Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH EKONOMI ISLAM

SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM

KELOMPOK 3 :

Kelompok 3

Dewi Nuraeni 111600000113


Ilfa Nur Fadillah 111600000122

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA

2019
BAB I
PENDAHULUAN

Ilmu ekonomi islam sebagai sebuah studi ilmu pengetahuan modern yang baru
muncul pada tahun 1970-an, tetapi pemikiran tentang ekonomi islam telah muncul sejak
islam diturunkan melalui Nabi Muhammad SAW dan bersamaan dengan diturunkannya
Al-qur’an pada abad akhir 6 M hingga awal 7 M. Rujukan utama pemikiran ekonomi islam
adalah Al-Qur’an dan Hadis.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Perekonomian di Masa Rasulullah SAW (571-632M)

Kehidupan Rasulullah SAW dan masyarakat muslim di masa beliau adalah teladan
yang paling baik implementasi islam, termasuk dalam bidang ekonomi. Pada periode
Makkah masyarakat muslim belum sempat membangun perekonomian , sebab masa itu
penuh dengan perjuangan untuk mempertahankan diri dari masyarakat Quraisy. Barulah
pada periode Madinah Rasulullah memimpin sendiri membangun masyarakat Madinah
sehingga menjadi masyarakat sejahtera dan beradab. Meskipun sebenarnya
perekonomian pada masa beliau relatif masih sederhana, tetapi beliau telah
menunjukkan prinsip-prinsip dasar bagi pengelolaan ekonomi. Karakter umum dari
perekonomian pada masa itu adalah komitmen yang tinggi terhadap etika dan norma,
serta perhatian yang besar terhadap keadilan dan pemerataan kekayaan.

Sebagaimana pada masyarakat Arab lainnya, mata pencaharian mayoritas


penduduk Madinah adalah berdagang, sebagian yang lain bertani, beeternak dan
berkebun. Berbeda dengan tanah Makkah yang gersang ,sebagian tanah Madinah relatif
subur. Sehingga pertanian, peternakan, dan perkebunan dapat dilakukan dikota ini.
Kegiatan ekonomi relatif menonjol pada masa itu, di mana untuk menjaga agar
mekanisme pasar tetap berada dalam bingkai etika dan moralitas Islam Rasulullah
mendirikan Al-Hisbah dan Baitul Maal.

Kemudian beliau mengawali pembangunan Madinah tanpa sumber keuangan


yang pasti, sementara distribusi kekayaan juga timpang, kaum muhajirin tidak memiliki
kekayaan karena mereka telah meninggalkan seluruh hartanya di Makkah. Oleh karena
itulah Rasulullah mempersaudarakan kaum Muhajirindan kaum Al-anshor, sehingga
dengan sendirinya terjadi redistribusi kekayaan. Kebijakan ini sangat penting sebagai
strategi awal pembangunan perekonomian Madinah. Selanjutnya untuk memutar roda
perekonomian, Rasulullah mendorong kerja sama usaha di antara anggota masyarakat
(misalnya muzaraah, mudharabah, musaqah dll) sehingga terjadi peningkatan
produktifitas. Penerimaan negara juga meningkat. Sumber pemasukan negara yang
paling pokok adalah zakat dan ushr (pajak khusus yang dikenakan atas barang niaga
yang masuk kenegara islam/ impor) . Secara garis besar pemasukan Negara ini
bersumber dari umat Muslim sendiri, Non-muslim, dan masyarakat umum sebagaimana
dalam table dibawah ini.

Dari Kaum Muslim Dari Kaum Umum


Non-Muslim
1. Zakat 1) Ghanimah

2. Ushr (5-10%) 2) Fay

3. Ushr (2,5%) 3) Uang


tembusan
4. Zakat fitrah 1. Jizyah 4) Pinjaman dari
kaum muslimin
atau non
muslimin
5. Wakaf 2. Kharaj 5) Hadah dari
pemimpin atau
pemerintah
Negara lain
6. Amwal Fadila 3. Ushr
(5%)
7. Nawaib

8. Shadaqah yang
lain
9. Khumus

Sumber-sumber pengeluaran Negara

Primer Sekunder
1. Biaya pertahanan seperti 1) Bantuan untuk orang yang
persenjataan,unta,kuda dan belajar agama di Madinah
persediaan
2. Penyaluran zakat dan Ushr 2) Hiburan untuk para delegasi
kepada yang berhak menerima keagamaan
menurut ketentuan al-qur’an
3. Pembayaran gaji untuk 3) Hiburan untuk para utusan
wali,qadi,guru,imam,muadzin, suku dan Negara serta
dan pejabat Negara lainnya pembiayaan mereka.
Pengeluaran duta-duta agama
4. Pembayaran upah para 4) Hadiah untuk pemerintah
sukarlawan Negara lain
5. Pembayaran utang Negara 5) Pembayaran untyk
pembebasan kaum Muslimin
yang menjadi budak
6. Bantuan untuk musafir ( dari 6) Pembayaran denda atas
daerah Fadak) mereka yang terbunuh secara
tidak sengaja oleh pasukan
muslimin
7) Pembayran utang orang yang
meninggal dunia dalam
keadaan miskin
8) Pembayaran tunjangan untuk
orang miskin

9) Tunjangan untuk sanak


saudara Rasulullah SAW

10) Pengeluaran rumah tangga


Rasulullah SAW (hanya
sejumlah kecil;80 butir kurma
dan 80 butir gandum untuk
setiap istrinya)

11) Persediaan darurat ( sebagian


dari pendapatan perang
Khaibar)

B. Perekonomian di Masa Khulafaurrasyidin

Para khulafaurrasyidin adalah penerus kepemimpinan nabi muhammad Saw.


Karenanya kebijakan mereka tentang perekonomian pada dasarnya adalah melanjutkan
dasar-dasar yang dibangun rasulullah saw. Para khalifah diantaranya :

1. Abu Bakar Siddiq banyak permasalahan dalam pengambilan zakat sebab pada
masa itu mulaii orang-orang membayar Zakat. Beliau juga.membangun lagi Baitul
Maal dan meneruskan sistem perindustrian harta untuk rakyat sebagaimana pada
masa Rasulullah Saw. Beliau juga mulai mempelopori sistem penggajian bagi
aparat ngara, misalnya untuk khalifah sendiri di gaji amat sedikit, yaitu 2,5 atau
2,75 dirham setiap hari hanya dari baitul maal. Tunjangan tersebut kurang
mencakupi sehingga ditetapkan 2000 atau 2500 dirham, pada riwayat lain 6000
dirham per tahun.
2. Umar bin Khattab mengambil langkah-langkah besar dalam pengembangan
sektor pertanian, karena beliau menyadari pentingnya pertanian bagi
perekonomian negara. Pada masa ini hukum perdagangan mengalami
penyempurnaan, Umar mengurangi beban pajak terhadap beberapa barang,
pajak perdagangan nabati dan kurma Syria sebesar 50%. Umar membangun
Baitul Maal yang regular dan permanen di ibu kota, kemudian dibangun cabang-
cabang di ibu kota propinsi.Umar mendirikan Diwan Islam yang pertama, yang
disebut al-Diwan. Al-Diwan adalah sebuah kantor yang ditujukan untuk membayar
tunjangan-tunjangan angkatan perang dan pension serta tunjangan lainnya dalam
basis yang regular dan tepat. Umar juga membentuk sebuah komite untuk
membuat laporan sensus penduduk Madinah sesuai dengan tingkat kepentingan
dan kelasnya.

3. Usman bin Affan membangun saluran air dan jalan-jalan dalam rangka
pengembangan sumber daya alam, mengingat semakin luasnya wilayah negara
Islam. Kemudian Usman juga memperkenalkan kebiasaan membagikan makanan
di masjid untuk orang-orang menderita, pengembara dan orang miskin. Usman
membentuk organisasi kepolisian secara permanen untuk mengamankan jalur
perdagangan. Selain itu, dibentuk pula armada laut kaum Muslimin.

4. Ali bin Abi Thalib. Ali adalah orang yang sangat sederhana. Beliau secara sukarela
menarik diri dari daftar penerima bantuan baitul maal, bahkan memberikan 5000
dirham setiap tahunnya. Beliau sangat ketat dan berhati-hati dalam menjalankan
keuangan negara. Salah satu upayanya yang monumental adalah pencetakan
mata uang sendiri atas nama pemerintahan Islam, di mana sebelumnya
menggunakan uang dinar dari Romawi dan dirham dari Persia

C. Pemikiran ekonomi pada masa kontemporer


Era tahun 1930-an merupakan masa kebangkitan kembali intelektualitas di dunia
islam. Kemerdekaan Negara-negara Muslim dari kolonialisme barat turut mendorong
semangat para sarjana Muslim dalam mengembangkan pemikirannya. Khurshid
(1985, hlm.9-11) pada awalnya perkembangan ini diawali oleh kiprah para ulama yang
kebanyakan tidak didukung pengetahuan ekonomi yang memadai dalam menyoroti
berbagai persoalan sosial ekonomi muslim untuk mengembangakan lebih lanjut
dalam aspek – aspek tertentu dalam perekonomian, kemudian diikuti dengan
pendirian institusi ekonomi yang berbasis syariat islam.

D. Tokoh-tokoh ekonomi islam dan pemikirannya

1. Periode Pertama/Fondasi(Masa Awal Islam-450H/1058M)


Pada periode ini banyak sarjanah Muslim yang pernahhidup bersama para
sahabat Rosulullah dan para tabiin sehingga dapat memperoleh refrensi ajaran
Islam yang autentik. Beberapa diantara mereka antara lain: Hasan Al-Basri, Zayd
bin Ali, Abu Hanifah, Abu Yusuf, Muhammad bin Hasan Al Shyabani, Yahya bin
Adam, Shyafi’i, Abu Ubayd, Ahmad bin Hambal, Al-Kindi, Junayd Baghdadi, Al-
farabi, Ibn Miskwayh, Ibn Sina, dan Mawardi.
a. Abu Hanifah (80-150H/699-767M)
Abu hanifah al-nu’man ibn sabit bin zauti, ahli hukum agama islam dilahirkan
dikufah pada 699 M masa pemerintahan abdul malik bin Marwan. Ia banyak
meninggalkan karya tulis, antara lain Al-makharif fi Al-fiqh, Al-musnad, dan Al-
fiqh Al-akbar. Abu hanifah menyumbangkan beberapa konsep ekonomi, salah
satunya adalah salam, yaitu suatu bentuk transaksi dimana antara pihak
penjual dan pembeli sepakat bila barang yang dibeli dikirimkan setelah dibayar
secara tunai pada waktu kontrak yang disepakati. Salah satu kebijakan abu
hanifah adalah menghilangkan ambiguitas dan perselisihan dalam masalah
transaksi; hal ini merupakan salah satu tujuan syariah dalam hubungannya
dengan jual beli.

b. Abu Yusuf (113-182H/731-789 M)


Abu yusuf barangkali merupakan fuqaha pertama yang memiliki buku (kitab)
yang secara khusus membahas masalah ekonomi. Kitabnya yang berjudul Al-
Kharaj, banyak membahas ekonomi public, khususnya tentang perpajakan dan
peran negra dalam pembangunnan ekonomi. Abu yusuf menekankan
pentingnya prinsif keadilan, kewajaran, dan penyesuaian terhadap
kemampuan membayar dalam perpajakan, serta perlunya akuntabilitas dalam
pengelolaan keuangan Negara. Ia juga membahas taknik dan system
pemungutan pajak, serta perlunya sentralisasi pengambulan keputusan dalam
administrasi perpajakan.

c. Muhammad bin Al-Hasan Al-Shyabani (132-189H/750-804M)


Muhammad bin abdul al-hasan telah menulis beberapa buku, antara lain kitab
al-iktisab fiil rizq al-mustahab(book on erning a clean living) dan kitab al asl.
Buku yang pertama banyak membahas berbagai aturan syariat tentang
ijarah,tijarah, ziraah, dan sinaah (hiring out, trade, agriculture, and industri).
Buku yang kedua membahas berbagai bentuk transaksi/kerja sama usaha
dalam bisnis, misalnya salam(prepaid order), sharikah(partnership), dan
mudharabah. Buku-buku yang ditulis Muhammad bin al-hasan ini mengandung
tinjauan normative sekaligus positif, sebagaimana karya kebanyakan sarjana
muslim.

d. Abu Ubayd Al-Qasim ibnu Sallam (w. 224H/838M)


Buku yang berjudul Al-amwal ditulis oleh abu ubayd al-qasim ibn sallam
merupakan suatu buku yang membahas keuangan public/kebijakan fiscal
secara koperehensif. Di dalamnya dibahassecara mendalam tentang hak dan
kuwajiban Negara, pengumpulan dan penyaluran zakat, khums, kharaj, fay,
dan berbagai sumber penerimaan Negara lainnya.

e. Harith bin Asad Al-Muhasabi (w. 243H/859M)


Harith bin asad al-muhasabi menulis bukunberjudul al-makasib yang
membahas cara-cara memperoleh pendapat sebagai mata pencaharian
melalui perdagangan, industry dan kegiatan ekonomi produktif lainnya.
f. Ibnu Miskwaih (w. 421 H/1030M)
Ibnu miskwaih dalam bukunya, Tahlidib al-akhlaq, banyak berperan dapatan
dalam tataran filosof etis dalam upaya untuk mensintesiskan pandangan-
pandangan aritotalaes dengan ajaran islam.

g. Mawardi (w. 450 H/1050M)


Pemikiran mawardi tentang ekonomi terutama dalam bukunya yang berjudul,
al-ahkam al-sulthoniyyah dan al-din wa’I dunya. Buku yang pertama banyak
membahas tentang pemerintah dan adiminstrasi, berisi tentang; kuwajiban
pemerintah, penerimaan dan pengeluaran Negara, tanah(Negara dan
masyarakat), hak progresif Negara untuk menghibahkan tanah, kuwajiban
Negara untuk mengawasi pasar, dan lain-lain. Buku yang kedua banyak yang
membahs prilaku ekonomi muslim secara individual.

2. Periode Kedua (450-850H/1058-1446M)


Pemikiran ekonomi pada masa ini banyak dilatarbelakangi oleh
menjamurnya korupsi dan dekadensi moral, serta melebarnya kesenjangan antara
golongan miskin dan kaya, meskipun secara umum kondisi perekonomian
masyarakat islam berada dalam staf kemakmuran. Terdapat pemikiran-pemikiran
besar yang karyanya banyak di jadikan rujukan hingga kini misalnya: Al-Ghazali,
Nasirudin Tutsi, ibn Tamiyah, ibn Kaldun, Al-Maghirizi, abu ishaq al-syatibi, abdul
khadir jailani, ibnu qayim, ibn baja, ibn tufay, ibn rusyd, dan masih banyak lagi.
Para pemikir ini memang berkarya dalam berbagai bidang ilmu yang luas, tetapi
ide-ide ekonominya sangat cemerlang dan berwawasan kedepan. Berikut ini
pokok pemikiran mereka:

a. Al-Ghazali (451-505H/1055-1111M)
Al-ghazali dikenal memiliki pemikiran yang luas dalam berbagai bidang.
Bahasannya tentang ekonomi dapat di temukan dalam karyanya menumental
ihya’ umum al-din, disamping dalam ushul al-fiqh, al-mustafa, mizan al-amal
dan al-tibr al-masbuk fi nasihat al-muluk. Bahasan ekonomi al-ghazali
mencakup aspek luas secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi;
pertukaran dan evolusi pasar, produksi, barter dan evolusi uang, serta peranan
Negara dan keuangan publik (ghazafer:2004)

b. Ibn Tamiyah (661-728H/1263-1328M)


Ibnu tamiyah adalah seorang fugaha’ yang mempunyai karya pemikiran dalam
berbagai bidang ilmu yang luas, termasuk dalam bidang ekonomi. Dalam
bukunya al-hisbah fi’I islam dan al-siyasah al-shar’iyah fi islam al ra’I wa’I
ra’iyah ia banyak membahas problem ekonomi yang dihadapi saat itu, baik
dalam tinjauan social maupun hokum islam. Meskipun demikian, karyanya
banyak mengandung ide yang berpandangan kedepan, sebagaimana
kemudian banak dikaji oleh ekonom barat, karyanya juga mencakup konsep
mikro ekonomi.
c. Ibn Khaldun (732-808H/1332-1404M)
Ibnu khaldun barangkali merupakan ekonom muslim yang besar, karena
sedemikian cemerlang dan luas bahasannya tentang ekonomi. Ia menulis
banyak buku, antaranya: mugadimah, syarh al-burdah, sejumlah ringkasan
atas buku-buku karya ibnu rusyid, sebelum catatan atas buku mantiq,
ringkasan (muktasar) kitab al-mahsul karya fakhr al-din al-razi(ushul fiqih),
sebuah buku tantang matematika, dan sebuah buku sejarah yang terkenal, al-
ibar wa diwan al-mubtada’ wa’ al-khabar fi tarikh al-arab wa al-ajam wa al-
barbar dalam bukunya muqadimah ibn khaldun memberikan bahasan yang lias
terhadap teori nilai, pembagian kerja, dan perdagangan international, hokum
permintaan dan penawaran, konsumsi, produksi,uang, siklus perdagangan
keuangan public, dan beberapa bahasan makro ekonomi lainnya. Secara
umum ibnu khaldun menekankan pentingnya suatu system pasar yang bebas.

d. Nasirudin Tusi (w. 485 H/1093M)


Nasirudin tusi adalah ilmuan muslim berpengetahuan lengkap ia dikenal
sebagai ahli dalam bidang astronomi, astrologi, matematika, dan tentu saja
dibidang social. Karyanya dalam bidang ekonomi terutama ditemukan dalam
kitabnya yang berjudul ahlaqe-nasiri(nasirin ethics).

3. Periode Ketiga (1114-1176H/1703-1762M)


Dalam periode ketiga ini kejayaan pemikiran, dan juga dalam bidang
lainnya, dari umat islam sebenernya telahmengalami penurunan. Namun
demikian, terdapat beberapa pemikiran ekonomi yang berbobot selama ratusan
tahun terahir, sebagaimana tampak karya dari: shah waliullah, Muhammad bin
abdul wahab, jamalidin al-afgani, Muhammad abduh, ibn najaym, ibnu abiding,
ahmad sirhindi, dan Muhammad igbal.

a. Shah Waliullah(1114-1176H/1703-1762M)
Pemikiran ekonomi shah waliullah dapat ditemukan dalam karyanya yang
terkenal berjudul, hujjatullah al-balgha, dimana ia banyak menjelaskan
rasionalitas dari aturan-aturan syariat bagi perilaku manusia dan
pembangunan. Shah waliullah menekankan perlunya pembagian faktor-faktor
ekonomi yang bersifat alamiah secara lebih merata, misalnya tanah. Ia
menyatakan, “sesungguhnya, semua tanah sebagai mana masjid atau tempat-
tempat peristirahatan dibarikan kepada wayfares. benda-benda tersebut dibagi
berdasarkan prinsip siapa yang pertama datang dapat memanfaatkannya.
Kepemilikannya terhadap tanah akan berarti hanya jika orang lebih dapat
memanfaatkanya daripada orang lain.’
Berdasarkan pengamatannya terhadap perekonomian dikekaisaran Mughal
india, waliullah mengumumkan dua factor utama yang menyebabkan
penurunan pertumbuhan ekonomi. Dua factor tersebut yaitu: prtama,
keuangan Negara dibebani dengan berbagai pengeluaran yang tidak produktif;
kedua,pajak yang dibebankan kepada pelaku ekonomi terlalu berat sehingga
menurunkan semangat berekonomi. Menurutnya, perekonomian dapat tumbuh
jika terdapat tingkat pajak yang ringan yang didukung oleh administrasi yang
efesien.

b. Muhammad iqbal (1289-1356H/)


Meskipun didunia luas lebih dikenal sebagai filosof, sastrswan atau juga
pemikiran politik, Muhammad iqbal sebenernya juga memeiliki pemikiran-
pemikiran ekonomi yang berlian. Pemikirannya memang tidak berkisar tentang
hal-hal teknis ekonomi, tetapi lebih kepada konsep-konsep umum yang
mendasar. Dalam karyanya, puisi dari timur ia ia mnunjukkan tanggapan islam
terhadap kapitalisme barat dan reaksi extrim dari komunisme..

Melacak Mising Link Sejarah Pemikiran Ekonomi

Dalam magnus opusnya, History of Economic Analysis, JA.Schumpeter (1954)


mwngatakan, bahwa terdapat suatu great GAP dalam sejarah pemikrian, ekonomi
selama lebih dari 500 tahun, yaitu pada masa yang dikenal sebagai dark ages oleh barat.
Pada masa kegelapan tersebut barat dalam kedaan terbelakang, dimana tidak terdapat
prestasi intelektual yang gemilang termasuk juga dalam pemikiran ekonomi. Demikian
pula pada kebanyakan buku sejarah pemikiran ekonomi, misalnya Spiegel (1991),
menganggap pada masa dark age tidak terdapat karya pemikiran ekonomi dari bibel (1M)
dan para pemikir Yunani (SM), kemudian setelah itu melompat lebih dari 1000 tahun
langsung pada pemikiran masa Sholastic, terutama karya St. Thomas Aquinas (Abad 13)
pada masa berikutnya (Abad 16-18 M), sejarah mencatat praktik perekonomian
Merkantilisme dan pemikiran ekonomi kaum Phsiokrat.Terdapat masa-masa Stagnasi
antar waktu yang amat panjang dalam sejarah pemikiran ekonomi, sebelum kemudian
berkembang pesat pasca lahirnya The Wealth of Nation tahun 1776.

Benarkah dunia mengalami stagnasi dalam pemikiran, termasuk permikiran


ekonomi dalam masa dark age ternyata penilaian tersebut sangat bias dengan
kepentingan dunia barat. Dunia tentu bukan hanya eropa, dan eropa tidaklah mewakili
dunia secara keseluruhan. Sebenarnya, pada sebagian besar masa dark age itu justru
merupakan masa kegemilangan di dunia Islam, suatu hal yang berusaha ditutup-tutupi
oleh Barat. Pada masa itu, banyak karya-karya gemilang di berbagai bidang ilmu,
termasuk ilmu ekonomi, yang lahir dari sarjana-sarjana muslim bahkan, pemikiran para
sarjana muslim tersebut banyak memengaruhi pemikiran para sarjanan barat, termasuk
para pemikir ekonominya. Jadi sesungguhnya terdapat dua missing link dalam sejarah
pemikiran ekonomi, yaitu (1) great GAP pada masa dark age dan (2) kaitan antara
pemikiran di Barat dan dunia islam.

Anda mungkin juga menyukai