Anda di halaman 1dari 40

AGRICULTURE FARMING SYSTEM COMPETITION

PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI DAN AGROWISATA BERBASIS


ZERO WASTE AGRICULTURE SEBAGAI UPAYA REKLAMASI LAHAN
BEKAS TAMBANG PASIR (GALIAN C) DALAM MENCIPTAKAN
PERTANIAN BERKELANJUTAN

(Studi Kasus di Desa Cibeureum Wetan, Cimalaka, Sumedang, Jawa Barat)

Diusulkan oleh:

Agung Muhammad Yusuf 150510130047 2013


Sheila Ruth Sartika 150610140054 2014
Yassirly Amridha 150610150037 2015

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2016
i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim
Puji syukur kepada Allah SWT atas Berkah, Rahmat dan Kasih Sayang-
Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul
“Pengembangan Agroindustri dan Agrowisata Berbasis Zero Waste Agriculture
sebagai Upaya Reklamasi Lahan Bekas Tambang Pasir (Galian C) Dalam
Menciptakan Pertanian Berkelanjutan (Studi Kasus di Desa Cibeureum Wetan,
Cimalaka, Sumedang, Jawa Barat)”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Dr. Iwan Setiawan, SP., M.Si selaku Pembimbing yang telah membimbing
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah.
2. Gema Wibawa Mukti, SP., MP selaku Manajer Kemahasiswaan dan
Hubungan Alumni Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran.
3. Seluruh dosen Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran yang telah
memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis selama kegiatan
perkuliahan dan pada saat penyusunan karya tulis ilmiah.
4. Rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Pertanian senantiasa memberi dorongan
semangat dalam penyusunan karya tulis ilmiah.
Terima kasih khusus penulis kepada orang tua dan keluarga tercinta yang
senantiasa memberikan dukungan moral dan materil selama ini. Akhir kata,
penulis mengharapkan karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi masyarakat
secara umum dan khususnya bagi penulis sendiri.

Sumedang, 06 November 2016

Penulis

i
RINGKASAN

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan dan


dampak reklamasi lahan bekas tambang pasir (galian C), upaya pengelolaan lahan
pasca reklamasi untuk mengembangkan infrastruktur yang terdapat di Desa
Cibeureum serta pengembangan agroindustri dan agrowisata berbasis zero waste
agiculture di Kelompok Tani Simpay Tampomas. Pelaksanaan reklamasi
ditunjukan oleh hasil penelitian yang menyatakan bahwa pemanfaatan tanaman
cebreng ((Gliricidia sepium (Jacq.) Steud) dan penambahan pupuk organik
berperan dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah bekas tambang.
Reklamasi lahan yang dinilai berhasil dimanfaatkan Kelompok Tani Simpay
Tampomas untuk pengembangan agroindustri buah naga (Hylocereus polyrhizus)
yang mampu memenuhi kebutuhan produk hortikultura nasional. Pengembangan
agrowisata Tampomas merupakan tindakan lebih lanjut dalam pemanfaatan lahan
pasca reklamasi yang telah mengalami perbaikan kualitas lingkungan secara
bertahap. Dengan menggunakan prinsip zero waste agriculture, kolaborasi
agroindustri dan agrowisata Tampomas akan menciptakan pertanian berkelanjutan
yang dapat dijadikan sebagai pioneer dalam meningkatkan optimisme masyarakat
sekitar lingkungan bekas lahan tambang pasir lainnya untuk melakukan
pemanfaatan kembali sebagai upaya perluasan dan peningkatan produktivitas
pertanian di Indonesia.

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN KARYA TULIS RANCANGAN AGRICULTURE


FARMING SYSTEM COMPETITION (AGRIFASCO) 2016
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v
TUJUAN UMUM ................................................................................................... v
TUJUAN KHUSUS ................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Teori Dasar ............................................................................................... 2
1.2.1. Pertambangan Galian C..................................................................... 2
1.2.2. Reklamasi lahan ................................................................................ 2
1.2.3. Tanaman Gamal (Gliricidia sepium (Jacq.) Steud ............................ 2
1.2.4. Pemberdayaan Masyarakat................................................................ 3
1.2.5. Agroindustri ...................................................................................... 4
1.2.6. Agrowisata ........................................................................................ 4
1.2.7. Sistem Pertanian Terpadu ................................................................. 4
1.2.8 Pembangunan Berkelanjutan ............................................................ 5
1.3. Manfaat ..................................................................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 7
2.1. Kondisi Awal Gunung Tampomas ........................................................... 7
2.2. Pertambangan Pasir dan Dampaknya ....................................................... 7
2.3. Deskripsi Gagasan .................................................................................... 9
2.4. Pihak Implementasi Kegiatan ................................................................. 10
2.5. Teknik Implementasi Gagasan ............................................................... 10
2.5.1. Persiapan ......................................................................................... 10
2.5.2. Reklamasi Lahan ............................................................................. 10
2.5.3. Budidaya Buah Naga....................................................................... 11
2.5.4. Pengembangan Agroindustri Buah Naga dan Kambing Ettawa ..... 12
2.5.5. Pengembangan Agrowisata Lahan Bekas Tambang Pasir Galian C 13
2.6. Bagan Implementasi Gagasan ................................................................ 13

iii
2.7. Ilustrasi Sistem ....................................................................................... 15
2.8. Kelebihan Sistem .................................................................................... 16
2.9. Kekurangan Sistem................................................................................. 16
BAB III TIMELINE DAN RANCANGAN BIAYA ............................................ 17
3.1. Timeline Rancangan Kegiatan .................................................................... 17
3.2. Rancangan Biaya ........................................................................................ 20
3.3. Analisis Kelayakan Usaha .......................................................................... 24
3.3.1. Analisis Pendapatan ............................................................................. 24
3.3.2. Analisis Payback Periods .................................................................... 24
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 26
4.1. Kesimpulan ............................................................................................. 26
4.2. Saran ....................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 27

iv
DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal.
1 Kondisi fisik lahan tambang pasir di kaki Gunung Tampomas……. 8
2 Pemanfaatan cebreng sebagai tanaman pereklamasi lahan bekas
tambang pasir………………………………………………………. 9
3 Penanaman tanaman buah naga di lahan bekas tambang pasir
Pasca reklamasi……………………………………………………. 9
4 Zero waste agriculture…………………………………………….. 15

v
TUJUAN UMUM

a. Sebagai bentuk aplikatif dari SDGs 2030 poin ke 15 yaitu life on land
(kehidupan di darat).
b. Mengembangkan agroindustri dan agrowisata berkelanjutan di lahan bekas
tambang pasir (Galian C) pasca reklamasi.
c. Mempublikasikan inovasi pengembangan desa agroindustri dan agrowisata
berkelanjutan di lahan bekas tambang pasir (Galian C) pasca reklamasi ke
tingkat nasional sehingga dapat menginspirasi negeri.
d. Menambah pengalaman penulis dalam menulis karya tulis ilmiah

TUJUAN KHUSUS

a. Untuk menjelaskan mengenai kondisi Lahan Bekas Tambang Galian C di


Desa Cibeureum Wetan Kecamatan Cimakala Kab. Sumedang.
b. Untuk mengetahui pertambangan pasir dan dampaknya bagi lingkungan dan
masyarakat.
c. Untuk menjelaskan mengenai deskripsi gagasan sebagai solusi kreatif.
d. Untuk menjelaskan pihak yang berperan dalam implementasi gagasan.
e. Untuk menjelaskan teknik implementasi gagasan.
f. Untuk menggambarkan dan menjelaskan mengenai bagan implementasi
gagasan.
g. Untuk menggambarkan mengenai ilustrasi sistem yang digagas.
h. Untuk menjelaskan mengenai kelebihan dari sistem yang digagas.
i. Untuk menjelaskan mengenai kekurangan dari sistem yang digagas.

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 25 September
2015 lalu di New York, secara resmi telah mengesahkan Agenda Pembangunan
Berkelanjutan sebagai kesepakatan pembangunan Global. Wakil presiden
indonesia beserta kurang lebih 193 kepala negara lainnya turut mengesahkan
agenda tersebut bagi indonesia. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)
2015-2030 secara resmi mulai menggantikan tujuan pembangunan Millennium
(MDGs) 2000-2015 terhitung mulai tahun 2016. SDGs yang memiliki 17 tujuan
ini berisi tentang seperangkat tujuan transformatif yang disepakati dan berlaku
bagi seluruh warga Indonesia tanpa terkecuali. Salah satu tujuannya adalah point
ke-15 life on land yaitu kehidupan di darat. Ketika kita memahami secara
mendalam mengenai point ke-15, maka mengurangi degradasi lahan menjadi
suatu jalan untuk mencapai tujuan tersebut.
Aktivitas penambangan merupakan suatu kegiatan yang mengeksploitasi
kekayaan sumberdaya alam dan akan berdampak negatif terhadap lahan karena
akan terjadi kerusakan-kerusakan pada saat kegiatan dan pasca penambangan
seperti hilangnya permukaan tanah, degradasi lahan, menyebabkan banjir, dan
kekeringan. Aktifitas penambangan banyak dilakukan oleh para penambang di
Jawa Barat khususnya di Desa Cibeureum Wetan Kecamatan Cimalaka
Kabupaten Sumedang dimulai dari tahun 1984. Pasir merupakan salah satu
komoditas bahan tambang galian C yang ditambang di lokasi tersebut. Oleh
karena itu, kegiatan reklamasi harus dilakukan karena pertambangan dapat
merubah lingkungan fisik, kimia dan biologi tanah. Kegiatan reklamasi
seharusnya menjadi perhatian Pemerintah Daerah dan Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan karena pertambangan telah banyak menimbulkan kerusakan
lingkungan yang akan berdampak pada kesehatan, mata pencaharian dan sosial
budaya masyarakat sekitar.
Kelompok Tani Simpay Tampomas yang terdapat di Desa Cibeureum
Wetan Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang melakukan kegiatan reklamasi
secara vegetatif dengan memanfaatkan tanaman cebreng (Gliricidia sepium
(Jacq.) Steud)) dan pupuk organik (kotoran kambing ettawa) sebagai upaya
reklamasi lahan bekas tambang pasir Galian C. Lahan bekas tambang pasir pasca
reklamasi yang telah dibuktikan oleh Kelompok Tani Simpay Tampomas yang
dapat dimanfaatkan oleh warga setempat dengan budidaya buah naga untuk
meningkatkan pendapatan daerah dan terbukanya peluang pasar kerja yang
berkelanjutan.
Oleh karena itu, berdasarkan uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa
lahan bekas galian pasir di Desa Cibeureum Wetan Kecamatan Cimalaka
Kabupaten Sumedang memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan secara

1
agroindustri dan agrowisata yang berkelanjutan serta berwawasan lingkungan
sehingga dapat memberikan nilai edukatif bagi masyarakat sekitar sehingga
penulis terinspirasi untuk menggagas solusi dalam bentuk gagasan yang disusus
dalam sebuah karya tulis ilmiah yang berjudul “Pengembangan Agroindustri dan
Agrowisata Berbasis Zero Waste Agriculture sebagai Upaya Reklamasi Lahan
Bekas Tambang Pasir (Galian C) Dalam Menciptakan Pertanian Berkelanjutan
(Studi Kasus di Desa Cibeureum Wetan, Cimalaka, Sumedang, Jawa Barat)”.

1.2. Teori Dasar


1.2.1. Pertambangan Galian C
Bahan galian golongan C merupakan bahan galian yang tidak termasuk
bahan galian golongan A (strategis) dan bahan galian golongan B (vital). Bahan
galian golongan C terdiri dari nitrat-nitrat, pospat-pospat, garam-garam batu
(halite), asbes, talk, mika, grafit, magnesit, yarosit, leusit, tawas, oker, batu
permata dan setengah permata, Galian C kwarsa, kaolon feldsfar, gips dan betonit,
batu apung, trass, obsidian, perlit, tanah, tanah garap, (fuller earth), marmer, batu
tulis, batu kapur, dolomite, kalsit, granit, andesit, trakhit, tanah liat (Anonim,
1991). Penambangan galian C menyangkut berbagai pihak yang terlibat yaitu
pemerintah, penambang, dan masyarakat yang masing-masing mempunyai peran
di dalamnya.

1.2.2. Reklamasi lahan


Pengertian Reklamasi Hutan sesuai dengan peraturan yaitu Peraturan
Menteri Kehutanan No. : P. 4/Menhut-II/2011 Tentang Pedoman Reklamasi
Hutan, reklamasi hutan adalah usaha untuk memperbaiki atau memulihkan
kembali lahan dan vegetasi yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal sesuai
peruntukannya. Dalam peraturan ini juga disinggung mengenai rehabilitasi lahan
dan konservasi tanah yang selanjutnya disingkat RLKT yaitu merupakan usaha
memperbaiki/ memulihkan, meningkatkan dan mempertahankan kondisi lahan
agar dapat berfungsi secara optimal, baik sebagai unsur produksi, media pengatur
tata air, maupun sebagai unsur perlindungan alam lingkungan.

1.2.3. Tanaman Gamal (Gliricidia sepium (Jacq.) Steud


Tanaman gamal (Gliricidia sepium (Jacq.) Steud) yang dikenal secara
umum oleh masyarakat atau pun cebreng (istilah Jawa Barat) merupakan tanaman
leguminosa yang banyak tumbuh di daerah tropis yang mampu beradaptasi di
segala jenis tanah termasuk tanah kering. Tanaman ini biasanya dapat tumbuh
bertahun-tahun dan sering dijadikan sebagai tanaman pagar (border) dalam suatu
usaha pertanian karena mempunyai batang yang besar.
Cebreng berasal dari wilayah yang bermusim kering seperti wilayah
kawasan Pantai Pasifik Amerika Tengah. Tanaman ini dapat tumbuh dari dataran

2
rendah hingga mencapai ketinggian 1.300 mdpl, beradaptasi pada beberapa jenis
tanah, termasuk jenis tanah yang kurang subur, tanah kering, juga tahan asam
(Chadhokar, 1982). Penanaman cebreng dapat dilakukan dengan menggunakan
biji atau stek. Namun, umumnya menggunakan stek karena mempunyai
kemampuan tumbuh lebih cepat dan mempunyai sifat yang mirip dengan
induknya.

1.2.4. Pemberdayaan Masyarakat


Langkah strategis yang dilakukan untuk pemberdayaan kelompok tani
merupakan suatu hal yang penting di tengah banyak polemik di bidang pertanian
serta minimya petani yang dapat mengembangkan usahanya. Pemberdayaan
kelompok tani dengan mereklamasi lahan bekas tambang pasir (galian c)
diharapkan mampu meningkatkan potensi yang dimiliki petani, terutama dalam
mengatasi permssalahan lingkungan yang terjadi akibat aktifitas penambangan
yang terjadi dan juga dapat meningkatkan kesejahteraan petani secara ekonomi
dalam pemanfaatan lahan bekas tambang secara optimal. Proses pemberdayaan
petani merupakan siklus yang melibatkan peranan petani untuk bekerja sama
dalam kelompok formal maupun nonformal untuk mengkaji masalah,
merencanakan, melaksanakan, dan melakukan evaluasi pada program yang
direncanakan bersama petani untuk mengembangkan konsep yang telah disusun
oleh bersama demi mengembangkan system pertanian terpadu berkelanjutan.
Pemberdayaan masyarakat tercermin dalam peraturan kehutanan UU 41
tahun 1999 pasal 69, disebutkan bahwa masyrakat berkewajiban untuk ikut serta
memelihara dan menjaga kawasan hutan dari gangguan dan kerusakan. Selain itu,
pada pasal 68 juga ditekankan bahwa masyarakat berhak menikamti kualitas
lingkungan hidup yang dihasilkan hutan. Pemaparan di atas juga ditegaskan dalam
Peraturan Menteri Kehutanan No P 01/MENHUT-II/2004 tentang pemberdayaan
masyarakat setempat di dalam atau di sekitar hutan dalam rangka social forestry.
Dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa social forestry mempunyai tujuan
untuk mewujudkan kelestarian sumberdaya hutan dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat setempat di dalam
atau di sekitar hutan.
Beberapa upaya dalam pemberdayaan petani dalam sistem pertanian
terpadu dapat melalui tiga arah, yaitu:
 Menciptakan suasana atau iklim yang berpeluang antara Sumberdaya
manusia dan alam dapat berkembang. Hal tersebut dapat dilakukan dengan
cara menyadarkan baik individu maupun mayrakat bahwa petani memiliki
daya untuk berkembang sesuai dengan tuntutan zaman sehingga ketika
akan dilakukan peberdayaan, masyarakat akan mendorong petani untuk
mengembangkan potensi-potensi yang telah dimiliki oleh petani.
 Memperkuat daya atau potensi yang dimiliki oleh petani. Dalam
pemberdayaan diupayakan melalui kegiatan/aksi nyata seperti pendidikan,

3
pelatihan dan pemberdayaan modal serta infrastruktur untuk menunjang
keberlanjutan dari optimalisasi lahan bekas tambang pasir (galian c).
Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu petani malainkan
menanamkan nilai-nilai optimalisasi pereklamasian lahan bekas tambang
pasir (galian c) dengan penuh kerja keras, keuletan dan kesabaran untuk
dapat mengelola lahan tersebut menjadi lahan yang menunjang kegiatan
budidaya pertanian.
 Melindungi hak petani pereklamasi tambang, di mana pemberdayaan
meruapakan salah satu cara melindungi petani dengan persaingan yang
tidak seimbang maupun eksploitasi yang dilakukan oleh kaum yang kuat
terhadap kaum yang lemah. Dengan memberikan perlindungan seperti itu,
maka pengembangan agrowisata yang edukatif tentang pereklamasian dan
pemanfaatan lahan bekas tambang pasir (galian c) dapat terjamin dan
kualitas produk pertanian yang bagus.

1.2.5. Agroindustri
Agroindustri merupakan industri yang menggunakan bahan baku utama
dari hasil pertanian atau suatu industri yang menghasilkan suatu produk yang
digunakan sebagai sarana atau input dalam usaha pertanian. Selain itu,
agroindustri adalah kegiatan industri yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai
bahan baku, merancang, dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan
tersebut. Dengan demikian, agroindustri meliputi industri pengolahan hasil
pertanian, industri yang memproduksi peralatan dan mesin pertanian, industri
input pertanian (pupuk, pestisida, herbisida, dan lain-lain) dan industri jasa sektor
pertanian.

1.2.6. Agrowisata
Agrowisata merupakan rangkaian kegiatan wisata yang memanfaatkan
potensi pertanian sebagai obyek wisata, baik potensi berupa pemandangan alam
kawasan pertaniannya maupun kekhasan dan keanekaragaman aktivitas produksi
dan teknologi pertanian serta budaya masyarakat petaninya. Kegiatan agrowisata
bertujuan untuk memperluas wawasan pengetahuan, pengalaman rekreasi dan
hubungan usaha di bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, holtikultura,
perkebunan, perikanan dan peternakan. Di samping itu yang termasuk dalam agro
wisata adalah perhutanan dan sumber daya pertanian.

1.2.7. Sistem Pertanian Terpadu


Sistem Pertanian Terpadu merupakan suatu sistem perpaduan antara
peternakan konvensional, budidaya perairan, hortikultura, agroindustri, dan segala
aktivitas pertanian. Hasil kotoran ternak dijadikan pupuk bagi tanaman dan residu
tanaman digunakan sebagai pakan ternak. Sistem Pertanian Terpadu atau
Integrated Farming System telah merubah dengan cepat peternakan konvensional,

4
budidaya perairan, hortikultura, agroindustri dan segala aktivitas pertanian di
beberapa negara, khususnya di daerah tropis dan sub-tropis basah (not-arid).
Pertanian di seluruh dunia tidak akan menampakkan hasilnya tanpa input yang
tinggi dan tidak kompromi dengan kelangsungan hidup ekonomi dan
keberlanjutan ekologinya. Situasi seperti ini menjadi semakin memburuk ketika
semuanya harus dibayar dengan bahan dan energi yang diimpor dimana bahan
berpotensi sebagai polutan juga digunakan.

1.2.8 Pembangunan Berkelanjutan


Pembangunan berkelanjutan (Sustainabe development) mempunyai
definisi yaitu suatu proses pembangunan yang mengoptimalkan dan menyerasikan
sumber daya alam dengan sumber daya manusia dalam pembangunan.
Pembangunan yang saat ini populer dilaksanakan adalah pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Beberapa kalangan menyebutkan
bahwa tujuan pembangunan berkelanjutan terbagi atas tujuan ekonomi, tujuan
sosial, tujuan budaya dan tujuan ekologi. Indikator yang digunakan sebaiknya
mampu mengukur tujuan-tujuan pembangunan berkelanjutan berwawasan
lingkungan tersebut secara komprehensif. Adapun Indikator pembangunan
berkelanjutan berwawasan lingkungan yang disebutkan oleh beberapa pakar
adalah:
- Culture - ecology interface yaitu pembangunan berkelanjutan merupakan
fungsi yang terintegrasi dari nilai-nilai budaya yang menyatu terhadap
ekosistem. Indikator yang termasuk dalam hal ini adalah ukuran perubahan
etika lingkungan, komitmen untuk menjaga keseimbangan political
cultural dan eco tourism.
- Culture - economy interface yaitu menggambarkan fungsi tujuan di dalam
termin nilai-nilai non market dan keputusan menjaga konservasi
lingkungan untuk tujuan budaya. Dalam hal ini, nilai kultural ekonomi
bernilai lebih tinggi.
- Economy - ecology interface yaitu menggambarkan fungsi tujuan di
dalam termin dari nilai-nilai ekonomi dan cost benefit analysis. Indikator
pembangunan berkelanjutan diukur dari cadangan konservasi alam dan
ekonomi (stock and flow of environmental and economy) untuk kegiatan
produksi serta pelayanan untuk generasi saat ini dan yang akan datang.
Contoh dari indikator pembangunan berkelanjutan ini adalah kesuburana
tanah, keragaman budaya, dan kesehatan ekosistem sebagai indikator
kualitas lingkungan.

5
1.3. Manfaat
a. Penulis dan pembaca dapat mengetahui pembangunan agroindustri dan
agrowisata berkelanjutan.
b. Menambah kreatifitas penulisan dalam penyusunan karya tulis ilmiah.
c. Melatih penulis dalam penggunaan ejaan bahasa Indonesia yang baik dan
benar.

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Kondisi Awal Gunung Tampomas


Gunung Tampomas merupakan satu buah gunung berapi yg terletak di
Jawa Barat, tepatnya sebelah utara kota Sumedang (6.77°LS 107.95°BT).
Stratovolcano bersama ketinggian 1684 meter ini pula mempunyai sumber air
panas yg ke luar di daerah kurang lebih kaki gunung. Gunung Tampomas
termasuk juga dalam lokasi Taman Wisata Alam Gunung Tampomas. Gunung
Tampomas berada di utara wilayah Kab Sumedang. Dengan Cara administratif,
kawasan Tampomas berada di tiga kecamatan, adalah Buahdua, Conggeang,
Paseh, Cimalaka & Tanjungkerta. Luas ruangan Taman Wisata Alam Gunung
Tampomas yaitu 1.250 hektare. Kawasan Hutan Gunung Tampomas termasuk
juga dalam jenis hutan hujan pegunungan bersama keanekaragaman flora & fauna.
Tumbuhan yg mendominasi teman ini merupakan jamuju, rasamala & saninten.
Sedang tipe hewan yg liar & tidak sedikit ditemui merupakan kancil, lutung, babi
hutan & sekian banyak kategori burung.
Puncak Gunung Tampomas (masyarakat setempat menyebutnya
Sangiang Taraje) ialah suatu lahan luas setinggi 1684 mdpl seluas 1 hektare yg
berada di ujung teratas Gunung Tampomas. Tempat ini mempunyai estetika tinggi
sebab dari ruang ini wisatawan mampu menikmati pemandangan indah ke arah
Kota Sumedang & sekitarnya. Adanya lubang-lubang kawah & batu-batu agung
berwarna hitam manambah ketajiran imajinasi bagi yg melihatnya.
Kaki Gunung Tampomas di Desa Cibeureum Wetan, Kec. Cimalaka,
Kab. Sumedang pada awalnya sebelum tahun 1984 merupakan daerah yang hijau
dan asri yang ditandai adanya hutan alami yang ditumbuhi dengan tanaman
tahunan sebagai vegetasi utamanya. Kawasan Hutan Gunung Tampomas termasuk
dalam tipe hutan hujan pegunungan dengan keanekaragaman hayati yang kaya
dan beragam baik flora maupun fauna. Namun, Kawasan Hutan Gunung
Tampomas saat ini sudah tidak terlihat lagi. Hal itu disebabkan adanya aktifitas
penambangan pasir Galian C.

2.2. Pertambangan Pasir dan Dampaknya


Penambangan merupakan usaha melakukan kegiatan eksplorasi,
eksploitasi, produksi, dan penjualan. Aktifitas penambangan yang dilakukan di
kaki Gunung Tampomas Desa Cibeureum Wetan telah terjadi sejak tahun 1984
yang menjadikan lokasi daerah tersebut sebagai penyuplai bahan material
terutama pasir untuk pemenuhan kebutuhan di Provinsi Jawa Barat. Pada
umumnya kegiatan pertambangan meliputi proses pembersihan lahan,
pengambilan, overbudden, penambangan bahan galian dan penimbunan kembali
sehingga terjadi perubahan terhadap bentang alam di kaki Gunung Tampomas
tersebut.

7
Gambar 1. Kondisi fisik lahan tambang pasir di kaki Gunung Tampomas
Kegiatan penambangan dapat mempengaruhi sifat fisika, kimia serta
biologi tanah. Areal penambangan pasir tidak memiliki lapisan top soil karena
dalam proses penggalian pasir, lapisan top soil diangkut. Penambangan yang tidak
memperhatikan aspek lingkungan akan menyebabkan terancamnya daerah
sekitarnya dengan bahaya erosi dan tanah longsor karena hilangnya vegetasi
penutup tanah (As’ad, 2005 ).
Lahan yang digunakan untuk pertambangan tidak seluruhnya digunakan
untuk operasi pertambangan secara serentak, tetapi secara bertahap. Sebagian
besar tanah yang terletak dalam kawasan pertambangan menjadi lahan yang tidak
produktif. Sebagian dari lahan yang telah dikerjakan oleh pertambangan tetapi
belum direklamasi juga merupakan lahan tidak produktif. Kalau lahan yang telah
selesai digunakan secara bertahap direklamasi, maka lahan tersebut dapat menjadi
lahan produktif (Nurdin dkk, 2000).
Pertambangan dapat menciptakan kerusakan lingkungan yang serius
dalam suatu kawasan/wilayah. Potensi kerusakan tergantung pada berbagai faktor
kegiatan pertambangan dan faktor keadaan lingkungan. Faktor kegiatan
pertambangan antara lain pada teknik pertambangan, pengolahan dan lain
sebagainya. Sedangkan faktor lingkungan antara lain faktor geografis dan
morfologis, fauna dan flora, hidrologis dan lain-lain.
Kegiatan pertambangan mengakibatkan berbagai perubahan lingkungan,
antara lain perubahan bentang alam, perubahan habitat flora dan fauna, perubahan
struktur tanah, perubahan pola aliran air permukaan dan air tanah dan sebagainya.
Perubahan-perubahan tersebut menimbulkan dampak dengan intensitas dan sifat
yang bervariasi. Selain perubahan pada lingkungan fisik, pertambangan juga
mengakibatkan perubahan kehidupan sosial, budaya dan ekonomi.
Kegiatan pertambangan juga mengakibatkan perubahan pada kehidupan
sosial, ekonomi dan budaya masyarakat. Perubahan tata guna tanah, perubahan
kepemilikan tanah, masuknya pekerja, dan lain-lain. Pengelolaan dampak
pertambangan terhadap lingkungan bukan untuk kepentingan lingkungan itu
sendiri tetapi juga untuk kepentingan manusia (Nurdin, dkk, 2000).

8
2.3. Deskripsi Gagasan
Upaya reklamasi lahan yang dilakukan di kaki Gunung Tampomas ini
yaitu menggunakan metode vegetatif dengan memanfaatkan tanaman cebreng.
Tanaman cebreng ditanam sebagai tanaman perintis di lahan bekas tambang pasir
(Galian C) di Desa Cibeuereum Wetan, Kec. Cimalaka, Kab. Sumedang. Sifat
fisik, kimia dan biologi tanah menjadi fokus utama dalam mereklamasi tanah.
Kelompok Tani Simpay Tampomas telah membuktikan bahwa tanaman
cebreng sebagai tanaman perintis mampu mereklamasi lahan bekas tambang pasir
(Galian C) di kaki Gunung Tampomas Desa Cibeureum Wetan, Cimalaka. 20
Hektar dari 40 Hektar lahan bekas tambang berhasil direklamasi oleh petani
reklamasi setempat dan seluas 5 hektar telah ditanami tanaman buah naga dengan
sistem pertanian terpadu pada tahun 2009. Hal tersebut mampu meningkatkan
kesejahteraan petani setempat. Namun, kesejahteraan petani masih bisa
ditingkatkan dengan ditambahkannya nilai tambah dan nilai baru yaitu
agroindustri dan agrowisata. Lahan bekas tambang pasir (galian C) pasca
reklamasi berpotensi untuk dijadikan agroindustri dan agrowisata yang
berkelanjutan serta berwawasan lingkungan yang dapat memberikan nilai-nilai
edukasi bagi masyarakat.

Gambar 1. Pemanfaatan cebreng Gambar 2. Penanaman tanaman buah


sebagai tanaman pereklamasi lahan naga di lahan bekas tambang pasir
bekas tambang pasir. pasca reklamasi.
Peningkatan nilai tambah produk pertanian melalui agroindustri di Desa
Cibeureum Wetan dinilai sangat strategis. Menurut parcel et al. (2010) dapat
dilakukan melalui 2 cara yaitu: menjaring nilai dan menciptakan nilai.
Peningkatan nilai tambah produk pertanian merupakan peningkatan pendapatan
yang dapat dilakukan melalui budidaya tanaman, perubahan bentuk produk dari
aslinya sebelum dipasarkan, perubahan pengemasan produk, perubahan cara
memasarkan produk serta mengembangkan unit usaha yang baru (Born dan
Bachman, 2006).
Pengembangan agrowisata di Desa Cibeureum merupakan sebuah
program konkrit yang dapat diaplikasikan untuk membangun pengetahuan dan
pola pikir menuju masyarakat pertanian yang modern. Wisata pertanian yang
edukatif ini, bukan hanya berdampak pada masyarakat sekitar. Namun, program
agrowisata ini dapat menjadi role model untuk dikembangkan di daerah lainnya
yang memiliki lahan marjinal dengan cakupan yang luas.

9
2.4. Pihak Implementasi Kegiatan
a. Akademika: memberikan pengetahuan mengenai optimalisasi lahan bekas
tambang pasir dan tata ruang terutama berperan penting dalam memonitoring
dan evaluasi program agrowisata serta agroindustri yang akan dilaksanakan.
b. Organisasi Petani: sebagai wadah untuk komunikasi dan diskusi para petani
dalam mewujudkan tujuan yang sama yaitu agroindustri dan agrowisata
berkelanjutan.
c. Investor: penyedia saham dan membantu masyarakat pengelola dalam
menyokong pendanaan dan kekuatan administratif serta politik.
d. Lembaga Swadaya Masyarakat: membantu masyarakat lainnya untuk
merasakan dampak dari lahan bekas tambang yang berhasil direklamasi
sehingga kesejahteraan masyarakat tersebut dapat meningkat.
e. Pemerintah: membangun komitmen dengan masyarakat, menginisiasi dan
mempromosikan kepada masyarakat tentang pengelolaan lingkungan dan SDA
yang tersedia serta melindungi hak-hak petani reklamasi lahan bekas tambang
pasir
f. Masyarakat: sebagai subjek yang dapat mengelola dan mengolah potensi
sumberdaya alam dengan baik, tepat, efisien, dan maksimal dengan tetap
menjaga kelestarian lingkungan.
g. Administrator Publik: memfasilitasi upaya masyarakat dalam melakukan dan
melanjutkan pembangunan demi kepentingan masyarakat saat ini dan generasi
yang akan datang (melakukan aksi horizontal dan vertical).

2.5. Teknik Implementasi Gagasan


2.5.1. Persiapan
1. Pendanaan dan Sponsorship
Mengajukan proposal kepada dinas-dinas terkait dan pemerintah daerah
sebagai tawaran untuk menjalin kerjasama dalam hal pendanaan.
2. Kerjasama Berbagai Pihak
Melakukan diskusi atau FGD (Forum Group Discussion) antar pihak-
pihak yang berperan dalam implementasi kegiatan untuk menyusun strategi agar
kegiatan reklamasi tambang, pembangunan agroindustri dan agrowisata
berkelanjutan dapat terwujud serta saling mendukung antar elemen yang akan
mengimplementasikan gagasan ini.

2.5.2. Reklamasi Lahan


1. Penyuluhan oleh Civitas Akademika
Memberikan penyuluhan tentang potensi pemanfaatan tanaman cebreng
sebagai tanaman perintis di lahan bekas tambang pasir galian C, Desa Cibeureum
Wetan, Cimalaka, Sumedang, Jawa Barat.

10
2. Penyediaan Sarana Produksi Pertanian
Penyediaan sarana produksi yang tepat harus sesuai dengan keperluan
usaha tani dan jenis komoditas yang akan dikembangkan di suatu wilayah. Sarana
produksi sebagai input dalam usaha tani meliputi: bibit tanaman buah naga,
kambing ettawa, pupuk kandang, pakan, pestisida nabati, peralatan dan
perlengkapan yang dibutuhkan baik untuk kegiatan produksi pra-panen, panen dan
pasca panen.
3. Perbanyakan Tanaman Cebreng,
Tanaman cebreng dapat diperbanyak dengan dua metode yaitu secara
generatif dan vegetatif. Masyarakat umumnya lebih sering menggunakan metode
vegetatif, yaitu dengan menggunakan stek batang. Penanaman stek batang lebih
baik berasal dari batang bawah tanaman yang telah berumur lebih dari 12 bulan
dengan diameter 3-5 cm dan panjang 50 cm. Stek terlebih dahulu disemai dalam
polibeg selama 2-3 bulan.
4. Penanaman dan Pemupukan Tanaman Cebreng
Bibit bertunas 15-20 cm (umur 2-3 bulan) dapat ditanam langsung di
lahan dengan jarak tanam berkisar antara 40-50 cm sampai dengan 1,5-5 m.
Waktu tanam dianjurkan pada awal musim hujan. Setiap lubang tanam diisi
dengan 1 bibit tanaman cebreng.
Pemupukan merupakan pemberian bahan yang dimaksudkan untuk
menyediakan hara bagi tanaman. Umumnya pupuk diberikan dalam bentuk padat
atau cair melalui tanah dan diserap oleh akar tanaman. Pemupukan dilakukan
dengan menambahkan pupuk kandang (kotoran kambing ettawa) dengan dosis 10
Kg per lubang tanam. Hal tersebut dilakukan karena kondisi lahan bekas tambang
yang miskin akan unsur hara. Pemupukan dilakukan sebelum tanam agar terjadi
masa inkubasi pada pupuk kandang tersebut.
5. Analisis Tanah di Laboratorium Kesuburan Tanah dan Nutrisi
Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran
Analisis tanah di laboratorium akan dilakukan dengan mengambil
sampel tanah awal untuk mengetahui sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
Selanjutnya, sampel tanah akan diambil kembali untuk mengetahui perubahan
sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui
perubahan sifat-sifat tanah sebagai akibat dari tanaman cebreng sebagai tanaman
perintis di lahan bekas tambang pasir (Galian C).

2.5.3. Budidaya Buah Naga


1. Persiapan Lahan
Persiapkan tiang penopang untuk tegakan tanaman, karena tanaman ini
tidak mempunyai batang primer yang kokoh. Dapat menggunakan tiang dari kayu
atau beton dengan ukuran 10 cm x 10 cm dengan tinggi 2 meter, yang ditancapkan
ke tanah sedalam 50 cm. Ujung bagian atas dari tiang penyangga diberi besi yang
berbentuk lingkaran untuk cabang tanaman.

11
Sebulan sebelum tanam, terlebih dahulu dibuatkan lubang tanam dengan
ukuran 40 x 40 x 40 cm dengan jarak tanam 2 m x 2,5 m, sehingga dalam 1 ha
terdapat sekitar 2000 lubang tanam penyangga. Setiap tiang/pohon penyangga itu
dibuat 3 – 4 lubang tanam dengan jarak sekitar 30 cm dari tiang penyangga.
Lubang tanam tersebut kemudian diberi pupuk kandang yang masak sebanyak 10
kg dicampur dengan tanah.
2. Persiapan Bibit dan Tanaman Buah Naga
Buah naga dapat diperbanyak dengan cara stek dan biji tetapi umumnya
bibit yang digunakan dalam bentuk stek. Stek yang dibutuhkan untuk bahan
batang tanaman dengan panjangnya 25 – 30 cm yang ditanam dalam polybag
dengan media tanam berupa campuran tanah, pasir dan pupuk kandang dengan
perbandingan 1:1 :1.
3. Pemeliharaan
Pada tahap awal pertumbuhan pengairan dilakukan 1–2 hari sekali.
Pemberian air berlebihan akan menyebabkan terjadinya pembusukan. Pemupukan
tanaman di berikan pupuk kandang, dengan interval pemberian 3 bulan sekali,
sebanyak 5 – 10 kg. Pemangkasan batang utama (primer) di pangkas, setelah
tinggi mencapai tiang penyangga (sekitar 2 meter), dan ditumbuhkan 2 cabang
sekunder, kemudian dari masing-masing cabang sekunder dipangkas lagi dan
ditumbuhkan 2 cabang tersier yang berfungsi sebagai cabang produksi.
4. Pemanenan Buah Naga
Tanaman buah naga berumur panjang. Siklus produktifnya bisa
mencapai 15-20 tahun. Budidaya buah naga mulai berbuah untuk pertama kali
pada bulan ke 10 hingga 12 terhitung setelah tanam. Namun apabila ukuran bibit
tanamannya lebih kecil, panen pertamanya bisa mencapai 1,5-2 tahun terhitung
setelah tanam. Produktivitas pada panen pertama biasanya tidak langsung optimal.
Ciri-ciri buah yang siap panen adalah kulitnya sudah mulai berwarna merah
mengkilap. Jumbai buah berwarna kemerahan, warna hijaunya sudah mulai
berkurang. Mahkota buah mengecil dan pangkal buah menguncup atau berkeriput.

2.5.4. Pengembangan Agroindustri Buah Naga dan Kambing Ettawa


Pengembangan agroindustri merupakan suatu upaya yang sangat penting
untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggap dapat membantu pembangunan
sektor ekonomi dan kesejahteraan dari masyarakat. Buah naga yang ditanam di
lahan bekas tambang pasir Desa Cibeureum Wetan dan peternakan kambing
ettawa dapat dikembangkan dan diberikan nilai tambah agar perekonomian
masyarakat setempat dapat meningkat. Adapun teknis implementasi kegiatannya
adalah:
a. Pelatihan pengolahan produk buah naga, buah naga yang tidak memenuhi
persyaratan atau standar untuk masuk ke pasar swalayan ataupun ekspor dapat
dimanfaatkan atau diolah menjadi keripik buah naga ataupun olahan jus
sehingga tidak menurunkan harga dari buah naga.

12
b. Pembuatan logo dan desain kemasan agroindustri buah naga
c. Perbaikan kualitas kambing ettawa, dengan memberikan pakan ternak yang
bergizi serta peningkatan pemeliharaan kambing ettawa.
d. Pembuatan logo dan desain kemasan agroindustry ternak kambing ettawa
e. Pemasaran agroindustri kambing ettawa dan buah naga, penulis akan
membantu memfasilitasi pemasaran yang akan bekerja sama dengan
Departemen Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran.

2.5.5. Pengembangan Agrowisata Lahan Bekas Tambang Pasir Galian C


Lahan bekas tambang pasir pasca reklamasi yang ditanami buah naga
dan terdapat juga ternak kambing ettawa yang memanfaatkan tanaman cebreng
sebagai pakan berpotensi dijadikan agrowisata yang berwawasan lingkungan
sehingga dapat memberikan nilai-nilai edukasi bagi masyarakat luas. Adapun
teknis implementasi kegiatannya adalah:
a. Penyuluhan agrowisata dan dampak yang akan dirasakan oleh masyarakat.
b. Perbaikan infrastruktur jalan, akses transportasi menjadi komponen utama
dalam pengembangan agrowisata karena jalan di kawasan pertambangan
pasir sangat berbahaya untuk dilewati oleh kendaraan.
c. Pembangunan agrowisata sesuai arsitektur yang telah dirancang,
pembangunan agrowisata akan bekerja sama dengan pemerintah daerah
setempat dan dinas-dinas terkait.
d. Pelatihan kepada masyarakat mengenai agrowisata, masyarakat sebagai
subjek dari pembangunan agrowisata harus dibekali kemampuan-kemampuan
untuk mengelola agrowisata ke depannya agar berkelanjutan sehingga
peningkatan ekonomi dari masyarakat dapat berkelanjutan juga.

2.6. Bagan Implementasi Gagasan

Lahan Bekas Tambang Melakukan Reklamasi Perluasan Areal


Reklamasi
Belum ada Monitoring Lahan
Pemanfaatan
Penyediaan Sarana Penanaman Komoditas
Adanya Peluang
Produksi Pertanian Lain

Penanaman Buah Naga Pengembangan


Pra-Reklamasi Agroindustri
Monitoring dan
Pengembangan
Evaluasi Kesesuaian
Agrowisata
Lahan

Reklamasi Strategi Nilai Baru

13
Strategi yang telah dilakukan oleh masyarakat dalam penyelesaian
permasalahan lahan bekas tambang di daerah tersebut adalah dengan melakukan
berbagai cara pereklamasian lahan. Monitoring dan evaluasi kesesuaian lahan
yang dilakukan cukup berhasil sehingga banyak pihak menilai reklamasi lahan
yang telah dilakukan perlu dipertahankan. Strategi pemertahanan yang kreatif dan
inovatif sangat dibutuhkan sebagai bentuk keberlanjutan pembangunan pertanian
dimana secara administratif mudah diterima dan secara kolaboratif sangat menarik
untuk dikembangkan lebih lanjut.

14
2.7. Ilustrasi Sistem

Tanaman Cebreng Reklamasi Lahan Kebun Buah Naga

Domba Ettawa
Agroindustri Buah
Naga

ZERO WASTE
Daging Domba AGRICULTURE

Produksi Jus Buah


Naga

Susu Domba

Dijual secara
Langsung
Pupuk Kandang
Kotoran Domba
Gambar 4. Zero Waste Agriculture
15
2.8. Kelebihan Sistem
Adapun kelebihan dari sistem yang telah dirancang adalah sebagai
berikut:
a. Menciptakan nilai tambah dan baru pada pengelolaan lahan bekas tambang
pasir (galian C) Desa Cibeureum Wetan, Cimalaka, Sumedang, Jawa barat.
b. Menciptakan agrowisata dan agroindustri yang berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan untuk mendukung Sustainable Development Goals 2030.
c. Menggunakan sistem pertanian terpadu sehingga menghasilkan produk
pertanian yang sehat dan ramah lingkungan sebagai rangka memenuhi gizi
masyarakat (Hubungkan dengan SDG’s 30).
d. Menerapkan prinsip zero waste dengan memanfaatkan sumber daya lokal.
e. Memanfaatkan lahan kritis menjadi lahan produktif untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat setempat.

2.9. Kekurangan Sistem


Adapun kekurangan dari sistem yang telah dirancang adalah sebagai
berikut:
a. Memerlukan adanya perbaikan infrastruktur menuju kawasan agroindustry dan
agrowisata untuk mempermudah aksesibilitas.
b. Budaya asing dapat mudah masuk ke sistem dan mempengaruhi budaya
setempat.
c. Meningkatnya lapangan pekerjaan pada system namun minim akan
kewirausahaan.

16
BAB III
TIMELINE DAN RANCANGAN BIAYA
3.1. Timeline Rancangan Kegiatan

TAHUN PERTAMA
BULAN KE-
NO KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Persiapan
Pendanaan dan Sponsorship
Kerjasama Berbagai Pihak (Pemerintah, Perguruan Tinggi, LSM dan Perusahaan)

2 Pengembangan Agroindustri
2 Pengembangan Agroindustri Buah Naga : Reklamasi Lahan
Penyuluhan Pertanian Mengenai Agroindustri dan Agrowisata
Perbanyakan Tanaman Cebreng
Penanaman Tanaman Cebreng
Pengolahan Tanah (Pemupukan)
Monitoring Lahan
Analisis Laboratorium

2 Pengembangan Agroindustri Kambing Ettawa


Perbaikan kualitas kambing Ettawa
Pelatihan Pengolahan Ternak dan Hasil Ternak Kambing Ettawa
Pembuatan Logo dan Desain Kemasan Agroindustri Ternak Kambing Ettawa
Pemasaran Agroindustri Kambing Ettawa

17
TAHUN KEDUA
BULAN KE-
NO KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2 Pengembangan Agroindustri
2 Pengembangan Agroindustri Buah Naga
Penyediaan Sarana Produksi Pertanian
Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman Buah Naga
Penyuluhan Pengolahan Produk dan Agribisnis Buah Naga
Pembuatan Logo dan Desain Kemasan Agroindustri Buah Naga

2 Pengembangan Agroindustri Kambing Ettawa


Agroindustri Ternak Kambing Ettawa
Pelatihan Pengolahan Ternak dan Hasil Ternak Kambing Ettawa
Pemasaran Agroindustri Kambing Ettawa

3 Pengembangan Agrowisata
Penyuluhan Mengenai Agrowisata dan Dampak Bagi Masyarakat
Persetujuan Masyarakat dan Pemerintah Setempat untuk Pengembangan Agrowisata

TAHUN KETIGA
BULAN KE-
NO KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2 Pengembangan Agroindustri
2 Pengembangan Agroindustri Buah Naga
Penyediaan Sarana Produksi Pertanian

18
Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman Buah Naga
Pelatihan Pengolahan Produk Buah Naga

2 Pengembangan Agroindustri Kambing Ettawa


Agroindustri Ternak Kambing Ettawa
Pelatihan Pengolahan Ternak dan Hasil Ternak Kambing Ettawa
Pemasaran Agroindustri Kambing Ettawa
Perluasan Pasar dan Area Distribusi

3 Pengembangan Agrowisata
Perbaikan Infrastruktur Jalan
Pembangunan Agrowisata sesuai Arsitektur yang telah dirancang
Pelatihan kepada Masyarakat mengenai Agrowisata

TAHUN KEEMPAT
BULAN KE-
NO KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2 Pengembangan Agroindustri
2 Pengembangan Agroindustri Buah Naga
Penyediaan Sarana Produksi Agribisnis Buah Naga
Panen Buah Naga
Pengolahan Produk Buah Naga
Pemasaran Produk Agroindustri Buah Naga
Penanaman dan Pemeliharaan Berkelanjutan Tanaman Buah Naga

19
2 Pengembangan Agroindustri Kambing Ettawa
Agroindustri Ternak Kambing Ettawa
Pelatihan Pengolahan Ternak dan Hasil Ternak Kambing Ettawa
Pemasaran Agroindustri Kambing Ettawa
Perluasan Pasar dan Area Distribusi

3 Pengembangan Agrowisata
Pembangunan Agrowisata
Penerapan Sistem Agrowisata
Evaluasi Pengembangan Agrowisata

3.2. Rancangan Biaya

TAHUN PERTAMA
No. Kebutuhan Jumlah Kebutuhan Harga Satuan Total
PERSIAPAN
1 Transportasi 12 bulan Rp 200,000 Rp 2,400,000
2 Proposal 10 buah Rp 50,000 Rp 500,000
AGROINDUSTRI BUAH NAGA : REKLAMASI LAHAN
1 Bibit Tanaman Cebreng 1 kg Rp 90,000 Rp 90,000
2 Pupuk Kandang 50 kg Rp 500 Rp 25,000
3 Penyuluhan 1 kali pertemuan Rp 1,000,000 Rp 1,000,000
4 Analis Laboratorium 1 orang Rp 100,000 Rp 100,000
AGROINDUSTRI KAMBING ETTAWA
1 Perbaikan dan Penambahan Kandang 10 kandang Rp 500,000 Rp 5,000,000
2 Perbaikan Sanitasi 1 lokasi Rp 2,000,000 Rp 2,000,000

20
3 Pembangunan Lokasi Olah Kotoran menjadi Pupuk 1 lokasi Rp 500,000 Rp 500,000
4 Penyuluhan dan Pelatihan 4 kali Rp 500,000 Rp 2,000,000
5 Pembangunan Rumah Industri Hasil Ternak 1 bangunan Rp 20,000,000 Rp 20,000,000
6 Biaya Pemasaran (Stiker, Kemasan dan Distribusi) 12 bulan Rp 500,000 Rp 6,000,000
TOTAL BIAYA TAHUN PERTAMA Rp 39,615,000

TAHUN KEDUA
No. Kebutuhan Jumlah Kebutuhan Harga Satuan Total
AGROINDUSTRI BUAH NAGA
1 Bibit Buah Naga Merah 200 bibit Rp 10,000 Rp 2,000,000
2 Pupuk Kompos 50 kg Rp 500 Rp 25,000
3 Alat dan Mesin Pertanian 1 set Rp 5,000,000 Rp 5,000,000
4 Pemeliharaan Tanaman 12 bulan Rp 200,000 Rp 2,400,000
Penyuluhan Pengolahan Produk dan Agribisnis Buah
3 pertemuan
5 Naga Rp 500,000 Rp 1,500,000
6 Logo dan Desain Kemasan 1 buah Rp 200,000 Rp 200,000
AGROINDUSTRI KAMBING ETTAWA
1 Penyuluhan dan Pelatihan 4 pertemuan Rp 500,000 Rp 2,000,000
2 Biaya Pemasaran (Stiker, Kemasan dan Distribusi) 12 bulan Rp 500,000 Rp 6,000,000
AGROWISATA
1 Penyuluhan Agrowisata 3 pertemuan Rp 500,000 Rp 1,500,000
TOTAL BIAYA TAHUN KEDUA Rp 20,625,000

21
TAHUN KETIGA
No. Kebutuhan Jumlah Kebutuhan Harga Satuan Total
AGROINDUSTRI BUAH NAGA
1 Alat dan Mesin Pertanian 1 set Rp 2,000,000 Rp 2,000,000
2 Pemeliharaan Tanaman 12 bulan Rp 200,000 Rp 2,400,000
Penyuluhan Pengolahan Produk dan Agribisnis Buah
3 pertemuan
3 Naga Rp 500,000 Rp 1,500,000
4 Biaya Pemasaran (Stiker, Kemasan dan Distribusi) 12 bulan Rp 500,000 Rp 6,000,000
AGROINDUSTRI KAMBING ETTAWA
1 Penyuluhan dan Pelatihan 4 pertemuan Rp 500,000 Rp 2,000,000
2 Biaya Pemasaran (Stiker, Kemasan dan Distribusi) 12 bulan Rp 500,000 Rp 6,000,000
AGROWISATA
1 Perbaikan Infrastruktur Jalan 1 lokasi Rp 15,000,000 Rp 15,000,000
2 Pembangunan Agrowisata sesuai Arsitektur 1 lokasi Rp 100,000,000 Rp 100,000,000
3 Penyuluhan dan Pelatihan Agrowisata 3 pertemuan Rp 500,000 Rp 1,500,000
TOTAL BIAYA TAHUN KETIGA Rp 136,400,000

TAHUN KEEMPAT
No. Kebutuhan Jumlah Kebutuhan Harga Satuan Total
AGROINDUSTRI BUAH NAGA
1 Pemeliharaan Tanaman 12 bulan Rp 200,000 Rp 2,400,000
Penyuluhan Pengolahan Produk dan Agribisnis Buah
3 pertemuan
2 Naga Rp 500,000 Rp 1,500,000
3 Biaya Pemasaran (Stiker, Kemasan dan Distribusi) 12 bulan Rp 500,000 Rp 6,000,000
AGROINDUSTRI KAMBING ETTAWA
1 Penyuluhan dan Pelatihan 4 pertemuan Rp 500,000 Rp 2,000,000

22
2 Biaya Pemasaran (Stiker, Kemasan dan Distribusi) 12 bulan Rp 500,000 Rp 6,000,000
AGROWISATA
1 Pembangunan Agrowisata Lanjutan 1 lokasi Rp 50,000,000 Rp 50,000,000
2 Penyuluhan dan Pelatihan Agrowisata 3 pertemuan Rp 500,000 Rp 1,500,000
TOTAL BIAYA TAHUN KEEMPAT Rp 69,400,000

TOTAL BIAYA PENGEMBANGAN


No. Keterangan Biaya
1 Biaya Tahun Pertama Rp 39,615,000
2 Biaya Tahun Kedua Rp 20,625,000
3 Biaya Tahun Ketiga Rp 136,400,000
4 Biaya Tahun Keempat Rp 69,400,000
TOTAL BIAYA PENGEMBANGAN Rp 266,040,000

23
3.3. Analisis Kelayakan Usaha

3.3.1. Analisis Pendapatan


Analisa Pendapatan yang dilakukan dihitung sejak pertumbuhan
Agrowisata tersebut telah mulai stabil sehingga perhitungan analisis dapat
dilakukan lebih komprehensif. Namun, dalam analisis payback periods
selanjutnya akan ditambahkan jumlah tahun yang tidak dihitung sebagai gambaran
periode pengembalian dana awal dan tidak menambahkan jumlah tahun
sebelumnya sebagai gambaran pengembalian dana selanjutnya.

Analisa Pendapatan Bulanan


No. Produk Jumlah Produk Harga Total
1 Buah Naga Segar 5 ton Rp. 20.000/kg Rp. 100.000.000
Jus Buah Naga dalam
2 500 pcs (250 ml) Rp. 3.000.000
Kemasan Rp. 6.000/pcs
Daging Kambing Ettawa 200 kg (20
3 Rp. 20.000.000
Segar kambing) Rp. 100.000/kg
Susu Kambing Ettawa dalam
4 100 pcs (250 ml) Rp. 1.000.000
Kemasan Rp. 10.000/pcs
5 Tiket Agrowisata 100 orang/tahun Rp. 10.000/tiket Rp. 1.000.000
Total Pendapatan Bulanan Rp. 125.000.000

Total Pendapatan Bulanan (Tahun Keempat) Rp. 125.000.000,-

Biaya Operasional Bulanan (Tahun Keempat) Rp. 5.783.333,-

Keuntungan Bulanan (Tahun Keempat) Rp. 119.216.667,-

3.3.2. Analisis Payback Periods


Payback period adalah untuk mengukur lamanya dana investasi yang
ditanamkan kembali seperti semula. Karena itu hasil perhitungannya dinyatakan
dalam satuan waktu (yaitu tahun atau bulan). Bila payback period lebih kecil
dibanding dengan target kembalinya investasi, maka proyek investasi layak,
sedangkan bila lebih besar proyek tidak layak.

Payback Period
Artinya, dana investasi awal usaha ini akan kembali pada waktu 2,23
atau 2,5 bulan. Namun, jika dihitung dari awal pengembangan, maka dana
investasi awal akan kembali pada waktu 3 tahun 2,5 bulan.

24
Berdasarkan analisis kelayakan usaha diatas, maka investasi produk
agroindustri buah naga dan ternak kambing ettawa serta pengembangan
agrowisata layak untuk dilaksanakan dan memiliki profit yang menjanjikan
peluang usaha.

25
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Salah satu tujuan dari Sustainable Development Goals (SDGs) 2030
adalah poin ke-15 “life on land” yaitu kehidupan di darat. Ketika kita memahami
secara mendalam mengenai poin ke-15, maka mengurangi degradasi lahan
menjadi suatu jalan untuk mencapai tujuan tersebut dengan bentuk aplikatif yang
dapat dilakukan adalah dengan menggagas sebuah ide solutif di lahan bekas
tambang galian C di Desa Cibeureum Wetan Kec. Cimalaka Kab. Sumedang.
Keadaan lahan bekas tambang yang sangat memprihatinkan dilihat dari
sisi positif, lahan tersebut bisa menjadi potensial kembali untuk digarap terutama
bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Hal tersebut dimulai dari pereklamasian
lahan yang akan membuat lahan dapat produktif kembali. Kemudian,
pembangunan agroindustri buah naga dan ternak kambing ettawa hingga
pengembangan lanjutan yaitu pembangunan agrowisata Cimalaka dapat menjadi
pengembangan agribisnis yang dapat membantu kesejahteraan ekonomi
masyarakat.
Bentuk implementasi dimulai sejak pra-reklamasi, reklamasi dan strategi
nilai baru. Sistem yang akan dianut dalam pengembangan agrowisata ini adalah
“zero waste agroecosystem” sehingga meminimalisasi limbah pertanian dan
membuat limbah pertanian ini bermanfaat kembali. Dengan jangka waktu
implementasi 4 (empat) tahun, implementasi ini membutuhkan dana sebesar Rp.
266.040.000,-. Hal ini setara dengan pengembangan yang akan dilakukan dan
tentu membutuhkan dukungan berbagai pihak untuk melaksanakan implementasi
gagasan yaitu Akademika, Organisasi Petani, Investor, Lembaga Swadaya
Masyarakat, Pemerintah, Masyarakat dan Administrator Publik.

4.2.Saran
Masih banyak lahan bekas galian tambang di Indonesia yang perlu
diperbaiki agar tidak terlantar begitu saja namun dapat bermanfaat bagi
masyarakat sekitar. Pembangunan setiap lahan bekas galian tambang tentu
berbeda setiap wilayah, sehingga dibutuhkan riset dan penelitian tertentu agar
reklamasi lahan dan pengembangan pertanian diatas lahan tersebut sesuai dengan
kondisi dan lingkungannya.

26
DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto. 2002. Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan


Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi.
Arsyad. 2010. Konservasi Tanah dan Air Edisi Kedua. Institute Pertanian Bogor
Press: Bogor.
Bagus, I Gusti. 2011. Peran Agroindustri Dalam Pembangunan Pertanian.
Universitas Udayana: Bali.
Born H dan Bachman J. 2006. Adding Value to Farm Prodcts, An Overview.
National Center For Appropriate Technology.
Chadhokar. A. P. Gliricidia maculata a Promising Legume Fodder Plant. World
Animal Review 44: 36-42.
Harun, Sjofran. 2009. Respon Pertumbuhan dan Produksi Gamal (Gliricidia
sepium) Dengan Diameter Batang Yang Berbeda Pada Lahan Pasca
Tambang Semen PT. Indocement Tunggal Prakasa. Skripsi Departemen
Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Joker, D. 2002. Informasi Singkat Benih Gliricidia sepium (Jacq) Steud.
Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan. Bandung.
Kartasasmita, Ginanjar. 2009. Revitalisasi Administrasi Publik dalam
Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan. Universitas Brawijaya:
Malang.
Masdi, Sunandi dan Sutriyono. Kajian Pertambangan Bahan Galian Golongan di
Kabupaten Bengkulu Selatan. Universitas Bengkulu: Bengkulu.
Mayasari, D., E.D. Purbajanti dan Sutarno. 2012. Kualitas Hijauan Gamal
(Gliciridia sepium) Yang Diberi Pupuk Organik Cair (POC) Dengan Dosis
Berbeda. Animal Agriculture Journal, Vol 1, No. 2, Halaman 293-301.
Universitas Pangeran Diponegoro : Semarang.
Pamudji, S. 1989. Ekologi Administrasi Negara. PT. Bina Aksara: Jakarta.
Parcel J, Brees M, dan Giddens N. 2010. Adding Value, Ag Decision Maker. Dept
of Agriculture Economics. University of Missouri.
Peraturan Menteri Kehutanan No P 01/MENHUT-II/2004 Tentang Pemberdayaan
Masyarakat Setempat di Dalam atau di Sekitar Hutan Dalam Rangka
Social Forestry.
Peraturan Menteri Kehutanan No. :P.4/Menhut-II/2011 Tentang Pedoman
Reklamasi Hutan.
Renasari, Novita. 2010. Budidaya Tanaman Buah Nada Super Red di Wana Bekti
Handayani. Universitas Sebelas Maret: Surakarta.
Rodjak, Dr. Abdul. 2006. Manajemen Usaha Tani. Pustaka Giratuna: Bandung.
Winata, N. A. S. H., Karno dan Sutarno. 2012. Pertumbuhan dan Produksi
Hijauna Gamal (Gliciridiasepium) Dengan Berbagai Dosis Pupuk Organik

27
Cair. Animal Agriculture Journal, Vol.1, No. 1, Halaman 797-807.
Universitas Pangeran Diponegoro: Semarang.
Yulnafatmawita et. al. 2009. Pemanfaatan Gamal (Gliricidia sepium) Sebagai
Amelioran Tanah dan Pupuk Alternatif Bagi Pertanaman Cabai (Capsicum
annum). Kumpulan Artikel Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Andalas: Padang.

28

Anda mungkin juga menyukai