Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

ENSEFALITIS

A. KONSEP DASAR MEDIS ENSEFALITIS


1. Pengertian Ensefalitis
Encephalitis adalah peradangan pada jaringan otak dan meningen, yang dapat disebabkan
karena virus, bakteri, jamur dan parasit. Encephalitis karena bakteri dapat masuk melalui fraktur
tengkorak.Sedangkan pada virus disebabkan karena gigitan serangga, nyamuk (arbo virus) yang
kemudian masuk ke susunan saraf pusat melalui peredaran darah.Pemberian imunisasi juga
berpotensi mengakibatkan encephalitis seperti pada imunisasi polio. Encephalitis karena amuba
diantaranya amuba Naegleria fowleri, acantamuba culbertsoni yang masuk melalui kulit yang
terluka.
Meningoensefalitis Virus
Meningoensefalitis virus merupakan proses radang akut yang melibatkan meningen dan
sampai tingkat yang bervariasi,jaringan otak.Infeksi ini relatif lazim dan dapat disebabkan oleh
sejumlah agen yang berbeda.CSS ditandai dengan pleositosis dan tidak ada mikroorganisme pada
perwarnaan Gram dan biakan rutin.Pada kebanyakan keadaan ifeksi adalah sembuh sendiri ,namun
pada beberapa kasus ,mungkin ditemukan morbiditas dan mortalitas.

2. Etiologi Ensefalitis

Untuk mengetahuai penyebab encephalitis perlu pemeriksaan bakteriologik dan virulogik


pada spesimen feses ,sputum,serum darah ataupun cairan serebrospinal yang harus diambil pada hari
– hari pertama.

Encephalitis dapat disebabkan karena:

1) Arbovirus
Arbovirus dapat masuk ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk dan serangga.Masa
inkubasinyaantara 5 – 15 hari.
2) Enterovirus
Enterovirus menyebabkan lebih daripada 80% dari semua kasus.Termasuk dalam enterovirus
adalah poliovirus,herpes zoster.Enterovirus disamping dapat menimbulkan encephalitis dapat
pula mengakibatkan penyakit mumps (gondongan).

1
3) Herpes Simpleks
Herpes simpleks merupakan penyebab meningitis yang sangat mematikan di Amerika
Utara(Hickey dalam Donna,1995).
4) Amuba
Amuba penyebab encephalitis adalah amuba Naegleria dan Acanthamoeba ,keduanya ditemukan
di air dan dapat masuk melalui mukosa mulut saat berenang.
5) Rabies
Penyakit rabies akibat gigitan binatang yang terkena rabies setelah masa inkubasi yang
berlangsung berminggu – minggu atau berbulan – bulan.
6) Jamur
Jamur yang dapat menimbulkan encephalitis adalah fungus Blastomyces dematitides, biasanya
menyerang pria yang bekerja di luar rumah.Tempat masuknya melalui paru – paru atau lesi pada
kulit.

3. Tanda dan Gejala Ensefalitis


Tanda dan gejala encephalitis tergantung dari penyebabnya, masing–masing berbeda. Namun
secara umum tanda dan gejala encephalitis:
 Nyeri kepala,fotofabia,nyeri sendi,nyeri leher dan nyeri pinggang
 Kesadaran menurun,mengantuk
 Vomitus, demam
 Defisit neurologik,kelumpuhan saraf kranial
 Adanya tanda – tanda iritasi serebral (mioklonus,refleks patologis)
 Peningkatan tekanan intrakranial
 Kejang ,tremor,aphasia

2
4. Patofisiologi Ensefalitis

Faktor-faktor predisposisi : pernah mengalami campak, cacar air,


herpes, dan bronkopneumonia

Virus bakteri masuk jaringan otak secara local, hematopen, dan


melalui saraf-saraf

Peradangan di otak

Pembentukan Reaksi kuman Iritasi korteks Kerusakan saraf Kerusakan Saraf


eksudat dan patogen serebral area fokal kranial V Kranial IX
transudat

Edema serebral Beredar ke Suhu tubuh Kejang nyeri Kesulitan Sulit makan
Pembuluh meningkat Kepala menguyah
Darah

Gangguan Defisit Resiko tinggi Pemenuhan Nutrisi kurang dari kebutuhan


perfusi Jaringan Resiko Tinggi cairan dan trauma, Nyeri
serebral Infeksi
hipovolemi
k

Resiko tinggi
deficit cairan,
dan hipovolemik

Kesadaran
menurun
Gangguan mobilisasi fisik

Penumpukan Gangguan persepsi sensori


sekret

Koping individu tidak efektif


Gangguan
(Kecemasan,Kurang pengetahuan)
bersihan jalan
napas

3
Virus atau agen penyebab lainnya masuk ke susunan saraf pusat melalui peredaran
darah,saraf perifer atau saraf kranial,menetap dan berkembang biak menimbulkan proses
peradanga.Kerusakan pada myalin pada akson dan white matter dapat pula terjadi.Reaksi peradangan
juga mengakibatkan perdarahan,edema,nekrosis yang selanjutnya dapat terjadi peningkatan tekanan
intrakranial.Kematian dapat terjadi karena adanya herniasi dan peningkatan tekanan intrakranial.

Urut – urutan bervariasi sesuai dengan agen infeksi dan hospes.Pada umumnya virus masuk
sistem limfatik,melalui penelanan enterovirus,pemasukan pada membran mukosa oleh
campak,rubela,VVZ atau HSV ,atau dengan penyebaran hematogen dari nyamuk atau gigitan
serangga lain.Ditempat tersebut,mulai terjadi multiplikasi,dan masuk aliran darah menyebabkan
infeksi beberapa organ.Pada stadium ini (fase ekstraneural) ada sakit demam,sistemik,tetapi jika
terjadi multiplikasi virus lebih lanjut pada organ yang ditempati ,penyebaran sekunder sejumlah virus
dapat terjadi .Invasi SSS disertai dengan bukti klinis penyakit neurologis.HSV-1 mungkin mencapai
otak dengan penyebaran langsung sepanjang akson saraf.

5. Komplikasi Ensefalitis
 Retardasi mental
 Kejang
 Demensia
 Paralisis
 Kebutaan

6. Penatalaksanaan Ensefalitis
a. Pencegahan
Penggunaan yang luas vaksin viruse yang efektif untuk polio, campak, parotitis dan rubela
yang dilemahkan telah hampir melenyapkan komplikasi SSS dari penyakit – penyakit ini di Amerika
Serikat.Keberadaan program vaksin binatang domestik terhadap rabies telah mengurangi frekuensi
ensefalitis rabies.Pengendalian ensefalitis karena arbovirus kurang berhasil karena vaksi spesifik
untuk penyakit arbovirus yang terjadi di Amerika Utara tidak tersedia. Namun, pengendalian vektor
serangga dengan metode penyemprotan yang sesuai dan pemberantasan tempat – tempat
perkembangbiakan mengurangi insiden infeksi ini.

4
b. Penatalaksanaan umum
 Pencegahan dan kontrol peningkatan tekanan intrakranial (pengurangan edema serebri)
 Kepatenan respirasi : jika indikasi perlunya ventilator
 Support nutrisi : diet tinggi kalori dan tinggi protein
 Keseimbangan cairan dan elektrolit
 Rehabilitasi

c. Pengobatan
 Vidarabine : untuk encephalitis karena herpes simpleks
 Amphotericin B (Fungizone),sulfadiazine,miconozole,rifampin untuk pengobatan amuba
encephalitis.
 Glucocorticosteroid : dexamethasone
 Anticonvulsan : phenytoin ( dilantin)
 Analgetik : acetaminophen
 Diuretik osmotik : manitol

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ENSEFALITIS


1. Pengkajian
a. Aktivitas / istirahat
Gejala: Perasaan tidak enak (malaise).
Keterbatasan yang di timbulkan oleh kondisisnya.
Tanda: Ataksia, masalah berjalan, kelumpuhan, gerakan involunter.
Kelemahan secara umum,keterbatasan dalam rentang gerak.
b. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi, seperti endokarditis, beberapa
penyakit congenital.
Tanda: Tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat (berhubungan
dengan peningkatan TIK dan pengaruh pada pusat vasomotor).
Takikardia, disritmia (pada fase akut).

c. Eliminasi
Tanda: Adanya inkontinesia dan/atau retensi.

5
d. Makanan/Cairan
Gejala: Kehilangan nafsu makan.
Kesulitan menelan (pada periode akut).
Tanda: Anoreksia, muntah.
Turgor kulit jelek, membrane mukosa kering.
e. Higene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri (pada periode akut).
f. Neurosensorik
Gejala: Sakit kepala (mungkin merupakan gejal pertama dan biasanya berat).
Parestesia, rasa kaku pada semua persarafan yang terkena, kehilangan sensasi
(kerusakan pada saraf cranial).
Ganguan dalam penglihatan, seperti diplopia (fase awal dari beberapa infeksi.
Ketulian atau mungkin hipersensitif terhadap kebisingan. Adanya halusinasi
penciuman atau sentuhan.
Tanda: Status mental/tingkat kesadaran: letargi sampai kebingungan yang berat hingga
koma, delusi dan halusinasi/psikosis organic.Apaksia/kesulitan dalam
berkomunikasi.
Mata (ukuran/reaksi pupil): unisokor atau tidak berespon terhadap cahaya
(peningkatan TIK), nistagmus (boal mata bergerak – gerak terus menerus).
Ptosis (kelopak mata atas jatuh). Karakteristik fasial (wajah): perubahan pada
fungsi motorik dan sensorik (saraf cranial V dan VII terkena). Spastik;
hemiparese atau hemiplegia.
g. Nyeri/Kenyamanan
Gejala: Sakit kepala (berdenyut dengan hebat,frontal) mungkin akan diperburuk oleh
ketegangan; leher/punggung kaku; nyeri pada gerakan ocular, fotosensitivitas,
sakit; tenggorok nyeri.
Tanda: Tampak terus terjaga, perilaku distraksi/gelisah Menangis/ mengaduh/
mengeluh

h. Pernapasan
Tanda: Peningkatan kerja pernapasan, perubahan mental (letargi sampai koma) dan
gelisah.

6
i. Keamanan
Gejala: Adanya riwayat infeksi saluran nafas atas/infeksi lain, meliputi; mastoiditis,
telinga tengah, sinus, abses gigi; infeksi pelvis, abdomen atau kulit; fungsi
lumbal, pembedahan, fraktur pada tengkorak/cedera kepala, anemia sel sabit.
Tanda: Suhu meningkat, diaphoresis, menggigil. Adanya ras, purpura menyeluruh,
perdarahan subkutan. Kelemahan secara umum; tonus otot flaksid atau spastik;
paralisi atau paresis. Gangguan sensasi.

Pemeriksaan Diagnostik Ensefalitis


a) Analisa CSS dari fungsi lumbal :
Ensefalitis : Terjadi peningkatan TIK yang ringan kemudian terlihat adanya peningkatan
tekanan pada CSS, biasanya jernih, sel darah putih meningkat, protein sedikit meningkat,
glukosa normal.
b) Sel darah putih : Sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil (infeksi bakteri).
c) Elektrolit darah : Abnormal.
d) ESR/LED : Meningkat (pada meningitis).
e) Kultur darah /hidung/tenggorok/urine : Dapat mengindikasikan daerah “pusat” infeksi atau
mengindikasikan tipe penyebab infeksi.
f) MRI/skan CT : Dapat membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel ; hematom
daerah serebral, hemoragik atau tumor
g) EEG : Mungkin terlihat gelombang lambat secara fokal atau umum (ensefalitis) atau
voltasenya meningkat (abses).
h) Ronsen dada, kepala, dan sinus : Mungkin ada indikasi infeksi atau sumber infeksi intracranial.

2. Diagnosa Keperawatan
Prioritas diagnosa keperawatan:
1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan desiminata hematogen dari pathogen,statis cairan
tubuh,penekanan respons inflamasi (akibat obat) dan pemajanan orang lain terhadap patogen.
2. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan : serebral berhubungan dengan edema serebral yang
mengubah/menghentikan aliran darah arteri/vena,hipovolemia dan masalah pertukaran pada
tingkat seluler (asidosis).
3. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan akumulasi sekret, kemampuan
batuk menurun akibat penurunan kesadaran

7
4. Nyeri [akut] berhubungan dengan agen pencedera biologis, adanya proses infeksi/inflamasi
dantoksin dalam sirkulasi.
5. Risiko defisit cairan dan hipovolemik berhubungan dengan hipertermi yang menyebabkan
evaporasi berlebihan dan keadaan hipermetabolik.
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kerusakan saraf
kranial V dan IX yang menyebabkan kesulitan mengunyah dan kesulitan makan.
7. Ganguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, persepsi atau kognitif,
nyeri, tirah baring dan penurunan kekuatan/ketahanan otot.

3. Implementasi
Implementasi dilakukan dengan menggunakan panduan yang sesuai dengan intervensi.

4. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan memperhatikan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler. 1999. Rencana Asuhan
Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien.Jakarta : EGC

Kowalak, Jenifer P., William Welsh, Brenna Mayer. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta :
Salemba Medika.

Nelson, Waldo E., dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Volume 2 – edisi 15; Editor Richard E.
Behrman, Robert M. Kliegman, Ann M. Arvin; Editor Bahasa Indonesia, Samik Wahab.
Jakarta : EGC.

______. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Volume 3 – edisi 15; Editor Richard E. Behrman, Robert M.
Kliegman, Ann M. Arvin; Editor Bahasa Indonesia, Samik Wahab. Jakarta : EGC.

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit : Edisi 2. Jakarta : EGC.

Redjeki, Sri. 2012. Kejang Demam. [internet]


http://rsudbwi.banyuwangikab.go.id/artikel/detail/1220/kejang-demam.html diakses pada
Selasa, 26 Agustus 2014 pukul 22.30 WITA

Tarwoto, dkk. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persarafan.Jakarta : Sagung
Seto.

Wilkinson, Judith M. dan Nancy R. Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9,
Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria NOC. Jakarta : EGC.

Yuliani, Rita dan Suriadi. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : PT. Percetakan Penebar
Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai