Anda di halaman 1dari 13

TUGAS

GIZI TUMBUH KEMBANG ANAK

(Pola Asuh Anak)

Disusun oleh :

Annisa Rachmawat (5515162268)

Farihah Bilqis

Lukman

Dosen :

PENDIDIKAN TATA BOGA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2019
Macam-macam Pola Asuh Anak

1. Sistem Pola Asuh Permisif

A. Pengertian Pola Asuh Permisif

Sistem permisif adalah pola asuh orang tua yang memberikan kebebasan tanpa batas kepada
anak tanpa diberikan arahan atau pengawasan yang baik kepada anak. Biasanya di Indonesia
terjadi pada keluarga yang mana orang tuanya lebih mementingkan karirnya dengan bekerja
siang malam tanpa memantau anaknya dan hanya memberikan apa yang dibutuhkan anaknya.

Pola ini akan berdampak buruk pada anak. Karena anak akan merasa bebas tanpa aturan. Dan
akan melakukan hal-hal yang semena-mena seakan didunia ini tidak ada aturan yang berarti.
Anak cenderung tidak disiplin dan lebih senang dengan kehidupan yang terkadang salah
dijalaninya.

Orang tua tidak menerapkan batasan, cenderung memberi kebebasan anak mengerjakan apapun
semaunya. Hubungan antara anak dan orang tua sangat hangat, karena tidak ada tuntutan apapun
pada anaknya. Sistem reward and punishment tidak berlaku efektif, karena anak lebih sering
mendapat reward dibanding punishment atau hukuman.

Pola asuh permisif atau serba boleh, biasanya membuat anak maunya menang sendiri. Selain itu
menjadi anak tidak percaya diri, tumbuh menjadi pribadi kurang mandiri atau sangat tergantung.
Semua sebagai dampak kurangnya bimbingan dan arahan, sehingga anak kurang dilatih
bertanggung jawab.

Sebagian orang menganggap pola asuh permisif diterapkan dengan cara yang “tidak disiplin”
untuk mengajarkan kedisiplinan. Namun, nyatanya tak semua orang setuju akan hal ini.
Pola asuh permisif memiliki sangat sedikit aturan dan harapan terhadap anak. Sering kali orang
tua mencintai dan mengekspresikan kepedulian terhadap anak-anak mereka, tanpa melihat anak-
anak tersebut sudah cukup mampu unuk melaksanakan tugas tertentu.

Selain itu, anak yang dididik dengan pola asuh permisif cenderung tidak disiplin karena orang
tuanya menghindari konfrontasi. Daripada menetapkan aturan dan harapan, orang tua tersebut
memilih untuk membiarkan anak-anak mencari tahu sendiri.

B. Ciri-ciri Pola Asuh Permisif

1. Fokus pada keinginan anak

Pola asuh ini lahir karena rasa kasih sayang yang berlebih dari orang tua kepada anak. Orang tua
nantinya akan selalu mengabulkan keinginan anak, demi melihat anaknya senang. Meski orang
tua berada dalam keterbatasan, biasanya mereka akan berusaha keras mewujudkan keinginan
anaknya.

2. Anak adalah raja

Pada pola asuh jenis ini, orang tua akan menganggap anak sebagai raja yang selalu harus dilayani
padahal ia mampu melakukannya sendiri. Hal ini dilakukan karena orang tua tidak tega melihat
anaknya bersusah payah.

Biasanya, saat anak merasakan emosi sedih, kecewa atau marah, orang tua langsung
mengabulkan keinginan anaknya, demi melihat tangisannya berhenti. Bagi pelaku pola asuh
permisif, anak harus selalu bahagia, tak boleh sedih sedikit pun.

3. Komunikasi tidak efektif

Orang tua mendengarkan pendapat anak, namun tidak tahu bagaimana cara yang tepat untuk
menyampaikan pendapatnya ke anak. Apalagi, pola asuh ini membuat anak jarang berdiskusi
dengan orang tua. Sehingga, yang berjalan adalah komunikasi searah, dari anak ke orang tua
saja.
4. Tidak adanya peraturan

Anak diberi kebebasan untuk bertindak sesuka hati. Karena orang tua tidak memberikan batasan
dan aturan kepada anak. Tak heran, sekali orang tua mencoba memberikan sedikit batasan ke
anak, mereka bisa luluh melihat anaknya yang sedih atau bahkan mengamuk karena dibatasi.

Karena tidak tahu bagaimana cara menolak keinginan anak dengan tepat, akhirnya seluruh
keinginan anak akan dipenuhi oleh orang tua. Dari sini Anda dapat melihat bahwa kendali anak
yang berkuasa, dan hal ini seharusnya tidak terjadi.

C. Kelebihan dan kekurangan Sistem Pola Asuh Permisif

Kelebihan
Anak yang dibesarkan dengan kultur permisif, tumbuh dengan kemampuan berpikir secara
kreatif dan bisa membuat banyak inovasi
Kebebasan untuk meraih apa yang mereka inginkan membuatnya bisa berpikir out of the box
Pola asuh permisif menghasilkan sikap yang cenderung lebih tegas dan agresif karena mereka
tumbuh bukan sebagai pengikut yang hanya menuruti jalan yang dibuat orang lain. Melainkan,
mereka tumbuh sebagai master dari masa depannya
Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh ini umumnya lebih gembira dan potensi terkena
isu psikologisnya lebih kecil.
Kekurangan
Anak yang tak terbiasa ditekan oleh orangtua untuk melakukan suatu hal umumnya tumbuh
sebagai sosok yang cukup puas dan tak berambisi tinggi
Sejak kecil terbiasa untuk dimanja atau diberi kebebasan, dikhawatirkan ia mudah putus asa
ketika tumbuh besar. Ketika ia harus bekerja keras untuk bertahan, ia bisa saja memilih jalan lain
yang lebih mudah
Anak dengan pola asuh permisif, akan mengalami masalah ketika remaja atau jelang dewasa.
Mereka yang seharusnya bisa menyelesaikan urusan sendiri, tapi masih sangat mengandalkan
orang lain.
D. Tokoh Yang Lahir Dari Pola Asuh Permisif

Kesuksesan dan karier cemerlang Bill Gates tidak terlepas dari pola asuh tepat dari kedua orang
tuanya. Ayah serta mendiang ibunya, William Henry Gates Sr dan Mary Maxwell Gates
menerapkan pengasuhan yang tidak biasa.

Pengalaman dan kebijaksanaan mereka bisa menjadi contoh baik yang menginspirasi para orang
tua. Berikut sejumlah kiat jika ingin anak Anda menjadi sehebat Bill Gates, seperti diulas pada
laman CNBC.

1. Tidak membatasi kebebasan anak

Bill Gates kecil sangat haus akan kebebasan dan kemerdekaan. Orang tuanya memberikan hal itu
sepenuhnya. Pada usia 13 tahun, Gates menghabiskan banyak waktu di luar rumah dan
mengakses teknologi tanpa batas di Universitas Washington di malam hari.

Dia pernah berkonflik dengan orang tuanya sampai sang ibunda mengirimnya ke psikolog. Usai
sejumlah konsultasi dengan terapis, di usia 14 tahun Bill sepakat untuk bersikap lebih lunak
kepada kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan.
2. Tidak mengizinkannya menyerah

William dan Mary tidak pernah membiarkan Bill menyerah melakoni sesuatu yang kurang bisa
dia kuasai. Dia tetap didorong mengikuti pelajaran musik, juga melakukan olahraga berenang,
sepak bola, dan American football.

William mengatakan, tetap mencoba hal-hal itu membantu mengembangkan pola pikir
bertumbuh serta mempelajari pentingnya kegagalan. Saat dewasa, Bill menyadari semua
dorongan tersebut membuatnya tidak terpaku pada zona nyaman.

3. Tidak memaksa anak memenuhi harapan

Orang tua Bill tidak pernah berharap putra mereka menjadi miliarder. Seperti semua orang tua
normal, mereka hanya berharap dia lulus kuliah. Betapa khawatirnya William saat Bill
menyampaikan rencana keluar dari Harvard.

Walau sulit, dia akhirnya mendukung keputusan itu. William yakin Bill tahu apa yang akan
dilakukan untuk mencapai tujuan hidupnya. Dukungan itu terbukti bijaksana. Tak lama, Bill
pindah ke Seattle dan fokus membangun Microsoft bersama Paul Allen.

4. Menunjukkan pentingnya komunitas

Orang tua Bill aktif terlibat berbagai kegiatan filantropi dan aksi komunitas. Hal itu juga
ditularkan kepada ketiga anak mereka. Sejak kecil, mereka sudah diajarkan senang berbagi dan
membantu orang lain.

Ada banyak masalah yang harus dipecahkan bersama di dunia, baik itu dukungan terhadap
seseorang atau memperjuangkan keadilan bagi kelompok tertentu. Membentuk perspektif
tersebut di benak anak sedini mungkin adalah hal penting.

Empat hal tersebut memang sangat bermanfaat sebagai pedoman, tetapi ada satu hal yang paling
penting dibandingkan semuanya. Dalam bukunya, William Gates Sr mengatakan orang tua harus
hadir dan terlibat dalam seluruh fase hidup buah hati.
"Ada satu pelajaran yang kupelajari bertahun-tahun sebagai seorang ayah, pengacara, aktivis,
dan warga negara. Sangat sederhana: bahwa kita semua menjalani hidup ini bersama-sama dan
membutuhkan satu sama lain," tulisnya.

2. Pola Asuh Demokratis

A. Pengertian pola asuh orang tua demokratis


Pola asuh demokratis ialah anak boleh mengemukakan pendapat sendiri,
mendiskusikan pandangan-pandangan mereka dengan orang tua, menentukan dan
mengambil keputusan, akan tetapi orang tua masih melaksanakan pengawasan, dalam
hal ini mengambil keputusan.

Metode demokratis menggunakan penjelasan, diskusi, dan penalaran untuk


membantu anak mengerti mengapa perilaku tertentu diharapkan. Metode ini lebih
menekankan aspek edukatif dan disiplin daripada aspek hukumannya.

B. Ciri pola asuh orang tua demokratis

Pola asuh demokratis mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

(a) Adanya komunikasi yang dialogis antara anak dan orang tua.

(b) Adanya kehangatan yang membuat anak merasa diterima oleh orang tua sehingga
ada pertautan perasaan.

(c) Peraturan-peraturan yang diberikan oleh orang tua tidak terlalu ketat.

C. Kelebihan dan kekurangan pola asuh orang tua demokratis

(a) Kelebihan pola asuh demokratis:

(1) Sikap pribadi anak lebih dapat menyesuaikan diri.

(2) Mau menghargai pekerjaan orang lain.

(3) Menerima kritik dengan terbuka.

(4) Aktif di dalam hidupnya.


(5) Emosi lebih stabil.

(6) Mempunyai rasa tanggung jawab.

(b) Kekurangan pola asuh demokratis:

(1) Pada saat berbicara, anak kadang lepas kontrol dan terkesan kurang sopan terhadap
orang tuanya.

(2) Kadang-kadang antara anak dan orang tua terjadi perbedaan sehingga lepas kontrol
yang akan menimbulkan suatu percekcokan.

4. Tokoh yang dibesarkan dengan Pola Asuh Demokratis

Untuk pola asuh, dirinya dan Bebi menerapkan cara demokratis. Diakui Meisya, anak-
anaknya selalu berpikir kritis dan sulit untuk dilarang atau diperintah.

Dengan pola asuh demokratis itu, Meisya dan suami selalu mendengarkan pendapat
anak. Misalnya, jika mereka tidak setuju dengan aturan yang dibuat orang tuanya,
mereka bebas mengeluarkan pendapat. Nah, kalau bagi Meisya alasan tersebut tidak
baik, dia akan menjelaskan kenapa itu dilarang.

Selain pola asuh, Meisya dan suami juga membebaskan anak-anaknya untuk memilih
profesinya kelak.
3. Pola Asuh Otoriter

A. Pengertian Pola Asuh Otoriter

Pola asuh ini bersifat membatasi dan menghukum, mendesak anak untuk mengikuti kata orang
tua mereka, harus hormat pada orang tua mereka, memiliki tingkst kekakuan yang tinggi, dan
memiliki intensitas komunikasi yang sedikit. Baumrind menyatakan bahwa anak yang dididik
secara otoritharian ini memiliki sikap yang kurang kompeten secara sosial, keterampilan
komunikasi yang buruk, dan takut akan perbandingan sosial. Dengan gaya otoritharian seperti ini
anak dimungkinkan memberontak karena tidak terima atau bosan dengan pengekangan. Oleh
karena itu, remaja cenderung ingin mencari tahu tanpa mau dibatasi (Arisandi.2011).

B. Ciri Pola Asuh Otoriter

1. Menuntut

Salah satu ciri khas pola asuh orangtua otoriter yaitu menerapkan banyak sekali peraturan
dengan standar yang juga tinggi. Aturan ini dibuat dengan tujuan mengontrol apa yang dilakukan
anak. Anak wajib mengikuti semua peraturan ini tanpa terkecuali. Jika anak suatu hari tidak
mematuhi aturan tersebut, maka orangtua akan menganggap anak sudah bersikap tidak jujur dan
tidak bisa diajak bekerja sama.

2. Bersikap dingin

Orangtua yang otoriter jarang menunjukkan sikap hangat pada anak. Mereka cenderung dingin
dalam menyikapi kebutuhan emosional anak. Saat merasa kecewa, orangtua yang otoriter akan
lebih banyak berteriak dan memaki anak. Kendati begitu, orangtua berdalih melakukan hal itu
dengan alasan kasih sayang yang kuat dan atas nama kebaikan anak. Namun bukan dengan cinta,
orangtua otoriter lebih banyak memperlihatkan amarah dan tuntutan pada anaknya.

3. Memegang kontrol

Tak hanya berteriak, orangtua yang otoriter biasanya akan menempatkan diri dalam posisi yang
dominan dan dalam hal ini anak tak memiliki kesempatan untuk bersuara apalagi membantah.
Mereka akan mengendalikan aspek kehidupan anak, mulai dari hal kecil seperti bagaimana anak
berbicara hingga aspek penting kala anak sudah dewasa nanti. Orangtua yang menerapkan pola
ini merasa anak tidak memiliki hak untuk menyuarakan keputusannya sendiri, dengan alasan
orangtua mengetahui apa yang terbaik.

4. Komunikasi hanya berjalan satu arah

Orangtua otoriter tidak melibatkan anak untuk membuat keputusan karena menganggap anak
belum memahami sepenuhnya apa yang menjadi pilihannya. Mereka akan menggunakan alasan
seperti “Karena Bunda tahu apa yang baik untuk kamu” saat mereka menuntut anak melakukan
hal sesuai keinginan.

5. Hukuman kasar

Rasa takut dan amarah menjadi sumber kontrol utama orangtua yang otoriter. Orangtua tak segan
menggunakan hukuman agar anak sepenuhnya patuh pada apa yang orangtua inginkan. Pada
anak yang penurut, pola asuh ini dianggap berhasil padahal sejatinya anak hidup dalam ketakutan
dan merasa tertekan. Orangtua akan lebih fokus pada hukuman daripada mengajarkan anak
bagaimana caranya berperilaku baik. Ragam studi telah menemukan, bahwa anak yang
dibesarkan dengan pola asuh otoriter berdampak pada perkembangan mentalnya. Anak akan sulit
merasa bahagia dan kurang percaya diri. Tak menutup kemungkinan, ada saatnya anak akan
tumbuh menjadi pembangkang dan akan menunjukkan perilaku tersebut saat berada dalam
lingkungan pergaulan. Bahkan, pola asuh ini memungkinkan anak untuk mengalami kecanduan
minuman beralkohol dan obat terlarang serta gangguan mental seperti depresi.

C. Kelebihan dan Kekurangan Pola Asuh Otoriter

1. Kelebihan pola asuh otoriter:

a. Anak benar-benar patuh, tunduk terhadap orang tua, dan tidak berani melanggar peraturan
yang telah ditentukan dan digariskan oleh orang tua sehingga apa yang diperintahkan orang tua
akan selalu dilaksanakan.

b. Anak benar-benar disiplin.


c. Anak benar-benar bertanggung jawab karena takut dikenai hukuman.

d. Anak memiliki kesetiaan yang tinggi terhadap orang tua.

2. Kekurangan pola asuh otoriter:

a. Sifat pribadi anak biasanya suka menyendiri, mengalami kemunduran kematangannya, dan
ragu-ragu di dalam semua tindakan.

b. Kurangnya inisiatif dan kreasi dari anak.

c. Anak memiliki sifat pasif karena takut salah dan dikenai hukuman.

d Pemalu dan ketinggalan pergaulan dengan temannya.

D. Tokoh yang Tumbuh dengan Pola Asuh Otoriter

Putri Tanjung. Di Kutp dari blog Nakita.grid.id, Putri Tanjung yang merupakan anak dari
konglomerat Chairul Tanjung mengakui bahwa sejak kecil ia mendapatkan tekanan yang berat
dari orang-orang di sekitarnya. Dimana orang tuanya tdak serta merta memperbolehkan dia
melakukan apapun yang dia mau. Berasal dari keluarga yang kaya tdak membuat dia
mendapatkan apapun yang dia mau dengan mudah, ayahnya, Chairul
Tanjung, selalu mengajarkan dia apabila dia ingin memakan makanan
yang sama dengan teman-temannya maka dia harus mencari uang untuk
membeli makanan itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/amp/s/nakita.grid.id/amp/021627676/tps-ala-chairul-tanjung-untuk-
mendidik-anaknya-jadi-pengusaha-sukses-di-usia-muda-patut-dicontoh

https://www.haibunda.com/moms-life/20190215111901-68-32740/cerita-meisya-siregar-
terapkan-pola-asuh-demokratis-untuk-anak

https://manado.tribunnews.com/2013/07/09/mengasuh-anak-secara-otoriter-atau-permisif?
page=2.

https://www.msn.com/id-id/gayahidup/pengasuhan/pola-asuh-yang-buat-bill-gates-sukses/ar-
AABIYrt

http://www.wartamadrasahku.com/2016/06/pola-asuh-orang-tua-dan-kemampuan.html?
m=1

Anda mungkin juga menyukai