Anda di halaman 1dari 4

HUKUM KETENAGAKERJAAN

PERJANJIAN KERJA

Nama: MAYRULI HENDARTA


NIM: B10018364
Dosen: Bunga Permatasari, S. H., M. H.

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2019/2020
PERJANJIAN KERJA
A. Pengertian
Perjanjian kerja dalam bahasa Belanda adalah arbeidsoverenkoms, mempunyai beberapa
pengertian, yaitu:

1. Pasal 1601 a KUHPerdata


Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian dimanaa pihak ke-1(satu)/buruh atau pekerja
mengikatkan dirinya untuk dibawah perintah pihak yang lain, si majikan untuk suatu
waktu tertentu melakukan pekerjaan dengan menerima upah.

2. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan


Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian antara pekerja/buruh dan pengusaha atau pemberi
kerja yang memuat syarat-syarat kerja hak dan kewajiban kedua belah pihak.

3. Soepomo
Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian dimana pihak kesatu (buruh), mengikatkan diri
untuk bekerja dengan menerima upah dari pihak kedua yakni majikan, dan majikan
mengikatkan diri untuk memperkerjakan buruh dengan membayar upah.

B. Unsur-unsur dalam Perjanjian Kerja


Berdasarkan pengertian perjanjian kerja diatas, dapat ditarik beberapa unsure dari perjanjian
kerja, yakni:

1. Adanya unsur pekerjaan


Dalam suatu perjanjian kerja harus ada pekerjaan yang diperjanjikan (objek perjanjian),
pekerjaan tersebut haruslah dilakukan sendiri oleh pekerja, hanya dengan seizing majikan
dapat menyuruh orang lain.

2. Adanya unsur perintah


Manifestasi dari pekerjaan yang diberikan kepada pekerja olehpengusaha adalah pekerja
yang bersangkutan harus tunduk pada perintah pengusaha untuk melakukan pekerjaan
sesuai dengan yang diperjanjikan.

3. Adanya unsur upah


Upah memegang peranan penting dalam hubungan kerja, bahkan dapat dikatakan bahwa
tujuan utama orang bekerja pada pengusaha adalah untuk memperoleh upah. Sehingga jika
tidak ada unsure upah, maka suatu hubungan tersebut bukan merupakan hubungan kerja.

C. Syarat Sahnya Perjanjian Kerja


Pasal 1 angka 14 jo Pasal 52 ayat 1 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
menyebutkan bahwa:
1). Perjanjian kerja dibuat atas dasar:
- kesepakatan kedua belah pihak;
- kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hokum;
- adanya pekerjaan yang diperjanjikan;
- pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan,
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2). Perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak yang bertentangan dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a dan b dapat dibatalkan.

3). Perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak yang bertentangan dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c dan d batal demi hokum.

Keempat syarat tersebut bersifat kumulatif artinya harus dipenuhi semuanya baru dapat
dikatakan bahwa perjanjian tersebut sah.

D. Bentuk dan Jangka Waktu Perjanjian Kerja


Dalam Pasal 54 UU No, 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa
perjanjian kerja yang dibuat secara tertulis sekurang-kurangnya membuat keterangan:

1). Nama, alamat perusahaaan dan jenis usaha;


2). Jabatan atau jenis pekerjaan;
3). Tempat pekerjaan;
4). Besarnya upah dan cara pembayarannya;
5). Syarat-syarat kerja yang memuat hakdan kewajiban pengusaha dan pekerja/buruh;
6). Mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja;
7). Tempat dan tanggal perjanjian dibuat;
8). Tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja.

Berdasarkan Pasal 56 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, terdapat 2 jenis


perjanjian kerja,yaitu perjanjian kerja waktu tertentu dan perjanjian kerja waktu tidak
tertentu.

a). Perjanjian Kerja Waktu Tertentu


Dalam Pasal 59 ayat 1 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyebutkan
bahwa perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu yang
menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannyaakan selesai dalam waktu tertentu, yakni:

1). Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya;


2). Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlaalu lama dan
paling lama 3 tahun;
3). Pekerjaan yang bersifat musiman; dan
4). Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan
yang masih dalam percobaan atau penjajakan.
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka jelaslah bahwa perjanjian kerja untuk waktu tertentu
tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap.

b). Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu


Berdasarkan Pasal 1 angka 2 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor KEP. 100/MEN/VI/2004 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja
Waktu Tertentu, pengertian perjanjian kerja waktu tidak tertentu adalah perjanjian kerja antara
pekerja/buruh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja yang bersifat tetap.
Perjanjian kerja waktu tidak tertentu dapat mensyaratkan masa percobaan paling lama 3
bulan. Selama masa percobaan pengusaha wajib mebayar upah pekerja dan upah tersebut tidak
boleh lebih rendah dari upah minimum yang berlaku.
Menurut Pasal 15 Kepmenakertrans 100/2004, perjanjian kerja waktu tertentu dapat
berubah menjadi perjanjian kerja waktu tidak tertentu, apabila:

1). PKWT yang tidak dibuat dalam bahasa Indonesia dan huruf latin berubah menjadi
PKWTT sejak adanya hubungan kerja;
2). Dalam halPKWT dibuat tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam jenis
pekerjaan yang dipersyaratkan, maka PKWT berubah menjadi PKWTT sejak adanya
hubungan kerja:
3). Dalam hal PKWT dilakukan untuk pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru
menyimpang dari ketentuan jangka waktu perpanjangan, maka PKWT berubah menjadi
PKWTT sejak dilakukan penyimpangan;
4). Dalam hal pembaharuan PKWT tidak melalui masa tenggang waktu 30 hari setelah
berakhirnya perpanjangan PKWT dan tidak diperjanjikan lain, maka PKWT berubah
menjadi PKWTT sejak tidak terpenuhinya syarat PKWT tersebut;
5). Dalam hal pengusaha mengakhiri hubungan kerja terhadap pekerja dengan hubungan kerja
PKWT sebagaimana dimaksud dalam angka (1), (2), (3), dan (4), maka hak-hak pekerja
dan prosedur penyelesaian dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan bagi
PKWTT.

E. Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian Kerja


Dalam KUHPerdata ketentuan mengenai kewajiban buruh/pekerja diatur dalam Pasal 1603,
1603a dan 1603c yang pada intinya adalah sb:
a). Kewajiban buruh/pekerja

1). Buruh/pekerja wajib melakukan pekerjaan;


2). Buruh/pekerja wajib menaati peraturan dan petunjuk majikan/pengusaha;
3). Kewajiban membayar ganti rugi dan denda.

b). Kewajiban pengusaha

1). Kewajiban membayar upah;


2). Kewajiban memberikan istirahat/cuti;
3). Kewajiban mengurus perawatan dan pengobatan;
4). Kewajiban memberikan surat keterangan.

Anda mungkin juga menyukai