Anda di halaman 1dari 4

Nama : Khairul Najmi

Nim : 180103011

Resume mata kuliah fiqh munaqahat tentang “persiapan pernikahan”

Persiapan pernikahan atau perkawinan ada 4 yaitu tata cara ta’aruf, mahram dan
hukumnya, kebolehan melihat orang yang akan di pinang, khitbah. Setelah saya
baca dalam buku Fiqih islam karangan H.Sulaiman Rasyid dan jurnal ada
beberapa poin yang dapat di ambil.

1. Tata cara ta’aruf


Tar’aruf adalah saling perkenalan. Dan umumnya dilakukan sebelum
khitbah. Dalam hal ta’aruf tidak ada cara khusus. Intinya bagaimana
seseorang bisa menggali data calon pasangannya, tanpa melanggar
aturan syariat maupun adat masyarakat. Hanya saja, ada beberapa
catatan yang perlu diperhatikan terkait ta’aruf.

A. Sebelum terjadi akad nikah, kedua calon pasangan, baik lelaki


maupun wanita, statusnya adalah orang lain. Sama sekali tidak
ada hubungan kemahraman. Sehingga berlaku aturan lelaki dan
wanita yang bukan mahram. Mereka tidak diperkenankan untuk
berdua-an, saling bercengkrama.

B. Luruskan niat, bahwa anda ta’aruf betul-betul karena ada i’tikad


baik, yaitu ingin menikah. Bukan karena ingin koleksi kenalan,
atau cicip-cicip, dan semua gelagat tidak serius. Membuka
peluang, untuk memberi harapan palsu kepada orang lain.
C. Menggali data pribadi, bisa melalui tukar biodata

Itu sajalah tata cara ta’aruf yang dapat saya peroleh dari bacaan yang
saya.

2. Mahram dan hukumnya


Mahram adalah orang yang tidak halal untuk di nikahi. Mahram
terbagi ke dalam 14 macam :
 Tujuh orang dari pihak keturunan
- Ibu dari ibunya (nenek), ibu dari bapak, dan seterusnya
sampai ke atas
- Anak dan cucu.
- Saudara saudara perempuan seibu sebapak.
- Saudara perempuan dari bapak.
- Saudara perempuan dari ibu
- Anak perempuan dari saudara laki laki.
- Anak perempuan dari saudara perempuan.
 Dua orang dari sebab meyusu
- Ibu yang menyusuinya.
- Saudara perempuan sepersusuan.
 Lima orang dari sebab pernikahan.
- Ibu istri (mertua)
- Anak tiri, apabila sudah campur dengan ibunya.
- Istri anak (menantu)
- Istri bapak (ibu tiri)
- Dua perempua yang ada hubungan mahram.
3. Kebolehan melihat orang yang akan di pinang.
Sebagian ulama mengatakan baha melihat perempuan yang akan di
pinang itu boleh saja. Mereka beralasan kepada hadis nabi beikut ini
Yang artinya: “ apabila salah seorang diantara kamu meminang
seseorang perempuan, maka tidak berhalangan atasnya untuk melihat
perempuan itu, asala saja melihatnya semata mata untuk mencari
perjodohan, baik diketahui oleh perempuan itu ataupun tidak.
(riwayaat ahmad)

Ada pula sebagian ulama yang berpendapat bahwa melihat perempuan


yang akan di pinang itu hukumnya sunat.

Umat islam benra benar telah memberikan kelapangan untuk melihat


seorang perempuan yang akan dipinangnya itu. Tetapi hanya boleh
melihat telapak tangan dan muka saja.

4. Khitbah
Khitbah adalah meminang atau lamaran artinya menyatakan
permintaan untuk menikah dari seorang laki laki kepada perempuan
atau sebaliknya dengan perantaran seseorang yang dipercayai. Secara
syar’i tidak masalah jika wanita melamar laki-laki
”Dari Tsabit, ia berkata, ”Kami duduk bersama dengan Anas bin
Malik yang disebelahnya ada seorang anak perempuannya. Lalu Anas
berkata, ”datanglah seorang perempuan kepada Nabi SAW, lalu ia
menawarkan dirinya kepada beliau, kemudian perempuan itu berkata,
”Wahai Rasulullah maukah tuan mengambil diriku? Kemudian anak
perempuan Anas menyeletuk, ”Betapa tidak malunya perempu itu!”
Lalu Anas menjawab, ”Perempuan itu lebih baik daripada kamu”. Ia
menginginkan rasulullah, karena itu ia menawarkan dirinya kepada
beliau”. (HR. Ibnu Majah).
Ada beberapa hal yang perlu di perhatikan ketika mengkhitbah :
- Mengetahui dan melihat sang calon (perempuan).
- Sang perempuan boleh menolak/memilih yang
melamarnya.
- Tidak melamar perempuan yang sedang masa iddah.

Anda mungkin juga menyukai