PEDOMAN INTERNAL GIZI Fixs
PEDOMAN INTERNAL GIZI Fixs
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum :
Tersedianya acuan dalam melaksanakan pelayanan gizi di Puskesmas
Pangenan dan jejaringnya.
2. Tujuan Khusus :
a. Tersedianya acuan tentang jenis pelayanan gizi, peran, dan fungsi
ketenagaan, sarana dan prasarana di Puskesmas dan jejaringnya.
b. Tersedianya acuan untuk melaksanakan pelayanan gizi yang bermutu
di Puskesmas Pangenan dan jejaringnya.
c. Tersedianya acuan bagi Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas untuk
bekerja secara profesional memberikan pelayanan gizi yang bermutu
kepada pasien/klien di puskesmas dan jejaringnya.
d. Tersedianya acuan monitoring dan evaluasi pelayanan gizi di
puskesmas dan jejaringnya.
C. Sasaran Pedoman
1. Tenaga Pelaksana Gizi dan tenaga kesehatan lainnya di puskesmas.
2. Pengelola program kesehatan dan lintas sektor terkait.
E. Batasan Operasional
1. Pengelolaan Program Gizi
a. Perencanaan Program : suatu kegiatan pengumpulan, pengolahan,
analisis data, merumuskan masalah, mengidentifikasi sasaran dan
merumuskan tujuan serta angket kegiatan dalam rangka menentukkan
kegiatan gizi sesuai dengan masalah yang ada, tenaga dan sarana
untuk mencapai tujuan yang ditentukan.
b. Pencatatan dan pelaporan : suatu kegiatan mencatat dan melaporkan
kegiatan yang telah dilaksanakan tepat waktu sesuai dengan format-
format yang telah ditentukan.
c. Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) : instrumen manajemen
program gizi untuk mendapatkan informasi dini masalah dalam
program gizi di suatu wilayah secara terus menerus.
2. Penyuluhan Kelompok : proses penyebarluasan informasi (termasuk
pesan-pesan) gizi yang disampaikan kepada pengunjung puskesmas dan
posyandu sebelum mendapatkan pelayanan.
3. Konseling gizi : Proses komunikasi dua arah antara konselor dan klien
untuk membantu klien mengenali dan mengatasi masalah dan membuat
keputusan yang benar dalam mengatasi masalah gizi yang dihadapinya.
4. Penyelenggaraan makanan untuk pasien poned : serangkaian kegiatan
dalam rangka penyediaan makanan yang berkualitas kepada pasien rawat
inap (poned) sesuai dengan kondisi kesehatannya.
5. Pemantauan pertumbuhan balita : serangkaian kegiatan yang terdiri dari
penilaian pertumbuhan secara anak teratur melalui penimbangan berat
badan setiap bulan, pengisian KMS, menentukkan status pertumbuhan
berdasarkan hasil penimbangan berat badan untuk selanjutnya
menindaklanjuti setiap kasus gangguan pertumbuhan.
6. Pemberian suplementasi gizi : Pemberian kapsul vitamin A biru (100.000
iu) bagi bayi 6-11 bulan, vitamin A merah (200.000 iu) bagi balita 12-59
bulan setiap bulan Februari dan Agustus, dan Vitamin A merah (200.000
iu) bagi ibu nifas, pemberian tablet tambah darah bagi ibu hamil sebanyak
90 tablet selama masa kehamilan.
7. Penatalaksanaan gizi buruk : mekanisme pelayanan gizi yang dilakukan
untuk mendukung perbaikan status balita di tingkat rumah tangga.
8. Distribusi MP-ASI : pemberian makanan bergizi di samping Air Susu Ibu
(ASI) kepada bayi usia 6-11 bulan dalam bentuk MP-ASI bubuk/tepung
kepada anak usia 12-24 bulan dalam bentuk MP-ASI padat/biskuit.
9. Pembinaan gizi di institusi : pembinaan gizi pada kelompok masyarakat
yang berada di institusi, seperti institusi pekerja, institusi sekolah, dll.
10. Surveilans Gizi
a. Bulan Penimbangan Balita (BPB) : bulan dimana dilakukan
antropometri (penimbangan berat badan dan tinggi badan/panjang
badan) terhadap seluruh balita yang ada di wilayah kerja.
b. Pelacakan kasus gizi buruk : rangkaian kegiatan penyelidikan atau
investigasi terhadap faktor resiko terjadinya gizi buruk dan penemuan
kasus balita gizi buruk lainnya di suatu wilayah tertentu.
c. Pemantauan garam beryodium tingkat rumah tangga : proses kegiatan
pemantauan garam beryodium yang dikonsumsi masyarakat dengan
menggunakan iodina test dilakukan secara berkala.
d. Pembinaan KADARZI : berbagai upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan keluarga sesuai dengan norma KADARZI
berdasarkan hasil pemetaan.
11. Koordinasi lintas sektor : upaya mengsinkronkan kegiatan gizi dalam
rangka meningkatkan hasil guna dan daya guna.
F. LANDASAN HUKUM
1. Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
2. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan
3. Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang ASI Eksklusif
4. Peraturan Presiden Nomor 42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010
tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Merencanakan, menyiapkan, melaksanakan, memantau, menganalisis
dan mengevaluasi kegiatan pelayanan program gizi baik di dalam maupun diluar
gedung.
C. JADWAL KEGIATAN
No Uraian
Bulan
Kegiatan
1 Sosialisasi Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
Program gizi
2 Penyuluhan v v v v v v v v v v v v
Gizi
3 Konseling gizi v v v v v v v v v v v v
4 Pemantauan v v v v v v v v v v v v
pertumbuhan
5 Pemberian v v
vitamin A bayi
dan balita
6 Pemberian v v v v v v v v v v v v
tablet tambah
darah bumil
7 Pemberian v v v v v v v v v v v v
Vitamin A
bufas
8 PMT-P balita v v v v v v v v v v v v
gizi
buruk/kurang
9 Pembinaan v v v v v v v v v v v v
gizi institusi
10 Bulan v
Penimbangan
balita
11 Pelacakan v v v v v v v v v v v v
kasus gizi
buruk
12 Pemantauan v v v v v v v v v v v v
konsumsi
garam
beryodium
tingkat rumah
tangga
13 Pembinaan v v v v v v v v v v v v
Keluarga
Sadar Gizi
(Kadarzi)
14 Koordinasi v v v v v v v v v v v v
lintas sektor
15 Pembinaan v v v v v v v v v v v v
gizi di institusi
B. Standar Fasilitas Ruang Konsultasi Gizi
a. Letak
Letak ruang konsultasi gizi berada pada bagian depan puskesmas, area
publik, berdekatan dengan klinik-klinik lainnya yang mempunyai akses
langsung dengan lingkungan luar puskesmas.
b. Persyaratan Ruang
Persyaratan yang perlu diperhatikan pada ruang konsultasi gizi adalah
sebagai berikut :
1. Luas minimal ruang konsultasi gizi adalah 3m x 2m
2. Persyaratan komponen bangunan adalah sebagai berikut :
- Atap : atap harus kuat terhadap kemungkinan bencana (angin puting
beliung, gempa, dll) tidak bocor, tahan lama dan tidak menjadi tempat
perindukan vektor.
- Langit-langit : langit-langit harus kuat, berwarna terang dan mudah
dibersihkan, ketinggian langit-langit dari lantai minimal 2,8 m.
- Dinding : material dinding harus keras, rata, tidak berpori/ tidak
berserat, tidak menyebabkan silau, kedap air, mudah dibersihkan.
- Pintu dan jendela : lebar bukaan pintu minimal 90 cm, bukaan jendela
diupayakan dapat dibuka secara maksimal.
c. Persyaratan Prasarana
1. Sanitasi
Pada ruangan konsultasi gizi sebaiknya disediakan wastafel dengan debit
air mengalir yang cukup. Dilengkapi pula dengan tempat sampah yang
tertutup.
2. Ventilasi
Ventilasi harus cukup agar sirkulasi udara dalam ruangan tetap terjaga.
Jumlah bukaan ventilasi sebaiknya 15% terhadap luas lantai ruangan.
Arah bukaan ventilasi tidak boleh berdekatan dengan tempat
pembuangan sampah, toilet, dan sumber penularan lainnya.
3. Pencahayaan
Pada siang hari sebaiknya menggunakan pencahayaan alami. Intensitas
cahaya cukup agar dapat melakukan pekerjaan dengan baik.
4. Listrik
Tersedia kotak kontak yang aman untuk peralatan/perlengkapan.
d. Persyaratan Peralatan/Perlengkapan
Peralatan/perlengkapan yang disediakan pada ruang konsultasi gizi antara
lain :
1. Meja
2. Kursi
3. Media KIE (Poster, brosur makanan sehat sesuai kelompok umur, brosur
diet penyakit, dll)
4. Standar makanan diet, standar Pemantauan Pertumbuhan Balita dan
Anak, Tabel IMT, dll
5. Food Model
6. Daftar Bahan Penukar Makanan
7. Alat ukur antropometri (timbangan berat badan, microtoise, infantometer,
pita LILA, dll)
BAB IV
A. Lingkup Kegiatan
1. Pelayanan Gizi di Dalam Gedung
2. Pelayanan Gizi di Luar Gedung
B. Metode
1. Wawancara langsung
2. Kunjungan rumah
3. Diskusi
C. Langkah Kegiatan
1. Persiapan : sasaran, jadwal, alat, format-format, sarana/prasarana
2. Pelaksanaan kegiatan
3. Monitoring dan evaluasi
BAB VI
LOGISTIK
KESELAMATAN KERJA
Karena klien gizi adalah manusia (yang unik), upaya menjaga mutu meliputi :
1. Mutu perilaku : memperlakukan pelanggan berdasarkan penghargaan hubungan
manusiawi yang lebih baik
2. Mutu prosedur
PENGENDALIAN MUTU
Mutu dalam pelayanan program gizi merupakan salah satu pendekatan atau
upaya yang sangat penting serta mendasar dalam memberikan layanan gizi kepada
klien.
Pelayanan program gizi yang bermutu adalah layanan gizi yang senantiasa
berupaya memenuhi harapan klien sehingga klien selalu puas terhadap pelayanan
yang diberikan tenaga gizi puskesmas. Pendekatan jaminan mutu layanan gizi
mengutamakan keluaran layanan gizi atau apa yang dihasilkan dan diakibatkan oleh
layanan gizi.
Hasil pelayanan program gizi yang bermutu hanya mungkin dihasilkan oleh
pekerjaan yang benar, dengan demikian klien akan berada dalam lingkungan
organisasi pelayanan program gizi yang baik karena segala kebutuhan klien tersebut
sangat diperhatikan dan kemudian dilayani dengan layanan gizi dengan mutu yang
terbaik.
PENUTUP
Buku ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi tenaga gizi
puskesmas dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan gizi di Puskesmas
Pangenan. Untuk meningkatkan efektifitas pemanfaatan buku ini, tenaga gizi
puskesmas menjabarkannya dalam Standar Operasional Prosedur (SOP) yang
berisi langkah-langkah dari setiap kegiatan.