Kti Jepang
Kti Jepang
Diusulkan oleh:
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2016
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Puji syukur kepada Allah SWT atas Berkah, Rahmat dan Kasih Sayang-
Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul
“Pengembangan Agroindustri dan Agrowisata Berbasis Zero Waste Agriculture
sebagai Upaya Reklamasi Lahan Bekas Tambang Pasir (Galian C) Dalam
Menciptakan Pertanian Berkelanjutan (Studi Kasus di Desa Cibeureum Wetan,
Cimalaka, Sumedang, Jawa Barat)”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Dr. Iwan Setiawan, SP., M.Si selaku Pembimbing yang telah membimbing
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah.
2. Gema Wibawa Mukti, SP., MP selaku Manajer Kemahasiswaan dan
Hubungan Alumni Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran.
3. Seluruh dosen Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran yang telah
memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis selama kegiatan
perkuliahan dan pada saat penyusunan karya tulis ilmiah.
4. Rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Pertanian senantiasa memberi dorongan
semangat dalam penyusunan karya tulis ilmiah.
Terima kasih khusus penulis kepada orang tua dan keluarga tercinta yang
senantiasa memberikan dukungan moral dan materil selama ini. Akhir kata,
penulis mengharapkan karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi masyarakat
secara umum dan khususnya bagi penulis sendiri.
Penulis
i
RINGKASAN
ii
DAFTAR ISI
iii
2.7. Ilustrasi Sistem ....................................................................................... 15
2.8. Kelebihan Sistem .................................................................................... 16
2.9. Kekurangan Sistem................................................................................. 16
BAB III TIMELINE DAN RANCANGAN BIAYA ............................................ 17
3.1. Timeline Rancangan Kegiatan .................................................................... 17
3.2. Rancangan Biaya ........................................................................................ 20
3.3. Analisis Kelayakan Usaha .......................................................................... 24
3.3.1. Analisis Pendapatan ............................................................................. 24
3.3.2. Analisis Payback Periods .................................................................... 24
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 26
4.1. Kesimpulan ............................................................................................. 26
4.2. Saran ....................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 27
iv
DAFTAR GAMBAR
No Judul Hal.
1 Kondisi fisik lahan tambang pasir di kaki Gunung Tampomas……. 8
2 Pemanfaatan cebreng sebagai tanaman pereklamasi lahan bekas
tambang pasir………………………………………………………. 9
3 Penanaman tanaman buah naga di lahan bekas tambang pasir
Pasca reklamasi……………………………………………………. 9
4 Zero waste agriculture…………………………………………….. 15
v
TUJUAN UMUM
a. Sebagai bentuk aplikatif dari SDGs 2030 poin ke 15 yaitu life on land
(kehidupan di darat).
b. Mengembangkan agroindustri dan agrowisata berkelanjutan di lahan bekas
tambang pasir (Galian C) pasca reklamasi.
c. Mempublikasikan inovasi pengembangan desa agroindustri dan agrowisata
berkelanjutan di lahan bekas tambang pasir (Galian C) pasca reklamasi ke
tingkat nasional sehingga dapat menginspirasi negeri.
d. Menambah pengalaman penulis dalam menulis karya tulis ilmiah
TUJUAN KHUSUS
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
agroindustri dan agrowisata yang berkelanjutan serta berwawasan lingkungan
sehingga dapat memberikan nilai edukatif bagi masyarakat sekitar sehingga
penulis terinspirasi untuk menggagas solusi dalam bentuk gagasan yang disusus
dalam sebuah karya tulis ilmiah yang berjudul “Pengembangan Agroindustri dan
Agrowisata Berbasis Zero Waste Agriculture sebagai Upaya Reklamasi Lahan
Bekas Tambang Pasir (Galian C) Dalam Menciptakan Pertanian Berkelanjutan
(Studi Kasus di Desa Cibeureum Wetan, Cimalaka, Sumedang, Jawa Barat)”.
2
rendah hingga mencapai ketinggian 1.300 mdpl, beradaptasi pada beberapa jenis
tanah, termasuk jenis tanah yang kurang subur, tanah kering, juga tahan asam
(Chadhokar, 1982). Penanaman cebreng dapat dilakukan dengan menggunakan
biji atau stek. Namun, umumnya menggunakan stek karena mempunyai
kemampuan tumbuh lebih cepat dan mempunyai sifat yang mirip dengan
induknya.
3
pelatihan dan pemberdayaan modal serta infrastruktur untuk menunjang
keberlanjutan dari optimalisasi lahan bekas tambang pasir (galian c).
Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu petani malainkan
menanamkan nilai-nilai optimalisasi pereklamasian lahan bekas tambang
pasir (galian c) dengan penuh kerja keras, keuletan dan kesabaran untuk
dapat mengelola lahan tersebut menjadi lahan yang menunjang kegiatan
budidaya pertanian.
Melindungi hak petani pereklamasi tambang, di mana pemberdayaan
meruapakan salah satu cara melindungi petani dengan persaingan yang
tidak seimbang maupun eksploitasi yang dilakukan oleh kaum yang kuat
terhadap kaum yang lemah. Dengan memberikan perlindungan seperti itu,
maka pengembangan agrowisata yang edukatif tentang pereklamasian dan
pemanfaatan lahan bekas tambang pasir (galian c) dapat terjamin dan
kualitas produk pertanian yang bagus.
1.2.5. Agroindustri
Agroindustri merupakan industri yang menggunakan bahan baku utama
dari hasil pertanian atau suatu industri yang menghasilkan suatu produk yang
digunakan sebagai sarana atau input dalam usaha pertanian. Selain itu,
agroindustri adalah kegiatan industri yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai
bahan baku, merancang, dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan
tersebut. Dengan demikian, agroindustri meliputi industri pengolahan hasil
pertanian, industri yang memproduksi peralatan dan mesin pertanian, industri
input pertanian (pupuk, pestisida, herbisida, dan lain-lain) dan industri jasa sektor
pertanian.
1.2.6. Agrowisata
Agrowisata merupakan rangkaian kegiatan wisata yang memanfaatkan
potensi pertanian sebagai obyek wisata, baik potensi berupa pemandangan alam
kawasan pertaniannya maupun kekhasan dan keanekaragaman aktivitas produksi
dan teknologi pertanian serta budaya masyarakat petaninya. Kegiatan agrowisata
bertujuan untuk memperluas wawasan pengetahuan, pengalaman rekreasi dan
hubungan usaha di bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, holtikultura,
perkebunan, perikanan dan peternakan. Di samping itu yang termasuk dalam agro
wisata adalah perhutanan dan sumber daya pertanian.
4
budidaya perairan, hortikultura, agroindustri dan segala aktivitas pertanian di
beberapa negara, khususnya di daerah tropis dan sub-tropis basah (not-arid).
Pertanian di seluruh dunia tidak akan menampakkan hasilnya tanpa input yang
tinggi dan tidak kompromi dengan kelangsungan hidup ekonomi dan
keberlanjutan ekologinya. Situasi seperti ini menjadi semakin memburuk ketika
semuanya harus dibayar dengan bahan dan energi yang diimpor dimana bahan
berpotensi sebagai polutan juga digunakan.
5
1.3. Manfaat
a. Penulis dan pembaca dapat mengetahui pembangunan agroindustri dan
agrowisata berkelanjutan.
b. Menambah kreatifitas penulisan dalam penyusunan karya tulis ilmiah.
c. Melatih penulis dalam penggunaan ejaan bahasa Indonesia yang baik dan
benar.
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
Gambar 1. Kondisi fisik lahan tambang pasir di kaki Gunung Tampomas
Kegiatan penambangan dapat mempengaruhi sifat fisika, kimia serta
biologi tanah. Areal penambangan pasir tidak memiliki lapisan top soil karena
dalam proses penggalian pasir, lapisan top soil diangkut. Penambangan yang tidak
memperhatikan aspek lingkungan akan menyebabkan terancamnya daerah
sekitarnya dengan bahaya erosi dan tanah longsor karena hilangnya vegetasi
penutup tanah (As’ad, 2005 ).
Lahan yang digunakan untuk pertambangan tidak seluruhnya digunakan
untuk operasi pertambangan secara serentak, tetapi secara bertahap. Sebagian
besar tanah yang terletak dalam kawasan pertambangan menjadi lahan yang tidak
produktif. Sebagian dari lahan yang telah dikerjakan oleh pertambangan tetapi
belum direklamasi juga merupakan lahan tidak produktif. Kalau lahan yang telah
selesai digunakan secara bertahap direklamasi, maka lahan tersebut dapat menjadi
lahan produktif (Nurdin dkk, 2000).
Pertambangan dapat menciptakan kerusakan lingkungan yang serius
dalam suatu kawasan/wilayah. Potensi kerusakan tergantung pada berbagai faktor
kegiatan pertambangan dan faktor keadaan lingkungan. Faktor kegiatan
pertambangan antara lain pada teknik pertambangan, pengolahan dan lain
sebagainya. Sedangkan faktor lingkungan antara lain faktor geografis dan
morfologis, fauna dan flora, hidrologis dan lain-lain.
Kegiatan pertambangan mengakibatkan berbagai perubahan lingkungan,
antara lain perubahan bentang alam, perubahan habitat flora dan fauna, perubahan
struktur tanah, perubahan pola aliran air permukaan dan air tanah dan sebagainya.
Perubahan-perubahan tersebut menimbulkan dampak dengan intensitas dan sifat
yang bervariasi. Selain perubahan pada lingkungan fisik, pertambangan juga
mengakibatkan perubahan kehidupan sosial, budaya dan ekonomi.
Kegiatan pertambangan juga mengakibatkan perubahan pada kehidupan
sosial, ekonomi dan budaya masyarakat. Perubahan tata guna tanah, perubahan
kepemilikan tanah, masuknya pekerja, dan lain-lain. Pengelolaan dampak
pertambangan terhadap lingkungan bukan untuk kepentingan lingkungan itu
sendiri tetapi juga untuk kepentingan manusia (Nurdin, dkk, 2000).
8
2.3. Deskripsi Gagasan
Upaya reklamasi lahan yang dilakukan di kaki Gunung Tampomas ini
yaitu menggunakan metode vegetatif dengan memanfaatkan tanaman cebreng.
Tanaman cebreng ditanam sebagai tanaman perintis di lahan bekas tambang pasir
(Galian C) di Desa Cibeuereum Wetan, Kec. Cimalaka, Kab. Sumedang. Sifat
fisik, kimia dan biologi tanah menjadi fokus utama dalam mereklamasi tanah.
Kelompok Tani Simpay Tampomas telah membuktikan bahwa tanaman
cebreng sebagai tanaman perintis mampu mereklamasi lahan bekas tambang pasir
(Galian C) di kaki Gunung Tampomas Desa Cibeureum Wetan, Cimalaka. 20
Hektar dari 40 Hektar lahan bekas tambang berhasil direklamasi oleh petani
reklamasi setempat dan seluas 5 hektar telah ditanami tanaman buah naga dengan
sistem pertanian terpadu pada tahun 2009. Hal tersebut mampu meningkatkan
kesejahteraan petani setempat. Namun, kesejahteraan petani masih bisa
ditingkatkan dengan ditambahkannya nilai tambah dan nilai baru yaitu
agroindustri dan agrowisata. Lahan bekas tambang pasir (galian C) pasca
reklamasi berpotensi untuk dijadikan agroindustri dan agrowisata yang
berkelanjutan serta berwawasan lingkungan yang dapat memberikan nilai-nilai
edukasi bagi masyarakat.
9
2.4. Pihak Implementasi Kegiatan
a. Akademika: memberikan pengetahuan mengenai optimalisasi lahan bekas
tambang pasir dan tata ruang terutama berperan penting dalam memonitoring
dan evaluasi program agrowisata serta agroindustri yang akan dilaksanakan.
b. Organisasi Petani: sebagai wadah untuk komunikasi dan diskusi para petani
dalam mewujudkan tujuan yang sama yaitu agroindustri dan agrowisata
berkelanjutan.
c. Investor: penyedia saham dan membantu masyarakat pengelola dalam
menyokong pendanaan dan kekuatan administratif serta politik.
d. Lembaga Swadaya Masyarakat: membantu masyarakat lainnya untuk
merasakan dampak dari lahan bekas tambang yang berhasil direklamasi
sehingga kesejahteraan masyarakat tersebut dapat meningkat.
e. Pemerintah: membangun komitmen dengan masyarakat, menginisiasi dan
mempromosikan kepada masyarakat tentang pengelolaan lingkungan dan SDA
yang tersedia serta melindungi hak-hak petani reklamasi lahan bekas tambang
pasir
f. Masyarakat: sebagai subjek yang dapat mengelola dan mengolah potensi
sumberdaya alam dengan baik, tepat, efisien, dan maksimal dengan tetap
menjaga kelestarian lingkungan.
g. Administrator Publik: memfasilitasi upaya masyarakat dalam melakukan dan
melanjutkan pembangunan demi kepentingan masyarakat saat ini dan generasi
yang akan datang (melakukan aksi horizontal dan vertical).
10
2. Penyediaan Sarana Produksi Pertanian
Penyediaan sarana produksi yang tepat harus sesuai dengan keperluan
usaha tani dan jenis komoditas yang akan dikembangkan di suatu wilayah. Sarana
produksi sebagai input dalam usaha tani meliputi: bibit tanaman buah naga,
kambing ettawa, pupuk kandang, pakan, pestisida nabati, peralatan dan
perlengkapan yang dibutuhkan baik untuk kegiatan produksi pra-panen, panen dan
pasca panen.
3. Perbanyakan Tanaman Cebreng,
Tanaman cebreng dapat diperbanyak dengan dua metode yaitu secara
generatif dan vegetatif. Masyarakat umumnya lebih sering menggunakan metode
vegetatif, yaitu dengan menggunakan stek batang. Penanaman stek batang lebih
baik berasal dari batang bawah tanaman yang telah berumur lebih dari 12 bulan
dengan diameter 3-5 cm dan panjang 50 cm. Stek terlebih dahulu disemai dalam
polibeg selama 2-3 bulan.
4. Penanaman dan Pemupukan Tanaman Cebreng
Bibit bertunas 15-20 cm (umur 2-3 bulan) dapat ditanam langsung di
lahan dengan jarak tanam berkisar antara 40-50 cm sampai dengan 1,5-5 m.
Waktu tanam dianjurkan pada awal musim hujan. Setiap lubang tanam diisi
dengan 1 bibit tanaman cebreng.
Pemupukan merupakan pemberian bahan yang dimaksudkan untuk
menyediakan hara bagi tanaman. Umumnya pupuk diberikan dalam bentuk padat
atau cair melalui tanah dan diserap oleh akar tanaman. Pemupukan dilakukan
dengan menambahkan pupuk kandang (kotoran kambing ettawa) dengan dosis 10
Kg per lubang tanam. Hal tersebut dilakukan karena kondisi lahan bekas tambang
yang miskin akan unsur hara. Pemupukan dilakukan sebelum tanam agar terjadi
masa inkubasi pada pupuk kandang tersebut.
5. Analisis Tanah di Laboratorium Kesuburan Tanah dan Nutrisi
Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran
Analisis tanah di laboratorium akan dilakukan dengan mengambil
sampel tanah awal untuk mengetahui sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
Selanjutnya, sampel tanah akan diambil kembali untuk mengetahui perubahan
sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui
perubahan sifat-sifat tanah sebagai akibat dari tanaman cebreng sebagai tanaman
perintis di lahan bekas tambang pasir (Galian C).
11
Sebulan sebelum tanam, terlebih dahulu dibuatkan lubang tanam dengan
ukuran 40 x 40 x 40 cm dengan jarak tanam 2 m x 2,5 m, sehingga dalam 1 ha
terdapat sekitar 2000 lubang tanam penyangga. Setiap tiang/pohon penyangga itu
dibuat 3 – 4 lubang tanam dengan jarak sekitar 30 cm dari tiang penyangga.
Lubang tanam tersebut kemudian diberi pupuk kandang yang masak sebanyak 10
kg dicampur dengan tanah.
2. Persiapan Bibit dan Tanaman Buah Naga
Buah naga dapat diperbanyak dengan cara stek dan biji tetapi umumnya
bibit yang digunakan dalam bentuk stek. Stek yang dibutuhkan untuk bahan
batang tanaman dengan panjangnya 25 – 30 cm yang ditanam dalam polybag
dengan media tanam berupa campuran tanah, pasir dan pupuk kandang dengan
perbandingan 1:1 :1.
3. Pemeliharaan
Pada tahap awal pertumbuhan pengairan dilakukan 1–2 hari sekali.
Pemberian air berlebihan akan menyebabkan terjadinya pembusukan. Pemupukan
tanaman di berikan pupuk kandang, dengan interval pemberian 3 bulan sekali,
sebanyak 5 – 10 kg. Pemangkasan batang utama (primer) di pangkas, setelah
tinggi mencapai tiang penyangga (sekitar 2 meter), dan ditumbuhkan 2 cabang
sekunder, kemudian dari masing-masing cabang sekunder dipangkas lagi dan
ditumbuhkan 2 cabang tersier yang berfungsi sebagai cabang produksi.
4. Pemanenan Buah Naga
Tanaman buah naga berumur panjang. Siklus produktifnya bisa
mencapai 15-20 tahun. Budidaya buah naga mulai berbuah untuk pertama kali
pada bulan ke 10 hingga 12 terhitung setelah tanam. Namun apabila ukuran bibit
tanamannya lebih kecil, panen pertamanya bisa mencapai 1,5-2 tahun terhitung
setelah tanam. Produktivitas pada panen pertama biasanya tidak langsung optimal.
Ciri-ciri buah yang siap panen adalah kulitnya sudah mulai berwarna merah
mengkilap. Jumbai buah berwarna kemerahan, warna hijaunya sudah mulai
berkurang. Mahkota buah mengecil dan pangkal buah menguncup atau berkeriput.
12
b. Pembuatan logo dan desain kemasan agroindustri buah naga
c. Perbaikan kualitas kambing ettawa, dengan memberikan pakan ternak yang
bergizi serta peningkatan pemeliharaan kambing ettawa.
d. Pembuatan logo dan desain kemasan agroindustry ternak kambing ettawa
e. Pemasaran agroindustri kambing ettawa dan buah naga, penulis akan
membantu memfasilitasi pemasaran yang akan bekerja sama dengan
Departemen Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran.
13
Strategi yang telah dilakukan oleh masyarakat dalam penyelesaian
permasalahan lahan bekas tambang di daerah tersebut adalah dengan melakukan
berbagai cara pereklamasian lahan. Monitoring dan evaluasi kesesuaian lahan
yang dilakukan cukup berhasil sehingga banyak pihak menilai reklamasi lahan
yang telah dilakukan perlu dipertahankan. Strategi pemertahanan yang kreatif dan
inovatif sangat dibutuhkan sebagai bentuk keberlanjutan pembangunan pertanian
dimana secara administratif mudah diterima dan secara kolaboratif sangat menarik
untuk dikembangkan lebih lanjut.
14
2.7. Ilustrasi Sistem
Domba Ettawa
Agroindustri Buah
Naga
ZERO WASTE
Daging Domba AGRICULTURE
Susu Domba
Dijual secara
Langsung
Pupuk Kandang
Kotoran Domba
Gambar 4. Zero Waste Agriculture
15
2.8. Kelebihan Sistem
Adapun kelebihan dari sistem yang telah dirancang adalah sebagai
berikut:
a. Menciptakan nilai tambah dan baru pada pengelolaan lahan bekas tambang
pasir (galian C) Desa Cibeureum Wetan, Cimalaka, Sumedang, Jawa barat.
b. Menciptakan agrowisata dan agroindustri yang berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan untuk mendukung Sustainable Development Goals 2030.
c. Menggunakan sistem pertanian terpadu sehingga menghasilkan produk
pertanian yang sehat dan ramah lingkungan sebagai rangka memenuhi gizi
masyarakat (Hubungkan dengan SDG’s 30).
d. Menerapkan prinsip zero waste dengan memanfaatkan sumber daya lokal.
e. Memanfaatkan lahan kritis menjadi lahan produktif untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat setempat.
16
BAB III
TIMELINE DAN RANCANGAN BIAYA
3.1. Timeline Rancangan Kegiatan
TAHUN PERTAMA
BULAN KE-
NO KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Persiapan
Pendanaan dan Sponsorship
Kerjasama Berbagai Pihak (Pemerintah, Perguruan Tinggi, LSM dan Perusahaan)
2 Pengembangan Agroindustri
2 Pengembangan Agroindustri Buah Naga : Reklamasi Lahan
Penyuluhan Pertanian Mengenai Agroindustri dan Agrowisata
Perbanyakan Tanaman Cebreng
Penanaman Tanaman Cebreng
Pengolahan Tanah (Pemupukan)
Monitoring Lahan
Analisis Laboratorium
17
TAHUN KEDUA
BULAN KE-
NO KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2 Pengembangan Agroindustri
2 Pengembangan Agroindustri Buah Naga
Penyediaan Sarana Produksi Pertanian
Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman Buah Naga
Penyuluhan Pengolahan Produk dan Agribisnis Buah Naga
Pembuatan Logo dan Desain Kemasan Agroindustri Buah Naga
3 Pengembangan Agrowisata
Penyuluhan Mengenai Agrowisata dan Dampak Bagi Masyarakat
Persetujuan Masyarakat dan Pemerintah Setempat untuk Pengembangan Agrowisata
TAHUN KETIGA
BULAN KE-
NO KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2 Pengembangan Agroindustri
2 Pengembangan Agroindustri Buah Naga
Penyediaan Sarana Produksi Pertanian
18
Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman Buah Naga
Pelatihan Pengolahan Produk Buah Naga
3 Pengembangan Agrowisata
Perbaikan Infrastruktur Jalan
Pembangunan Agrowisata sesuai Arsitektur yang telah dirancang
Pelatihan kepada Masyarakat mengenai Agrowisata
TAHUN KEEMPAT
BULAN KE-
NO KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2 Pengembangan Agroindustri
2 Pengembangan Agroindustri Buah Naga
Penyediaan Sarana Produksi Agribisnis Buah Naga
Panen Buah Naga
Pengolahan Produk Buah Naga
Pemasaran Produk Agroindustri Buah Naga
Penanaman dan Pemeliharaan Berkelanjutan Tanaman Buah Naga
19
2 Pengembangan Agroindustri Kambing Ettawa
Agroindustri Ternak Kambing Ettawa
Pelatihan Pengolahan Ternak dan Hasil Ternak Kambing Ettawa
Pemasaran Agroindustri Kambing Ettawa
Perluasan Pasar dan Area Distribusi
3 Pengembangan Agrowisata
Pembangunan Agrowisata
Penerapan Sistem Agrowisata
Evaluasi Pengembangan Agrowisata
TAHUN PERTAMA
No. Kebutuhan Jumlah Kebutuhan Harga Satuan Total
PERSIAPAN
1 Transportasi 12 bulan Rp 200,000 Rp 2,400,000
2 Proposal 10 buah Rp 50,000 Rp 500,000
AGROINDUSTRI BUAH NAGA : REKLAMASI LAHAN
1 Bibit Tanaman Cebreng 1 kg Rp 90,000 Rp 90,000
2 Pupuk Kandang 50 kg Rp 500 Rp 25,000
3 Penyuluhan 1 kali pertemuan Rp 1,000,000 Rp 1,000,000
4 Analis Laboratorium 1 orang Rp 100,000 Rp 100,000
AGROINDUSTRI KAMBING ETTAWA
1 Perbaikan dan Penambahan Kandang 10 kandang Rp 500,000 Rp 5,000,000
2 Perbaikan Sanitasi 1 lokasi Rp 2,000,000 Rp 2,000,000
20
3 Pembangunan Lokasi Olah Kotoran menjadi Pupuk 1 lokasi Rp 500,000 Rp 500,000
4 Penyuluhan dan Pelatihan 4 kali Rp 500,000 Rp 2,000,000
5 Pembangunan Rumah Industri Hasil Ternak 1 bangunan Rp 20,000,000 Rp 20,000,000
6 Biaya Pemasaran (Stiker, Kemasan dan Distribusi) 12 bulan Rp 500,000 Rp 6,000,000
TOTAL BIAYA TAHUN PERTAMA Rp 39,615,000
TAHUN KEDUA
No. Kebutuhan Jumlah Kebutuhan Harga Satuan Total
AGROINDUSTRI BUAH NAGA
1 Bibit Buah Naga Merah 200 bibit Rp 10,000 Rp 2,000,000
2 Pupuk Kompos 50 kg Rp 500 Rp 25,000
3 Alat dan Mesin Pertanian 1 set Rp 5,000,000 Rp 5,000,000
4 Pemeliharaan Tanaman 12 bulan Rp 200,000 Rp 2,400,000
Penyuluhan Pengolahan Produk dan Agribisnis Buah
3 pertemuan
5 Naga Rp 500,000 Rp 1,500,000
6 Logo dan Desain Kemasan 1 buah Rp 200,000 Rp 200,000
AGROINDUSTRI KAMBING ETTAWA
1 Penyuluhan dan Pelatihan 4 pertemuan Rp 500,000 Rp 2,000,000
2 Biaya Pemasaran (Stiker, Kemasan dan Distribusi) 12 bulan Rp 500,000 Rp 6,000,000
AGROWISATA
1 Penyuluhan Agrowisata 3 pertemuan Rp 500,000 Rp 1,500,000
TOTAL BIAYA TAHUN KEDUA Rp 20,625,000
21
TAHUN KETIGA
No. Kebutuhan Jumlah Kebutuhan Harga Satuan Total
AGROINDUSTRI BUAH NAGA
1 Alat dan Mesin Pertanian 1 set Rp 2,000,000 Rp 2,000,000
2 Pemeliharaan Tanaman 12 bulan Rp 200,000 Rp 2,400,000
Penyuluhan Pengolahan Produk dan Agribisnis Buah
3 pertemuan
3 Naga Rp 500,000 Rp 1,500,000
4 Biaya Pemasaran (Stiker, Kemasan dan Distribusi) 12 bulan Rp 500,000 Rp 6,000,000
AGROINDUSTRI KAMBING ETTAWA
1 Penyuluhan dan Pelatihan 4 pertemuan Rp 500,000 Rp 2,000,000
2 Biaya Pemasaran (Stiker, Kemasan dan Distribusi) 12 bulan Rp 500,000 Rp 6,000,000
AGROWISATA
1 Perbaikan Infrastruktur Jalan 1 lokasi Rp 15,000,000 Rp 15,000,000
2 Pembangunan Agrowisata sesuai Arsitektur 1 lokasi Rp 100,000,000 Rp 100,000,000
3 Penyuluhan dan Pelatihan Agrowisata 3 pertemuan Rp 500,000 Rp 1,500,000
TOTAL BIAYA TAHUN KETIGA Rp 136,400,000
TAHUN KEEMPAT
No. Kebutuhan Jumlah Kebutuhan Harga Satuan Total
AGROINDUSTRI BUAH NAGA
1 Pemeliharaan Tanaman 12 bulan Rp 200,000 Rp 2,400,000
Penyuluhan Pengolahan Produk dan Agribisnis Buah
3 pertemuan
2 Naga Rp 500,000 Rp 1,500,000
3 Biaya Pemasaran (Stiker, Kemasan dan Distribusi) 12 bulan Rp 500,000 Rp 6,000,000
AGROINDUSTRI KAMBING ETTAWA
1 Penyuluhan dan Pelatihan 4 pertemuan Rp 500,000 Rp 2,000,000
22
2 Biaya Pemasaran (Stiker, Kemasan dan Distribusi) 12 bulan Rp 500,000 Rp 6,000,000
AGROWISATA
1 Pembangunan Agrowisata Lanjutan 1 lokasi Rp 50,000,000 Rp 50,000,000
2 Penyuluhan dan Pelatihan Agrowisata 3 pertemuan Rp 500,000 Rp 1,500,000
TOTAL BIAYA TAHUN KEEMPAT Rp 69,400,000
23
3.3. Analisis Kelayakan Usaha
Payback Period
Artinya, dana investasi awal usaha ini akan kembali pada waktu 2,23
atau 2,5 bulan. Namun, jika dihitung dari awal pengembangan, maka dana
investasi awal akan kembali pada waktu 3 tahun 2,5 bulan.
24
Berdasarkan analisis kelayakan usaha diatas, maka investasi produk
agroindustri buah naga dan ternak kambing ettawa serta pengembangan
agrowisata layak untuk dilaksanakan dan memiliki profit yang menjanjikan
peluang usaha.
25
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Salah satu tujuan dari Sustainable Development Goals (SDGs) 2030
adalah poin ke-15 “life on land” yaitu kehidupan di darat. Ketika kita memahami
secara mendalam mengenai poin ke-15, maka mengurangi degradasi lahan
menjadi suatu jalan untuk mencapai tujuan tersebut dengan bentuk aplikatif yang
dapat dilakukan adalah dengan menggagas sebuah ide solutif di lahan bekas
tambang galian C di Desa Cibeureum Wetan Kec. Cimalaka Kab. Sumedang.
Keadaan lahan bekas tambang yang sangat memprihatinkan dilihat dari
sisi positif, lahan tersebut bisa menjadi potensial kembali untuk digarap terutama
bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Hal tersebut dimulai dari pereklamasian
lahan yang akan membuat lahan dapat produktif kembali. Kemudian,
pembangunan agroindustri buah naga dan ternak kambing ettawa hingga
pengembangan lanjutan yaitu pembangunan agrowisata Cimalaka dapat menjadi
pengembangan agribisnis yang dapat membantu kesejahteraan ekonomi
masyarakat.
Bentuk implementasi dimulai sejak pra-reklamasi, reklamasi dan strategi
nilai baru. Sistem yang akan dianut dalam pengembangan agrowisata ini adalah
“zero waste agroecosystem” sehingga meminimalisasi limbah pertanian dan
membuat limbah pertanian ini bermanfaat kembali. Dengan jangka waktu
implementasi 4 (empat) tahun, implementasi ini membutuhkan dana sebesar Rp.
266.040.000,-. Hal ini setara dengan pengembangan yang akan dilakukan dan
tentu membutuhkan dukungan berbagai pihak untuk melaksanakan implementasi
gagasan yaitu Akademika, Organisasi Petani, Investor, Lembaga Swadaya
Masyarakat, Pemerintah, Masyarakat dan Administrator Publik.
4.2.Saran
Masih banyak lahan bekas galian tambang di Indonesia yang perlu
diperbaiki agar tidak terlantar begitu saja namun dapat bermanfaat bagi
masyarakat sekitar. Pembangunan setiap lahan bekas galian tambang tentu
berbeda setiap wilayah, sehingga dibutuhkan riset dan penelitian tertentu agar
reklamasi lahan dan pengembangan pertanian diatas lahan tersebut sesuai dengan
kondisi dan lingkungannya.
26
DAFTAR PUSTAKA
27
Cair. Animal Agriculture Journal, Vol.1, No. 1, Halaman 797-807.
Universitas Pangeran Diponegoro: Semarang.
Yulnafatmawita et. al. 2009. Pemanfaatan Gamal (Gliricidia sepium) Sebagai
Amelioran Tanah dan Pupuk Alternatif Bagi Pertanaman Cabai (Capsicum
annum). Kumpulan Artikel Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Andalas: Padang.
28