Anda di halaman 1dari 48

ISPA

Disampaikan oleh :
Puspa Sari Dewi S
2019
Definisi
• ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan
atas. Yang benar, ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran
Pernapasan Akut.

• Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan


penyakit yang sering dijumpai dengan manifestasi
ringan sampai berat.

• ISPA yang mengenai jaringan paru-paru atau ISPA berat,


dapat menjadi pneumonia.
SISTEM RESPIRASI
ANATOMI TENGGOROKAN
(THROAT ANATOMY)
PARU-PARU
Tipe-Tipe Infeksi Respirasi
• Influenza (Flu)
• Pharyngitis • Bronchitis
• Otitis Externa • Bronchiliolitis
• Otitis Media • Pneumonia (infeksi
pada alveoli)
• Sinusitis
• Laryngitis
EPIDEMIOLOGI
• Prevalensi ISPA th 2007 di Indonesia adalah 25,5%
(rentang: 17,5% - 41,4%) dengan 16 provinsi di antaranya
mempunyai prevalensi di atas angka nasional.
• Kasus ISPA pada umumnya terdeteksi berdasarkan
gejala penyakit, kecuali di Sumatera Selatan lebih
banyak didiagnosis oleh tenaga kesehatan.
• Prevalensi pneumonia tahun 2007 di Indonesia adalah
2,1% (rentang: 0,8% - 5,6%).
• Provinsi dengan prevalensi ISPA tinggi juga menunjukkan
prevalensi pneumonia tinggi, antara lain Nusa
Tenggara Timur,Nanggroe Aceh Darussalam, Papua
Barat, Gorontalo, dan Papua.
EPIDEMIOLOGI
• Prevalensi ISPA tertinggi pada balita (>35%), sedangkan
terendah pada kelompok umur 15 - 24 tahun.
• Prevalensi cenderung meningkat lagi sesuai dengan
meningkatnya umur.
• Prevalensi antara laki-laki dan perempuan relatif
sama, dan sedikit lebih tinggi di pedesaan.
Prevalensi ISPA cenderung lebih tinggi pada kelompok
dengan pendidikan dan tingkat pengeluaran RT per
kapita lebih rendah.
Patogenesis
• ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara
pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang
sehat kesaluran pernapasannya
• ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak
kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi
dengan keadaan lingkungan yang tidak hygienis.
• Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena meningkatnya
kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya terlalu besar
karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak
tersedianya atau berlebihannya pemakaian antibiotik
Gejala & Tanda Umum
• Demam
• Sakit kepala
• Nyeri tenggorokan
• Hidung buntu, pilek
• Batuk • Suhu tubuh meningkat
• Nafas cepat & dalam • Retraksi intercostal
• Gambaran paru
abnormal
• Pemeriksaan darah
abnormal
ISPA pada saluran napas atas yang
disebabkan bakteri

• Streptococcal Pharyngitis (Strep Throat)


• Scarlet Fever
• Otitis Media
• Diphteria
Streptococcal Pharyngitis
(Strep Throat)
• Infeksi ini disebabkan group A beta-hemolytic streptococci
(Streptococcus pyogenes)
• Gram positive cocci, katalase : negative
Strep Throat
• Demam
• Tonsillitis
• Perbesaran limfonodi
• Infeksi telinga tengah

Tatalaksana:
Antibiotic  Penicillin
Scarlet Fever
• Strep throat, disebabkan erythrogenic toxin-yang diproduksi
S.pyogenes, menyebabkan Scarlet Fever
• S.pyogenes menghasilkan erythrogenic toxin saat dilisis oleh
fagosit
• Gejala yang terjadi adalah red rash, demam tinggi, dan
perbesaran serta lidah yang memerah (strawberry tongue)
Scarlet Fever
Caused by Erythrogenic
Toxin secreted by
S. pyogenes
Scarlet Fever
• The erythrogenic
toxin is coded by a gene
lysogenic bacteriophage
within the genome of
S. pyogenes

• Rash is an inflammatory reaction to the toxin


Infected
Middle
Ear
(otitis
media)
Otitis Media
• Dapat terjadi akibat komplikasi infeksi hidung
dan tenggorokan
• Akumulasi pus menyebabkan tekanan pada
membran tympani
• Bakteripenyabab: Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis,
Streptococcus pyogenes, dan Staphylococcus
aureus
Diphtheria
Diphtheria
• Disebabkan Corynebacterium diphtheriae
• Ditularkan melalui droplet atau muntahan
• Menginfeksi saluran nafas atas
• Gejala diawali dengan nyeri tenggorokan yang parah,
demam ringan dan perbesaran limfonodi atau lesi kulit,
1-6 hari setelah infeksi
Corynebacterium diphtheriae
• Aerobic Gram + bacillus,
club-shaped morphology,
metachromatic granules,
form V and Y-shaped
figures
• Exotoxin menghambat
sintesis protein dari sel yang
ditempelinya, menyebabkan
kerusakan jantung, ginjal,
dan saraf
• Sel yang rusak dan WBC
membentuk
"pseudomembrane" yang
menutup jalan nafas
Diphtheria
Diphtheria
• Laboratory diagnosis : isolasi bakteri dan
mengamati bentukan pada berbagai media
tanam, tes ELEK, PCR untuk mendeteksi gen toxic
• Antitoksin diberikan untuk menetralisir toxin,
dan antibiotik diberikan untuk menghambat
pertmbuhan bakteri
• Imunisasi rutin -> toxoid difteri pada vaksi DTaP
• Ulserasi kulit dengan penyembuhan yang lama
adalah karakteristik dari cutaneous diphtheria
FLU dan RINITIS AKUT
• Flu disebabkan oleh rinovirus, menyerang nasofaring
dan biasanya disertai rinitis akut.
• Flu paling menular 1 – 4 hari sebelum onset dan
selama 3 hari pertama penyakit ini
• Penularan melalui sentuhan pada permukaan yang
terkontaminasi dan menyentuh hidung atau mulut
daripada droplet virus ketika bersin
• Gejala: rinoroe, hidung tersumbat, batuk,, dan
peningkatan sekresi mukosa. Jika terjadi kontaminsai
bakteri  rinitis infeksi, sekret hidung kental.
Pengobatan
• Cara yang Umum
• Istirahat, sop mie ayam, minuman hangat (teh, gula,
alkohol) vitamin C (msh perdebatan), dan megadosis
vitamin (kontroversial)
• Obat-obatan
• Antihistamin (AHI)
• Dekongestan (aminsimpatomimetik)
• Antitusif dan ekspektoran
Obat-obat ini dapat dipakai secara sendiri atau kombinasi
ANTITUSIF
• Bekerja pada pengendali batuk di medulla untuk menekan
refleks batuk
• Batuk adalah cara tubuh untuk mengeluarkan sekret atau
material lain dari saluran nafas
• Bila batuk tidak produktif dan mengiritasi boleh diberikan
antitusif
• Dekstrometrofan adalah antitusif nonnarkotik
ESPECTORAN
• Melunakkan sekret bronkus sehingga dpt
dihilangkan dengan batuk
• Tabel obat antitusif dan espektoran
OBAT DOSIS INDIKASI

Antitusif Narkotik
Kodein D:PO: 10-20 mg setiap 4-6 jam Biasanya dicampur dg antihistamin,
dekongestan, dan espectoran

Hidrokodon(Hycod D:PO:5-10 mg, setiap 6-8 jam Seperti kodein


on) D:PO:0,6 mg/kg/hari dlm
dosis terbagi 3-4, tdk melebihi
10 mg/dosis tungga
Lanjutan Tabel obat…
OBAT DOSIS INDIKASI

Antitusif
nonnarkotik
Difenhydramin D:PO: 25 mg, setiap 4-6 jam Berefek antihistamin, dan dapat
(benylin, benadryl) menimbulkan rsa ngantuk, dan mulut
kering
Dekstrometrofan D:PO:10-20 mg setiap 4-6 jam
(romilar, sucrets) Menekan batuk, tidak menekan
A: (6-12 th): 5-10 mg setiap 4-6 jam
pernafasan, tidak menimbulkan
A: (2-5 th): 2,5-5 mg setiap 4-6 jam toleransi
Espectoran
D:PO:200-400 mg setiap 4 jam Untuk batuk kering, tdk produktif,
Guaifenesin (robittusin)
A: (6-12 th): 100-200 mg setiap 4 jam dpt menyebabkan mual, muntah.
A: (2-5 th):50-100 mg setiap 4 jam Dapat dikombinasi dg pereda flu yg
lain. Diminum dg banyak air untuk
mengencerkan lendir
Kalium iodida Merangsang sekresi dan cairan
D:PO:0,3-0,6 ml setiap 4-6 jam
Gliserol iodin (Iophen, bronkus. Hindari jika terdapat
Organidin) D:PO: 60 mg (tablet) q.i.d hiperkalemia. Dapat menimbulkan
rasa mual, dan muntah
SINUSITIS
• Peradangan membran mukosa dari satu atau lebih sinus
maksillaris, frontal, ethmoidalis, atau sfenoidalis
• Pengobatan
• Dekongestan nasal atau sistemik
• Asetaminofen, cairan dan istirahat
• Antibiotik (sinusitis akut dan berat)
Tabel obat dekongestan hidung dan sistemik (Amin simpatpmimetik)
OBAT DOSIS INDIKASI
Efedrin D:PO: 25-50 mg, t.i.d, q.i.d Obat bebas dpt dipakai tersendiri
atau dalam kombinasi menyebabkan
vasokontriksi selaput lendir hidung.
Fenilefrin (neo- Larutan 0,25-1 % Untuk rinitis. Kurang kuat
Synephrine, sinex) dibandingkan dengan epinefrin.
Dapat menyebabkan sakit kepala dan
hipertensi yang sementara.
Fenilpropanolamin D:PO: 25-50 mg, t.i.d, q.i.d Untuk rinitis bermacam-macam
(propadrine, dristan, kombinsi, efek pada SSP tidak
diemtapp) sebanyak efedrin

Pseudoefedrin (Actifed, Untuk rinitis. Perangsangan pada SSP


Novafed, Sudafed) D: PO: 60 mg setiap 4-6 jam
dan hipertensi tidak seberat efedrin

Dekongestan dengan masa kerja


panjang. Dipakai 2 x sehari, pagi dan
Oksimetazolin (Afrin) Semprot 0,05%, tetes sore hari. Dapat menyebabkan
kongesti rebound
FARINGITIS AKUT
• Peradangan tenggorok, atau sakit leher dapat
disebabkan oleh virus atau oleh streptokokkus beta
hemolitik atau bakteri lain
• Gejala: demam, batuk
• Pengobatan:
• Obat kumur salin
• Tablet hisap
• Banyak minum
• Asetaminofen
• Bila biakan tenggorok positif thd streptokokkus
betahemolitikus  antibiotik selama 10 hari
TONSILITIS AKUT
• Peradangan tonsil yg umumnya disebabkan oleh
streptokokkus
• Gejala: sakit leher, nyeri menelan, menggigil, demam, dan
sakit otot
• Pengobatan
• Obat kumur salin
• Meningkatkan jumlah cairan yang masuk
• antibiotik
LARINGITIS AKUT
• Radang pd laring
• Penyebab: stres, pemakaian pita suara yg berlebihan, atau
infeksi pernafasan
• Gejala: edema pita suara  suara serak dan kecil
• Pengobatan
– Istirahat berbicara
– Hentikan merokok
– Obat tidak membantu
ISPA pada saluran
napas bawah :
PNEUMONIA
DEFINISI PNEUMONIA
• Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai
parenkim paru

• Sebagian besar disebabkan oleh mikroorganisme


(virus/bakteri) dan sebagian kecil disebabkan
oleh faktor lain
PNEUMONIA
Klasifikasi berdasarkan
Tempat Terjadinya
• Pneumonia-masyarakat (community-acquired
pneumonia), bila infeksinya terjadi di masyarakat

• Pneumonia-RS atau pneumonia nosokomial


(hospital-acquired pneumonia).
Patofisiologi
Kuman masuk ke Mekanisme
saluran napas atas pertahanan
terganggu

Terbentuk sekret
virulen

Sekret berlebih
Inflamasi turun
ke alveoli
Gejala Infeksi Umum
• Demam
• Sakit kepala
• Gelisah
• Malaise
• Penurunan napsu makan
• Keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah,
atau diare
Penularan
- Inhalasi (penghirupan) mikroorganisme dari udara
yang tercemar seperti kontak langsung dengan
penderita melalui percikan ludah sewaktu bicara,
bersin dan batuk dapat memindahkan bakteri ke
orang lain
- Aliran darah, dari infeksi di organ tubuh yang lain
- Migrasi (perpindahan) organisme langsung dari
infeksi di dekat paru-paru
Faktor resiko yang meningkatkan insiden
pneumonia

• · Umur < 2 bulan


• · Laki-laki
• · Gizi kurang
• · Berat badan lahir rendah
• · Tidak mendapat ASI memadai
• · Polusi udara
• · Kepadatan tempat tinggal
• · Imunisasi yang tidak memadai
• · Membedong anak (menyelimuti berlebihan)
• · Defisiensi vitamin A
yang beresiko tinggi terkena pneumonia
bakterial
• Orang yang memiliki daya tahan tubuh lemah,
seperti penderita HIV/AIDS dan para penderita
penyakit kronik seperti sakit jantung, diabetes
mellitus.
• Perokok dan peminum alkohol.
• Pasien yang berada di ruang perawatan intensive
(ICU/ICCU).
• Menghirup udara tercemar polusi zat kemikal.
• Pasien yang lama berbaring setelah pasca operasi.
Pedoman Diagnosis dan Tata Laksana
Untuk Pelayanan Kesehatan Primer
Bayi berusia dibawah 2 bulan
 Pneumonia
oBila ada napas cepat atau sesak napas
oHarus dirawat dan diberikan antibiotik

 Bukan pneumonia
oTidak ada napas cepat atau sesak napas
oTidak perlu dirawat, cukup diberikan
pengobatan simptomatis
Pengobatan

• Tergantung tingkat keparahan gejala dan jenis organisme


yang menyebabkan infeksi
• Streptococcus pneumonia : penicillin, ampicillin-
clavulanate (Augmentin) dan erythromycin
• Hemophilus influenza : antibiotik, seperti cefuroxime
(Ceftin), ampicillin-clavulanate (Augmentin), ofloxacin
(Floxin), dan trimethoprim-sulfanethoxazole (Bactrim and
Septra)
• Legionella pneumophilia dan Staphylococcus aureus :
antibiotik, seperti erythromycin
Lanjutan..

• Sebagai tambahan, dokter juga akan menyarankan


istirahat, banyak minum, latihan bernapas, diet yang
benar, penekan batuk, penghilang sakit, dan penurun
demam, seperti aspirin (untuk dewasa) atau
asetaminofen. Pada kasus yang parah, dibutuhkan terapi
oksigen dan ventilasi buatan
• Bagian dari pneumonia bervariasi. Masa pemulihan
bergantung pada organisme yang terlibat, kesehatan
umum orang tersebut dan seberapa cepat dan tepat
perhatian medis diperoleh. Mayoritas penderita sembuh
secara lengkap selama beberapa minggu, dengan batuk
yang bertahan antara enam sampai delapan minggu
setelah infeksi hilang
Pencegahan
• Mempratekkan hidup sehat
• Mendapatkan vaksin pneumonokokus. Vaksin ini
90% melawan bakteri dan melindungi dari infeksi
selama lima sampai sepuluh tahun
• Makan dengan asupan yang tepat
• Olahraga secara teratur
• Cukup tidur
• Tidak merokok
TERIMA KASIH…

Anda mungkin juga menyukai