ENSEFALITIS
2. Etiologi Ensefalitis
1) Arbovirus
Arbovirus dapat masuk ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk dan serangga.Masa
inkubasinyaantara 5 – 15 hari.
2) Enterovirus
Enterovirus menyebabkan lebih daripada 80% dari semua kasus.Termasuk dalam enterovirus
adalah poliovirus,herpes zoster.Enterovirus disamping dapat menimbulkan encephalitis dapat
pula mengakibatkan penyakit mumps (gondongan).
1
3) Herpes Simpleks
Herpes simpleks merupakan penyebab meningitis yang sangat mematikan di Amerika
Utara(Hickey dalam Donna,1995).
4) Amuba
Amuba penyebab encephalitis adalah amuba Naegleria dan Acanthamoeba ,keduanya ditemukan
di air dan dapat masuk melalui mukosa mulut saat berenang.
5) Rabies
Penyakit rabies akibat gigitan binatang yang terkena rabies setelah masa inkubasi yang
berlangsung berminggu – minggu atau berbulan – bulan.
6) Jamur
Jamur yang dapat menimbulkan encephalitis adalah fungus Blastomyces dematitides, biasanya
menyerang pria yang bekerja di luar rumah.Tempat masuknya melalui paru – paru atau lesi pada
kulit.
2
4. Patofisiologi Ensefalitis
Peradangan di otak
Edema serebral Beredar ke Suhu tubuh Kejang nyeri Kesulitan Sulit makan
Pembuluh meningkat Kepala menguyah
Darah
Resiko tinggi
deficit cairan,
dan hipovolemik
Kesadaran
menurun
Gangguan mobilisasi fisik
3
Virus atau agen penyebab lainnya masuk ke susunan saraf pusat melalui peredaran
darah,saraf perifer atau saraf kranial,menetap dan berkembang biak menimbulkan proses
peradanga.Kerusakan pada myalin pada akson dan white matter dapat pula terjadi.Reaksi peradangan
juga mengakibatkan perdarahan,edema,nekrosis yang selanjutnya dapat terjadi peningkatan tekanan
intrakranial.Kematian dapat terjadi karena adanya herniasi dan peningkatan tekanan intrakranial.
Urut – urutan bervariasi sesuai dengan agen infeksi dan hospes.Pada umumnya virus masuk
sistem limfatik,melalui penelanan enterovirus,pemasukan pada membran mukosa oleh
campak,rubela,VVZ atau HSV ,atau dengan penyebaran hematogen dari nyamuk atau gigitan
serangga lain.Ditempat tersebut,mulai terjadi multiplikasi,dan masuk aliran darah menyebabkan
infeksi beberapa organ.Pada stadium ini (fase ekstraneural) ada sakit demam,sistemik,tetapi jika
terjadi multiplikasi virus lebih lanjut pada organ yang ditempati ,penyebaran sekunder sejumlah virus
dapat terjadi .Invasi SSS disertai dengan bukti klinis penyakit neurologis.HSV-1 mungkin mencapai
otak dengan penyebaran langsung sepanjang akson saraf.
5. Komplikasi Ensefalitis
Retardasi mental
Kejang
Demensia
Paralisis
Kebutaan
6. Penatalaksanaan Ensefalitis
a. Pencegahan
Penggunaan yang luas vaksin viruse yang efektif untuk polio, campak, parotitis dan rubela
yang dilemahkan telah hampir melenyapkan komplikasi SSS dari penyakit – penyakit ini di Amerika
Serikat.Keberadaan program vaksin binatang domestik terhadap rabies telah mengurangi frekuensi
ensefalitis rabies.Pengendalian ensefalitis karena arbovirus kurang berhasil karena vaksi spesifik
untuk penyakit arbovirus yang terjadi di Amerika Utara tidak tersedia. Namun, pengendalian vektor
serangga dengan metode penyemprotan yang sesuai dan pemberantasan tempat – tempat
perkembangbiakan mengurangi insiden infeksi ini.
4
b. Penatalaksanaan umum
Pencegahan dan kontrol peningkatan tekanan intrakranial (pengurangan edema serebri)
Kepatenan respirasi : jika indikasi perlunya ventilator
Support nutrisi : diet tinggi kalori dan tinggi protein
Keseimbangan cairan dan elektrolit
Rehabilitasi
c. Pengobatan
Vidarabine : untuk encephalitis karena herpes simpleks
Amphotericin B (Fungizone),sulfadiazine,miconozole,rifampin untuk pengobatan amuba
encephalitis.
Glucocorticosteroid : dexamethasone
Anticonvulsan : phenytoin ( dilantin)
Analgetik : acetaminophen
Diuretik osmotik : manitol
c. Eliminasi
Tanda: Adanya inkontinesia dan/atau retensi.
5
d. Makanan/Cairan
Gejala: Kehilangan nafsu makan.
Kesulitan menelan (pada periode akut).
Tanda: Anoreksia, muntah.
Turgor kulit jelek, membrane mukosa kering.
e. Higene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri (pada periode akut).
f. Neurosensorik
Gejala: Sakit kepala (mungkin merupakan gejal pertama dan biasanya berat).
Parestesia, rasa kaku pada semua persarafan yang terkena, kehilangan sensasi
(kerusakan pada saraf cranial).
Ganguan dalam penglihatan, seperti diplopia (fase awal dari beberapa infeksi.
Ketulian atau mungkin hipersensitif terhadap kebisingan. Adanya halusinasi
penciuman atau sentuhan.
Tanda: Status mental/tingkat kesadaran: letargi sampai kebingungan yang berat hingga
koma, delusi dan halusinasi/psikosis organic.Apaksia/kesulitan dalam
berkomunikasi.
Mata (ukuran/reaksi pupil): unisokor atau tidak berespon terhadap cahaya
(peningkatan TIK), nistagmus (boal mata bergerak – gerak terus menerus).
Ptosis (kelopak mata atas jatuh). Karakteristik fasial (wajah): perubahan pada
fungsi motorik dan sensorik (saraf cranial V dan VII terkena). Spastik;
hemiparese atau hemiplegia.
g. Nyeri/Kenyamanan
Gejala: Sakit kepala (berdenyut dengan hebat,frontal) mungkin akan diperburuk oleh
ketegangan; leher/punggung kaku; nyeri pada gerakan ocular, fotosensitivitas,
sakit; tenggorok nyeri.
Tanda: Tampak terus terjaga, perilaku distraksi/gelisah Menangis/ mengaduh/
mengeluh
h. Pernapasan
Tanda: Peningkatan kerja pernapasan, perubahan mental (letargi sampai koma) dan
gelisah.
6
i. Keamanan
Gejala: Adanya riwayat infeksi saluran nafas atas/infeksi lain, meliputi; mastoiditis,
telinga tengah, sinus, abses gigi; infeksi pelvis, abdomen atau kulit; fungsi
lumbal, pembedahan, fraktur pada tengkorak/cedera kepala, anemia sel sabit.
Tanda: Suhu meningkat, diaphoresis, menggigil. Adanya ras, purpura menyeluruh,
perdarahan subkutan. Kelemahan secara umum; tonus otot flaksid atau spastik;
paralisi atau paresis. Gangguan sensasi.
2. Diagnosa Keperawatan
Prioritas diagnosa keperawatan:
1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan desiminata hematogen dari pathogen,statis cairan
tubuh,penekanan respons inflamasi (akibat obat) dan pemajanan orang lain terhadap patogen.
2. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan : serebral berhubungan dengan edema serebral yang
mengubah/menghentikan aliran darah arteri/vena,hipovolemia dan masalah pertukaran pada
tingkat seluler (asidosis).
3. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan akumulasi sekret, kemampuan
batuk menurun akibat penurunan kesadaran
7
4. Nyeri [akut] berhubungan dengan agen pencedera biologis, adanya proses infeksi/inflamasi
dantoksin dalam sirkulasi.
5. Risiko defisit cairan dan hipovolemik berhubungan dengan hipertermi yang menyebabkan
evaporasi berlebihan dan keadaan hipermetabolik.
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kerusakan saraf
kranial V dan IX yang menyebabkan kesulitan mengunyah dan kesulitan makan.
7. Ganguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, persepsi atau kognitif,
nyeri, tirah baring dan penurunan kekuatan/ketahanan otot.
3. Implementasi
Implementasi dilakukan dengan menggunakan panduan yang sesuai dengan intervensi.
4. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan memperhatikan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan.
8
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler. 1999. Rencana Asuhan
Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien.Jakarta : EGC
Kowalak, Jenifer P., William Welsh, Brenna Mayer. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta :
Salemba Medika.
Nelson, Waldo E., dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Volume 2 – edisi 15; Editor Richard E.
Behrman, Robert M. Kliegman, Ann M. Arvin; Editor Bahasa Indonesia, Samik Wahab.
Jakarta : EGC.
______. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Volume 3 – edisi 15; Editor Richard E. Behrman, Robert M.
Kliegman, Ann M. Arvin; Editor Bahasa Indonesia, Samik Wahab. Jakarta : EGC.
Tarwoto, dkk. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persarafan.Jakarta : Sagung
Seto.
Wilkinson, Judith M. dan Nancy R. Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9,
Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria NOC. Jakarta : EGC.
Yuliani, Rita dan Suriadi. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : PT. Percetakan Penebar
Swadaya.