Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Keputihan

Istilah-istilah umum yang digunakan oleh klinisi sebagai sinonim

keputihan adalah fluor albus, leukorea, white discharge merupakan cairan

yang keluar dari alat genitalia wanita yang tidak berupa darah. Pada kondisi

normal, kelenjar pada serviks menghasilkan suatu cairan jernih yang keluar,

bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi dari

kelenjar bartolin. Selain itu, sekret vagina juga disebabkan karena aktivitas

bakteri normal yang hidup di vagina. Pada wanita, sekret vagina ini

merupakan hal yang alami dari tubuh untuk membersihkan diri, sebagai

pelicin dan pertahanan dari berbagai infeksi. Keputihan adalah keluarnya

cairan dari alat genital selain darah di luar kebiasaan yang berupa cairan

bening, kekuningan, berbusa atau putih seperti susu, baik berbau ataupun

tidak dan disertai rasa gatal (Stephen & Kathleen, 2007).

Keputihan dapat terjadi secara normal (fisiologis) ataupun abnormal

(patologis). Keputihan fisiologis terdiri atas cairan yang kadang-kadang

berupa mukus yang banyak mengandung epitel dan sedikit lekosit, warna

kuning, kadang-kadang putih, kental, tidak mengeluarkan bau dan tanpa

diikuti keluhan, sedangkan pada keputihan patologis terdapat banyak lekosit,

jumlah banyak, terus menerus, warna berubah (bisa hijau, kuning, abu-abu,

bahkan menyerupai susu) dan disertai adanya keluhan gatal, panas, nyeri

serta berbau. Penyebab keputihan patologis disebabkan oleh kelainan pada

http://repository.unimus.ac.id
6
7

organ reproduksi wanita, infeksi, adanya benda asing, keganasan

(neoplasma) pada alat genitalia, iritasi dan penyakit yang lain pada organ

reproduksi. Keputihan yang disebabkan oleh infeksi pada organ kewanitaan

dapat berupa infeksi bakteri, jamur maupun parasit. Sumber cairan

keputihan dapat berasal dari vulva, cairan vagina, serviks, uterus atau tuba

fallopii. Penyebab keputihan terkait dengan cara kita merawat organ

reproduksi (Stephen & Kathleen, 2007; Annia, 2008; Monaidi, 2015).

Keputihan merupakan salah satu mekanisme pertahanan tubuh

terhadap bakteri yang menjaga derajat keasaman pada vagina, pH vagina

normal berkisar antara 3,8–4,2 maka sebagian besar bakteri yang ada adalah

bakteri yang menguntungkan 95% dan sisanya adalah bakteri yang

merugikan atau yang menimbulkan penyakit. pH vagina yang rendah akibat

adanya Lactobacillus akan mencegah kolonisasi oleh patogen. Flora normal

dalam vagina antara lain: Streptococcus, Corinebacteria, Candida,

Actinomyces dan Mycoplasma hominis. Organisme fakultatif paling

menonjol adalah Lactobacillus sp, Corinebacteria, Streptococcus,

Staphylococcus epidermidis dan Gardnerella vaginalis (Stephen &

Kathleen, 2007). Semua wanita sebenarnya mempunyai paling sedikit

organisme fakultatif dan dapat ditemukan pada 40–80% wanita. Organisme

koliform virulen E. coli sering ditemukan kira-kira 20%. Organisme anaerob

yang paling menonjol adalah Peptostreptococcus, Peptococcus,

Lactobacillus anaerob, Eubacteria, Bacterioides sp yang dapat ditemukan

secara keseluruhan atau sendiri-sendiri pada 20–60% wanita. Candida

http://repository.unimus.ac.id
8

albicans, organisme jamur yang sering ditemukan, terdapat 5–10% wanita.

Mycoplasma hominis 20–50% dan Ureaplasma urealiticum terdapat pada

50–70% wanita yang aktif berhubungan seksual. Jadi sulit untuk

menentukan kapan keadaan tersebut patologis jika hanya berdasarkan

ditemukannya suatu jenis bakteri tertentu (Febiliawanti, 2009).

B. Penyebab Keputihan

Beberapa jenis keputihan yang perlu diketahui oleh wanita adalah

sebagai berikut (Iswati, 2010): (1). Keputihan yang berbusa dan cair, warna

kuning kehijauan atau keputih-putihan, rasa gatal dan berbau busuk. Jika

tidak ditangani lebih lanjut maka vagina akan terasa sakit dan bengkak. (2).

Cairan keputihan yang warnanya putih seperti keju lembut dan berbau

seperti ragi roti atau jamur. Infeksi ini disebabkan oleh jamur. (3). Cairan

keputihan yang berbau anyir atau amis dan kental seperti susu. Keadaan ini

disebabkan oleh infeksi Hemophillus. Diperlukan pemeriksaan yang khusus

untuk membedakan dengan infeksi yang disebabkan oleh Trichomonas. (4).

Keputihan encer seperti air, warna keabu-abuan atau coklat, dengan bercak

darah dan berbau busuk. Ini merupakan tanda-tanda infeksi yang lebih parah

seperti kanker atau penyakit menular seksual.

Penyebab keputihan tergantung dari jenis keputihan yaitu keputihan

yang fisiologis atau patologis. Keputihan fisiologis adalah fakta hormonal

yang dapat ditemukan antara lain pada: (a). bayi yang baru lahir sampai usia

kira-kira 10 hari yang disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen dari

plasenta terhadap uterus dan vagina bayi, (b). waktu disekitar menarche

http://repository.unimus.ac.id
9

timbul karena pengaruh hormon estrogen, (c). rangsangan seksual pada

wanita dewasa disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina,

(d). waktu disekitar ovulasi karena sekret dari kelenjar serviks uteri menjadi

lebih encer, (e). pada wanita dengan penyakit menahun, (f). kelelahan fisik

dan kejiwaan juga merupakan penyebab keputihan (Iswati, 2010).

Keputihan patologis dapat disebabkan adanya infeksi pada organ

kewanitaan dapat berupa infeksi bakteri, jamur maupun parasit. Penyebab-

penyebab infeksi ini harus diwaspadai:

a. Bakteri

1. Gonococcus adalah bakteri yang menginfeksi karena hubungan

seksual yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonnorrhoeae,

pada wanita biasanya mengenai membran mukosa uretra dan

endoserviks. Infeksi selanjutnya akan menyebar ke jaringan

yang lain. Neisseria gonnorrhoeae adalah bakteri Gram

negatif, Diplococcus dengan diameter 0,6–1,0 mikrometer,

koloni cembung berkilau, sifat mukoid, transparan, tidak

berpigmen, bersifat fakultatif aerobik. Bakteri ini dapat

ditemukan intraseluler dan ekstraseluler dalam lekosit netrofil.

Pada pemeriksaan, serviks tampak merah dengan erosi dan

sekret mukopurulen (Monaidi, 2015). Diagnosis GO

ditegakkan dengan anamnesis (antara lain adanya riwayat

keluarnya duh tubuh uretra atau vagina, nyeri waktu buang air

kecil, berhubungan seksual risiko tinggi), pemeriksaan klinis

http://repository.unimus.ac.id
10

(pada laki-laki dapat dijumpai muara saluran kencing bengkak,

merah dan keluarnya nanah kuning kehijauan. Sementara pada

wanita, karena tidak khas maka biasanya gejala klinis berupa

vaginal discharge atau vaginal bleeding), dan pemeriksaan

laboratorium sebagai penunjang (Fitri et.al., 2008).

Pemeriksaan penunjang yang memegang peranan penting dan

sering dilakukan adalah pemeriksaan sediaan langsung dengan

membuat hapusan sekret uretra atau serviks, dan biakan kuman.

Dari pemeriksaan sediaan langsung yang dicat dengan gram,

akan tampak kuman diplokokus yang gram negatif, berbentuk

seperti ginjal pada intra selular atau ekstraselular (Ernawati,

2010).

2. Gardnerella vaginalis menyebabkan peradangan pada vagina

yang tidak spesifik dan kadang dianggap sebagai

mikroorganisme normal karena sering ditemukan pada vagina.

Gardnerella vaginalis adalah bakteri Gram positif yang

biasanya mengisi penuh pada epitel vagina dengan membentuk

bentukan yang khas yang disebut dengan clue cells.

Gardnerella vaginalis menghasilkan asam amino yang akan

diubah menjadi gugus amin yang menguap bila cairan vagina

menjadi basa sehingga menimbulkan bau yang khas seperti bau

ikan (amis) (Aroutcheva et.al., 2001). Pada pemeriksaan

terdapat sekret vagina yang homogen, tipis dan cair, warna

http://repository.unimus.ac.id
11

putih keabu-abuan (Monaidi, 2015). Lebih dari 98% kasus

bakterial vaginosis disebabkan oleh Gardnerella vaginalis

(Aroutcheva et.al., 2001).

Menurut Amsel diagnosa bakterial vaginosis dapat

ditegakkan dengan ditemukannya tiga dari empat kriteria

berikut ini:

1. Sekret vagina yang homogen, putih atau keabuan, tipis,

melekat pada dinding vagina, dengan jumlah variasi.

2. Didapatkannya pH vagina > 4,5 dengan menggunakan

kertas lakmus (interval 4,0–7,0)

3. Uji Whiff (Uji Amin) positif yaitu didapatkan bau amis

dari vagina setelah ditetesi dengan KOH 10%

4. Pada pengecatan Gram ditemukan sel epitel vagina

yang ditutupi oleh berbagai bakteri vagina sehingga

memberikan gambaran granuler dengan batas sel yang

kabur karena melekatnya bakteri batang atau kokus

yang kecil. Pengecatan Gram pada cairan vagina lebih

bermakna daripada pengecatan basah. Didapatkan clue

cells > 20% merupakan indikator untuk vaginosis

bakterial.

3. Chlamydia trachomatis merupakan bakteri yang lebih dari 50%

menyebabkan kasus uretritis non spesifik. Chlamydia

trachomatis merupakan parasit intraobligat, menyerupai bakteri

http://repository.unimus.ac.id
12

Gram negatif. Dalam perkembangannya, Chlamydia

trachomatis mengalami dua fase yaitu fase pertama adalah fase

non infeksiosa yang terjadi pada keadaan laten ditemukan pada

genitalia dan konjungtiva. Pada fase ini, bakteri bersifat

intraseluler dan berada di dalam vakuol yang letaknya melekat

pada inti sel hospes, disebut badan inklusi. Fase kedua

merupakan fase penularan, bila vakuol pecah maka bakteri

keluar dalam bentuk badan elementer yang dapat menimbulkan

infeksi pada sel hospes baru (Bébéar and Barbeyrac, 2009;

Monaidi, 2015).

4. Treponema pallidum merupakan bakteri penyebab penyakit

sifilis yang penularannya melalui hubungan seksual.

Treponema pallidum mempunyai beberapa sifat yaitu: (a).

perjalanan penyakit sangat kronis, (b). dapat menyerang semua

organ tubuh dalam perjalanannya, (c). mempunyai masa laten,

(d). dapat kambuh kembali dan (e). dapat ditularkan dari ibu ke

janin. Organisme ini bergerak aktif dan dapat dilihat dengan

menggunakan mikroskop medan gelap dan uji diagnostik

serologi (Monaidi, 2015).

5. Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri obligat aerob

berbentuk batang Gram negatif. Koloni pada media berbentuk

bulat halus dengan warna fluoresensi hijau, bersifat oksidase

positif dan tidak memfermentasi karbohidrat, tetapi banyak

http://repository.unimus.ac.id
13

strain yang mengoksidasi glukosa. Identifikasi Pseudomonas

aeruginosa berdasarkan pada morfologi bakteri, sifat oksidase

positif dan adanya pigmen yang khas (Brooks et.al., 2007).

Pseudomonas aeruginosa dapat menyebabkan vaginitis jika

terjadi perubahan komposisi flora normal dimana Lactobacillus

digantikan oleh bakteri patogen seperti Pseudomonas

aeruginosa (Razzak et.al., 2011).

6. Escherichia coli merupakan bakteri batang Gram negatif yang

merupakan flora normal pada gastrointestinal. Koloni

berbentuk bulat, halus dengan tepi tegas dan menunjukkan

hasil positif pada tes indol, lisin dekarboksilase, fermentasi

manitol dan menghasilkan gas dari glukosa (Brooks et.al.,

2007). Escherichia coli memiliki antigen K berupa polisakarida

yang merupakan faktor virulensinya. Antigen K menyebabkan

Escherichia coli dapat melakukan perlekatan bakteri pada sel

epitel sebelum menginvasi saluran cerna atau saluran kemih.

Escherichia coli juga memiliki bakteriosin berupa kolisin

(Brooks et.al., 2007). Escherichia coli ditemukan pada sekret

vagina dapat terjadi karena kontaminasi oleh mikroorganisme

di rektal. Escherichia coli dapat menyebabkan vaginitis bakteri

dikarenakan berkurangnya hidrogen peroksida yang diproduksi

oleh Lactobacillus. Gejala vaginitis bakteri dapat berupa rasa

terbakar, iritasi dan adanya discharge (Razzak et.al., 2011).

http://repository.unimus.ac.id
14

7. Koloni Staphylococcus aureus berbentuk bulat, halus,

meninggi dan berkilau, dan berwarna abu-abu hingga kuning

tua kecoklatan (Brooks et.al, 2007). Staphylococcus aureus

mempunyai koagulase yang dapat menggumpalkan plasma

yang mengandung oksalat atau sitrat sehingga memiliki potensi

mejadi patogen invasif. Staphylococcus menghasilkan katalase

yang mengubah hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen.

Uji katalase membedakan Staphylococcus yang hasilnya positif

dengan Streptococcus yang hasil katalasenya negatif (Brooks

et.al., 2007). Staphylococcus aureus dapat menyebabkan

vaginitis bakteri ditandai dengan kurangnya hidrogen peroksida

yang diproduksi oleh Lactobacillus (Razzak et.al., 2011).

8. Streptokokus Grup B merupakan bakteri Gram positif yang

khas berpasangan atau membentuk rantai selama

pertumbuhannya. Semua spesies Streptokokus merupakan

bakteri non motil, non sporing dan menunjukkan hasil negatif

pada tes katalase. Semua spesies Streptokokus adalah anaerob

fakultatif, tidak mereduksi nitrat, memfermentasi glukosa

dengan produk utama asam laktat, tidak menghasilkan gas.

Bakteri Streptokokus Grup B merupakan anggota flora normal

vagina pada 5–25% wanita usia subur (Jawetz et.al., 2007).

Streptokokus Grup B memiliki faktor virulensi: (a). struktural

dan (b). non struktural. Virulensi struktural terdiri dari

http://repository.unimus.ac.id
15

komponen penyusun kapsul seperti antigen polisakarida,

komponen protein permukaan yang terdiri dari antigen protein

dan komponen penyusun dinding sel seperti antigen

karbohidrat spesifik grup, asam teikoat dan asam lipoteikoat.

Faktor virulensi non struktural metabolik yang merupakan

produk ekstra sel bakteri berupa hemolisin, hipukirase,

nuklease, protease dan hyaluronidase yang berperan dalam

proses invasi (Brooks et.al., 2007).

9. Klebsiella pneumoniae merupakan kelompok

Enterobacteriaceae berbentuk batang Gram negatif. Koloni

pada media berbentuk mukoid, kapsul polisakarida dan kurang

motil. Klebsiella pneumoniae menunjukkan hasil positif pada

lisin dekarboksilase dan sitrat, positif pada uji motilitas dan

menghasilkan gas dari glukosa. Klebsiella pneumoniae positif

terhadap reaksi Voges-Preskauer. Klebsiella pneumoniae

terdapat dalam saluran nafas dan feses pada sekitar 5% individu

normal (Brooks et.al., 2007). Klebsiella pneumoniae

merupakan bakteri oportunistik yang dapat menyebabkan

vaginitis bakteri. Gejala vaginitis berupa peradangan pada

mukosa vagina, rasa terbakar, iritasi dan ketidaknyamanan

(Razzak et.al., 2011).

http://repository.unimus.ac.id
16

b. Jamur

Candida merupakan salah satu flora normal yang memiliki

sifat oportunis yang dapat dijumpai di seluruh tubuh: pada mulut,

kulit, selaput mukosa vagina, kuku, kolon dan saluran anorektal.

Candida sp yang paling sering menimbulkan infeksi kandidiasis

vulvovaginalis adalah Candida albicans. Infeksi Candida sp. pada

vulva dan atau vagina disebut kandidiasis vaginalis (Elsa et.al.,

2012). Pada umumnya, infeksi disebabkan kolonisasi yang

berlebihan dari spesies Candida yang sebelumnya bersifat

komensal pada vagina dan vulva.

Spesies Candida mempunyai koloni berwarna putih

kecoklatan sampai kekuningan, bulat dan besar dengan ukuran 3–5

mikrometer, tumbuh cepat dan menjadi dewasa dalam waktu 3

hari, permukaan koloni licin, mengkilat, halus dan kering,

mempunyai budding cell, pseudohifa dan hifa, berbau seperti ragi.

Fluor albus pada kandidosis vagina berwarna kekuningan disertai

gumpalan-gumpalan seperti susu berwarna putih kekuningan

(Jawetz et.al., 2007; Monaidi, 2015). Faktor resiko kandidiasis

vaginalis seperti diabetes mellitus yang tidak terkontrol,

penggunaan kontrasepsi, cairan pembersih vagina, hubungan

seksual yang beresiko, penggunaan imunosupresan dan kehamilan.

Orang yang suka berganti-ganti pasangan seks dan melakukan

hubungan seksual yang tidak aman beresiko tinggi tertular infeksi

http://repository.unimus.ac.id
17

menular seksual termasuk infeksi Candida albicans (Elsa et.al.,

2012).

c. Parasit

Trichomonas vaginalis merupakan spesies parasit yang

bersifat patogen pada manusia dan biasanya ditularkan melalui

hubungan seksual. Trichomonas dapat menyebabkan infeksi pada

saluran urogenital yang bersifat akut atau kronik. Parasit ini

berbentuk lonjong seperti buah pir dengan satu membran

bergelombang pendek yang dilapisi flagellum dan mempunyai

empat flagel anterior. Trichomonas mudah dilihat pada sediaan

basah karena gerakannya. Trichomonas berukuran panjang 23-39

mikrometer (badan 8-13 mikrometer dan flagel 8-15 mikrometer)

dan lebar 5-8 mikrometer.

Trichomonas berkembang biak dengan cara membelah diri

binary fission. Kemudian inti membelah dengan cara mitosis yang

dilakukan setiap 8 sampai 12 jam dengan kondisi yang optimum.

Pada wanita, parasite ini hidup di vagina dan servik dan bisa juga

ditemukan di glandula Bartholini, urethra maupun urinary

bladder (Wahyuni, 2015). Tidak seperti protozoa lain,

Trichomonas vaginalis tidak memiliki bentuk kista (Krieger dan

Alderete, 1999). Trichomonas hidup dalam suasana pH 5,0–7,5

sehingga parasit ini tidak dapat hidup pada vagina yang asam yaitu

pH 3,8–4,4. Cairan vagina yang keluar berwarna kekuningan,

http://repository.unimus.ac.id
18

kuning hijau, berbau tidak sedap dan berbusa (Monaidi, 2015).

Infeksi T.Vaginalis pada wanita dapat menyebabkan komplikasi

pada wanita hamil seperti kelahiran premature, berat badan lahir

rendah dan kematian janin dalam rahim. Predisposisi untuk

mengalami infeksi infeksi HIV, AIDS , gonorrhea, dan kanker

leher rahim (Schwebke JR, 2004).

d. Virus

Herpes simplex genitalis merupakan virus yang dapat

ditularkan melalui hubungan seksual tetapi tidak dapat ditularkan

melalui udara atau air. Herpes simplex genitalis disebabkan oleh

virus Herpes hominis atau virus Herpes simplex yang merupakan

salah satu infeksi tersering pada manusia. Virus Herpes simplex

ada dua tipe yaitu tipe I dan tipe II yang merupakan virus DNA.

Tempat predileksi virus tipe I adalah daerah pinggang ke atas

terutama daerah mulut dan hidung. Virus tipe II mempunyai tempat

predileksi di daerah pinggang ke bawah terutama di daerah genital,

juga dapat menyebabkan herpes meningitis dan infeksi neonatus.

Pada awal infeksi tampak kelainan yaitu berupa kulit melepuh

seperti terkena air panas, kemudian pecah, menimbulkan luka

seperti borok dan penderita merasa kesakitan (Monaidi, 2015).

e. Benda Asing

Adanya benda asing seperti AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam

Rahim), tertinggalnya kondom atau benda tertentu yang dipakai

http://repository.unimus.ac.id
19

pada waktu senggama dapat merangsang pengeluaran cairan yang

berlebihan. Jika rangsangan ini menimbulkan luka maka akan

memungkinkan terjadinya infeksi penyerta dari flora normal yang

ada pada vagina sehingga menimbulkan keputihan (Prawirohardjo,

2008).

f. Neoplasma

Neoplasma atau keganasan yang menyebabkan kanker dapat

mengakibatkan keputihan patologis akibat gangguan pertumbuhan

sel normal yang berlebihan sehingga menyebabkan sel tumbuh

sangat cepat secara abnormal dan mudah rusak akibat perdarahan

dan pembusukan, pecahnya pembuluh darah untuk diberikan

sebagai nutrisi bagi sel kanker tersebut. Pada keadaan ini terjadi

pengeluaran cairan yang banyak dan berbau busuk akibat

terjadinya proses pembusukan dan disertai adanya darah yang tidak

segar (Monaidi, 2015).

C. Patogenesis

Flora normal vagina mencakup Streptococcus alfa hemolitik,

Streptococcus anaerob (Peptostreptococcus), Clostridia, Gardnerella

vaginalis, Ureaplasma urealyticum, dan terkadang Listeria, Mobiluncus sp.

atau Lactobacillus sp. yang paling dominan. Gangguan keseimbangan flora

normal atau perubahan pH asam menjadi alkalis akan memicu kolonisasi

organisme lain. Kondisi ini dapat menyebabkan kelainan berupa vaginosis

http://repository.unimus.ac.id
20

bakterial, vaginitis dan cervisitis, sehingga sekret vagina menjadi tidak

normal dan jumlah bakterinya banyak.

Pada bakterial vaginosis terdapat pertumbuhan berlebihan dari bakteri

Gardnerella vaginalis akibat perubahan pH vagina dari asam menjadi alkalis

dan pertumbuhan bakteri anaerob lain yang berlebihan, Bacterioides spp dan

Mobiluncus spp. Vaginitis dapat disebabkan oleh protozoa (Trichomonas

vaginalis) atau jamur Candida albicans. Cervicitis dapat disebabkan oleh

Neisseria gonnorrhoeae dan parasit Chlamydia trachomatis (Greenwood et

al., 2007; Stephen & Kathleen, 2007; Monaidi, 2015). Trichomonas

vaginalis masuk ke dalam vagina melalui hubungan seksual, yang kemudian

menyerang epitel squamosa vagina dan mulai bermultiplikasi secara aktif.

Hal ini menyebabkan suplai glikogen untuk Lactobacillus menjadi

berkurang bahkan tidak ada sama sekali. Akibatnya jumlah Lactobacillus

menjadi sedikit atau hilang sama sekali sehingga produksi asam laktat

menurun dan pH vagina meningkat antara 5,0 dan 5,5. Suasana basa ini

memungkinkan Trichomonas berkembang dengan cepat. Infeksi

Trichomonas vaginalis dapat menyebabkan kelahiran prematur dan

meningkatkan transmisi penularan HIV (Krieger dan Alderete, 1999;

Sherrard et.al, 2014).

Lactobacillus merupakan bakteri dominan di dalam vagina wanita

yang berperan sebagai flora normal vagina. Peran tersebut dilakukan dengan

memproduksi asam laktat untuk menjaga keasaman pH vagina serta

memproduksi hidrogen peroksida yang berperan dalam menekan

http://repository.unimus.ac.id
21

pertumbuhan bakteri-bakteri lain dalam vagina. Peranan Lactobacillus

dianggap sangat penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem vagina dan

menekan pertumbuhan mikroorganisme patogen karena mempunyai

kemampuan untuk mengubah glikogen dari epitel vagina yang terlepas

menjadi asam laktat, sehingga vagina tetap dalam keadaan pH asam (pH

3,0–4,5). pH asam inilah yang mencegah tumbuhnya mikroorganisme yang

patogen (Razzak et.al., 2011).

Bila terjadi gangguan keseimbangan flora normal vagina yang

disebabkan oleh beberapa faktor dimana populasi Lactobacillus sp yang

dominan akan digantikan oleh bermacam-macam organisme patologis.

Mikroorganisme patologis akan memberikan suatu reaksi inflamasi di

daerah vagina. Sistem imun tubuh akan bekerja membantu fungsi dari

bakteri Lactobacillus sehingga terjadi pengeluaran lekosit, maka terjadilah

keputihan (Greenwood et al., 2007; Stephen & Kathleen, 2007; Razzak

et.al., 2011; Monaidi, 2015).

D. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan dua cara, yaitu: (a) secara

makroskopis dan (b) secara mikroskopis.

Pemeriksaan laboratorium secara makroskopis, yaitu:

1. Pemeriksaan Kultur

Pemeriksaan kultur dilakukan untuk identifikasi jenis bakteri

aerob dan jamur yang terdapat pada sekret vagina yang ditanam

pada media MRS agar (deMann Rogosa Sharpe agar), BAP (Blood

http://repository.unimus.ac.id
22

Agar Plate), MC (Mac Conkey agar) dan SDA (Sabouraud

Dextrose agar).

2. Uji Reaksi Biokimia

Pemeriksaan dengan TSIA, katalase koagulase dan gula-gula.

Pemeriksaan laboratorium mikroskopis:

1. Pengecatan KOH 10%

Pemeriksaan ini untuk identifikasi adanya Candida secara

langsung. Pada obyek gelas steril dioleskan bahan pemeriksaan

dari sekret vagina yang diambil secara aseptik dengan

menggunakan cytobrush kemudian ditetesi dengan KOH 10%,

tutup dengan deck glass dan lihat di bawah mikroskop dengan

pembesaran 400x. Hasil positif Candida jika ditemukan yeast dan

pseudohifa.

2. Pengecatan Gram

Dengan menggunakan cytobrush diambil sekret vagina,

oleskan pada obyek gelas, keringkan, kemudian fiksasi dengan

lampu spiritus. Material digenangi dengan larutan karbol Gentian

Violet selama 1 menit, sisa cat dibuang, genangi dengan lugol

selama 1 menit, cuci dengan air mengalir, lalu ditetesi dengan

alkohol absolut, cuci dengan air mengalir kemudian genangi

dengan Air Fuchsin selama 30–60 detik. Cuci dengan air mengalir

dan biarkan kering. Periksa dengan mikroskop pada pembesaran

http://repository.unimus.ac.id
23

1000x dengan menggunakan minyak imersi. Pemeriksaan ini untuk

identifikasi bentuk dan sifat bakteri terhadap pengecatan Gram

apakah bakteri Gram positif atau Gram negatif serta identifikasi

ada tidaknya clue cells.

E. Kerangka teori

Keputihan

Sekret vagina

Fisiologis Patologis

Hormonal Infeksi Keganasan Benda asing

Parasit Bakteri Jamur Virus

Trichomona Gonococci Candida sp Herpes


s vaginalis Gardnerella vaginalis simplex
Chlamydia trachomatis genitalis
Treponema pallidum
Pseudomonas
aeruginosa
Escherichia coli
Staphylococcus sp
Streptococcus sp
Klebsiella pneumoniae

F. Kerangka Konsep

Sekret vagina Jenis Bakteri dan Jamur

http://repository.unimus.ac.id

Anda mungkin juga menyukai