Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh:
Kelompok 01
1. Rike Aristina (4401417014)
2. Hana Juli W. (4401417022)
3. Putri Saadatul (4401417024)
4. Susi Ayu W. (4401417046)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULUTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
PEWARISAN GEN GANDA
PENENTUAN POLA DAN JUMLAH SULUR JARI TANGAN
A. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui pola sulur jari tangan pada mahasiswa jurusan Biologi
2. Menghitung jumlah semua sulur per individu dan rata-ratanya pada
populasi
3. Menguji perbandingan genetic pola sulur menggunakan Chi-kuadrat
B. Landasan Teori
Gen merupakan segmen segmen DNA, bahwa DNA adalah suatu polimer yang
terdiri dari empat jenis monomer yang berbeda yang dinamkan nukleotida. Penurunan
sifat sifat herediter memiliki basisi molekuler yaitu raplikasi persis DNA, dan
menghasilkan salina salinan gen yang dapat diteruskan dari orang tua ke
keturunannya. Pada hewan dan tumbuhan, pengiriman gen dari generasi ke generasi
selanjutnya ini dilakukan oleh sperma dan ovum (telur yang belum dibuahi). Setelah
sperma bersatu (sel telur tunggal) maka gen dari kedua orang tuanya hadir dalam
nucleus dari telur yang telah dibuahi tersebut. DNA dari suatu sel eukarotik dibagi
lagi menjadi kromosom di dalam nucleus tersebut (Campbell, 2010).
Timbulnya berbagai variasi di dalam suatu kelas fenotip disebabkan karena
pengaruh gen ganda ( poligen atau multiple gen), misalnya poligen pada manusia
antara lain perbedaan pigmentasi kulit, perbedaan tinggi tubuh, sidik jari, bibir
sumbing dan celah langit –langit. Sidik jari merupakan contoh yang indah pula untuk
mengetahui peranan poligen (Ifa,2010 ).
Menurut Ramani, dkk (2011) sidik jari dapat digunakan sebagai alat identifikasi
seseorang, aspek biologis, penurunannya serta perbedaan diantara bangsa-bangsa.
Sidik jari terbentuk sejak awal perkembangan embrio yaitu pada umur embrio 13
minggu sampai embrio 24 minggu. Pola sidik jari ditentukan oleh banyak gen
(poligen) sehingga secara genetik tidak pernah berubah seumur hidup, kecuali
dipengaruhi oleh kerusakan lingkungan (Misbach, 2010). Perubahan sidik jari dapat
terjadi akibat trauma berat sehingga pola tidak dapat terbentuk kembali (Triwani,
2003). Pola sidik jari dan jumlah sulur pada sidik jari dipengaruhi oleh banyak hal,
akan tetapi yang diduga berperan utama dalam pembentukannya adalah sel saraf di
lapisan epidermis (Matthew, 2003). Sulur atau guratan pada jari ini dapat
meningkatkan gesekan, memperbaiki sentuhan, membantu tangan untuk mengenali
benda-benda di sekitar dengan menghilangkan tekstur permukaan (Jain, et al. 2010).
Pola sidik jari dibedakan menjadi tiga, yaitu bentuk lengkung atau arch, bentuk
sosok atau loop, dan lingkaran atau whorl. Pola arch adalah pola dengan garis
lengkung sejajar menyerupai busur dan tidak memiliki triradius. Pola loop memiliki
bentuk lengkung seperti kait dengan satu triradius. Pola ini ada 2 macam yaitu loop
ulna dan loop radial. Pola whorl berbentuk lingkaran dengan sedikitnya memiliki dua
triradius, seperti terlihat pada Gambar 1. Frekuensi kehadiran pola sidik jari
bervariasi dari satu jari dengan jari yang lain. Frekuensi pola sidik jari loop lebih
tinggi dibandingkan bentuk whorl dan arch. Penghitungan banyaknya rigi dilakukan
mulai dari triradius sampai ke pusat dari pola sidik jari (Suryo, 2001).
C. Metode
Alat dan bahan :
Tinta stempel, kertas tulis, kaca pembesar, sepuluh jari tangan mahasiswa.
Cara kerja :
Membuat kolom Menempelkan jari
Menyiapkan alat
untuk tempat sidik satu persatu ke
dan bahan
jari dalam bak stempel
Menghitung
jumlah sulur Mengamati pola
Menempelkan jari
pada ke 10 jari sidik jari yang
ke kertas pada
berdasarkan pola ada pada 10 jari
kolom yang telah
sidik jari yang menggunakan
tersedia
diamati lup
Mencatat hasil
Membuat laporan
pengamatan yang
hasil pengamatan
telah dilakukan
b) Analisis Data
Perhitungan Chi-square Tipe Pola
Arch Loop Whorl Jumlah
O 5,4 74,2 20,4 100
e 5 70 25 100
d 0,4 4,2 -4,6
𝑑2 0,032 0,252 0,8464 1,1304
𝑒
19
Arch = 348 𝑥 100% = 5,4%
258
Loop = 348 𝑥 100% = 74,2%
71
Whorl = 348 𝑥 100% = 20,4%
Ho : Rata-rata pola Arch = 5%, pola loop = 65-70%, pola whorl = 25-30%
Ha : Rata-rata pola Arch ≠ 5%, pola loop ≠ 65-70%, pola whorl ≠ 25-30%
Db = n-1
= 3-1
=2
P = 50 %
= 0,50
X2 hitung = 1,1304
X2 tabel = 1,39
X2 hitung < X2 tabel
Jadi Ho diterima dengan derajat kepercayaan 50% (P = 0,50).
Ho : Jumlah rata-rata semua sulur pada laki-laki = 144, sedangkan pada perempuan =
127
Ha : Jumlah rata-rata semua sulur pada laki-laki ≠ 144, sedangkan pada perempuan ≠
127
Db = n-1
= 2-1
=1
P =0%
X2 hitung = 23,85
X2 tabel = ̴
Untuk X2 hitung sudah tidak ada dalam tabel X2, jadi kemungkinannya adalah
Ho ditolak, Ha diterima dengan derajat kepercayaannya adalah 0 %.
c) Pembahasan
Poligen merupakan suatu seri gen ganda yang menentukan sifat secara
kuantitatif. Dalam hal ini, pewarisan sifat dikendalikan oleh lebih dari satu gen pada
lokus yang berbeda dalam kromosom yang sama atau berlainan. Salah satu sifat yang
disebabkan oleh poligen adalah tinggi badan manusia dan sidik jari.
Pola sidik jari terbentuk sebelum lahir dan terjadi ketika masih didalam Rahim.
Untuk setiap manusia identitas (dermatoglifi) yang terbentuk di bawah lapisan kulit
atau dermal papillae dasarnya tidak berubah, selama lapisan papillae masih berada
dikulit dan sidik jari akan selalu ada. Dermatoglifi merupakan suatu manifestasi yang
dikendlikan oleh poligenik, dimana pola dasarnya tidak akan berubah selama
hayatnya. Perubahan terjadi hanya pada ukuran sulur, yang berlangsung sejalan
dengan perkembangan kaki dan tangan. Variasi dermatoglifi satu spesies berbeda
dengan spesies lain dan menunjukkan kekhasan pada setiap spesies (Siburian, et al,
2010). Hal ini dikarenakan sidik jari merupakan pencerminan dari bagian DNA dalam
kromosom yang membawa karakteristik spesifik dari organisme. (Purbasari dan
Angga, 2017)
Sidik jari bersifat genetik dan diwariskan melalui pewarisan poligen.
Berdasarkan sistem Galton, sidik jari dapat dibedakan menjadi 3 pola dasar yaitu :
bentuk lengkung atau “Arch” (A), bentuk sosok atau “Loop” (L), dan bentuk
lingkaran atau “Whorl” (W). Frekuensi kehadiran pola sidik jari bervariasi dari satu
jari dengan jari yang lain. Frekuensi pola sidik jari loop lebih tinggi dibandingkan
bentuk whorl dan arch. Penghitungan banyaknya sulur dilakukan mulai dari triradius
sampai ke pusat dari pola sidik jari (Purbasari dan Angga, 2017).
Sudut Axial Triradius Distal (ATD) merupakan sudut yang terbentuk antara
titik A, titik T, dan titik D. Titik triradius adalah titik yang dibentuk oleh tiga sulur
yang mengarah ketiga arah dengan sudut 120o . Setiap individu memiliki pola yang
unik, tidak ada individu yang sama dan memiliki keberagaman. Penghitungan jumlah
sulur dilakukan dengan mengambil garis dari triradius sampai ke pusat, lalu hitung
jumlah garis yang dilewati. Total jumlah sulur pada jari tangan atau Total Ridge
Count (TRC) diperoleh dengan menghitung jumlah sulur masing- masing jari,
kemudian menghitung totalnya untuk 10 jari. Jumlah garis-garis yang dilewati
tersebut dinamakan jumlah total sulur pada jari tangan atau Total Ridge Count
(TRC). Triradius selalu ditemukan pada pola loop (mempunyai 1 triradius) dan pola
whorl (mempunyai 2 sampai 3 triradius), sehingga dapat dihitung jumlah sulurnya.
Sedangkan pola arch, tidak memiliki triradius sehingga jumlah sulur tidak dapat
dihitung (Mundijo, 2017).
Pola sidik jari ditentukan sangat kuat oleh faktor genetik, tetapi dalam periode
pembentukannya juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. Gangguan proliferasi sel
epitel dermis, tekanan pada kulit, gangguan pembuluh darah perifer, kekurangan
pasokan oksigen, dan gangguan proses keratinisasi saat pertumbuhan embrio dapat
mempengaruhi variasi pola sidik jari terutama bila terjadi pada kehamilan 19 minggu.
Selain itu faktor lingkungan yang juga berpengaruh antara lain diet dan asupan
kimiawi ibu, kadar hormon, dan tingkat radiasi tingkat). Sedangkan untuk
pembentukan sulur, banyaknya sulur yang terbentuk langsung dipengaruhi oleh gen
sehingga gen yang terlibat lebih banyak dibandingkan pada saat pembentukan pola
sidik jari. Meskipun pola sidik jari dan jumlah sulur diwariskan secara genetik, akan
tetapi jumlah sulur lebih dapat diwariskan daripada pola sidik jari (Wertheim, 2002).
Berdasarkan data kelas hasil pengamatan pola sidik jari mahasiswa pendidikan
biologi rombel 2 2017 frekuensi pola yang terbanyak secara berurutan adalah pola
loop, pola whorl, dan pola arch. Frekuensinya yaitu pola arch memiliki persentase
5,4%, pola loop memiliki persentase 74,2%, dan dan pola whorl memiliki persentase
20,4%. Berdasarkan hasil perhitungan Chi Square dengan derajat bebas=2 dan p =
0,50, didapatkan hasil X2 hitung sebesar 1,1304 dan X2 tabel sebesar 1,39. Dapat
disimpulkan bahwa Ho diterima dengan derajat kepercayaan 50% yaitu rata-rata pola
Arch = 5%, pola loop = 65-70%, pola whorl = 25-30%.
Frekuensi kehadiran pola sidik jari bervariasi dari satu jari dengan jari yang
lain. Frekuensi pola sidik jari loop lebih tinggi dibandingkan bentuk whorl dan arch,
hal ini dikarenakan hampir keseluruhan mahasiswa pendidikan biologi rombel 2 2017
adalah suku jawa dari ras mongoloid. Hal ini didukung oleh penelitian Fanani (2015),
yang menyatakan bahwa populasi di Pulau Jawa didominasi oleh pola loop
sedangkan untuk pola whorl merupakan pola terbanyak kedua setelah pola loop dan
yang paling sedikit adalah pola arch, sedangkan populasi di Pulau Papua pola whorl
lebih tinggi dibandingkan loop yang artinya ras mongoloid (suku jawa) didominasi
pola loop sedangkan ras australomelanesoid (suku Papua) didominasi oleh pola
whorl.
Berdasarkan literatur yang lain, pola Loop banyak dijumpai pada populasi
orang kulit putih dan hitam, sedangkan pola Whorl banyak dijumpai bangsa
Mongoloid, populasi penduduk asli Australua dan populasi Menalesia di Pasifik. Pola
Arch sedikit ditemukan untuk semua populasi bangsa, biasanya hanya pada bangsa
Bushman (bangsa Negroid yang hidup di Afrika Selatan) (Hidayati, 2015).
Berdasarkan uji chi-square rata-rata jumlah semua sulur pada jumlah sulur pada laki-
laki adalah 86 dan rata-rata jumlah sulur pada perempuan adalah 135,4. Dan dengan
hasil X2 hitung sebesar 23,85 dan X2tabel adalah tak hingga. Dengan hasil X2 hitung
sebesar itu dengan derajat bebas=1, X2 hitung sudah tidak ada dalam tabel X2, jadi
kemungkinannya adalah Ho ditolak, Ha diterima dengan derajat kepercayaannya
adalah 0 % yaitu jumlah rata-rata semua sulur pada laki-laki ≠ 144, sedangkan pada
perempuan ≠ 127.
Seharusnya rata-rata jumlah sulur pada laki-laki lebih banyak daripada
perempuan namun pada percobaan kami jumlah rata-rata sulur perempuan lebih
banyak daripada laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa hasil percobaan tidak sesuai
dengan teori. Menurut Purbasari (2017), apabila dipisahkan berdasarkan jenis
kelamin diperoleh hasil bahwa jumlah total sulur pada individu laki-laki lebih tinggi
dibanding jumlah sulur pada individu perempuan. Kesalahan yang terjadi mungkin
dikarenakan sample laki-laki yang digunakan sangat sedikit yaitu hanya dua orang.
Seharusnya sample yang digunakan banyak agar hasilnya semakin valid. Atau dapat
juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor genetik.
E. Kesimpulan
1. Pola sulur jari tangan mahasiswa pendidikan biologi rombel 2 2017 memiliki 3
pola, yaitu pola arch, loop dan whorl. Dengan frekuensi terbanyak secara berurutan
yaitu pola loop sebanyak 74,2%, pola whorl sebanyak 20,4%, dan pola arch
sebanyak 5,4%.
2. Jumlah rata-rata semua sulur mahasiswa pendidikan biologi rombel 2 2017 pada
laki-laki adalah sebesar 86 dan pada perempuan adalah sebesar 135,4. Berdasarkan
teori, seharusnya jumlah rata-rata semua sulur pada laki-laki lebih banyak daripada
perempuan.
3. Perbandingan genetik menggunakan analisis Chi-Kuadrat , pola sulur Arch : Loop
: Whorl adalah 5,4% : 74,2% : 20,4%. Dan jumlah rata-rata semua sulur pada laki-
laki : perempuan adalah 86 : 135,4.
F. Daftar Pustaka
Amadino, A, Susanti, R dan Afriant, R. 2014. Gambaran Pola Dermatoglifi pada
Ujung Jari Tangan Penderita Penyakit Hipertensi Esensial di Kota Padang
Tahun 2014. Jurnal Kesehatan Andalas Vol. 3(1).
Campbell, NA et al. 2010. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Fanani, H. 2015. Variasi Pola Sidik Jari Mahasiswa Berbagai Suku Bangsa Di Kota
Madiu.Jurnal Florea .Vol.4. No.1 :30.
Hidayati, F. (2015).Variasi Pola Sidik Jari pada Populasi Jawa dan Papua. Jurnal
Antro Unairt.Vol. 4. No.1: 30-41.
Ifa H. Misbach. 2010. Dahsyatnya Sidik Jari. Jakarta: visimedia.
Jain, A.K., Feng, J., Nandakumar, K. 2010. Fingerprint Matching. Published by the
IEEE Computer Society. http:// ComputingNow.computer.org.
Lahiri A. A study on relationship between dermatoglyphics and hypertension.
Journal of Dental and Medical Sciences. Vol. 7(6):62-5.
Misbach, I. H. (2010). Dahsyatnya Sidik Jari: Menguak Bakat dan Potensi untuk
Merancang Masa Depan Melalui Fingerprint Anallisys. Jakarta : Visi Media.
Matthew TA, Jay S, Leanne EV, Teresa AB, and Qurwant KT. (2003). Neuro
Developmental Interaction Sconferring Risk for Schizophrenia: A Study of
Dermatoglyphic Markers in Patients and Relatives. Schizophrenia Bulletin.
29(3):595605.
Mundijo, Trisnawati. 2017. Gambaran Pola Sidik Jari dan Sudut Axial Triradius
Digital (ATD) pada Anak Sekolah Dasar Negeri 144, Talang Betutu,
Palembang, Sumatera Selatan.Jurnal Syifa’ MEDIKA. Vol.7. No.2 : 99-103.
Purbasari, Karlina dan Angga Rahabistara Sumadji.2017. Variasi Pola Sidik Jari
Mahasiswa Berbagai Suku Bangsa Di Universitas Katolik Widya Mandala
Madiun.Jurnal Florea. Vol. 4 No. 2 : 47-54.
Ramani, P., Abhilash, H. J. Sherlin, Anuja, P. Premkuman, Chandrasekar,
Sentamilselvi, Janaki. 2011. Conventional Dermatoglyphics Revived Concept:
A Review. International Journal of Pharma and Bio Science Vol. 2 (3) :446-
58.
Siburian, Jodion, Evita Anggraeni, dan S. F. Hayati. 2010. Analisis Pola Sidik Jari
Tangan dan Jumlah Sulur serta Besar Sudut ATD Penderita Diabetes Mellitus
di Rumah Sakit Umum Daerah Jambi. Biospecies. 02 (02) : 12-17
Suryo. 2001. Genetika Manusia. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.
Triwani. 2003. Pemeriksaan Dermatoglifi sebagai Alat Identifikasi dan Diagnostik.
Jurnal Kesehatan & Kedokteran Universitas Sriwijaya Vol. (2): 2861-2866.
Wertheim, K and A, Maceo. 2002. The Critical Stage of Friction Ridge and Pattern
Formation. Journal of Forensic Identification.Vol. 52.No.1 : 3585.
Widianti,T dan Noor Aini, H. 2019. Petunjuk Praktikum Genetika. Semarang:
FMIPA Unnes.
LAMPIRAN