Anda di halaman 1dari 13

JURNAL PRAKTIKUM KESETIMBANGAN KIMIA

DAYA HANTAR LISTRIK

Nama : Shavira Nargis Rambe


NIM : 171810301062
Kelompok :4
Asisten : Putri Alfiani Wulandari

LABORATORIUM KIMIA FISIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2019
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Daya hantar listrik atau konduktivitas adalah suatu ukuran yang didapatkan dari
ion-ion yang dapat menghantarkan listrik dalam suatu larutan merupakan suatu larutan
yang menghasilkan ion yang dapat menghantarkan listrik. Larutan berdasarkan sifatnya
menghantarkan listrik terbagi menjadi dua, yaitu larutan elektrolit dan larutan non
elektrolit. Larutan elektrolit yaitu suatu larutan dimana ion-ionnya dapat terurai sehingga
dapat menghantarkan listrik sedangkan larutan non elektrolit yaitu larutan yang ion-ionnya
tidak terurai sehingga tidak dapat menghantarkan arus listrik. Larutan elektrolit terbagi
menjadi dua, yaitu elektrolit kuat dan elektrolit lemah. Elektrolit kuat yaitu larutan yang
ion-ionnya dapat terurai seluruhnya sedangkan pada elektrolit lemah, ion-ionnya hanya
terurai sebagian. Pengujian pada larutan untuk mengetahui apakah larutan tersebut bersifat
elektrolit kuat, lemah ataupun non elektrolit dapat dilakukan dengan cara memasukkan
elektroda pada larutan yang akan diuji. Larutan elektrolit kuat akan menghasilkan nyala
lampu yang terang sedangkan pada larutan non elektrolit lampunya tidak menyala
(Sukardjo, 2004).
Pengaplikasian percobaan ini dalam kehidupan sehari-hari yaitu memanfaatkan suatu
larutan untuk menghantarkan arus listrik. Lampu bohlam akan dapat menyala dengan
adanya arus listrik pada larutan elektrolit kuat misalnya pada larutan NaCl dan NaOH dan
tidak akan menyala atau menyala redup pada larutan yang termasuk eletrolit lemah
misalnya larutan asam asetat. Larutan NaCl dapat terurai menjadi ion-ion sehingga dapat
menghantarkan listrik.
Percobaan daya hantar listrik atau konduktivitas ini diukur dengan menggunakan
sebuah alat yang dinamakan konduktometer. Konsentrasi suatu larutan dapat
mempengaruhi nilai daya hantar listriknya sehingga pengukuran daya hantar listrik
dilakukan pada larutan dengan konsentrasi yang berbeda. Pengukuran dengan
menggunakan konduktometer tersebut menghasilkan kurva hubungan konsentrasi terhadap
daya hantar listrik suatu larutan.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang pada percobaan daya hantar listrik adalah bagaimana cara
mengukur daya hantar listrik dan mempelajari bagaimana pengaruh konsentrasi terhadap
daya hantar listrik.
1.2 Tujuan
Tujuan pada percobaan daya hantar listrik adalah mengukur daya hantar listrik
berbagai senyawa dan mempelajari pengaruh konsentrasi terhadap daya hantar listrik.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Material Safety Data Sheet (MSDS)


2.2.1 Akuades (H2O)
Akuades merupakan bahan kimia yang berwujud cairan yang tidak berwarna, tidak
memiliki bau dan tidak berasa. Akuades memiliki berat molekul sebesar 18,02 gram/mol.
Titik didih akuades adalah sebesar 100°C sedangkan titik lelehnya adalah sebesar 0°C.
Akuades memiliki pH senilai 7, sehingga bersifat netral dan tekanan uapnya adalah sebesar
2,3 kPa. Akuades termasuk bahan yang tergolong tidak berbahaya karena tidak
menyebabkan iritasi, korosif dan merupakan bahan kimia yang tidak berbahaya apabila
terjadi kontak dengan mata, kulit, tertelan maupun terhirup, sehingga tidak ada penanganan
secara khusus ketika terkena akuades (Sciencelab, 2019).
2.1.2 Asam Asetat (CH3COOH)
Asam asetat merupakan bahan kimia yang berwujud cairan dan berwarna pada suhu
kamar, berasa masam dan berbau cuka yang tajam. Berat molekul asam asetat adalah
sebesar 60,05 gram/mol. Titik didih asam asetat adalah sebesar 118,1oC sedangkan titik
lelehnya adalah sebesar 16,6oC. Massa jenis uapnya sebesar 2,07 dan tekanan uap akuades
adalah 1,5 kPa pada suhu 20oC. Asam asetat bersifat mudah larut dalam air dingin ataupun
panas dan dapat larut dalam dietil eter dan aseton. Asam asetat termasuk golongan bahan
kimia yang berbahaya karena dapat menyebabkan iritasi pada mata dan kulit serta
berbahaya jika tertelan dan terhirup. Tindakan pertolongan pertama apabila terkena mata
dan kulit yaitu segera bilas dengan menggunakan air mengalir selama kurang lebih 15
menit. Penanganan pertama jika tertelan yaitu jangan memuntahkan apapun dan jangan
memasukkan apapun ke dalam mulut orang yang tidak sadarkan diri. Pertolongan pertama
jika terhirup yaitu segera bawa ke udara segar dan berikan pernapasan buatan apabila susah
bernapas (Sciencelab, 2019).
2.1.3 Amonium Klorida (NH4Cl)
Amonium klorida merupakan bahan kimia yang berwujud padatan yang berwarna
putih, tidak berbau dan berasa asin. Berat molekul amonium klorida adalah sebesar
53,49 gram/mol, Titik didih amonium klorida adalah sebesar 520°C sedangkan titik
lelehnya sebesar 338°C. Nilai pH dari amonium klorida adalah sebesar 5,5, sehingga
amoium klorida bersifat asam. Amonium klorida mudah larut dalam air dan metanol serta
sulit larut dalam dietil eter dan aseton. Amonium klorida berbahaya jika terjadi kontak
dengan mata, kulit, tertelan dan terhirup. Tindakan pertolongan pertama apabila terkena
mata dan kulit yaitu segera bilas dengan menggunakan air mengalir selama kurang lebih 15
menit. Penanganan pertama jika tertelan yaitu jangan memuntahkan apapun dan jangan
memasukkan apapun ke dalam mulut orang yang tidak sadarkan diri. Pertolongan pertama
jika terhirup yaitu segera bawa ke udara segar dan berikan pernapasan buatan apabila susah
bernapas (Sciencelab, 2019).
2.1.4 Asam Klorida (HCl)
Asam klorida merupakan bahan kimia yang berwujud cairan yang berwarna kuning,
dan berbau menyengat. Titik didih asam klorida adalah sebesar 108,58oC sedangkan titik
lelehnya adalah sebesar -27,32oC. Asam klorida mempunyai nilai pH<7, yang berarti asam
klorida bersifat asam kuat. Tekanan uap asam klorida adalah sebesar 1,267 kPa. Asam
klorida bersifat dapat larut dalam air dingin, air hangat dan dietil eter. Asam klorida
berbahaya jika terjadi kontak dengan mata, kulit, terhirup ataupun tertelan. Tindakan
pertolongan pertama apabila terkena mata dan kulit yaitu segera bilas dengan
menggunakan air mengalir selama kurang lebih 15 menit. Penanganan pertama jika tertelan
yaitu jangan memuntahkan apapun dan jangan memasukkan apapun ke dalam mulut orang
yang tidak sadarkan diri. Pertolongan pertama jika terhirup yaitu segera bawa ke udara
segar dan berikan pernapasan buatan apabila susah bernapas (Sciencelab, 2019).
2.1.5 Amonium Hidroksida (NH4OH)
Amonium hidroksida merupakan bahan kimia yang berwujud cairan yang tidak
berwarna dan memiliki bau seperti amonia. Berat molekul amonium hidroksida adalah
seberat 35,05 gram/mol. Titik didih amonium hidroksida adalah sebesar 24,7 oC
sedangkan titik lelehnya adalah sebesar -69,2°C. Amonium hidroksida merupakan suatu
senyawa kimia yang bersifat basa karena memiliki nilai pH sebesar 11,6. Tekanan uap
amonium hirdoksida adalah sebesar 287,9 kPa. Amonium hidroksida berbahaya jika
terjadi kontak dengan mata, kulit, terhirup ataupun tertelan. Tindakan pertolongan pertama
apabila terkena mata dan kulit yaitu segera bilas dengan menggunakan air mengalir selama
kurang lebih 15 menit. Penanganan pertama jika tertelan yaitu jangan memuntahkan
apapun dan jangan memasukkan apapun ke dalam mulut orang yang tidak sadarkan diri.
Pertolongan pertama jika terhirup yaitu segera bawa ke udara segar dan berikan pernapasan
buatan apabila susah bernapas (Sciencelab, 2019).
2.1.6 Natrium Bromida (NaBr)
Natrium bromida adalah senyawa kimia yang berwujud padatan yang tidak berwarna
dan tidak berbau. Berat molekul natrium bromida adalah sebesar 102,91 gram/mol. Titik
didih natrium bromida adalah sebesar 1390°C sedangkan titik lelehnya sebesar 755°C.
Natrium bromida mempunyai nilai pH sebesar 6,5-8,0. Natrium bromida bersifat mudah
larut dalam air dan metanol. Natrium bromida berbahaya jika terjadi kontak dengan mata,
kulit, terhirup ataupun tertelan. Tindakan pertolongan pertama apabila terkena mata dan
kulit yaitu segera bilas dengan menggunakan air mengalir selama kurang lebih 15 menit.
Penanganan pertama jika tertelan yaitu jangan memuntahkan apapun dan jangan
memasukkan apapun ke dalam mulut orang yang tidak sadarkan diri. Pertolongan pertama
jika terhirup yaitu segera bawa ke udara segar dan berikan pernapasan buatan apabila susah
bernapas (Sciencelab, 2019).
2.1.7 Natrium Hidroksida (NaOH)
Natrium hidroksida adalah senyawa kimia yang berwujud padatan yang berwarna
putih, tidak berbau dan tidak memiliki rasa. Berat molekul natrium hidroksida adalah
sebesar 40 gram/mol. Titik didih natrium hidroksida adalah sebesar 1388°C sedangkan
titik lelehnya adalah sebesar 323°C. Natrium hidroksida merupakan suatu senyawa yang
bersifat basa karena memiliki nilai pH sebesar 13,5. Natrium hidroksida bersifat dapat larut
dalam air dingin. Natrium hidroksida berbahaya jika terjadi kontak dengan mata, kulit,
terhirup ataupun tertelan. Tindakan pertolongan pertama apabila terkena mata dan kulit
yaitu segera bilas dengan menggunakan air mengalir selama kurang lebih 15 menit.
Penanganan pertama jika tertelan yaitu jangan memuntahkan apapun dan jangan
memasukkan apapun ke dalam mulut orang yang tidak sadarkan diri. Pertolongan pertama
jika terhirup yaitu segera bawa ke udara segar dan berikan pernapasan buatan apabila susah
bernapas (Sciencelab, 2019).
2.1.8 Natrium Klorida (NaCl)
Natrium klorida adalah senyawa kimia yang berwujud padatan yang berwana putih
dan berasa asin. Berat molekul natrium klorida adalah sebesar 58.44 gram/mol. Titik didih
natrium klorida adalah sebesar 1413°C sedangkan titik lelehnya adalah sebesar 801°C.
Natrium klorida bersifat netral karena memiliki nilai pH sebesar 7. Natrium klorida bersifat
berbahaya jika terjadi kontak dengan mata, kulit, terhirup ataupun tertelan. Tindakan
pertolongan pertama apabila terkena mata dan kulit yaitu segera bilas dengan
menggunakan air mengalir selama kurang lebih 15 menit. Penanganan pertama jika tertelan
yaitu jangan memuntahkan apapun dan jangan memasukkan apapun ke dalam mulut orang
yang tidak sadarkan diri. Pertolongan pertama jika terhirup yaitu segera bawa ke udara
segar dan berikan pernapasan buatan apabila susah bernapas (Sciencelab, 2019).
2.1.9 Natrium Iodida (NaI)
Natrium iodida adalah senyawa kimia yang berwujud padatan yang berwarna putih
dan tidak berbau. Berat molekuk natrium iodida adalah sebesar 149,89 gram/mol. Titik
didih natrium iodida adalah sebesar 1300°C sedangkan titik lelehnya sebesar 661°C.
Natrium iodida bersifat netral karena dan memiliki pH sebesar 7. Natrium iodida bersifat
mudah larut dalam air dan bersifat higroskopis. Natrium iodida bersifat berbahaya jika
terjadi kontak dengan mata, kulit, terhirup ataupun tertelan. Tindakan pertolongan pertama
apabila terkena mata dan kulit yaitu segera bilas dengan menggunakan air mengalir selama
kurang lebih 15 menit. Penanganan pertama jika tertelan yaitu jangan memuntahkan
apapun dan jangan memasukkan apapun ke dalam mulut orang yang tidak sadarkan diri.
Pertolongan pertama jika terhirup yaitu segera bawa ke udara segar dan berikan pernapasan
buatan apabila susah bernapas (Sciencelab, 2019).

2.2 Tinjauan Pustaka


2.2.1 Larutan
Larutan adalah suatu campuran homogen antara molekul, atom ataupun ion dari dua
zat atau lebih yang bersifat saling melarutkan dan tidak dapat dibedakan lagi zat
penyusunnya secara fisik. Larutan tersusun atas zat terlarut atau solute dan zat pelarut yang
disebut juga solvent. Zat terlarut umumnya berbentuk gas, padat maupun cair sedangkan
pelarut umumnya berwujud cair. Jumlah zat pelarut umumnya lebih besar daripada zat
terlarutnya dalam suatu larutan. Komposisi atau kadar zat terlarut dan zat pelarut dalam
suatu larutan dinyatakan dengan konsentrasi larutan. Proses pencampuran antara zat
terlarut dengan pelarutnya disebut dengan solvasi atau pelarutan. Larutan dapat terjadi
karena adanya gaya tarik-menarik antara molekul zat terlarut dengan pelarutnya. Larutan
berdasarkan kemampuannya untuk menghantarkan arus listrik dapat dibagi menjadi dua,
yaitu larutan elektrolit dan larutan non elektrolit (Hiskia, 1999).
Larutan elektrolit merupakan suatu larutan yang dapat menghantarkan arus listrik.
Larutan elektrolit dapat terjadi karena adanya perpindahan elektron dari satu tempat ke
tempat yang lain, hal ini disebut dengan hantaran listrik. Larutan elektrolit dapat bersifat
asam, basa maupun garam. Larutan elektrolit dapat menghantarkan listrik apabila berada
dalam wujud larutan atau lelehannya, Larutan berdasarkan daya hantarnya dapat terbagi
menjadi tiga yaitu, larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah dan non elektrolit
(Sukardjo, 2004).
Elektrolit kuat adalah suatu larutan yang dapat terionisasi secara sempurna atau
seluruh ion-ionnya terurai apabila dilarutkan dalam suatu pelarut. Daya hantar elektrolit
bersifat sangat baik, hal dikarenakan jumlah partikel bermuatan yang terkandung dalam
suatu larutan semakin banyak dan bergerak bebas. Senyawa yang termasuk golongan
elektrolit kuat yaitu asam kuat, basa kuat serta garam kuat. Contoh senyawa-senyawa
elektrolit kuat adalah HCl, H2SO4, HNO3, HClO3, NaOH, KOH, Ca(OH)2, Ba(OH)2. NaCl,
Al2(SO4)3 dan KI (Bird, 1993).
Elektrolit lemah adalah suatu larutan yang hanya dapat terionisasi sebagian atau
hanya sedikit ion yang dapat terurai apabila dilarutkan dalam suatu pelarut. Daya hantar
elektrolit bersifat lemah, hal dikarenakan jumlah partikel bermuatan yang terkandung
dalam suatu larutan sedikit. Senyawa yang termasuk golongan elektrolit lemah yaitu asam
lemah, basa lemah dan garam-garam yang bersifat sukar larut. Contoh senyawa-senyawa
elektrolit lemah adalah HCN, CH3COOH, H2CO3, H2S, Ni(OH)2, NH4OH, AgCl dan PbI2
(bird, 1993).
Non elektrolit merupakan suatu larutan yang tidak dapat terionisasi dalam suatu
pelarut, hal ini menyebabkan larutan non elektrolit bersifat tidak dapat mengahntarkan arus
listik karena tidak dapat menghasilkan ion-ionnya. Contoh senyawa-senyawa yang
termasuk dalam larutan non elektrolit yaitu glukos, etanol, sukrosa dan urea (Bird, 1993).
2.2.2 Daya Hantar Listrik
Konduktivitas disebut juga dengan daya hantar listrik bisa juga. Daya hantar litrik
dapat digunakan mengukur cairan elektrolit. Jumlah ion sangat mempengaruhi nilai
konduktivitas yang dihasilkan. Semakin banyak jumlah ion dalam larutan maka nilai
konduktivitasnya juga akan semakin besar. Jumlah muatan dalam suatu larutan juga
berpengaruh terhadap nilai daya hantar molar. Nilai daya hantar molar berbanding lurus
dengan konduktivitas larutannya. Konduktivitas molar (∆m) ditentukan dari konsentrasi
elektrolit. Konduktivitas molar merupakan suatu konduktivitas apabila nilai konsentrasi
larutannya sebesar satu molar (Alberty, 1992).
Menurut Hendayana (1994), konduktivitas pada suatu larutan dipengaruhi oleh
berbagai macam faktor. Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi daya hantar listrik adalah
sebagai berikut:
1. Konsentrasi larutan
Daya hantar listrik akan bernilai besar pada larutan encer, hal ini disebabkan karena ion-
ion yang terkandung didalamnya dapat bergerak bebas. Larutan yang pekat dapat
menyebabkan pergerakan ion-ionnya menjadi sulit, akibatnya daya hantar listriknya
kecil atau rendah.
2. Jenis larutan
Larutan berdasarkan sifat daya hantar listriknya terbagi menjadi dua, yaitu larutan
elektrolit dan non elektrolit. Larutan elektrolit merupakan larutan yang dapat
menghantarkan listrik dengan baik apabila dilarutkan dalam suatu pelarut. Ion-ion
dalam larutan elektrolit juga mudah bergerak sehingga daya hantar listrik yang
dihasilkan besar. Larutan non elektrolit merupakan suatu larutan yang tidak dapat
menghantarkan listrik.
3. Jumlah ion yang ada
Daya hantar listrik atau konduktivitas dipengaruhi oleh banyaknya ion-ion yang
terkandung dalam suatu larutan. Semakin banyak jumlah ionnya maka nilai daya hantar
listriknya juga semakin besar. Larutan elektrolit baik elektrolit kuat maupun elektrolit
lemah sangat mempengaruhi jumlah ion dalam suatu larutan. Daya hantar listrik juga
dipengaruhi pengenceran, semakin encer suatu larutan maka nilai daya hantar listriknya
juga semakin besar.
4. Kecepatan ion pada beda potensial antara kedua elektroda yang ada
Arus listrik dapat terjadi apabila terdapat ion yang bergerak. Arus listrik mengalir dari
potensial tinggi menuju ke potensial yang rendah. Muatan listrik dapat berpindah
apabila terjadi beda potensial antara satu tempat terhadap tempat lainnya. Kecepatan ion
juga dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
a. Adanya hidrasi
b. Viskositas
c. Berat dan muatan ion
d. Viskositas
e. Gaya tarik antar ion
f. Orientasi atmosfer pelarut
Konduktivitas pada larutan elektrolit dipengaruhi oleh jumlah ion-ion dalam larutan
tersebut dan pada konsentrasi ion–ion tersebut. Pengenceran akan menyebabkan
konduktivitas akan turun karena lebih sedikit ion berada per cm3 larutan untuk membawa
arus. Nilai konduktivitas akan bernilai besar jika konsentrasi larutannya semakin tinggi.
Arus listrik I (ampere) yang mengalir dalam sebuah penghantar akan berbanding lurus
terhadap daya gerak listrik (daya elektromotif) dan E (volt) dalam hukum Ohm, namun
akan berbanding terbalik dengan resistan (tahanan) dan R (ohm) dari penghantar.
Persamaan reaksi pada arus listrik dapat dituliskan sebagai berikut:
I=E/R (2.1)
dimana:
I = daya hantar (Ohm-1)
R = tahanan (Ohm)
(Soekardjo, 2004).
Alat yang digunakan untuk menentukan daya hantar suatu larutan disebut dengan
konduktometer. Konduktometer juga dapat digunakan untuk mengukur derajat ionisasi dari
larutan elektrolit dalam air dengan cara menetapkan hambatan suatu kolom cairan. Prinsip
kerja konduktometer adalah adanya sensor yang dicelupkan dalam larutan yang akan diuji
kemudian sensor tersebut akan menerima rangsang dari suatu ion-ion yang menyentuh
permukaan konduktor kemudian akan dihasilkan nilai konduktivitasnya. Konsentrasi pada
suatu larutan juga sangat mempengaruhi nilai daya hantar listriknya. Semakin besar
konsentrasinya maka nilai daya hantar listriknya juga akan semakin besar. Konsentrasi
juga dapat dipengaruhi oleh jumlah ion yang terkandung dalam suatu larutan. Semakin
banyak ion yang terkandung maka akan semakin besar pula terjadinya tumbukan dengan
sensor, akibatnya nilai daya hantar listriknya juga tinggi (Mulyani, 2002).
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
- Gelas piala 100 mL
- Batang pengaduk
- Gelas ukur
- Pipet volume
- Pipet tetes
- Botol semprot
- Konduktometer
3.1.2 Bahan
- CH3COOH
- NH4OH
- HCl
- NaOH
- NaCl
- NaBr
- NaI
- NH4Cl
- Akuades
3.2 Skema Kerja
3.2.1 Menentukan daya hantar listrik berbagai senyawa

Asam cuka glasial

- dimasukkan sebanyak 25 mL ke dalam gelas piala 100 mL


- - diukur daya hantar listrik larutan tersebut dengan menggunakan
konduktometer
- ditentukan sifat zat terhadap arus listrik (konduktor atau isolator)
- diulangi setiap perlakuan pada akuades, larutan NaCl dan kristal NaCl

Hasil

3.2.2 Mempelajari pengaruh konsentrasi terhadap daya hantar listrik larutan elektrolit

Larutan CH3COOH

- dibuat larutan tersebut sebanyak 25 mL dengan konsentrasi 0,01 M; 0,05


M; 0,10 M; 0,50 M dan 1,00 M
- diukur daya hantar listriknya dan dimulai dari larutan yang terencer
- dilakukan perlakuan yang sama terhadap larutan kelompok I yaitu
dengan menggunakan larutan NH4OH, HCl dan NaOH
- digambar grafik daya hantar listrik terhadap konsentrasi
- ditentukan senyawa mana yang merupakan elektrolit kuat dan elektrolit
lemah
- dilakukan perlakuan yang sama terhadap larutan kelompok II yaitu
dengan menggunakan NaCl, NaBr, NaI dan NH4Cl
- digambar grafik daya hantar listrik terhadap konsentrasi
- dibandingkan daya hantar listrik kation dan anion segolongan (antara Cl-,
Br-, I- dan antara NH+, NH4)

Hasil
DAFTAR PUSTAKA

Alberty, R. 1992.Kimia Fisika Jilid 1. Jakarta: Erlangga.


Bird, Tony. 1993. Kimia Fisika untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.
Hendayana, S. 1994. Kimia Analisis Instrumen. Semarang: IKIP Semarang.
Hiskia, A. 1999. Kimia Larutan. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Mulyani, Sri. 2002. Kimia Fisika II. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Sciencelab. 2019. Material Safety Data Sheet Aquades. [Serial Online].
https://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927321. (diakses 05 April 2019).
Sciencelab. 2019. Material Safety Data Sheet Asam Asetat. [Serial Online].
http://www.sciencelab.com/msds/php?msdsld= 9536790. (diakses 05 April 2019).
Sciencelab. 2019. Material Safety Data Sheet Ammonium Klorida. [Serial Online]
http://www.sciencelab.com/msds/php? msdsld= 9924521. (diakses 05 April 2019).
Sciencelab. 2019. Material Safety Data Sheet Ammonium Hidroksida. [Serial Online].
http://www.sciencelab.com/msds/ php?msdsld= 9924473. (diakses 05 April 2019).
Sciencelab. 2019. Material Safety Data Sheet Asam Klorida. [Serial Online].
http://www.sciencelab.com/msds/php? msdsld= 9223456. (diakses 05 April 2019).
Sciencelab. 2019. Material Safety Data Sheet of Natrium Bromida. [Serial Online].
http://www.sciencelab.com/msds/php? msdsld= 9463520. (diakses 05 April 2019).
Sciencelab. 2019. Material Safety Data Sheet Natrium Klorida. [Serial Online].
http://www.sciencelab.com/msds/php? msdsld= 9337896. (diakses 05 April 2019).
Sciencelab. 2019. Material Safety Data Sheet of Natrium Hidroksida. [Serial Online].
http://www.sciencelab.com/msds/php? msdsld= 9924120. (diakses 05 April 2019).
Sciencelab. 2019. Material Safety Data Sheet of Natrium Iodida. [Serial Online].
http://www.sciencelab.com/msds/php? msdsld= 9934523(diakses 05 April 2019).
Soekardjo. 2004. Kimia Fisika. Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai