuatan tekanan fluting, sebagaimana tergambar di bawah ini:
content/uploads/2016/02/ppr15.jpg)
(http://www.harpackindo.id/wp-
http://www.harpackindo.id/?cat=12 4/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi
Adalah sifat serat kertas pada saat proses pembuatan kertas lebih cenderung
menyesuaikan pola susunan memanjang ke arah MD akibat adanya pengaruh laju
kecepatan mesin. Hal ini menyebabkan nilai RCT-MD lebih besar dari RCT-CD.
Namun walaupun demikian, kekuatan RCT-MD yang lebih besar tidak berarti apa-
apa terhadap kekuatan tekanan box karena arah tegaknya alur fluting tidak searah
dengan arah RCT_MD. Jadi tidak saling memperkuat.
content/uploads/2016/02/ppr14.jpg)
(http://www.harpackindo.id/wp-
Compression tester (untuk RCT, ECT, PAT dll)
Pihak pemerintah sebagai penyelenggara badan regulasi telah mengeluarkan standar kualitas untuk ketas liner dan medium dalam bentuk SNI.
Tabel spesifikasi kertas Liner (SNI. 8053.12014)
Dari tabel spesifikasi liner tersebut dapat diketahui bahwa bursting faktor untuk Liner kelas A adalah 3.6kgf/100g,sedangkan untuk Liner kelas B adalah
2,8kgf/100g.Kenyataan yang ada di lapangan, liner yang beredar di pasaran hanya memiliki bursting faktor dalam kisaran 2,6kgf/100gatau di bawahnya.
Kondisi ini bagaikan lingkaran setan karena di satu sisi customer menghendaki kualitas yang standar dan baik, namun di sisi lain harga yang dibentuk pasar tidak
mampu menopang biaya produksi untuk pencapaian kualitas standar.
http://www.harpackindo.id/?cat=12 5/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi
Tabel Spesifikasi kertas Medium (SNI. 8053.12014)
0 (http://www.harpackindo.id/?p=117#respond)
Berawal dari bahan baku paper roll yang diproses di mesin corrugator. Output mesin ini menghasilkan corrugated sheet board. Bahan pembantu dalam proses di
corrugator berupa lem setengah jadi (biasanya dari larutan tapioka) untuk menempelkan lapisan kertas. Penempelan kertas ini dibantu oleh pemanasan dari steam
untuk menyempurnakan proses pengeleman.
Corrugated sheet yang dihasilkan ada yang dijual langsung ke customer dan ada pula yang melalui proses printing
dan converting sehingga terbentuk box yang dinginkan sesuai pesanan.
2. Single-wall board. Terdiri dari dua muka yang datar atau liner dengan satu corrugated medium atau fluting dibagian tengahnya. Lebih dari 90 % karton
gelombang yang dibuat menggunakan bahan tipe ini.
http://www.harpackindo.id/?cat=12 6/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi
3. Double-wall board. Terdiri dari dua muka yang datar dan dua corrugated medium atau fluting dan liner tengah diantara kedua fluting. Total lembaran kertas
yang menyusun corrugated board tipe ini ada lima lapisan kertas. Corrugated tipe ini dipakai untuk packaging dengan beban berat.
4. Triple-wall board. Tipe ini mempunyai tiga corrugated medium atau fluting dan total lembaran kertas penyusunnya ada tujuh lembar. Hanya sedikit pabrik
corrugated yang mampu memproduksi tipe ini. Kebanyakan tipe triple wall dibuat dari menggabungkan lembaran single walll dan double wall secara manual
bukan langsung di mesin corrugator.
Sebagai contoh flute C ukurannya berada diantara A dan B. Flute D tingginya ada yang 2 mm ada yang 6 mm. Belum lagi dalam perkembangannya penamaan flute
diberi embel-embel micro, mini, special, double, super dan ultra, yang mengawali huruf dalam penamaan fluting yang sudah ada.
Profil suatu flute dinyatakan oleh pabrikan pembuat corrugating roll. Profile tersebut meliputi ketinggian flute, jumlah flute per meter, take-up ratio dan dimensi
spesifik. Istilah flute size merujuk pada suatu klasifikasi, sebagai contoh C flute dapat terdiri dari ratusan profil flute. Banyaknya varian flute dalam satu klasifikasi
dipengaruhi oleh sumber pabrik pembuatnya dan upaya-upaya development dalam rangka memenuhi kebutuhan customer.
Kerancuan aturan spesifikasi ini dicoba ditengahi oleh TAPPI dalam lembaran TIP 0302-04 tahun 2001 yang memberikan alternatif standarisasi flute yang dituangkan
dalam tabel berikut:
http://www.harpackindo.id/?cat=12 7/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi
13 3.25 3.50 59.2 165.0
Tabel 1. Flute Size (TIP 030204 TAPPI Tahun 2001)
Diharapkan usulan standarisasi ini dapat memenuhi harapan akan hal berikut:
Apabila lembaran kertas penyusun corrugated board dikelupas untuk setiap masing-masing komponennya, maka akan di dapat kondisi panjang kertas penyusun
fluting lebih panjang dari komponen liner. Perbedaan ini biasanya mempunyai nilai perbandingan tertentu.Perbandingan panjang kertas penyusun fluting dengan
liner disebut dengan Take Up Ratio (TUR).
Apabila yang diproduksi tipe board double wall CB flute maka kedua unit single facerdijalankan bersamaan dan masing-masing single face bertemu (digabungkan) di
bagian double backer. Secara diagram, alur pembuatan corrugated board seperti digambarkan sebagai berikut:
http://www.harpackindo.id/?cat=12 8/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi
Bagan mesin dan diagram alur proses corrugator.
Prosesnya diawali dengan pembentukan pola gelombang dari kertas medium. Kertas masuk ke corrugating roll yakni dua roll yang mempunyai pola alur gelombang
(seperti roda gigi). Kertas medium dijepit diantaranya sehingga terpola membentuk gelombang sesuai corrugating roll. Ke atas puncak-puncak gelombang dari kertas
medium ini kemudian di aplikasikan lem.
Kertas medium yang sudah bergelombang dan dipuncaknya terdapat lem kemudian dipertemukan dengan kertas bagian liner sehingga membentuk produk yang
satu sisinya rata dan sisi yang lain bergelombang. Produk ini disebut single face. Proses ini dapat dijelaskan sesuai gambar berikut:
Gambar Unit single facer.
Corrugated sheet yang dihasilkan di corrugator sudah mempunyai ukuran lebar dan panjang tertentu sesuai dengan pesanan. Pemotongan ukuran lebar dan
panjangsheet dilakukan di unit slitter dan cutter di mesin corrugator. Untuk mesin-mesin yang sudah automatic, proses slitting dan cutting dilakukan dengan
bantuan komputer dan mesin berjalan kontinyu dalam artian tidak perlu berhenti bahkan dalam proses pergantian ukuran.
Unit NC Slitter Unit NC Cutter
D. Score Line
Selain dilakukan proses potong lebar, di unit NC Slitter juga dilakukan pembuatan alur lekukan apabila memang ada permintaan. Sehingga corrugated sheet yang
dihasilkan mempunyai karakteristik sebagai berikut
Alur lekukan yang dibuat diunit NC slitter posisinya melintang terhadap alur tulang fluting. Istilah untuk alur lekukan
ini disebut score. Kegunaan score ini adalah untuk membentuk alur pada saat corrugated sheet dilipat, semisal
melipat flap tutup box. Ada beberapa macam tipe score yang mempunyai kegunaan masing-masing.
1. Score standar (male-female). Dibagian luar printing side terbentuk dua garis (jejak scoring female), sedangkan
di bagian dalam alurnya satu (jejak male). Sifatnya mudah di tekuk ke satu sisi dan banyak di gunakan secara
luas terutama untu box dengan bahan double wall. Namun tidak cocok digunakan untuk design box yang
cetakannya rapat dengan alur lipatan. Hal ini karena jejak scoring bisa mengganggu impression cetakan.
2. Score rata (male-flat). Dibagian luar tidak terbentuk alur (jejak scoring flat), sedangkan di bagian dalam ada satu jalur score. Sifatnya mudah ditekuk ke satu sisi
walaupun tidak semudah score standa. Design grafis untuk box dengan tipe score rata seperti ini dapat dibuat lebih leluasa bahkan diatas alur lipatanpun
dapat dihasilkan cetakan yang rata dan nyata.
http://www.harpackindo.id/?cat=12 9/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi
3. Score tunggal (male-male). Bagian luar dan dalam mempunyai alur score yang tunggal. Score tipe ini dipakai untuk box yang proses tekuk flapnya kedua arah,
yakni tekuk keluar pada saat pengisian barang dan tekuk ke dalam pada saat menutup box.
Contoh sederhana dari konsep cetak tinggi adalah stempel atau cap. Tulisan di stempel merupakan bagian timbul dan bersifat terbalik. Stempel ditekan ke bak tinta
kemudian dicap ke kertas atau dokumen. Proses cetak flexo pun prinsipnya sama seperti stempel, namun dilakukan dengan mesin berkecepatan tinggi.
Mesin cetak flexo mempunyai beberapa bagian atau unit yang beberapa diantaranya bersifat optional. Flow proses cetak flexo digambarkan dalam diagram berikut
Unit feeding merupakan bagian awal untuk memasukkan sheet yang akan dicetak. Pada mesin yang berkecepatan tinggi, unit feeding ini menjadi suatu keharusan.
Kecepatan cetak diatas 300 sheet per menit tidak akan mampu dimbangi dengan feer sheet manual.
Printing unit merupakan bagian yang utama dari sebuah mesin cetak. Jumlah printing unit dalam sebuah mesin cetak flexo bervariasi sesuai dengan kebutuhan akan
jumlah warna yang dicetak. Biasanya mesin flexo dengan 4-5 printing unit sudah mencukupi berbagai kebutuhan cetak.
Slotting unit berfungsi untuk membuat cowakan atau slotter pada corrugated sheet yang akan dibentuk box RSC (Regular Slotted Carton). Unit ini bersifat optional
karena proses slotting bisa dilakukan secara manual ataupun dengan unit yang terpisah dari mesin cetak
Unit Die Cut yang terintegrasi dengan mesin cetak menggunakan metoda rotary die cut. Unit ini terdiri dari dua
buah roll. Satu untuk dudukan pisau die cut dan satu lagi untuk landasan proses pemotongan. Sheet yang akan di
die cut berjalan diantaranya dan di press sehingga pisau menekan dan memotong sheet.
Length (L) adalah ukuran terpanjang dari bukaan box, Breadth (B) ukuran terpendek dari bukaan box, sedangkan Height () adalah ukuran dari bukaan atas sampai ke
dasar box. Ukuran L, B, H harus disebutkan dengan jelas dalam deskripsi design box. Untuk beberapa model design, nilai B dapat melebihi nilai L
Untuk box tipe telescopic heigth (h) dari bagian tutup atas harus dituliskan sebagai nilai ukuran keempat. Contoh 355 x 205 x 120/40 mm adalah ( L x B x H/h )
dengan 40 mm adalah tinggi dari tutup bagian atas.
http://www.harpackindo.id/?cat=12 10/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi
Design box dengan flap terluar tumpang tindih atau overlapping, area dari overlap (o) juga dinyatakan sebagai nilai ukuran keempat. Contoh 355 x 205 x 120/40 mm
adalah ( L x B x H/o ) dengan 40 mm adalah ukuran flap yangsaling tumpang tindih.
Box yang dibuat harus memiliki ruangan yang cukup namun tidak berlebih untuk mewadahi barang yang akan dikemas. Ukuran ruangan dalam dari box istilah
ukuran dalam (internal size). Pada prakteknya tidak disarankan untuk mengukur ukuran dalam box dengan cara membentuk box tersebut dan mengukur jarak
dinding ke dinding dari ruangan dalam box.
Hal ini dikarenakan pengukuran internal size secara langsung dari box yang telah dibentuk, hasilnya dipengaruhi oleh kesempurnaan bentuk box tersebut dan juga
letak titik-titik pengukuran. Apabila pengukuran dilakukan ditengah dinding box akan sangat terpengaruh oleh kelengkungan atau defleksi dari dinding box. Hal ini
jelas memberikan hasil yang tidak akurat.
Ada satu istilah lain yang dikenal dalam terminologi ukuran box yakni ukuran luar (external size). Agak berbeda dengan pemahaman kata “luar” pada umumnya.
External size bukanlah ukuran jarak dinding ke dinding bagian luar box pada kondisi sudah di bentuk. External size adalah ukuran crease to crease atau score to
score.
Cara pengukurannya adalah box di buka joinnya dan dibentang pada bidang yang rata. Bentangan dibuat rata, jangan sampai ada tekukan atau lengkungan yang
dapat mempengaruhi hasil pengukuran. Pada posisi dibentang terbuka akan jelas terlihat jejak alur lipatan crease to crease (alur lipatan sejajar tulang fluting) dan
score to score (alur lipatan yang melintang tulang fluting). Pada tipe box Regular Slotted Carton (RSC atau dikenal juga A1) jarak crease to crease adalah jarak ukuran
luar dari panjang dan lebar box. Sedangkan jarak score to score mewakili ukuran luar tinggi box.
Salah satu kelebihan dari metoda pengukuran external size dengan membuka bentangan box adalah hasilnya lebih akurat. Walaupun kondisi box sudah lusuh atau
rusak, selama masih bisa dibentang dengan rata, akan terlihat jelas alur creasing dan score yang akan diukur.
Ukuran panjang dan lebar dibatasi oleh masing-masing dua dinding karton sehingga ukuran dalam yang berkorelasi adalah ukuran luar adalah dikurangi dua kali
dari separuh ketebalan dinding, atau ukuran luar dikurangi ketebalan dinding.
Perhitungan ukuran tinggi sedikit lebih kompleks karena melibatkan flap atas dan bawah. Secara konstruksi pada bagian atas dan bawah masing-masing ada dua
lembar flap yang dilipat saling menumpuk. Sehingga pengaruh ketebalan terhadap ukuran tinggi box adalah dua kali setengah ketebalan sheet dikali lagi dua karena
ada dua posisi yakni atas dan bawah. Sehingga ukuran dalam untuk tinggi box adalah ukuran luar dikurangi dua kali ketebalan dinding.
Jadi jelas terlihat bahwa ukuran dalam sangat dipengaruhi oleh ketebalan dinding box, sehingga untuk setiap bahan
yang dipakai apakah itu single wall atau double wall akan ada nilai perhitungan yang berbeda. Setiap pabrik
mengembangkan sendiri rumus ukuran secara empiris sesuai dengan karakteristik flute yang dimilikinya. Mungkin
ada perbedaan rumus antara satu pabrik dengan pabrik yang lain, namun biasanya tidak terlalu besar. Perbedaan
rumus yang terjadi biasanya dalam kisaran satu milimeter.
Perhitungan ukuran external ke internal dapat dilakukan kebalikannya yakni internal ke eksternal. Biasanya kita
diberi data mengenai ukuran dimensi dari produk yang akan dikemas. Ukuran luar dari produk yang akan dikemas
harus masuk ke ukuran dalam box yang akan kita rancang.
Ukuran dari produk yang akan kita kemas kita kalikan sesuai jumlah dan konfigurasinya. Misalkan produk yang akan
dikemas berupa kaleng sejumlah 6 buah dengan konfigurasi susunan 2×3. Apabila diameter luar kaleng adalah D
dan tingginya H, maka ukuran dalam box yang harus disediakan untuk menampung kaleng tersebut adalah panjang 3D dan lebar 2D dengan tinggi H.
Diagram berikut ini menunjukkan jarak crease to crease dan score to score. FA dan FB adalah flap atas dan flap bawah yang merupakan jarak score dari pinggir
sheet. T’ jarak score to score atau ukuran luar tinggi box. Sedangkan P1, L1, P2 dan L2 berturut-turut mewakili jarak crease to crease atau ukuran luar untuk panjang
dan lebar box.
Panjang pertama (P1) dan kedua (P2) serta lebar pertama (L1) dan (L2) rumus pertambahannya tidak sama. Hal ini dikarenakan pertimbangan adanya ketebalan
karton akibat join flap. Sehingga untuk mendapatkan bentuk yang mendekati persegi (square) rumus internal ke eksternal dibuat tidak sama persis. Rumus ukuran
internal ke eksternal untuk box tipe RSC atau A1 disajikan dalam diagram dan tabel berikut:
http://www.harpackindo.id/?cat=12 11/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi
Contoh, ukuran dalam box masing-masing panjang lebar dan tinggi PxLxT, yang
diinginkan 400x300x250 dengan jenis flute C. Berapa ukuran luarnya dan berapa ukuran
panjang lebar bahan sheet yang diperlukan?
content/uploads/2016/02/cor23.jpg)
(http://www.harpackindo.id/wp-
Diketahui: ukuran dalam, P = 400 mm
L = 300 mm
T = 250 mm
Flute C
content/uploads/2016/02/cor24.jpg)
(http://www.harpackindo.id/wp-
Ditanyakan: Ukuran luar box dan ukuran bahan sheet
Jawab: Penambahan ukuran luar box untuk flute C adalah P+4, L+4 dan T+7
JP = 35+403+304+404+301 = 1447
Kalau box tersebut di atas memakai bahan kertas K150/M125/K125. Berapa berat bahan sheet yang digunakan dan berapa berat box yang sudah jadinya?
http://www.harpackindo.id/?cat=12 12/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi
0200 0201
0202 0203
0204 0205
http://www.harpackindo.id/?cat=12 13/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi
0206 0207
0208 0209
0210 0211
0212 0214
0215 0216
0217 0218
0225 0226
0227 0228
0229 0230
0231
http://www.harpackindo.id/?cat=12 14/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi
0300 0301
0302 0303
0304 0306
0307 0308
0309 0310
0312 0313
0314 0320
0321 0322
0323 0325
0330 0331
http://www.harpackindo.id/?cat=12 15/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi
0350 0351
0352
0400 0401
0402 0403
0404 0405
0406 0409
0410 0411
0412 0413
0415 0416
0420 0421
http://www.harpackindo.id/?cat=12 16/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi
0422 0423
0424 0425
0426 0427
0428 0429
0430 0431
0432 0433
0434 0435
0436 0437
0440 0441
0442 0443
http://www.harpackindo.id/?cat=12 17/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi
0444 0445
0446 0447
0448 0449
0450 0451
0452 0453
0454 0455
0456 0457
0458 0459
0460 0470
0471 0472
http://www.harpackindo.id/?cat=12 18/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi
0473
0501 0502
0503 0504
0505 0507
0509 0510
0511 0512
0601 0602
0605 0606
0607 0608
0610 0615
http://www.harpackindo.id/?cat=12 19/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi
0616 0620
0621
0700 0701
0703 0711
0712 0713
0714 0715
0716 0717
0718 0747
0748 0751
0752 0759
http://www.harpackindo.id/?cat=12 20/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi
0761 0770
0771 0772
0773 0774
0 (http://www.harpackindo.id/?p=119#respond)
Pengertian dan metoda pengetesan dari parameter tersebut dibahas dalam uraian berikut:
Potongan spesimen di pasang di alat penekan. Pemasangan ini biasanya memerlukan pemegang atau holder agar lebih stabil posisinya. Kemudian alat penekan
dioperasikan dengan menambahkan kekuatan tekan secara konstan. Display akan menunjukkan besarnya beban yang diterima oleh spesime. Penunjukkan akan
berhenti pada nilai tekanan yang diterima oleh spesimen sebelum mengalamai deformasi.
Nilai ECT adalah nilai tekanan maksimal sebelum deformasi dibagi dengan panjang spesimen. Satuannya dinyatakan dalam Kgf/cm. Nilai ECT ini berkorelasi positif
dengan kekuatan tekanan tegak box, Box Compression Strength Test (BCT). Artinya semakin besar nilai ECT maka semakin besar pula kekuatan tekanan tegak box
nya.
http://www.harpackindo.id/?cat=12 21/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi
Beberapa jenis potongan spesimen menurut standar metoda test yang berlaku
sebagai berikut:
Metoda TAPPI Metoda JIS0401
Metoda FEFCO Metoda Neck Down
Spesimen diletakan di alat penekan universal, sama dengan alat ukur ECT, namun
tidak perlu pakai holder. Setelah diletakkan di tengah bidang alat ukur, mesinnya
dihidupkan dan akan menekan spesimen dengan kecepatan tetap. Tekanan yang diterima oleh spesimen akan
ditunjukkan di display. Nilainya akan terus meningkat seiring bertambahnya tekanan, dan akan berhenti pada
penunjukkan maksimum pada saat terjadi deformasi.
Prinsip dari metoda uji ini adalah dengan menarik kearah berlawan bidang lem antara lapisan liner dengan fluting
Alat untuk uji PAT ini berupa satu set rangkaian jarum yang tersusun rapi dengan ukuran dan jarak tertentu. Ukuran dan jarak ini sesuai dengan jenis fluting yang
akan di test, dan tidak bisa dipertukarkan untuk flute yang berbeda.
Spesimen dipotong berbentuk persegi panjang dengan ukuran 3 x 15 cm. Hal terpenting dalam proses pemotongan ini adalah bentuk potongan harus tegak lurus
dengan alur fluting. Kedalam potongan spesimen ini dimasukkan jarum alat PAT yang sesuai.
http://www.harpackindo.id/?cat=12 22/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi
Tekanan jebol atau Bursting Strength Test (BST) dari corrugated sheet merupakan jumlahan dari BST masing-masing kertas penyusunnya. Memang nilainya tidak
sama persis karena ada faktor proses yang mempengaruhi BST akhir. Untuk evaluasi, BST suatu corrugated sheet hanya diperhitungkan dari BST kraft linernya saja.
Pengukuran BST corrugated sheet hampir sama dengan pengukuran kertas. Corrugated sheet yang akan di tes dimasukkan ke BST tester. Apabila ukurannya cukup
besar dan menyulitkan bisa dipotong. Corrugated sheet dijepit di alat tester dengan kekuatan jepit tertentu.
Alat bursting streng tester sesuai dengan prinsip Mullen merupakan standar bagi kebanyakan institusi . JW Mullen adalah yang pertama kali mengembangkan alat
hydraulic bursting strengthpada awal 1887.Hingga saat ini prinsip alat yang sama masih banyak digunakan namun mengalami kemajuan dalam hal material yang
lebih baik, peralatan elektronic yang modern dan penggunaan teknologi micro computer yang memberikan hasil test yang lebih akurat.
Prinsip alat ini adalah memanfaatkan tekanan fluida untuk menjebol spesimen karton. Fluida dari alat tersebut tidak bersentuhan langsung dengan karton karena
ada membran pembatas. Pada saat karton jebol oleh tekanan membran fluida, skala ukuran tekanan akan menunjukkan angka yang bersesuaian pada kondisi jebol
tersebut.
Perlu diperhatikan bahwa BST dari corrugated board sesuai dengan prinsip Mullen tidak dapat digunakan untuk double wall board dengan grammature sangat tinggi
dan triple wall board karena hasilnya tidak akurat.
Pada saat melakukan test bursting, hal yang penting untuk diperhatikan adalah besarnya tekanan yang diberikan pada saat penjepitan karton yang akan di test.
Tekanan jepit yang terlalu rendah akan memberikan nilai BST yang tidak akurat. Tekanan jepi yang rendah akn memberikan nilai BST yang tinggi. Apabila tekanan
jepit dinaikkan maka nilai BST akan semakin turun. Kesetimbangan nilai BST mulai terjadi pada tekanan jepit 300 kpa. Disarankan tekanan jepit berada pada nilai
diatas itu.
Sebelum digunakan, setiap alat bursting tester harus dikalibrasi. Caranya dengan melakukan test bursing pada alumunium foil yang telah memiliki nilai busrting
standar tertentu. Ada dua macam alumunium foil untuk test, yakni high pressure (standar BS 11,4 kgf/cm2) untuk test karton gelombang dan low pressure (standar
BS 5,8 kgf/cm2) untuk test kraft liner.
Output dari test ini berupa nominal beban maksimal yang dapat ditahan oleh box. Perlu diperhatikan bahwa beban ini merupakan beban maksimal sesaat.
Pembebanan selama proses pengujian juga dilakukan dalam kondisi dinamis yang ajeg atau steady. Tidak ada unsur kejutan atau shock dalam proses pembebanan
http://www.harpackindo.id/?cat=12 23/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi
2. Drop Test
Box dibentuk sempurna dan diisi dengan produk yang akan dikemas. Dalam kondisi tertentu karena pertimbangan biaya, produk yang dikemas bisa berupa dummy.
Setelah dikemas sempurna, box tersebut di jatuhkan dari ketinggian tertentu ke bidang datar yang keras dan tidak lentur atau memantul. Proses ini diulang
beberapa kali sesuai kebutuhan. Output dari test ini berupa pengamatan visual terhadap kemasan beserta produk yang dikemasnya. Pengamatan meliputi
kerusakan secara kualitatif.
Berbeda dengan proses BCT, dalam proses uji jatuh ini kondisi yang berpengaruh dalam adalah efek kejut. Efek kejut ini menjadi penting karena dalam handling
dilapangan atau proses distribusi karton dan produknya sering mengalami perlakuan dibanting atau dilempar
3. Vibration Test
Dalam pengujian ini, box diberi beban vertikal dan horizontal secara dinamis. Uji ini merupakan upaya peniruan kondisi proses distribusi dimana box mengalami
goncangan vertikal dan horizontal secara dinamis selama perjalanan di jalur distribusi.
Ketentuan pengangkutan untuk kemasan corrugated box dapat diringkaskan sebagai berikut:
Spesifikasi box harus disebutkan (menggunakan parameter BCT atau ECT) untuk berat tertentu dari barang yang akan dikemas.
Ukuran box tidak boleh melebihi batas yang ditentukan (ukuran disini adalah jumlahan panjang, lebar, dan tinggi dari ukuran luar box)
Kegagalan dalam memenuhi aturan pengangkutan bisa dikenai penalti semisal ongkos yang lebih mahal, penolakan oleh angkutan atau tidak dibayarnya claim atas
kerusakan barang.
Ketentuan ini juga mengharuskan pencantuman Box Manufacturer’s Certificate (BMC) yang dicetak di bagian bawah dari kemasan box . Contoh BMC seperti gambar
http://www.harpackindo.id/?cat=12 24/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi
berikut:
a. Single Wall
20 40 125 52 23
35 50 150 66 26
50 60 175 75 29
65 75 200 84 32
80 85 250 111 40
95 95 275 138 44
120 105 350 180 55
b. Double Wall
80 85 200 92 42
100 95 275 110 48
120 105 350 126 51
140 110 400 180 61
160 115 500 222 71
180 120 600 270 82
c. Tripe Wall
http://www.harpackindo.id/?cat=12 25/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi
1. UN Packaging symbol:
Simbol ini menyatakan bahwa packaging sudah di test dan lolos dari uji performance kemasan UN. Simbol ini ꓖdak boleh dipakai sembarangan khususnya untuk kemasan yang belum
dilakukan pengujian
2. UN Codes for Type of Packaging and Material of Construcꓖon:
Kemasan yang digunakan bisa berbagai ꓖpe dan terbuat dari berbagai bahan. Berikut ini daゅ�ar ꓖpe‐ꓖpe kemasan dan bahan pembuatnya.
Types of Packaging
1 – Drums/Pails
2 – Barrels
3 – Jerricans
4 – Box
5 – Bag
6 – Composite packaging
Materials of Construcꓖon
A – Steel
B – Aluminum
C – Natural wood
D – Plywood
F – Reconsꓖtuted wood
G – Fiberboard
H – Plasꓖc material
L – Texꓖle
M – Paper, mulꓖ‐wall
N – Metal (other than steel or aluminum)
P – Glass, porcelain or stoneware (not used in these regulaꓖons)
3. Packing Group:
Packing group menyatakan ꓖngkatan bahaya dari barang berbahaya yang dikemas.
Berikut ini adalah kode yang dipakai untuk menentukan group barang berbahaya yang akan dimasukan dalam kemasan.
X – for packing groups I, II and III
Y – for packing groups II and III
Z – for packing group III
4. Maximum Gross Weight:
Ada pada kemasan terluar khususnya untuk barang padatan. Tanda ini menyatakan maksimum berat kotor dalam satuan kilogram, pada saat kemasan itu di tes.
5. Solid or Inner Packaging
Menyatakan bentuk dari material yang di kemas atau bentuk dari inner packaging.
6. Year of Manufacture:
Menyatakan tahun kemasan ini dibuat. Penulisannya berupa dua angka terakhir dari tahun pembuatan
7. Origin of Manufacture:
Menyatakan negara asal kemasan ini dibuat.
8. Manufacturer Code:
Bagian terakhir dari tanda UN menyatakan kode dari pabrik pembuat kemasan.
Categories
Categories Packaging
http://www.harpackindo.id/?cat=12 26/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi
http://www.harpackindo.id/?cat=12 27/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi
http://www.harpackindo.id/?cat=12 28/29
6/4/2017 Packaging – PT. Harpackindo Ottoflexi
http://www.harpackindo.id/?cat=12 29/29