Anda di halaman 1dari 11

A.

Pengertian Filsafat

Banyak pengertian-pengertian atau definisi tentang filsafat yang telah

dikemukakan oleh para fisuf. Menurut Merriam – Webster (dalam

soeparmo,1984, ) secara harafiah filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Maksud

sebenarnya adalah pengetahun tentang kenyataan – kenyataan yang paling

umum dan kaidh-kaidh realitas serta hakekat manusia dalam segala aspek

perilakunya seperti logika,etika,estestika, dan teori pengetahuan.

Menurut surajiyo (2010:1) secara etimologi kata filsafat, yang dalam

bahasa arab dikenl dengan istilah falsafah dan dalam bahsa inggris dikenal

dengn istilah philoshophy adalah dari bahasa Yunani philoshopia terdiri atas

kata philein yang berarti cinta dan shopia yang berarti kebijaksanaan dalam

arti yang sedalam-dalmnya.

Secara terminology , menurut Surajiyo (2010:4) filsafat adalah ilmu

pengethuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam

dengan menggunakan akal sampai pada hakikatnya. Filsafat mengkaj seutu

yang ada dan yang mungkin ada secara mendalam dan menyeluruh. Jadi,

filsafat merupakan induk segala ilmu.

Secara etimologis filsafat berasal dari bahasa Yunani dari kata “philo”

berarti cinta dan” sophia” yang berarti kebenaran, sementara itu menurut I.R.

Pudjawijatna (1963 : 1) “Filo artinya cinta dalam arti yang seluas-luasnya,

yaitu ingin dan karena ingin lalu berusaha mencapai yang diinginkannya itu .

Sofia artinya kebijaksanaan , bijaksana artinya pandai, mengerti dengan

-1-
mendalam, jadi menurut namanya saja Filsafat boleh dimaknakan ingin

mengerti dengan mendalam atau cinta dengan kebijaksanaan.

Kecintaan pada kebijaksanaan haruslah dipandang sebagai suatu bentuk

proses, artinya segala upaya pemikiran untuk selalu mencari hal-hal yang

bijaksana, bijaksana di dalamnya mengandung dua makna yaitu baik dan benar,

baik adalah sesuatu yang berdimensi etika, sedangkan benar adalah sesuatu yang

berdimensi rasional, jadi sesuatu yang bijaksana adalah sesuatu yang etis dan

logis. Dengan demikian berfilsafat berarti selalu berusaha untuk berfikir guna

mencapai kebaikan dan kebenaran, berfikir dalam filsafat bukan sembarang

berfikir namun berpikir secara radikal sampai ke akar-akarnya, oleh karena itu

meskipun berfilsafat mengandung kegiatan berfikir, tapi tidak setiap kegiatan

berfikir berarti filsafat atau berfilsafat. Sutan Takdir Alisjahbana (1981)

menyatakan bahwa pekerjaan berfilsafat itu ialah berfikir, dan hanya manusia

yang telah tiba di tingkat berfikir, yang berfilsafat. Guna lebih memahami

mengenai makna filsafat berikut ini akan dikemukakan definisi filsafat yang

dikemukakan oleh para akhli :

1. Plato salah seorang murid Socrates yang hidup antara 427 – 347 Sebelum

Masehi mengartikan filsafat sebagai pengetahuan tentang segala yang ada,

serta pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli.

2. Aristoteles (382 – 322 S.M) murid Plato, mendefinisikan filsafat sebagai

ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya

ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika.

-2-
Dia juga berpendapat bahwa filsafat itu menyelidiki sebab dan asas segala

benda.

3. Cicero (106 – 43 S.M). filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang

maha agung dan usaha-usaha mencapai hal tersebut.

4. Al Farabi (870 – 950 M). seorang Filsuf Muslim mendefinidikan Filsafat

sebagai ilmu pengetahuan tentang alam maujud, bagaimana hakikatnya

yang sebenarnya.

5. Immanuel Kant (1724 – 1804). Mendefinisikan Filsafat sebagai ilmu

pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat

persoalan yaitu :

 Metafisika (apa yang dapat kita ketahui).

 Etika (apa yang boleh kita kerjakan).

 Agama ( sampai dimanakah pengharapan kita)

 Antropologi (apakah yang dinamakan manusia).

H.C Webb dalam bukunya History of Philosophy menyatakan bahwa filsafat

mengandung pengertian penyelidikan. Tidak hanya penyelidikan hal-hal yang

khusus dan tertentu saja, bahkan lebih-lebih mengenai sifat – hakekat baik dari

dunia kita, maupun dari cara hidup yang seharusnya kita selenggarakan di dunia

ini.

7. Harold H. Titus dalam bukunya Living Issues in Philosophy mengemukakan

beberapa pengertian filsafat yaitu :

-3-
 Philosophy is an attitude toward life and universe (Filsafat adalah sikap

terhadap kehidupan dan alam semesta).

 Philosophy is a method of reflective thinking and reasoned inquiry

(Filsafat adalah suatu metode berfikir reflektif dan pengkajian secara

rasional)

 Philosophy is a group of problems (Filsafat adalah sekelompok masalah)

 Philosophy is a group of systems of thought (Filsafat adalah serangkaian

sistem berfikir)

Dari beberapa pengertian di atas nampak bahwa ada akhli yang menekankan pada

subtansi dari apa yang difikirkan dalam berfilsafat seperti pendapat Plato dan

pendapat Al Farabi, Aristoteles lebih menekankan pada cakupan apa yang

difikirkan dalam filsafat demikian juga Kant setelah menyebutkan sifat filsafatnya

itu sendiri sebagai ilmu pokok, sementara itu Cicero disamping menekankan pada

substansi juga pada upaya-upaya pencapaiannya. Demikian juga H.C. Webb

melihat filsafat sebagai upaya penyelidikan tentang substansi yang baik sebagai

suatu keharusan dalam hidup di dunia. Definisi yang nampaknya lebih

menyeluruh adalah yang dikemukakan oleh Titus, yang menekankan pada

dimensi-dimensi filsafat dari mulai sikap, metode berfikir, substansi masalah,

serta sistem berfikir.

Meskipun demikian, bila diperhatikan secara seksama, nampak pengertian-

pengertian tersebut lebih bersifat saling melengkapi, sehingga dapat dikatakan

bahwa berfilsafat berarti penyeledikan tentang Apanya, Bagaimananya, dan untuk

-4-
apanya, dalam konteks ciri-ciri berfikir filsafat, yang bila dikaitkan dengan

terminologi filsafat tercakup dalam ontologi (apanya), epistemologi

(bagaimananya), dan axiologi (untuk apanya)

Susanto (2011:6) menyatakan bahwa menurut istilah , filsafat adalah ilmu

pengethuan yang berupaya mengkaji tentang maslah-maslah yang muncul dan

berkenaan dengan segala sesuatu, baik yang sifatnya materi maupun immateri

secara sungguh-sungguh guna menemukan hakikat sesuatu yang sebenarnya ,

mencari prinsip-prinsip kebenaran dan dapat dimanfaatkan untuk membantu

menteselaikan masalah dalam kehidupan manusia.

Menurut tradii filsafati dari zaman Yunani Kuno, orang yang pertama

memakai istilah philosopia dan philosopos ialah pytagoras (592-497 SM) yakni

seorang ahli matematika. Baginya kearifan seungguhnya hanyalah dimiliki

semata-mata oleh tuhan. Selanjutnya, orang yang oleh para penulis sejarah filafat

diakuinsebagai bapak filsfat ialah Thales (640-546 SM). Ia merupakan seorang

filsuf yang mendirikan aliran filsafat alam semesta ataukosmos dalam perktaan

Yunani. Menurutnya filsafat adalah suatu penelah terhadap alam semesta utuk

mengetahui asal mulanya. unsur-unsurnya dan kaidah-kaidahnya.

Menurut sejarah kelahiran istilahnya, filsafat terwujud sebagai sikap

yangditauladankan oleh Socrates.

-5-
B. Jenis-Jenis Filsafat

1. Idealisme

Inti dari ajaran filsafat pendidikan idealisme adalah manusia menganggap

roh atau sukma lebih berharga dan lebih tinggi dibandingkan dengan materi

kehidupan manusia, roh itu pada dasarnya dianggap suatu hakikat yang

sebenarnya, sehingga benda atau materi disebut dengan penjelmaan dari roh atau

sukma.

2. Realisme

Realisme dalam berbagai bentuk menurut ahli menarik garis pemisah yang

tajam antara yang mengetahui dan yang diketahui, dan pada umumnya

cenderung ke arah dualisme atau monisme materialistik. Seorang pengikut

materialisme mengatakan bahwa jiwa dan materi sepenuhnya sama. Jika

demikian halnya, sudah tentu dapat juga sama-sama dikatakan jiwa adalah

materi seperti mengatakan materi adalah niwa. Tetapi apakah orang berusaha

melacak roh mapai kepada materi ataukah materi sampai kepada roh?

3. Materialisme

Karakteristik umum pendidikan yang menganut filsafat materialime pendidikan

adalah semua sains seperti biologi, kimia, psikologi, fisika, sosiologi, ekonomi,

dan yang lainnya ditinjau dari dasar fenomena materi yang berhubungan secara

kasual (sebab akibat), apa yang dikatakan jiwa dan segala kegiatannya adalah

merupakan suatu gerakan yang kompleks dari otak, sistem urat saraf, atau

oragan-organ tubuh lainnya, apa yang disebut dengan nilai dan cita-cita, makna

dan tujuan hidup, keindahan dan kesenangan serta kebebasan, hanyalah sekedar

-6-
nama nama atau semboyan, simbol subyektif manusia untuk situasi atau

hubungan fisik yang berbeda. Jadi semua fenomena sosial maupum alam

fenomena psikologi adalah merupakan bentuk-bentuk tersembunyi dari realitas

fisik. Hubungan-hubungannya dapat berubah secara kasual.

4. Pragmatisme

Pendidikan dalam paham ini bukan merupakan suatu proses pembentukandari

luar, dan juga bukanmerupakan suatu pemerkahan kekuatan-kekuatan laten

dengna sendirinya, melainkan merupakan suatu proses reorganisasi dan

rekonstruksi dari pengalaman-pengalaman individu, yangberarti bahwa setiap

manusia belajar dari pengalaman.

5. Eksistensialisme

Filsafat ini memfokuskan pada pengalaan-pengalaman individu. Eksistensi

adalah cara manusia hidup. Pendidikan, proses pembelajaran, harus

berlangsung sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik, tidak ada

pemaksaan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan, melainkan

ditawarkan. Tuntunlah peserta didik agar dapat menemukan dirinya dan

kesadaran akan dunianya. Guru endaknya memberian kebebasan kepada

peserta didik untuk memilih dan memberi mereka pengalaman-pengalaman

yang akan membantu menemukan makna dari kehidupan mereka.

-7-
6. Progresivisme

Menurut penganut aliran ini bahwa kehidupan manusia berkembang terus

menerus dalam suatu daerah yang positif. Apa yang dipandang benar sekarang

belum tentu benar pada masa yang akan datang. Oleh sebab itu, peserta didik

bukan dipersiapkan untuk menghidupi kehidupan masa kini, melainkan mereka

harus dipersiapkan menghadapi kehidupan masa datang.

7. Perenialisme

Di zaman kehidupan modern ini banyak menimbulkan krisis diberbagai bidang

kehidupan manusia, terutama dalam bidang pendidikan.Untuk mengembalikan

keadaan krisis ini, maka perenialisme memberikan jalan keluar yaitu berupa

kembali kepada kebudayaan masa lampau yang dianggap cukup ideal dan teruji

ketangguhannya.

D. Sejarah Filsafat

Sejarah filsafat barangkali sepanjang sejarah manusia itu sendiri. Filsafat tidak

bisa dipahami lepas dari sejarahnya. Filsafat muncul dan berkembang dalam

historisitas. Sejarah filsafat merupakan panggung kontestasi filsafat yang darinya

dinamika pengertian dan bisa jadi makna substantif filsafat pada akhirnya bisa

garisbawahi. Oleh karena itu, cara terbaik untuk mengerti filsafat adalah dengan

cara memahami dinamika maknanya dalam perkembangan sejarahnya. Tidak

cukupmengetahui filsafat dari filosof, tetapi juga dari sejarah yang menjadi saksi

dan sekaligus konteks bagi filsafat mementaskan dan juga menampakkan makna

-8-
dirinya. Oleh karena itu pada bagian ini, disampaikan pengenalan awal tentang

sejarah filsafat, kapan sebenarnya filsafat itu pertama kali muncul di planet biru

ini, dan bagaimana mengerti secara filsafat dengan cara yang paling sederhana.

Yang pertama akan dijelaskan dalam subjudul penyoalan asal-usul filsafat dalam

makna hakikinya, dan yang kedua diurai di bawah subjudul periodesasi sejarah

filsafat sebagai pendekatan penyederhanaan pemahaman sejarah filsafat.

Asal-usul filsafat, dalam pengertian cara-cara baru berpikir yang diberi

namafilsafat pertama kali dibuat dan menjadi tradisi besar dan berpengaruh,

mulai dari peradaban Yunani Kuno. Asal-usul filsafat dalam pengertian ini

biasanya lebih tepat asal-usul filsafat Barat, yang bermula dari Yunani Kuno

sekitar Abad ke-7 dan ke-6 SM ketika Anaximandros, Anaximenes, Thales dan

lain sebagainya disebut-sebut sebagai pemikir-pemikir generasi awal yang

disebut secara embrional dipandang sebagai cikal-bakal filsafat berawal dan

tumbuh hingga dewasa ini. Pythagoras disebut-sebut sebagai pemikir pertama

yang menyebut model berpikir Thales dan kawan-kawannya itu dengan filsafat.

Tetapi jika dari sudut pandang cara-cara yang dipakai Thales dan kawan-kawan,

yaitu cara dari dalam diri manusia memahami realitas atau alam, yang dipandang

secara awal-mula filsafat, sebenarnya cara-cara berpikir yang mirip dengan

mereka sudah ada jauh sebelumnya, misalnya di India.

Pada tahun 1500 – 700 SM, di India, di tengah-tengah usaha memahami

realitas atau alam ini secara mistis dan religius, menurut Velasques, ada cara-cara

baru dalam memahami realitas atau alam seperti bisa ditemui dalam himne-

-9-
himne dalam Veda-veda karya para penulis dan pemikir India yang umumnya

tidak diketahui. Cara-cara memahami realitas atau alam adalah upaya

mendeskripsikan asal-usul alam semesta dalam istilah-istilah mistis, namun

dalam saat yang sama juga menggambarkan cara-cara yang nonmistis dan dekat

dengan terma-terma filsofis sebagaimana kita kenal sekarang, misalnya, tentang

eksplanasi Yang Satu yang dipahami yang bukan eksistensi ataupun

noneksistensi, yang tidak di bumi dan tidak dilangit, pendeknya yang

takterbedakan dan taktergambarkan. Mereka berfilsafat tentang hakikat realitas

mutlak. Dalam Uphanishad, tulisan-tulisan yang kemudian ditambahkan dalam

Veda, kita bisa menemukan upaya-upaya pertma para pemikir India memahami

realitas mutlak dalam terma-terma filsofis.

Filsafat dalam pengertian hakikinya, tanpa harus bernama filsafat, yaitu

sebagai upaya mengerti secara rasional tentang dunia luar dan dunia dalam

manusia, barangkali tidak bisa hanya disebut bermula dari masyarakat India,

Mesir, Yunani atau yang lainnya. Kata-kata yang bijak untuk mengatakan asal-

usul filsafat yang sesungguhnya, tanpa terjebak pada istilah, adalah semenjak

manusia itu ada. Sejak manusia ada, berfilsafat atau sebut saja berpikir mendalam

dan mendasar mengenai realitas barangkali telah menjadi bagian dari hidup

manusia itu, meski mungkin pengertian filsafatnya tidak sedalam yang bisa

dimengerti orang di jaman sekarang. Tidak bijak kiranya mengatakan bahwa

berfilsafat hanya mungkin dimengerti orang setelah sekian masa perjalanan umat

manusia. Tidak bijak kalau kita bilang, orang-orang primitif tidak mungkin bisa

berfilsafat, hanya orang setelah jaman filosof-filosof

-10-
-11-

Anda mungkin juga menyukai