Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENGANTAR GEOFISIKA

SEJARAH TERBENTUKNYA BUMI

Dosen Pengampu: Dr. Zaroh Irayani

Disusun Oleh :

Bagus Rifky Riyanto (K1C016058)

Aliffia Retno Maya Saputri (K1C018022)

Neda Alfi Fauziah (K1C018036)

Arqam Douval (K1C018068)

Inna Rizmawati (K1C018070)

SEMESTER GANJIL
TAHUN AKADEMIK 2018 / 2019

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PURWOKERTO
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jagat Raya merupakan sebuah ruang yang berisi perpaduan antara energi dan materi. Di
dalamnya terdapat galaksi yang tersusun dari ribuan bintang-bintang yang salah satunya adalah
matahari. Matahari merupakan pusat tata surya bagi bumi dan planet-planet lainnya. Bumi
sendiri terbagi menjadi beberapa lapisan yaitu lapisan litosefer sebagai lapisan paling luar,
astenosfer sebagai lapisan dibawah litosfer, dan inti bumi sebagai lapisan paling dalam. Bumi
memiliki bentuk permukaan yang berbeda-beda diantaranya yaitu daratan, lautan, perbukitan,
lembah, pegunungan dan lain-lain. Sedangkan unsur yang terkandung didalam bumi meliputi
nitrogen, hydrogen, dan oksigen.
Hal tersebut yang menjadikan bumi memiliki keunikan dibandingkan dengan planet-
planet lainnya karena di bumi terdapat tanda-tanda kehidupan, sehingga dapat dihuni oleh
makhluk hidup. Bumi yang kita huni sekarang ini tidak muncul begitu saja. Semuanya
membutuhkan proses yang lama dari miliyaran tahun yang lalu. Proses itu terjadi secara
bertahap dan terdapat beberapa teori mengenai proses pembentukan bumi. Salah satunya yaitu
teori Big Bang. Dari teori tersebut, kami mengkaji lebih lanjut sehingga dihasilkan makalah
dengan judul “Sejarah Terbentuknya Bumi”. Dalam makalah ini menjelaskan mengenai
peristiwa-peristiwa mulai dari terbentuknya bumi sampai fenomena setelah bumi terbentuk.

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana proses terbentuknya jagat raya?


b. Bagaimana sejarah terbentuknya bumi?
c. Apa saja peristiwa yang terjadi setelah bumi terbentuk?

1.3 Tujuan

a. Menjelaskan proses terbentuknya jagat raya.


b. Menjelaskan sejarah terbentuknya bumi.
c. Mengetahui peristiwa yang terjadi setelah bumi terbentuk.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Proses Terbentuknya Jagat Raya


Jagat raya merupakan istilah lain dari alam semesta. Menurut ilmu astronomi atau ilmu
yang mempelajari ihwal bintang, jagat raya atau alam semesta disebut dengan Cosmos, yang
sebenarnya merupakan sebuah tempat segenap benda langit berada, termasuk bumi tempat
manusia tinggal. Di dalam jagat raya ini juga terdapat bermilyar-milyar bintang, planet, komet,
meteor, serta benda-benda langit lainnya seperti gas, debu, dan kabut. Semua elemen-elemen
jagat raya tersebut bergerak secara teratur.
Jagat raya adalah kata atau istilah yang digunakan untuk menjelaskan keseluruhan
materi, baik materi yang nyata maupun tidak nyata, serta ruang tempat seluruh materi itu berada.
Materi dalam jagat raya mencakup bumi dan segala isinya, planet, bintang, tata surya, galaksi,
serta peristiwa yang melingkupinya. Jagat raya sangatlah luas, yang terbentuk milyaran bahkan
triliunan tahun yang lalu sebelum manusia diciptakan, sehingga proses terbentuknya belum
diketahui secara pasti oleh manusia. Oleh sebab itu, beberapa manusia jenius melakukan
pendekatan ilmiah untuk mencari tahu mengenai proses pembentukan jagat raya.

Beberapa teori yang menjelaskan mengenai proses pembentukan jagat raya :

a. Teori Big Bang


Teori Big Bang (dentuman besar) adalah salah satu teori dalam kosmologi (ilmu
yang mempelajari struktur dan sejarah jagat raya) yang menjelaskan perkembangan dan
bentuk awal dari jagat raya. Teori ini dikemukakan pertama kali oleh Edwin Huble. Ide
utama dari teori ini yaitu yang menyatakan bahwa pada 15 milyar tahun yang lalu, alam
semesta berupa partikel tunggal yang mengalami penigkatan kerapatan dan suhu secara
terus menerus, hingga suatu ketika mengalami ledakan yang sangat besar. Partikel
tersebut pecah dan terlempar ke segala arah secara acak. Pecahan partikel itulah yang
akan menjadi embrio alam semesta, seperti planet, galaksi, maupun bintang. Teori Big
Bang dikenal pula dengan sebutan teori Super Dense, yaitu berisi pernyataan bahwa
apabila alam semesta mengalami pengembangan hingga skala tertentu, maka saat kita
kembali ke dalam waktu, galaksi-galaksi akan mendekat hingga terkonsentrasi pada satu
titik dan membentuk gumpalan yang sangat padat, atau disebut juga sebagai super dense
agglomeration.

b. Teori Kabut (Nebula)


Teori nebula pertama kali dikemukakan oleh Emanuel Swedenborg pada tahun
1688-1772 yang selanjutnya disempurnakan kembali oleh Imanuel Kant pada tahun
1724-1804, yang menyatakan bahwa dengan melakukan analisa peluruhan radioaktif
dalam meteorit, terbentuknya tata surya dapat ditelusuri kembali pada 4,6 milyar tahun
yang lalu. Kemudian pada tahun 1796, teori ini dikembangkan kembali oleh Pierre
Marquis de Laplace yang dikenal dengan teori Nebula Kant-Laplace. Teori ini
menjelaskan tentang tata surya berasal dari kabut raksasa yang terbentuk dari es, debu,
dan gas yang sebagian besar berupa hidrogen. Gaya gravitasi yang dimiliki oleh kabut
raksasa ini mengakibatkan kabut tersebut mengempis dan berputar pada suhu tertentu
sehingga suhu kabut memanas dan menjadi bintang yang sangat panas, disebut sebagai
matahari. Sementara itu, partikel es dan gas yang ada di sekitar matahari memadat dan
menjadi planet. Laplace berpendapat bahwa orbit planet bentuknya hampir melingkar.

c. Teori Planetesimal
Teori planetesimal pertama kali dikemukakan oleh ilmuwan Amerika, yaitu T.C
Chamberlein dan F.R Moulton pada tahun 1843-1952. Teori ini menyatakan bahwa
awalnya mtahari telah terbentuk sebagai bintang yang sangat panas, hingga suatu ketika
ada bintang lain yang bertemu dengan matahari pada jarak yang cukup dekat. Akibat
jarak yang dekat itulah maka terjadi tarik-menarik antara bintang dan matahari. Saat
bintang kembali menjauh, terdapat sebagian bahan-bahan yang terlepas dan ada pula
yang membeku sebagai planetisimal yang melayang di angkasa, yang kemudian akan
menjadi planet yang mengelilingi matahari (Sulastri dan Priambodo, 2012). Selain itu,
menurut Karyana pada tahun 2010, disebutkan bahwa awalnya terdapat gumpalan tata
surya yang berbentuk spiral. Kabut tersebut terdiri atas butiran material yang sangat
padat yang disebut planetesimal, yang berputar pada orbit bebasnya sehigga saling
bertubrukan, sehingga mengakibatkan gumpalan membesar dan memadat. Gumpalan
yang paling besar dan paling panas adalah matahari, sedangkan gumpalan lain yang
mengitarinya adalah planet-planet.

d. Teori Pasang Surut


Teori pasang surut pertama kali dikemukakan oleh Buffon pada tahun 1707-
1708. Buffon mengemukakan bahwa tata surya awalnya berasal dari suatu materi
Matahari yang terlempar dikarenakan bertumbukan(benturan) dengan sebuah komet.
Jeffreys dan Jeans juga mengemukakan bahwa tata surya terbentuk dari adanya efek
pasang suatu gas pada matahari. Efek pasang suatu gas gas tersebut disebabkan karena
suatu gaya gravitasi sebuah bintang besar yang melintasi matahari. Gas panas tersebut
kemudian terlepas dari matahari dan setelah itu mulai mengorbit(mengelilingi)
matahari. Selanjutnya, gas panas tersebut akan berubah menjadi bola cair. Tiap-tiap bola
tersebut secara perlahan akan mendingin dan membentuk suatu lapisan keras yang
dimana sekelilingnya menjadi planet-planet dan satelit-satelit.

e. Teori Awan Debu (Proto Planet)


Teori Awan Debu (Proto Planet) pertama kali dikemukakan oleh ahli astronomi
Jerman bernama Carl Von Weizsaecker tahun 1940. Teori awan debu kemudian
disempurnakan oleh ahli astronomi belanda bernama Gerard Peter Kuiper pada tahun
1950. Teori proto planet menyatakan bahwa tata surya awalnya terbentuk dari suatu
gumpalan awan debu dan gas yang jumlahnya sangat banyak. Lebih dari 15.000 juta
tahun lalu salah satu gumpalan tersebut mengalami pemadatan dan kemudian menarik
partikel debu sehingga membentuk gumpalan bola, pada saat itulah terjadi pilinan.
Dengan adanya pilinan, gumpalan bola tersebut kemudian menjadi pipih menyerupai
cakram, yaitu di bagian tengahnya tebal dan di bagian tepinya berbentuk pipih. Pada
bagian tengah yang lebih tebal berpilin lebih lambat daripada di bagian tepinya.
Partikel-partikel yang berada di bagian tengah saling berhimpit sehingga menimbulkan
panas dan cahaya, yang kemudian menjadi matahari. Partikel yang berada di bagian tepi
berpilin lebih cepat dan menyebabkan gumpalan debu dan awan gas menjadi terpecah-
pecah membentuk gumpalan-gumpalan yang lebih kecil. Gumpalan tersebut kemudian
membeku menjadi bahan planet dan satelitnya.

f. Teori Bintang Kembar


Teori bintang kembar pertama kali dikemukakan oleh ahli astronomi Inggris
bernama R.A Lyttleton sekitar tahun 1930-an. Teori tersebut mengemukakan bahwa
galaksi berisi banyak kombinasi bintang kembar. Oleh karena itu, Lyrdewn
menganggap matahari memiliki sebuah bintang sebagai kembarannya. Bintang
kembaran dari matahari tersebut kemudian meledak menjadi unsur-unsur gas dan
tertangkap oleh gaya gravitasi matahari. Awan gas selanjutnya mendingin membentuk
planet dan satelit yang mengelilingi matahari dan membentuk suatu tata surya. Sejarah
Terbentuknya Bumi dapat dipisahkan dari peristiwa terbentuknya jagat raya. Keduanya
saling berkaitan meskipun bumi hanyalah planet kecil di dalam tata surya.

2.2 Sejarah Terbentuknya Bumi

Dalam suatu sistem tata surya, matahari sebagai pusat yang dikelilingi oleh planet-
planet seperti merkurius, venus, bumi, mars, jupiter, saturnus, uranus, dan neptunus. Disitu,
bumi tidak diam saja tetapi berputar pada porosnya dan mengelilingi matahari. Jarak antara
bumi dan matahari berdasarkan posisinya adalah kurang lebih sekitar 150 juta km sedangkan
lintasan bumi yang berbentuk bulat memiliki jari-jari kurang lebih sekitar 6.370 km.
Bumi adalah planet yang di dalamnya terdapat tanda-tanda kehidupan. Semua makhluk
hidup berada di sana dan dapat menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Bumi yang sedang kita
tempati ini tersusun dari lapisan-lapisan bumi dan ada pula bahan-bahan material yang
membentuk bumi. Pada mulanya, bumi tidak seperti yang sekarang ini. Tidak memiliki lapisan
atmosfer bahkan di permukaan bumi pun tidak ada air.

Matahari dan planet-planet lainnya dalam sistem tara surya terbentuk berdasarkan teori
nebula. Nebula adalah massa yang besar yang terdiri atas partikel debu dan berbagai macam
gas. Sedangkan unsur-unsur utamanya yaitu hidrogen dan helium, juga ada elemen-elemen berat
lainnya. Nebula ini bereaksi karena ledakan bintang di daerah terdekat yang terjadi sekitar 4,6
milyar tahun lalu. Saat proses itu terjadi, suhunya turun dan berputar sangat cepat. Akibat dari
pendinginan itu kemudian menyusut dan berotasi sangat cepat, akhirnya bagian luar awan
terpisah dari tubuh utama. Tata surya ini terbentuk oleh salah satu cincin yang terpisah dari awan
gas. Cincin yang kemudian menyusut dan pusat awan padat menjadi panas lalu membentuk
matahari. Karena gravitasi maka bagian luar cincin terkumpul bersama dan menjadi protoplanet,
salah satunya adalah menciptakan adanya planet bumi. Bola gas panas ini kemudian mengalami
pendinginan akibatnya gas-gas yang berada di dalamnya kental menjadi lava. Penurunan
temperatur yang berkelanjutan ini membuat lava menjadi padat dan membentuk kerak bumi.
Pada saat proses pembekuan, logam berat seperti besi turun ke pusat lalu membentuk inti bumi.
Selain itu, bagian yang tersisa dari lava membentuk mantel bumi yang berada tepat di bawah
kerak bumi.

Beberapa tahapan terbentuknya bumi berdasarkan teori nebula adalah :


a) Matahari dan planet lainnya bentuknya masih gas yaitu kabut yang pekat dan besar.
b) Akibat gaya gravitasi maka pada pusat lingkaran kabut bersirkulasi dan memadat.
c) Terbentuk planet-planet yang berasal dari materi-materi kecil dan saat yang bersamaan
terbentuknya matahari yang ukurannya lebih kecil dari matahari.
d) Materi tersebut tumbuh dan membesar yang kemudian melakukan gerakan teratur
dengan mengorbit matahari dalam satu orbit yang tetap.

Saat proses pendinginan bumi, sebagian besar uap keluar dari kerak. Sebagian besar uap
dan berbagai macam gas lainnya juga keluar akibat dari letusan gunung berapi. Apabila di bumi
suhunya sangat tinggi, maka semua air tetap dalam bentuk uap yang mengelilingi permukaan
bumi. Saat di bumi suhunya turun, semua uap akan terkondensasi membentuk awan. Di
permukaan bumi terbentuk resultan air hujan yang terakumulasi dalam kawah. Hal tersebut
menyebabkan terjadinya pembentukan lautan.
Pada awalnya, atmosfer bumi terdiri atas hidrogen dan helium. Tetapi karena gravitasi
bumi tidak kuat akhirnya gas-gas itu menghilang ke angkasa. Lalu akibat dari tabrakan dengan
komet, membuat bumi kaya akan air dan gas penting lainnya seperti nitrogen, karbon dioksida,
amonia, metana, dan lain sebagainya. Dampak dari tumbukan dengan komet dan letusan gunung
berapi, gas yang keluar memberikan kontribusi pada pembentukan di permukaan bumi. Di
atmosfer sebagian besar oksigen ditemukan setelah muncul kehidupan di bumi yaitu pada saat
proses fotosintesis.
Bumi terus mengalami mekanismesecara bertahap dalam perkembangannya sampai
terbentuk seperti sekarang ini. Dalam proses pembentukan bumi ada tiga tahap diantaranya:
a) Bumi awalnya adalah planet yang masih homogen dan belum mengalami perbedaan
atau perlapisan unsur;
b) Perlapisan struktur bumi terbentuk melalui diferensiasi. Material besi yang memiliki
berat jenis lebih besar maka akan tenggelam sedangkan yang memiliki berat jenis lebih
ringan maka akan bergerak ke permukaan; serta
c) Bumi terbagi atas 5 lapisan yang meliputi inti luar, inti dalam, mantel luar, mantel
dalamdan kerak bumi.
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan mengenai perkembangan bumi, yaitu:
a. Teori kontraksi
Teori kontraksi yang dikemukakan oleh James Dana di AS pada tahun 1847 dan
Elie de Baumant di Eropa pada tahun 1852. Mereka berpendapat bahwa kerak bumi
mengalami pengerutan(pengeratan) karena terjadinya pendinginan di bagian dalam
bumi akibat konduksi panas. Pengerutan-pengerutan itu mengakibatkan bumi tidak rata.
Keadaan itu dianggap sama seperti buah apel, yaitu jika bagian dalamnya mengering
kulitnya akan mengerut.
b. Teori Dua Benua
Teori dua benua dikemukakan oleh Eduard Zuess dalam bukunya The Face of
the Earth (1884) dan Frank B. Taylor (1910) mengemukakan teorinya bahwa pada
mulanya terdapat dua benua di kedua kutub bumi, yaitu Laurasia (letaknya berada di
sekitar kutub utara bumi) dan Gondwana (letaknya berada di sekitar kutub selatan
bumi). Kemudian kedua benua itu bergerak perlahan-lahan mengarah ke equator bumi
dan pada akhirnya terpecah membentuk benua-benua kecil. Akibatnya Laurasia terbagi-
bagi menjadi Asia, Eropa, dan Amerika Utara. Gondwana terbagi-bagi menjadi
Australia, Afrika, dan Amerika Selatan.
c. Teori Apungan Benua
Teori apungan benua pertama kalinya ditemukan oleh Alfred Lothar Wegener
tahun 1912. Wegener menyampaikan teori mengenai perkembangan yang terjadi pada
bentuk permukaan bumi yang pada mulanya merupakan sebuah benua besar yang
bernama Pangea, dan sebuah samudra bernama Panthalasa. Benua tersebut selanjutnya
terpecah dan mengalami perubahan-perubahan yang disebabkan pergerakan lempeng di
dasar laut. Pecahan-pecahan tersebut kemudian mengarah kea rah equator yang
disebabkan oleh gerakan rotasi bumi sentrifugal. Adanya bukti-bukti kesamaan garis
pantai antara Amerika Selatan bagian timur dan Afrika bagian barat dengan adanya
kesamaan pada jenis fosil dan batuan di kedua daerah tersebut tersebut mendukung
adanya teori ini.
d. Teori Konveksi
Menurut Hess, pada saat bumi masih dalam keadaan yang panas dan berpijar,
terjadi aliran-aliran konveksi ke arah vertikal di dalam lapisan astenosfer (lapisan
diantara litosfer dan mantel atas bumi) yang agak kental. Aliran tersebut mempengaruhi
kerak bumi yang ada diatasnya. Aliran konveksi yang merambat menuju bagian dalam
kerak bumi menyebabkan batuan di kerak bumi menjadi lunak. Gerak aliran konveksi
dari dalam mengakibatkan permukaan bumi menjadi tidak rata.
e. Teori Pergeseran Dasar Laut
Teori Pergeseran Dasar Laut milik Robert Diesz yang merupakan Ahli Geologi
dasar laut dari Amerika Serikat mengembangkan teori konveksi Hess. Penelitian
topografi (bentuk permukaan) dasar laut yang telah dilakukannya menemukan bukti-
bukti baru tentang terjadinya pergeseran dasar laut dari arah punggung dasar laut ke
kedua sisinya. Dari penyelidikan umur sedimen dasar laut mendukung teori tersebut,
yaitu makin jauh dari punggung dasar laut umurnya makin tua. Hal itu berarti ada
pergerakan yang arahnya berasal dari punggung dasar laut.
f. Teori Lempeng Tektonik
Teori lempeng tektonik dikemukakan oleh Ahli Geofisika Inggris, Mc Kenzie
dan Robert Parker. Kedua ahli itu mengemukakan bahwa teori ini merupakan teori yang
menyempurnakan teori-teori sebelumnya. Kerak bumi dan juga litosfer yang
mengapung di atas lapisan astenosfer dianggap satu lempeng yang saling berhubungan.
Aliran konveksi yang keluar dari punggung laut menyebar ke kedua sisinya, sedangkan
di bagian lain akan masuk kembali ke dalam lapisan dan bercampur dengan materi di
lapisan itu. Daerah tempat masuknya materi tersebut merupakan patahan (transform
fault) yang ditandai dengan terdapatnya palung laut dan pulau vulkanis. Pada daerah
transform fault itu aktivitas gempa bumi sering terjadi akibat pergeseran kerak bumi
yang berlangsung secara terus-menerus sehingga lempeng kerak bumi terpecah-pecah.
Karena lempeng-lempeng itu terdapat di atas lapisan yang cair, panas, dan elastis
(astenosfer) maka lempeng-lempeng menjadi bergerak secara tidak beraturan. Di dalam
gerakannya terkadang ada dua lempeng yang saling menjauh di sepanjang patahan, ada
juga lempeng-lempeng yang saling bertabrakan sehingga menimbulkan gempa yang
dahsyat. Lempeng-lempeng itulah yang dinamai lempeng tektonik.
2.3 Peristiwa Yang Terjadi Setelah Bumi Terbentuk

Pada awalnya bumi terbentuk dalam keadaan padat dan sangat panas, dan mengembang
secara terus-menerus hingga hari ini. Keadaan panas tersebut lama- kelamaan akan menjadi
dingin sehingga terbentuk kerak bumi. Bagian bumi yang berbentuk padat disebut litosfer,
bagian yang berbentuk cair disebut hidrosfer, dan bagian yang berbentuk gas disebut atmosfer,
sedangkan tempet berlangsungnya kehidupan makhluk hidup disebut biosfer. Sejarah kehidupan
di bumi dapat diungkap dengan mempelajari fosil yang tertanam dalam batuan sedimen. Bumi
telah berusia kurang lebih 3000 juta tahun yang lalu, namun adanya kehidupan pertama di bumi
baru sekitar 2000 tahun yang lalu. Kehidupan pertama di bumi adalah makhluk bersel satu
seperti mikroba dan bakteri. Kehidupan selanjutnya yaitu kehidupaan tanaman bersel tunggal
yang mempunyai kemampuan memfotosintesis senyawa karbon menggunakan energi matahari
yang menghasilkan karbohidrat monosakarida dan melepas oksigen. Kehidupan selanjutnya
yaitu tanaman multisel eukariotik dan hewan primitif seperti protozoa yang menjadi keragaman
pada era ini.
Sejarah kehidupan di bumi dikelompokkan menjadi lima masa, yaitu_:
a. Masa Arkhean (3,8- 2,5 milyar tahun yang lalu)
Pada masa ini untuk 2 juta tahun pertama muncul kehidupan yang pertama,
yaitu sel prokariot. Prokariot memperoleh energi melalui respirasi anaerob dan
fermentasi. Prokariot dibagi menjadi dua yaitu eubakteri dan archaebacteria . Evolusi
eukariot sel tunggal merupakan awal bagi kehidupan organisme multiseluler pertama
pada satu juta tahun berikutnya.
b. Masa Protezoik (2,5 milyar - 544 juta tahun yang lalu)
Pada masa ini eubacteria melakukan fotosintesis dan oksigen akan terakumulasi
di atmosfer. Hasil dari oksigen ini akan membantu terbentukya lapisan ozon yang
melindungi dari radiasi UV dan memungkinkan kehidupan dari akuatik ke perairan
dangkal.
c. Masa Paleozoik (544 - 248 juta tahun yang lalu)
Pada masa ini terbentuk enam kingdom organisme yang hidup di perairan yaitu
eubakteria, archaebakteria, protista, fungi, plantae, dan animalia. Sebelum masa ini
berakhir organisme sudah mulai hidup di daratan.
d. Masa Mesozoik (248 - 65 juta tahun yang lalu)
Pada masa ini terjadi radiasi aktif vertebrata seperti ikan, dinosaurus, dan nenek
moyang mamalia. Hal ini terjadi karena diperkirakan sebuah asteroit besar menghantam
bumi dan memusahkan kelompok tersebut.
e. Masa Senozoik (65 juta tahun yang lalu - sekarang)
Pada masa ini terjadi pergeseran kerak bumi dan terbentuk gunung-gunung
yang mengakibatkan pergantian iklim. Hal ini mengakibatkan manusia terkena radiasi
adaktif dan mendominasi bumi.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

a. Ada beberapa teori mengenai proses pembentukan alam semesta, satu diantaranya adalah
teori Big Bang. Teori ini menyatakan bahwa pada awalnya jagat raya berupa partikel
tunggal yang mengalami pemadatan dan peningkatan suhu secara terus-menerus hingga
partikel tersebut mengalami ledakan dahsyat. Serpihan ledakan itulah yang akan
membentuk planet, nebula, dan bintang. Selain teori Big Bang, ada pula teori Kabut
(Nebula), teori Planetisimal, teori Pasang Surut, teori Awan Debu (Proto Planet), dan teori
Bintang Kembar.
b. Awal Bumi terbentuk planet yang masih homogen dan belum mengalami perbedaan atau
perlapisan unsur, kemudian perlapisan struktur bumi terbentuk melalui diferensiasi.
Material besi yang memiliki berat jenis lebih besar maka akan tenggelam sedangkan yang
memiliki berat jenis lebih ringan maka akan bergerak ke permukaan bumi, dan pada
akhirnya bumi terbagi atas lima lapisan yang meliputi inti dalam, inti luar, mantel dalam,
mantel luar, dan kerak bumi.
c. Setelah bumi dalam bentuk lima lapisan terbentuk, muncul kehidupan bumi pertama, yaitu
bakteri autotrof penghasil oksigen di lautan, dan oksigen hasil fotosintesis bakteri tersebut
menuju ke permukaan laut. Kehidupan selanjutnya yaitu tumbuhan multisel eukariotik dan
hewan primitif, yaitu protozoa.

3.2 Saran

Sebagai seorang mahasiswa diharapkan tidak hanya sekedar mempelajari sejarah


pembentukan bumi tetapi harus mengimplementasikan nilai-nilai Tri Darma Perguruan Tinggi
salah satunya adalah penelitian dan pengembangan, dalam hal ini berkaitan dengan pemanfaatan
sumber daya alam maka dibutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai pembentukan bumi.
DAFTAR PUSTAKA

Ally, Abdullah dan Eny Rahma. 2001. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta : Bumi Aksara.
Ford, Harry. 2003. Ruang Angkasa. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Ischak. 1991. Geografi 2 A. Yogyakarta : Intan Pariwara.
Karyana, Yana. 2010. Menyonsong Olimpiade Sains Nasional : Geosains SMA. Yogyakarta : CV.
Intersolusi Pressindo Yogyakarta.
L, Ganilin E. 2000. Jendela Iptek:Evolusi. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Nugroho, Ikhlasul Adi. 2007. Bumi dan Tata Surya. Yogyakarta : Empat Pilar
Pendidikan.
Sulastri, dan Bambang Agus Priambodo. 2012. Bilingual Science : Physics for Junior High School
3. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Tanudidjaja, Moh. Ma’mur. 1995. Ilmu Pengetahuan Bumi dan Angkasa. Jakarta :
Depdikbud.
Yahya, Harun. 2004. Penciptaan Alam Semesta. Bandung : Dzikra.
Yahya, Harun. 2004. Pesona di Angkasa Raya. Bandung : Dzikr

Anda mungkin juga menyukai