BAB III
Kabupaten Kubu Raya banyak memiliki potensi sumber daya alam yang
bervariasi, baik yang sudah di manfaatkan maupun yang belum dimanfaatkan.
secara umum Kabupaten Kubu Raya memiliki potensi sumber daya alam yang
Hutan adalah sumber daya alam yang merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa
dan mempunyai fungsi sangat penting untuk mengatur tata air, pencegahan
bahaya banjir dan erosi, pemeliharaan kesuburan tanah, dan pelestarian
lingkungan hidup. Untuk dapat memanfaatkan secara lestari, hutan harus
dilindungi dari kerusakan-kerusakan yang disebabkan oleh perbuatan manusia,
ternak, kebakaran, hama dan penyakit. Selain itu hutan adalah kekayaan alam
yang tidak ternilai, sehingga hak-hak bangsa dan negara atas hutan dan hasilnya
perlu dijaga dan dipertahankan agar hutan tersebut dapat memenuhi fungsinya.
Hutan juga merupakan sumber kehidupan yang paling hakiki karena segala
macam kebutuhan makhluk hidup tersedia di dalamnya. Produk yang paling
berharga dari hutan adalah zat asam yang merupakan zat yang dibutuhkan oleh
semua makhluk hidup dalam bernafas. Fungsi hutan sebagai penyeimbang
ekosistem tidak dapat digantikan oleh sarana yang lain, sehingga apabila
manusia tidak dapat menggunakan hutan secara bijak berarti kehancuran alam
telah mengintai. Oleh karena itu, pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
hutan mencakup seluruh lapisan masyarakat baik masyarakat pada umumnya,
maupun pemerintah dan usahawan. Akibat dari pengaruhnya yang sangat luas,
keberadaan hutan telah menjadi perhatian seluruh masyarakat, bahkan
masyarakat internasional, sehingga praktek pengelolaan hutan harus dilakukan
dengan cara yang menjamin kelestarian serta memenuhi harapan semua pihak.
Untuk mendukung hal tersebut diperlukan informasi yang transparan dan
menyajikan hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan hutan secara lengkap.
Salah satu sumber informasi yang diharapkan dapat memberikan gambaran
secara lengkap adalah melalui dokumen rencana strategis. Dalam Undang-
Undang Nomor 5 tahun 1967 tentang Ketentuan ketentuan Pokok Kehutanan
antara lain disebutkan bahwa pengusahaan hutan bertujuan untuk memperoleh
dan meningkatkan produksi hasil hutan guna pembangunan ekonomi dan
kemakmuran rakyat serta untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Hal
tersebut tentunya tidak saja untuk kepentingan sesaat, tetapi untuk kepentingan
yang akan datang dengan cara tidak merusak lingkungan.
Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk atau ditetapkan
oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap ( UU
No. 41 Tahun 1999 Pasal 1 angka 3 ). Berdasarkan Pasal 6 UU No.41 Tahun
1999. Hutan mempunyai tiga fungsi yaitu : Fungsi konservasi Fungsi lindung, dan
Fungsi produksi. Pemerintah menetapkan hutan berdasarkan fungsi pokok
sebagai berikut yaitu Hutan konservasi, Hutan lindung, Hutan produksi. Hutan
konservasi dan hutan lindung termasuk kawasan lindung, sedangkan hutan
produksi termasuk kawasan budidaya. Kawasan lindung adalah wilayah yang
ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang
mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Kawasan budidaya
adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas
dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber
daya buatan.
Ketentuan proporsi luas kawasan hutan menurut UU No.41 Tahun
1999 tentang kehutanan ( pasal 3, pasal 17, dan pasal 18 ) :
1. Keberadaan hutan terjamin dengan luasan dan penutupan hutan yang
cukup dan sebaran yang proporsional, minimal 30% dari luas DAS dan
atau pulau.
2. Dalam rangka pelestarian lingkungan, dalam rencana tata ruang wilayah
ditetapkan kawasan hutan paling sedikit 30% dari luas DAS.
Pembangunan kehutanan di Indonesia diarahkan untuk mencapai visi
jangka menengah yaitu Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan untuk
Menjamin Kelestarian dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat. Berdasarkan
visi tersebut, penyelenggaraan pengurusan hutan diarahkan untuk
memperoleh manfaat yang optimal dan lestari serta untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan. Dalam upaya untuk
mencapai misi tersebut, Departemen Kehutanan juga telah menetapkan
Lima Kebijakan Prioritas yang telah ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Kehutanan Nomor SK. 456/Menhut/2004 yaitu : 1) Penanggulangan
pencurian kayu di hutan Negara dan perdagangan kayu illegal, 2) Revitalisasi
hutan Produksi
14%
8% Hutan Produksi Konversi
6%
4% Hutan Produksi Terbatas
Kawasan Budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya buatan. Kawasan Budidaya sesuai dengan padu
serasi RTRW dan tata guna Hutan kesepakatan yang dipertegas dengan Surat
Keputusan Menhutbun N.259/Kpts-II/2000 yang berada di kabupaten Kubu Raya
Seluas 737,7373,33 Ha (83,71%) terdiri atas dua kelompok yaitu :
Luas kawasan Hutan di KAbupaten Kubu Raya sesuai dengan paduserasi RTRW
dan Tata guna hutan kesepakatan yang dipertegas dengan SK Menhutbun
N0.259/Kpts-II/2000 adalah seluas 381.913,02 Ha atau sebesar 43,33% dari luas
wilayah Kabupaten Kubu Raya. Dan Kawasan hutan yang dimaksud diatas adalah
Hutan yang berada dikawasan budidaya kawasan kehutanan seperti : hutan
produksi terbatas, Hutan produksi, Hutan produksi Biasa, hutan produksi
Konversi. Sehingga hutan pada kawasan budidaya seluas 238.327,34 Ha
(27,04%) sedangkan hutan yang berada diluar kawasan non budidaya (Kawasan
lindung) terdiri dari hutan lindung, hutan lindung gambut dan hutan lindung
bakau seluas 143.585,68 Ha (16,29%)
Hutan Lindung merupakan Hutan lindung adalah hutan yang difungsikan sebagai
penjaga ketaraturan air dalam tanah (fungsi hidrolisis), menjaga tanah agar tidak
terjadi erosi serta untuk mengatur iklim (fungsi klimatologis) sebagai
penanggulang pencematan udara seperti C02 (karbon dioksida) dan C0 (karbon
monoksida). Hutan lindung sangat dilindungi dari perusakan penebangan hutan
membabibuta yang umumnya terdapat di sekitar lereng dan bibir
pantai.Kabupaten Kubu Raya memiliki tiga puluh (34) Titik kawasan hutan hutan
lindung yang masing-masing tersebar di beberapa Kecamatan, antara lain
sebagai berikut :
Luas total kawasan berpotensi mangrove di Kabupaten Kubu Raya kurang lebih
60.973,73 Ha, yang terbagi dalam kawasan hutan 55.439,84 Ha ( 90,92%), di luar
kawasan hutan 5.533,88 Ha ( 9,075% ). Dengan data penyebaran hutan mangrove
yang tersebar Hutan Lindung seluas 34.884,89 Ha, hutan Produksi Terbatas :
14.419,11 Ha, hutan Produksi : 48,56 Ha, hutan Produksi Konversi : 6.087,28 Ha,
areal Penggunaan Lain : 5.533,88 Ha
Hutan mangrove yang ada di Kabupaten Kubu Raya tidak semuanya berada dalam
kondisi baik. Berikut dipaparkan luas kerusakan hutan mangrove yang ada di
Kabupaten Kubu Raya terdapat produktifitas rendah seluas 33.149 Ha ( Kec Batu
Ampar, Kubu, Teluk Pakedai, dan Sungai Kakap), rusak Ringan : 561 Ha ( Kec Batu
Ampar, rusak Berat : 3981 Ha ( Kec Batu Ampar, Kubu, dan Teluk Pakedai )
Hutan yang ada di Kabupaten Kubu Raya tersebar di sembilan kecamatan, setiap
kecamatan memiliki luas hutan yang berbeda-beda, di bawah ini akan dijelaskan
mengenai potensi kehutanan di masing-masing kecamatan. Berikut mengenai
data luasan hutan mangrove yang berhasil dianalisa masing-masing luasan yang
terdapat diempat kecamatan Batu Ampar, Kubu, Teluk Pakedai, Sungai Kakap.
Habitat yang ditumbuhi tumbuhan mangrove dapat bersifat padat dan
keras, misalnya batu-batuan atau formasi karang, tetapi dapat pula bersifat
sangat lembek, misalnya endapan lumpur yang berada di muara sungai. Dan
agar dapat tumbuh tegak, maka tumbuhan ini memiliki sistem perakaran yang
lebar dan luas. Habitat hutan mangrove bersifat khusus tetapi setiap jenis biota
di dalamnya mempunyai kisaran ekologi tersendiri dan masing-masing
mempunyai relung khusus. Hal ini menyebabkan terbentuknya berbagai macam
komunitas, sehingga komposisi jenis berbeda dari satu tempat ke tempat yang
lain. Dalam Bahasa Inggris kata mangrove digunakan baik untuk komunitas
tumbuhan yang tumbuh di daerah jangkauan pasang surut maupun untuk
individu-individu jenis tumbuhan yang menyusun komunitas tersebut. Hutan
mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal woodland,
vloedbosschen dan hutan payau (bahasa Indonesia). Selain itu, hutan mangrove
oleh masyarakat Indonesia dan negara Asia Tenggara lainnya yang berbahasa
Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Terdapat potensi hutan mangrove di
empat kecamatan yakni, kecamatan Batu Ampar, Kecamatan Kubu, Kecamatan
teluk Pakedai, dan Kecamatan Sungai kakap
7%
27%
45%
21%
Sumber : Kubu raya dalam angka 2010 dan Dinas Kehutan, perkebunan dan pertambangan 2011.
perkembangan muda (saline young soil) yang mempunyai kandungan liat yang
tinggi dengan nilai kejenuhan basa dan I kapasitas tukar kation yang tinggi.
Kandungan bahan organik, total nitrogen, dan ammonium termasuk kategori
sedang pada bagian yang dekat laut dan tinggi pada bagian arah daratan
(Kusmana, 1994). Hutan Mangrove sendiri dapat memberikan perlindungan
kepada berbagai organisme baik hewan darat maupun hewan air untuk
bermukim dan berkembang biak. Hutan Mangorove dipenuhi pula oleh kehidupan
lain seperti mamalia, amfibi, reptil, burung, kepiting, ikan, primata, serangga dan
sebagainya. Selain menyediakan keanekaragaman hayati (biodiversity),
ekosistem Mangorove juga sebagai plasma nutfah (geneticpool) dan menunjang
keseluruhan sistem kehidupan di sekitarnya. Habitat Mangorove merupakan
tempat mencari makan (feeding ground) bagi hewan-hewan tersebut dan
sebagai tempat mengasuh dan membesarkan (nursery ground), tempat bertelur
dan memijah (spawning ground) dan tempat berlindung yang aman bagi
berbagai ikan-ikan kecil serta kerang (shellfish) dari predator. Beberapa manfaat
hutan mangrove dapat dikelompokan sebagai berikut :
A. Manfaat / Fungsi Fisik :
1. Menjaga agar garis pantai tetap stabil
2. Melindungi pantai dan sungai dari bahaya erosi dan abrasi.
3. Menahan badai/angin kencang dari laut
4. Menahan hasil proses penimbunan lumpur, sehingga memungkinkan
terbentuknya lahan baru.
5. Menjadi wilayah penyangga, serta berfungsi menyaring air laut
menjadi air daratan yang tawar
6. Mengolah limbah beracun, penghasil O2 dan penyerap CO2.
B. Manfaat / Fungsi Biologik :
1. Menghasilkan bahan pelapukan yang menjadi sumber makanan
penting bagi plankton, sehingga penting pula bagi keberlanjutan
rantai makanan.
2. Tempat memijah dan berkembang biaknya ikan-ikan, kerang, kepiting
dan udang.
3. Tempat berlindung, bersarang dan berkembang.biak dari burung dan
satwa lain.
Tabel 3.2 Tingkat Pohon, Tingkat Pancang, dan Tingkat Semai, Jenis-jenis
Mangrove
Tingkat Pancang
Tingkat Semai
Sumber : Katalog informasi sumberdaya wilayah pesisir dan pulau-pulau Kabupaten Kubu Raya, 2011
Sumber : Katalog informasi sumberdaya wilayah pesisir dan pulau-pulau Kabupaten Kubu Raya, tahun
anggaran 2011.
Rawa adalah kawasan sepanjang pantai, aliran sungai, danau atau letak yang
menjorok masuk (intake) ke pedalaman sampai sekitar 100 km atau sejauh
dirasakannya pengaruh gerakan pasang. Dalam pengertian yang lebih luas, rawa
digolongkan sebagai lahan basah (wet lands) atau lahan bawahan (low lands),
Lahan gambut merupakan salah satu contoh lahan rawa (Noor, 2004). Gambut
merupakan tanah yang terbentuk dari bahan organik pada fisiografi cekungan
atau rawa, akumulasi bahan organik pada kondisi jenuh air, anaerob,
menyebabkan proses perombakan bahan organik berjalan sangat lambat,
sehingga terjadi akumulasi bahan organik yang membentuk tanah gambut
(Sagiman,2007)
Lahan rawa gambut dinilai tidak saja “Marginal” tetapi juga “fragile”, tingkat
kesuburan tanah gambut ditentukan oleh sifat fisik, tingkat kematangan dan
susunan haranya, sifat kimia tanah gambut sangat beragam, umumnya
kandungan N, bahan organik, dan C/N ratio adalah tinggi. Kemasaman
merupakan salah satu kendala paling inherence dalam usaha perbaikan beberapa
lahan ini.Kawasan hutan rawa di Kabupaten Kubu Raya tersebar di beberapa
kecamatan. Rawa adalah lahan genangan air secara ilmiah yang terjadi terus-
menerus atau musiman akibat drainase yang terhambat serta mempunyai ciri-ciri
khusus secara fisika, kimiawi dan biologis.
Definisi yang lain dari rawa adalah semua macam tanah berlumpur yang terbuat
secara alami, atau buatan manusia dengan mencampurkan air tawar dan air laut,
secara permanen atau sementara, termasuk daerah laut yang dalam airnya
kurang dari 6 m pada saat air surut yakni rawa dan tanah pasang surut. Rawa-
rawa , yang memiliki penuh nutrisi, adalah gudang harta ekologis untuk
kehidupan berbagai macam makhluk hidup. Rawa-rawa juga disebut "pembersih
alamiah", karena rawa-rawa itu berfungsi untuk mencegah polusi atau
pencemaran lingkungan alam. Dengan alasan itu, rawa-rawa memiliki nilai tinggi
dalam segi ekonomi, budaya, lingkungan hidup dan lain-lain, sehingga
lingkungan rawa harus tetap dijaga kelestariannya.