Anda di halaman 1dari 24

BAHAN AJAR

PENGANTAR
SISTEM DIGITAL
DASAR TEKNOLOGI DIGITAL

Deskripsi Singkat :
Pada Bab ini dijelaskan dasar teknik digital, dimana pada bab ini mahasiswa
sebelumnya harus mengetahui dasar teori listrik yang meliputi: Hubungan seri (sumber
tunggal): menentukan tegangan (V), arus listrik (I), hambatan (R) dan daya (P); Hukum
Kirchoff (Tegangan); pembagi tegangan, hubungan paralel menentukan V,I,R,P; Hukum
Kirchoff (Arus); pembagi arus dan hubungan seri / paralel : menentukan V,I,R,P.
Selanjutnya pada bab ini akan dijelaskan mengenai Sistem Bilangan, terdiri dari
Bilangan Biner, Bilangan Oktal, Bilangan Desimal dan Bilangan Heksadesimal
dilanjutkan dengan penguasaan gerbang-gerbang logika dan aljabar Boolean. Setelah
selesai mempelajari bab V ini, mahasiswa semester III Jurusan Teknologi Mekanik
Industri diharapakan menguasai dasar-dasar teknik digital yang meliputi gerbang-
gerbang logika dan analisa penyederhanaan gerbang logika tersebut menggunakan aljabar
Boolean dan Peta Karnaugh dilanjutkan dengan dasar konversi analog dan digital yang
merupakan dasar pada pengenalan proses kontrol dan otomatisasi pada industri. Untuk
melatih kemampuan mahasiswa diberikan soal-soal latihan yang harus dikerjakan agar
dapat memantapkan ilmu. Disarankan pada mahasiswa untuk membaca lebih banyak
tentang instrumentasi dan pengendalian proses, ditambah dengan mencari informasi
tentang Programmable Logic Controller (PLC).
SISTEM BILANGAN
Suatu rangkaian digital bekerja dalam sistem bilangan biner, yakni hanya dalam
dua keadaan. Keluaran dari rangkaian ada dalam keadaan tegangan rendah atau dalam
keadaan tegangan tinggi, selain dua keadaan tersebut tidak ada harga keadaan lain
yang diperbolehkan. Dua keadaan keluaran dari rangkaian digital dinyatakan dalam “0” dan
“1”. Harga 0 dan 1 menyatakan berturut-turut harga rendah dan harga tinggi, maka sistem
tersebut dinamakan sistem logika positif. Sebaliknya apabila 0 dan 1 menyatakan tegangan
tinggi dan rendah, maka sistem dinamakan sistem logika negatif.

Sistem Bilangan Biner dan Desimal


Dalam sistem bilangan biner, setiap bilangan didasarkan pada basis 2. Setiap digit
biner disebut bit (binary digit); bit yang paling kanan disebut least significant bit (LSB)
dan bit yang paling kiri disebut Most Significant Bit (MSB). Tabel 5.1 berikut ini
menunjukkan daftar bilangan desimal dan daftar bilangan biner beserta ekivalensinya

Desimal Biner
2
2 21 20
0 0 0 0
1 0 0 1
2 0 1 0
3 0 1 1
4 1 0 0
5 1 0 1
6 1 1 0
7 1 1 1

Most Significant Bit (MSB)


Least Significant Bit (LSB)

Tabel 1. Ekivalensi Bilangan Desimal dan Biner

Untuk membedakan bilangan pada sistem bilangan bilangan yang berbeda


digunakan tanda subskrip. Sebagai contoh 710 adalah bilangan 7 pada sistem bilangan
desimal dan 100012 adalah sistem bilangan 10001 pada sistem bilangan biner. Pada
tabel 5.2. berikut ditunjukkan pengubahan bilangan biner ke bilangan desimal
Biner Kolom Biner Desimal
16 8 4 2 1
1001 - 1 0 0 1 8+0+0+1 = 9
11001 1 1 0 0 1 16+8+0+0+1=25
10111 1 0 1 1 1 16+0+4+2+1= 23

Tabel 2. Pengubahan Bilangan Biner Ke Desimal

Basis atau radiks dari sistem bilangan menunjukkan jumlah angka digit total yang
digunakan dalam sistem bilangan tersebut. Dalam contoh pada tabel 5.2. angka biner
1001 ekivalen dengan angka 9 pada sistem bilangan desimal, yang diperoleh dari:
3 2 1 0
1001 =1x2 +0x2 +0x2 +1x2
=8+0+0+1=9
Konversi bilangan Desimal ke Biner dapat dilakukan dengan kombinasi intuisi
dan metode trial and error . Bilangan desimal yang diketahui dipisah-pisahkan ke dalam
sejumlah bilangan berbasis dua. Sebagai contoh bilangan desimal 2210 nilainya lebih
5 4
kecil dari 2 =32 dan lebih besar dari 2 = 16, maka bit 1 ditempatkan pada kolom 16,
sisanya adalah 22-16 = 6, dapat dimasukkan pada kolom 4 dan kolom 2, sehingga bit 1
diletakkan pada kolom tersebut, selanjutnya diperoleh konversi bilangan 2210 adalah
101102. Kenapa diletakkan 0 pada kolom 8? Karena sisa pengurangan 22 terhadap 16
adalah 6 (lebih kecil dari 8) sehingga kolom 8 diberi angka nol.
Cara lain adalah dengan pembagian secara progresif angka desimal dengan 2
sampai memperoleh sisa pembagian nol. Tulislah sisanya setelah setiap pembagian
dengan urutan terbalik, maka diperoleh angka biner. Proses ini dijelaskan di bawah ini
dimana angka 22 diubah menjadi angka binernya.
22 ÷ 2 = 11 ; sisa 0 (LSB)
11 ÷ 2 = 5 ; sisa 1
5 ÷ 2 = 2 ; sisa 1
2 ÷ 2 = 1 ; sisa 0
1 ÷ 2 = 0 ; sisa 1 (MSB)

Pembacaan hasil pembagian adalah dari bagian MSB ke ke bagian LSB, dari hasil
diperoleh bahwa 2210 dikonversikan ke biner, maka diperoleh 101102.
Pada tabel di bawah ini diberikan beberapa contoh pengkonversian bilangan
desimal ke biner:
Bilangan Kolom Biner Bilangan
5 4 3 2 1 0
Desimal 2 2 2 2 2 2 Biner
15 0 0 1 1 1 1 001111
45 1 0 1 1 0 1 101101
52 1 1 0 1 0 0 110100

Tabel 3. Beberapa Contoh Pengkonversian Desimal Ke Biner

Latihan 1

1. Ubah bilangan biner berikut menjadi bilangan desimal :


a. 110
b. 10101
c. 1111001

2. Ubah bilangan desimal berikut menjadi bilangan biner :


a. 8
b. 52
c. 67

Jawaban : 1. (a) 6 (b) 21 (c)121 ; 2.(a) 1000 (b) 110100 (c) 1000011

Metode yang dipakai diatas tidak berlaku untuk bilangan yang mengandung
pecahan. Dalam bilangan desimal, bilangan pecahan disajikan dengan menggunakan
titik desimal. Digit-digit yang berada di sebelah kiri titik desimal mempunyai nilai
eksponen yang semakin besar dan digit-digit yang berada di sebelah kanan titik desimal
mempunyai nilai eksponen yang semakin kecil. Sehingga:
0,0110 = 1 x 10-2

-1 -2 -3
0,10110 = 1 x 10 + 0 x 10 + 1x 10
Cara yang sama dapat digunakan untuk menyajikan bilangan biner pecahan, contoh :
-1
0,12 =1x2
-1 -2 -2
0,012 =0x2 +1x2 =2 =¼

Contoh :
Tentukan 0,1112 =…………..10
-1 -2 -3
Jawab =1x2 +1x2 +1x2
= ½ + ¼ + 1/8
= 0,5 + 0,25 + 0,125
= 0,87510
Pengubahan bilangan pecahan dari desimal ke biner dapat dilakukan dengan cara
mengalikan bagian pecahan dari bilangan desimal tersebut dengan 2, bagian bulat dari
hasil perkalian merupakan pecahan dalam bit biner. Proses perkalian diteruskan pada
sisa sebelumnya sampai hasil perkalian sama dengan 1 atau sampai pada tingkat ketelitian
yang diinginkan. Bit biner pertama yang diperoleh merupakan MSB dari bilangan biner
pecahan.

Contoh :
1. Tentukanlah 0,62510 = …………2
Jawab
0,625 x 2 = 1,25 bagian bulat =1 (MSB) Sisa = 0,25
0,25 x 2 = 0,5 bagian bulat =0, sisa = 0,5
0,5 x2 = 1 bagian bulat = 1 (LSB), tanpa sisa
Maka diperoleh:
0,62510 = 0,1012

2. Tentukan 5,62510 = ……….2


Jawab

I. Pisahkan bilangan bulatnya, lalu konversikan ke biner


510 = 1012

II. Konversikan bilangan pecahan ke biner


0,62510 = 0,1012
III. Gabungkan hasil pengkonversian bilangan bulat dengan pecahan, maka :
5,62510 = 101,1012

Latihan 2

1. Ubah bilangan biner berikut menjadi bilangan desimal :


a. 0,01
b. 0,111
c. 101,101

2. Ubah bilangan desimal berikut menjadi bilangan biner :


a. 0,25
b. 0,21875
c. 0,46875

Jawaban : 1.(a) 0,25 (b) 0,875 (c) 5,625 ; 2.(a) 0,01 (b) 0,00111 (c) 0,1111

Sistem Bilangan Oktal dan Biner


Bilangan oktal adalah sistem bilangan yang berbasis 8. Teknik pembagian yang
berturutan dapat digunakan untuk mengubah bilangan desimal menjadi bilangan oktal.
Bilangan desimal yang akan diubah secara berturut-turut dibagi dengan 8 dan sisa
pembagiannya harus selalu dicatat. Sebagai contoh, untuk mengubah bilangan 581910
ke oktal, langkah-langkah yang dilakukan adalah :

5819 ÷ 8 = 727, sisa 3 (LSB)


727 ÷ 8 = 90 , sisa 7
90 ÷8 = 11, sisa 2
11 ÷8 = 1, sisa 3
1 ÷8 = 0, sisa 1, MSB
Sehingga, 5819 10 = 132738

Setiap digit pada bilangan oktal dapat disajikan dengan 3 digit bilangan biner,
seperti pada tabel 5.4 berikut:

Oktal Biner
0 000
1 001
2 010
3 011
4 100
5 101
6 110
7 111

Tabel 4. Konversi Oktal Ke Biner

Untuk mengubah bilangan oktal ke bilangan biner, setiap digit oktal diubah
secara terpisah. Sebagai contoh, 75368 sama dengan bilangan biner 111 101 011 110.
Sebaliknya, pengubahan dari bilangan biner ke bilangan oktal dilakukan dengan
mengelompokkan setiap tiga digit biner dimulai dari digit paling kanan. Kemudian setiap
kelompok diubah secara terpisah ke dalam bilangan oktal. Sebagai contoh, bilangan
111100110012 akan dikelompokkan sehingga 11 110 011 001, sehingga:
112 = 38 MSB
1102 = 68
0112 = 38
0012 = 18 LSB
Jadi, bilangan biner 11110011001 apabila diubah menjadi bilangan oktal akan
memperoleh 36318.

Latihan 3

1. Ubah bilangan Oktal berikut ini menjadi bilangan biner:


a. 32
b. 57
c. 213

2. Ubah bilangan biner berikut menjadi bilangan oktal:


a. 010
b. 110011
c. 101110110

Jawaban : 1. (a)11010 (b)101111 (c) 10001011; 2.(a)2 (b)63 (c)566


Sistem Bilangan Biner dan Heksadesimal
Bilangan heksadesimal atau bilangan basis enam belas mempunyai 16 simbol
yang berbeda. Ditunjukkan pada tabel 5.5.
Heksadesimal Desimal Biner
0 0 0000
1 1 0001
2 2 0010
3 3 0011
4 4 0100
5 5 0101
6 6 0110
7 7 0111
8 8 1000
9 9 1001
A 10 1010
B 11 1011
C 12 1100
D 13 1101
E 14 1110
F 15 1111

Tabel 5. Tabel Konversi Sistem Bilangan Heksadesimal


Setiap digit pada bilangan heksadesimal dapat disajikan dengan empat buah bit
seperti ditunjukkan pada tabel 5.5. Untuk mengubah bilangan heksadesimal menjadi
bilangan biner, setiap digit dari bilangan heksadesimal diubah secara terpisah ke dalam
empat bit bilangan biner. Sebagai contoh, bilangan heksadesimal 2A5C, dapat
dikonversikan ke dalam bilangan biner dengan cara:
216 = 0010, MSB
A16 = 1010
516 = 0101
C16 = 1100, LSB

Sehingga bilangan heksadesimal 2A5C akan diubah menjadi bilangan biner 0010 1010
0101 1100.
Bilangan biner apabila dikonversikan menjadi bilangan heksadesimal, maka
langkah yang dilakukan adalah mengelompokkan setiap empat digit dari bilangan biner
dimulai dari digit paling kanan. Sebagai contoh bilangan biner 0100111101011100, dapat
dikelompokkan menjadi 0100 1111 0101 1100, sehingga:
01002 = 416, MSB
11112 = F16
01012 = 516
11002 = C16, LSB
Dengan demikian, bilangan 01001111010111002 = 4F5C16

Latihan 4

1. Ubah bilangan biner berikut menjadi bilangan heksadesimal :


a. 110110100
b. 1000010001111
c. 1110111

2. Ubah bilangan heksadesimal berikut menjadi bilangan biner :


a. 2A
b. EF2
c. C19

Jawaban:1.(a) 1B4 (b) 108F (c) 77 ; 2.(a) 101010 (b) 111011110010 (c) 110000011001
GERBANG LOGIKA
Gerbang logika adalah piranti dua keadaan yaitu mempunyai keluaran dua
keadaan; keluaran dengan nol (0) volt yang menyatakan logika nol atau rendah dan
keluaran dengan tegangan tetap yang menyatakan logika 1 (atau tinggi). Gerbang logika
dapat mempunyai beberapa masukan yang masing-masing mempunyai salah satu dari dua
keadaan logika, yaitu 0 dan 1. Gerbang logika dapat digunakan untuk melakukan fungsi-
fungsi khusus, misalnya: OR, AND, NOT, NOR, NAND atau EXOR.
Gerbang-gerbang logika dengan dua masukan digambarkan pada gambar 5.1
berikut ini:

Gerbang Logika AND Gerbang Logika OR Gerbang Logika NOT

Gerbang Logika NAND Gerbang Logika NOR Gerbang Logika EXOR

Gambar 1. Gambar Gerbang-Gerbang Logika Dua Masukan

Gerbang Logika AND


Gerbang AND digunakan untuk menghasilkan logika 1 jika semua masukannya
mempunyai logika 1, apabila tidak maka akan dihasilkan logika nol (0). Daftar yang berisi
kombinasi semua kemungkinan keadaan masukan dan keluaran yang dihasilkan disebut
sebagai tabel kebenaran dari gerbang yang bersangkutan. Tabel 5.6 berikut ini
menunjukkan tabel kebenaran dari gerbang AND dua masukan.
Masukan Keluaran
A B F
0 0 0
0 1 0
1 0 0
1 1 1
Tabel 6. Tabel Kebenaran Gerbang AND Dua Masukan
Gerbang logika AND dapat dianalogikan sebagai hubungan seri dua saklar pada
rangkaian listrik, dimana tegangan dapat mengalir (logika 1) pada rangkaian apabila kedua
saklar ditutup (logika 1) dan tegangan tidak dapat mengalir (logika 0) apabila salah
satu atau kedua saklar terbuak (logika 0)

Gerbang Logika OR
Gerbang logika OR mempunyai dua masukan atau lebih tetapi mempunyai satu
keluaran. Keluaran dari gerbang logika OR mempunyai keadaan satu (1) apabila satu
atau lebih masukannya berada dalam keadaan satu (1). Jika diinginkan keadaan
keluaran nol (0), maka semua masukan harus dalam keadaan nol (0). Gerbang logika
OR dapat dianalogikan sebagai hubungan seri antara dua saklar pada rangkaian listrik,
dimana tegangan dapat mengalir (logika 1) apabila salah satu atau dua saklar ditutup,
dan tegangan tidak akan mengalir (logika 0) apabila kedua saklar terbuka (keduanya
memberikan logika 0). Tabel kebenaran dari gerbang logika OR diberikan pada tabel
berikut ini :

Masukan Keluaran
A B F
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 1

Tabel 6. Tabel Kebenaran Gerbang OR Dua Masukan

Gerbang Logika NOT (Inverter)


Gerbang logika NOT atau Inverter mempunyai satu masukan dan satu keluaran.
Keluaran dari rangkaian tersebut mempunyai harga logika 1 jika dan hanya jika masukan
tidak berada dalam logika 1 atau keluaran akan tinggi apabila masukannya rendah dan
keluarannya akan rendah apabila masukannya tinggi.
Tabel kebenaran gerbang logika NOT (Inverter) ditunjukkan pada tabel 5.7
berikut ini:
Masukan Keluaran
0 1
1 0

Tabel 7. Tabel Kebenaran Gerbang Logika NOT


Gerbang Logika NAND
Gerbang logika NAND merupakan gabungan antara gerbang logika AND dan
gerbang Logika NOT (ingkaran dari gerbang logika AND). Gerbang logika NAND akan
mempunyai keluaran 0 apabila semua masukan pada logika 1. Sebaliknya, apabila
terdapat sebuah logika 0 pada sembarang masukan pada gerbang logika NAND, maka
keluarannya akan bernilai 1. Tabel kebenaran gerbang logika NAND dua masuk
ditunjukkan pada tabel 5.8 berikut ini

Masukan Keluaran
A B F
0 0 1
0 1 1
1 0 1
1 1 0

Tabel 5.8. Tabel Kebenaran Gerbang Logika NAND

Gerbang Logika NOR


Gerbang logika NOR merupakan gabungan antara gerbang logika OR dan gerbang
Logika NOT (ingkaran dari gerbang logika AND). Gerbang logika NOR akan mempunyai
keluaran 1 apabila semua masukan pada logika 0. Sebaliknya, apabila terdapat sebuah
logika 1 pada sembarang masukan pada gerbang logika NOR, maka keluarannya akan
bernilai 0. Tabel kebenaran gerbang logika NOR dua masuk
ditunjukkan pada tabel 5.9 berikut ini

Masukan Keluaran
A B F
0 0 1
0 1 0
1 0 0
1 1 0

Tabel 9. Tabel Kebenaran Gerbang Logika NOR

Gerbang Logika EXOR

12 Bahan Ajar Sistem Digital


Gerbang EXOR (berasal dari kata Exclusive OR) akan memberikan keluaran logika
1, apabila masukan-masukannya mempunyai keadaan 1 jika masukannya mempunyai
keadaaan berbeda. Tabel kebenarannya ditunjukkan pada tabel 5.10 berikut
ini:

Masukan Keluaran
A B F
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 0

Tabel 10. Tabel Kebenaran Gerbang Logika EXOR

ALJABAR BOOLEAN DAN PETA KARNAUGH


Keluaran dari satu atau kombinasi beberapa buah gerbang dapat dinyatakan
dalam dalam suatu ungkapan logika yang disebut ungkapan Boolean. Teknik ini
memanfaatkan aljabar Booelan dengan notasi-notasi khusus dan aturan-aturan yang
berlaku untuk elemen-elemen logika termasuk gerbang logika.

Hukum- Hukum dan Teorema Aljabar Booelan


Aljabar Boolean mempunyai notasi-notasi sebagai berikut :
a. Fungsi AND dinyatakan dengan sebuah titik (dot), sehingga sebuah gerbang
AND yang mempunyai dua masukan misalkan A dan B dan mempunyai keluaran
F, secara aljabar Boolean keadaan ini dapat dinotasikan dengan : F = A.B
dengan A dan B adalah masukan dari gerbang AND. Untuk gerbang AND tiga
masukan (A, B dan C), maka keluarannya dapat dituliskan dengan persamaan
Boolean F = A.B.C
b. Fungsi OR dinyatakan dengan sebuah simbol tambah (+), sehingga gerbang
OR dua masukan dengan masukan A dan B dengan keluaran F, dapat dituliskan
dengan persamaan Boolean F = A+B. Untuk gerbang OR tiga masukan (A, B
dan C), maka keluarannya dapat dituliskan dengan persamaan Boolean
F = A +B+C
c. Fungsi NOT dinyatakan dengan tanda garis atas (overline) pada masukkannya.
Sehingga gerbang NOT dengan masukan A mempunyai keluaran yang dapat
dituliskan sebagai F = A (dibaca not A atau inverter A)

13 Bahan Ajar Sistem Digital


d. Fungsi NAND yang merupakan kombinasi antara gerbang logika NOT dan AND,
sehingga persamaan Boolean dari gerbang logika NAND, akan dapat dituliskan
dengan persamaan F = A.B
e. Fungsi NOR yang merupakan kombinasi antara gerbang logika NOT dan OR,
sehingga persamaan Boolean dari gerbang logika NOR, akan dapat dituliskan
dengan persamaan F = A+B

Contoh :
Perhatikan gambar 5.2 berikut ini :

A C
F

B D

a. Tentukanlah persamaan Booleannya!


b. Buatlah tabel kebenaran yang menunjukkan semua keadaan pada semua
masukan sehingga dapat dibuktikan gerbang kombinasinya dapat digantikan
dengan sebuah gerbang!
c. Buktikanlah bahwa A+B = A . B

Jawab :
a. Persamaan Boolean pada C= A, dan persamaan Boolean pada D= B,
sehingga persamaan Boolean pada F = A . B
b. Tabel kebenaran dari persamaan Boolean tersebut adalah :
A B C D F
0 0 1 1 1
0 1 1 0 0
1 0 0 1 0
1 1 0 0 0

Dari tabel kebenaran tersebut dapat dilihat bahwa keluaran pada F sama
dengan keluaran dari gerbang logika NOR. Sehingga gerbang kombinasi
tersebut dapat digantikan dengan sebuah gerbang NOR
c. Persamaan Boolean dari fungsi NOR adalah A+B. Tetapi persamaan yang
dihasilkan dari point (a) adalah A .B. Sehingga A + B = A . B
Beberapa teorema Boolean yang lain adalah :
1+A =A
0+A =A
A+A =A
A. A =A
A+A =1
A. A =0
A. B = B.A
A+B = B+A
A. (B.C) = (A . B). C
A+(B+C) = (A +B)+ C
(A+B).(A+C) = A. ( B+C)
A + A.B =A
A +A. B =A+B
A. (A + B) = A. B

Latihan 5

Dengan aturan aljabar Boolean buktikanlah persamaan berikut :


a. (A+B).(A+C) = A + BC
b. A + A.B = A+B
c. A.(A + B) = A.B

Teorema De Morgan
Teorema 1 : Komplemen dari jumlah dua peubah atau lebih sama dengan
hasil- hasil komplemen dari peubah-peubah
Teorema 2 : Komplemen dari hasil kali dua peubah atau lebih sama dengan
jumlah dari komplemen-komplemen peubah-peubah

Untuk dua peubah A dan B, teorema-teorema tersebut ditulis dalam persamaan Boolean
sebagai berikut :
A+B =A.B
A.B =A+B

Peta Karnaugh
Aljabar Boolean dapat menyederhanakan gerbang logika, tetapi cara ini
memakai operasi matematis yang cukup panjang dengan menggunakan aturan Aljabar
Boolean. Terdapat cara lain untuk menyederhanakan gerbang-gerbang logika yaitu dengan
cara menggunakan peta Karnaugh (K-Map) atau diagram berdasarkan teknik pengenalan
pola.
Peta Karnaugh berisi semua kemungkinan kombinasi dari sistem logika. Kombinasi
ini dirangkai dalam sebuah tabel. Tabel atau peta tersebut berisi kombinasi antara variabel-
variabel atau peubah-peubah yang menjadi masukan pada sistem logika. Peta Karnaugh
yang paling sederhana terdiri atas 2 variabel, dimisalkan variabel A dan variabel B.
Perhatikanlah tabel 5.11 berikut ini :

A
0 1
B 0
1

Tabel 11. Peta Karnaugh 2 Variabel

Kolom menyajikan masukan A, dengan kolom disebelah kiri memberikan masukan


0 dari variabel A. Kolom disebelah kanan memberikan masukan 1 dari variabel A.
Selanjutnya perhatikan baris pertama dab baris kedua. Pada baris pertama memberikan
nilai 0 pada masukan B dan baris kedua memberikan nilai 1 pada masukan B. Dari empat
kotak sel yang tersusun akan menyajikan semua kemungkinan masukan,
2
yaitu : 2 = 4 buah masukan yang mungkin terjadi.
Logika 1 atau masukan 1 dituliskan pada bagian masukan apabila dari
persamaan Boolean yang diberikan menuliskan variabel atau masukan tersebut, dan logika
0 dituliskan apabila variabel atau masukan tidak terdapat pada persamaan Boolean
atau pada persamaan Booleannya masukan atau variabel tersebut di inverter.

Contoh
Tuliskanlah dan sederhanakanlah persaman Boolean tersebut di bawah ini ke dalam
peta Karnaugh !
F = A.B + A.B
Jawab :
Sesuai dengan persamaan tersebut, maka logika 1 ditempatkan pada pada sel
A=1 dan B = 0. Hal ini diulang untuk bagian kedua dari persamaan tersebut (A.B), maka
logika 1 ditempatkan pada sel A=1 da B=1. Sisa sel yang lain dapat diisi oleh logika 0.
Seperti ditunjukkan pada peta Karnaugh berikut :
A
0 1
B 0 0 1 A.B

1 0 1 A.B

Selanjutnya angka 1 yang berdekatan kemudian dikelompokkan dan pada hasil


pengelompokan tersebut diperhatikan variabel apa yang tidak berubah.
A
0 1 Dari hasil pengelompokan diperhatikan bahwa
0 0 1 variabel A tidak berubah, karena pada kolom
B
tersebut, variabel A tetap pada logika 1,
1 0 1 sementara variabel B pada baris 1 berlogika 0
dan pada baris 2 berlogika 1. Sehingga
persamaan Boolean tersebut dapat direduksi
menjadi F =A

Persamaan Boolean untuk dua variabel dapat ditunjukkan pada peta Karnaugh
seperti ditunjukkan pada tabel 5.12 berikut :

A
0 1

0 A B AB
B
1 AB AB

Tabel 5.12. Tabel Relevansi Aljabar Boolean Terhadap Peta Karnaugh

3
Untuk peta Karnaugh tiga masukan dimisalkan A, B dan C akan terdapat 2 = 8
buah kombinasi yang harus dituliskan pada peta Karnaugh seperti pada tabel 5.13
berikut ini :
A=0 A=0 A=1 A=1
B=0 B=1 B=1 B=0

C=0 A B C A B C A B C A B C

C=1 A B C A B C A B C A B C

Contoh
Dimisalkan suatu persamaan Boolean sebagai berikut :
F=ABC+ABC
Dengan menggunakan peta Karnaugh sederhanakanlah persamaan tersebut
Jawab :
A=0 A=0 A=1 A=1
B=0 B=1 B=1 B=0

C=0 0 1 0 0

C=1 0 1 0 0

A B
Sama seperti peta Karnaugh dua variabel, peta karnaugh tiga variabel menggabungkan
dua logika 1 yang berdekatan. Selanjutnya memperhatikan variabel mana yang tidak
berubah. Dan dapat dilihat hasil penyederhanaan persamaan Boolean tersebuat adalah
F=AB
Apabila kita bandingkan dengan penyelesaian secara aljabar Boolean dapat
diperoleh :
F =A B C+A B C
F = A B (C + C)
F =A B

Latihan 6

1. Dengan aturan aljabar Boolean dan peta Karnaugh sederhanakanlah persamaan


berikut:
a. F = A B + A B + A B
b. F = Y (X+Z) + Z (X +Y) + XZ

3
2. Suatu tangki mempunyai kapasitas volume 100 m . Tangki tersebut di supply oleh 3
3
buah pompa. Pompa A mengalirkan fluida dengan debit 40 m / jam, pompa B
3
mengalirkan fluida dengan debit 50 m /jam dan pompa C mengalirkan fluida dengan
3
debit 70 m /jam. Rencanakanlah suatu rangkaian kontrol (dengan pengaturan 1 jam),
sehingga apabila terjadi kelebihan kapasitas pada tangki, maka rangkaian kontrol
tersebut akan membunyikan bel secara otomatis !

Jawaban : 1.(a) A+B (b) Z+XY ; 2. AC +BC


KONVERSI ANALOG DAN DIGITAL
Piranti-piranti dan sistem-sistem logika hanya mengenal isyarat digital. Tetapi
kebanyakan isyarat atau sinyal yang dihubungkan dengan transduser mempunyai bentuk
analog. Sebelum diumpankan ke sistem digital, sinyal-sinyal ini harus diubah ke dalam
sinyal digital oleh pengubah analog ke digital (analog to digital converter = ADC). Dan
keluaran dari sistem digital dapat diubah menjadi bentuk analog oleh pengubah digital ke
analog (digital to analog converter = DAC).

5.4.1. Konversi Analog ke Digital


Konversi analog ke digital mengambil masukan analog, kemudian mencuplik sinyal
tersebut lalu mengubahnya amplitudo dari setiap pencuplikan menjadi sandi
digital. Seperti ditunjukkan pada blok diagram berikut :

Masukan Sampling Sinyal


Konversi
analog
Digital

Gambar 5.3. Blok Diagram Analog ke Digital

5.4.2 Pencuplikan
Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan sinyal analog harus disampling atau
dicuplik dengan laju paling sedikit dua kali frekuensi tertinggi dari masukan analog asli
seperti ditunjukkan pada gambar 5.4 berikut ini:

Pulsa
Sampling

Gambar.5.4. Pencuplikan dan Penyusunan Kembali Sinyal Asli

Laju pencuplikan ini disebut dengan laju Nyquist. Pada saat cuplikan-cuplikan tersebut
digabungkan kembali dengan cara menggabungkan ujung-ujung dari setiap sinyal yang
dicuplik, gelombang yang terbentuk harus berisi informasi yang sama dengan bentuk
gelombang semula.
Jika laju pencuplikan rendah apabila dibandingkan dengan frekuensi sinyal analog,
maka akan terjadi proses aliasing. Apabila sebuah sinyal analog dengan frekuensi
10 KHz, kemudian dicuplik dengan laju sinyal 9 KHz, maka akan
mengakibatkan sinyal hasil pencuplikan terlalu renggang (infrequent) maka hanya disajikan
sebuah nilai dari sinyal tetapi pada titik yang sedikit yang sedikit berbeda pada setiap
putarannya, sehingga menghasilkan gelombang sinus yang mempunyai frekuensi sama
dengan selisih dua frekuensi, 10 KHz – 9 KHz = 1 KHz

Proses Konversi
Langkah selanjutnya pada ADC adalah proses konversi. Sejumlah aras,
misalnya 0.25, 0.5, 0.75, 1.0 dst disusun dengan sandi binernya. Langkah ini disebut
kuantisasi (quantizing). Cacah aras kuantum ditentukan oleh cacah bit pada keluaran
pengubah. Sebagai contoh, untuk ADC 3 bit, keluaran biner dapat bernilai 000 samapi
111, yaitu sejumlah 8 aras. Dimisalkan digunakan skala quantum sebesar 250 mV. Pada
tabel 5.13 ditunjukkan tegangan cuplikan dan sandi binernya, dan memberikan tegangan
maksimum sebesar 1.75 Volt.

Aras Tegangan Cuplikan (Volt) Kode Biner


MSB LSB
0 0.00 0 0 0
1 0.25 0 0 1
2 0.50 0 1 0
3 0.75 0 1 1
4 1.00 1 0 0
5 1.25 1 0 1
6 1.50 1 1 0
7 1.75 1 1 1

Tabel 13. Pencuplikan Sinyal Analog Menjadi Bit – Bit Digital

Kesalahan kuantisasi tidak dapat dihilangkan, tetapi dapat dikurangi dengan


meningkatkan resolusi pengubah dengan cara menaikkan cacah bit yang digunakan
sehingga mengurangi aras kuantum dan kesalahan kuantisasi.

Konversi Digital Ke Analog


Konversi digital ke analog (digital to analog converter = DAC) menerima
masukan sinyal digital paralel dan mengkonversinya ke nilai tegangan atau arus listrik yang
disajikan masukan biner. Apabila ini diulang untuk masukan digital yang berurutan akan
terbentuk gelombang analog. Sebagai contoh, untuk masukan biner 3 bit akan dihasilkan
8 aras dengan 000 menunjukkan keluaran o dan 111 menunjukkan tegangan keluaran
maksimum yang ditentukan berdasarkan tegangan referensi (Vref). Masukan lain dihasilkan
kembali sebanding dengan Vref, misalnya 001 sebanding 1/8 Vref , 011 sebanding dengan
3/8 Vref, dan 101 sebanding dengan 5/8 Vref. Setiap bit dari masukan biner (b2, b1, b0)
dihasilkan ulang berdasarkan faktor pembebanan, berdasarkan persamaan umum sebagai
berikut :
Aras keluaran = Vref (b2/2 + b1/4 + b0/8)
Agar dapat diterapkan pada suatu sistem, misalnya sistem pengaturan, dimana
sistem ini mempunyai sinyal asli analog, sinyal analog tersebut harus dikonversikan ke
dalam sistem digital oleh suatu alat yaitu Analog to Digital Converter. Hasil keluaran dari
alat Analog to Digital Converter ditampilkan kembali ke dalam bentuk analog dengan
menggunakan Digital to Analog Converter.

KONVERSI ANALOG DAN DIGITAL

1. Elemen-Elemen Dasar Sistem Pemrosesan Sinyal Digital


Sinyal adalah fungsi dari himpunan variabel bebas pada umumnya waktu
dijadikan sebagai variabel tunggal.

Mis : Tegangan sebagai fungsi waktu

Gaya sebagai fungsi waktu

Aliran sebagai fungsi waktu

Sebagian besar sinyal-sinyal dalam sains dan teknologi merupakan sinyal


analog. Sinyal analog dapat diproses secara langsung oleh sistem analog.

Prosesor
Sinyal Masukan Sinyal Sinyal Keluaran
Analog Analog Analog
Pada pemrosesan sinyal digital, disediakan suatu metode alternatif untuk
pemrosesan sinyal asli (analog).

Sinyal Masukan
Konverter Proses Konverter
l Analog ke Sinyal Digital ke
Digital Digital Analog

Sinyal Keluaran
A l

Sinyal Keluaran
Sinyal Masukan
it
Di l

Untuk melakukan pemrosesan secara digital diperlukan dua perangkat yang


dinamakan pengkonversi analog menjadi digital (ADC), dimana keluaran dari
ADC adalah sinyal digital yang cocok dengan masukan terhadap prosesor sinyal
digital. Prosesor sinyal digital dapat merupakan sebuah komputer digital yang
dapat diprogram atau sebuah mikroprosesor yang diprogram untuk melakukan
operasi-operasi yang diinginkan pada sinyal masukan.

Selanjutnya untuk pemakaian dengan keluaran digital dari prosesor sinyal digital
akan disampaikan kepada pemakai dalam bentuk analog. Perangkat untuk hal tersebut
dinamakan dengan pengkonversi digital menjadi analog (DAC).

2. Keuntungan Pemrosesan Sinyal Digital dibandingkan Sinyal Analog.


Terdapat beberapa alasan mengapa pemrosesan sinyal digital lebih banyak
dipakai :
a. Suatu sinyal digital dapat dengan mudah dikonfigurasi ulang dengan
menggunakan program-program untuk sinyal digital. Pada sinyal
analog konfigurasi ulang sistem akan menuntut disain ulang perangkat
keras yang diikuti dengan pengujian dan pembuktian untuk melihat
apakah sistem beroperasi dengan baik.
b. Sistem digital menyediakan kontrol yang lebih baik pada keakuratan.
c. Sinyal digital mudah dimemori tanpa mengalami penurunan atau
kehilangan keaslian sinyalnya.
Sebagian besar sinyal-sinyal untuk maksud praktis, seperti suara, sinyal biologis, sinyal
mekanis dan berbagai sinyal komunikasi seperti sinyal audio dan video merupakan sinyal
analog. Untuk memproses sinyal analog dengan alat digital, yang pertama sekali
dilakukan adalah mengubah sinyal analog tersebut menjadi sinyal digital dengan cara
mengkonversi sinyal analog tersebut menjadi sederetan bilangan biner yang mempunyai
presisi tertentu dengan menggunakan alat ADC.
Secara konsepsi, proses analog menjadi digital mempunyai tiga langkah proses
yaitu :

1. Pencuplikan (sampling)
Pencuplikan adalah konversi suatu sinyal yang diperoleh dengan pengambilan
cuplikan sinyal asli menjadi sinyal-sinyal digital
2. Kuantisasi
Setelah sinyal analog dicuplik, hasil pencuplikan dikuantisasi dimana nilai setiap
cuplikan dinyatakan dalam bilangan
3. Pengkodean
Dalam proses pengkodean setiap nilai hasil kuantisasi dinyatakan dalam
bilangan biner.

Sinyal Digital
Pencuplikan Kuantisasi Pengkode

Sinyal Analog

011001110

Analog To Digital Converter

Pada teknologi proses, pengkonversian sinyal analog ke digital sangat banyak


dilakukan baik dalam laboratorium maupun dalam pengendalian proses. Terutama dalam
teknologi dewasa ini, dimana pabrik sudah memakai teknologi DCS (Distributed Control
System). Pada DCS, semua perangkat yang akan dijalankan atau dikontrol dapat
dioperasikan melalui suatu komputer pada pusat pengendali.

LAN / WAN

Komputer
Host
PLC PLC
…….. PLC

MESIN MESIN MESIN

Anda mungkin juga menyukai