Anda di halaman 1dari 16

Draft Laporan Antara Inventarisasi Lingkungan Hidup

BAB III

POTENSI DAN KETERSEDIAAN

Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,


keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lain. Sedangkan pengertian sumberdaya alam adalah segala
sesuatu yang muncul secara alami yang dapat digunakan untuk pemenuhan
kebutuhan manusia pada umumnya. Yang tergolong di dalamnya tidak hanya
komponen biotik, seperti hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme, tetapi juga
komponen abiotik, seperti minyak bumi, gas alam, berbagai jenis logam,air,
dan tanah, Inovasi teknologi, kemajuan peradaban dan populasi manusia. Dari
pengertian lingkungan hidup dan sumberdaya alam yang dijabarkan, dapat
diketahui bahwa sumber daya alam adalah bagian dari lingkungan hidup.

Berbagai jenis sumber daya alam dapat berdampak positif dalam


pengelolaan nya jika dilakukan sesuai dengan pedoman yang mengacu pada
pelestarian lingkungan, jika perlakuan lingkungan yang secara terus menerus di
eksploitasi dengan mengabaikan perlindungan dan pelestarian akan berdampak
langsung pada alam dan manusia generasi mendatang. Terdapat daya dukung
dan daya tampung yang berkaitan langsung pada masing-masing komponen
sumber daya alam.

Daya dukung lingkungan mengandung dua komponen utama, yaitu


ketersediaan potensi sumberdaya alam dan daya tampung lingkungan. Aspek
sumberdaya alam meliputi unsur lingkungan hidup yang terdiri dari sumberdaya
hayati maupun non hayati, sumber daya buatan, dan sumberdaya manusia;
sedangkan daya tampung lingkungan hidup merupakan kemampuan lingkungan
untuk menyerap zat, energi, dan komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke
dalamnya (Wijaya; 58: 2003).

Kabupaten Kubu Raya banyak memiliki potensi sumber daya alam yang
bervariasi, baik yang sudah di manfaatkan maupun yang belum dimanfaatkan.
secara umum Kabupaten Kubu Raya memiliki potensi sumber daya alam yang

KABUPATEN KUBU RAYA | INVENTARISASI LINGKUNGAN HIDUP 29


Draft Laporan Antara Inventarisasi Lingkungan Hidup

berupa kehutanan, perkebunan, pertanian, perikanan, peternakan dan


pertambangan. Semua sumber daya alam tersebut tersebar di sembilan
kecamatan yang ada di Kabupaten Kubu Raya.

3.1 Sektor Kehutanan Kabupaten Kubu Raya


3.1.1 Kawasan Hutan dan lahan

Hutan adalah sumber daya alam yang merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa
dan mempunyai fungsi sangat penting untuk mengatur tata air, pencegahan
bahaya banjir dan erosi, pemeliharaan kesuburan tanah, dan pelestarian
lingkungan hidup. Untuk dapat memanfaatkan secara lestari, hutan harus
dilindungi dari kerusakan-kerusakan yang disebabkan oleh perbuatan manusia,
ternak, kebakaran, hama dan penyakit. Selain itu hutan adalah kekayaan alam
yang tidak ternilai, sehingga hak-hak bangsa dan negara atas hutan dan hasilnya
perlu dijaga dan dipertahankan agar hutan tersebut dapat memenuhi fungsinya.
Hutan juga merupakan sumber kehidupan yang paling hakiki karena segala
macam kebutuhan makhluk hidup tersedia di dalamnya. Produk yang paling
berharga dari hutan adalah zat asam yang merupakan zat yang dibutuhkan oleh
semua makhluk hidup dalam bernafas. Fungsi hutan sebagai penyeimbang
ekosistem tidak dapat digantikan oleh sarana yang lain, sehingga apabila
manusia tidak dapat menggunakan hutan secara bijak berarti kehancuran alam
telah mengintai. Oleh karena itu, pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
hutan mencakup seluruh lapisan masyarakat baik masyarakat pada umumnya,
maupun pemerintah dan usahawan. Akibat dari pengaruhnya yang sangat luas,
keberadaan hutan telah menjadi perhatian seluruh masyarakat, bahkan
masyarakat internasional, sehingga praktek pengelolaan hutan harus dilakukan
dengan cara yang menjamin kelestarian serta memenuhi harapan semua pihak.
Untuk mendukung hal tersebut diperlukan informasi yang transparan dan
menyajikan hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan hutan secara lengkap.
Salah satu sumber informasi yang diharapkan dapat memberikan gambaran
secara lengkap adalah melalui dokumen rencana strategis. Dalam Undang-
Undang Nomor 5 tahun 1967 tentang Ketentuan ketentuan Pokok Kehutanan
antara lain disebutkan bahwa pengusahaan hutan bertujuan untuk memperoleh
dan meningkatkan produksi hasil hutan guna pembangunan ekonomi dan

KABUPATEN KUBU RAYA | INVENTARISASI LINGKUNGAN HIDUP 30


Draft Laporan Antara Inventarisasi Lingkungan Hidup

kemakmuran rakyat serta untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Hal
tersebut tentunya tidak saja untuk kepentingan sesaat, tetapi untuk kepentingan
yang akan datang dengan cara tidak merusak lingkungan.
Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk atau ditetapkan
oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap ( UU
No. 41 Tahun 1999 Pasal 1 angka 3 ). Berdasarkan Pasal 6 UU No.41 Tahun
1999. Hutan mempunyai tiga fungsi yaitu : Fungsi konservasi Fungsi lindung, dan
Fungsi produksi. Pemerintah menetapkan hutan berdasarkan fungsi pokok
sebagai berikut yaitu Hutan konservasi, Hutan lindung, Hutan produksi. Hutan
konservasi dan hutan lindung termasuk kawasan lindung, sedangkan hutan
produksi termasuk kawasan budidaya. Kawasan lindung adalah wilayah yang
ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang
mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Kawasan budidaya
adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas
dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber
daya buatan.
Ketentuan proporsi luas kawasan hutan menurut UU No.41 Tahun
1999 tentang kehutanan ( pasal 3, pasal 17, dan pasal 18 ) :
1. Keberadaan hutan terjamin dengan luasan dan penutupan hutan yang
cukup dan sebaran yang proporsional, minimal 30% dari luas DAS dan
atau pulau.
2. Dalam rangka pelestarian lingkungan, dalam rencana tata ruang wilayah
ditetapkan kawasan hutan paling sedikit 30% dari luas DAS.
Pembangunan kehutanan di Indonesia diarahkan untuk mencapai visi
jangka menengah yaitu Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan untuk
Menjamin Kelestarian dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat. Berdasarkan
visi tersebut, penyelenggaraan pengurusan hutan diarahkan untuk
memperoleh manfaat yang optimal dan lestari serta untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan. Dalam upaya untuk
mencapai misi tersebut, Departemen Kehutanan juga telah menetapkan
Lima Kebijakan Prioritas yang telah ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Kehutanan Nomor SK. 456/Menhut/2004 yaitu : 1) Penanggulangan
pencurian kayu di hutan Negara dan perdagangan kayu illegal, 2) Revitalisasi

KABUPATEN KUBU RAYA | INVENTARISASI LINGKUNGAN HIDUP 31


Draft Laporan Antara Inventarisasi Lingkungan Hidup

sector kehutanan, khususnya industri kehutanan, 3) Rehabilitasi dan


Konsevasi Sumber Daya Hutan, 4) Pemberdayaan ekonomi masyarakat di
dalam dan sekitar kawasan hutan, 5) Pemantapan Kawasan Hutan.
Pada sektor kehutanan secara umum di Kabupaten Kubu Raya,
Berdasarkan data Dinas Perkebunan, Kehutanan dan Pertambangan
Kabupaten Kubu Raya pada tahun 2010 tercatat luas lahan hutan seluas
831.679,56 Ha dengan rincian: Areal dalam kawasan hutan seluas
388.392,73 (46,70 %) dengan pembagian masing-masing wilayah Hutan
lindung seluas 171.477.35 Ha. Hutan Produksi (HP) seluas 98.104,39 Ha.
Hutan produksi Konversi (HPK) 53,041.54 dan Hutan Produksi Terbatas
seluas 65,769.45 adalah Areal Di Luar Kawasan Hutan atau Areal
Penggunaan Lain (APL) seluas 443.286,83 Ha (53,30%). Jika ditinjau dari
tingkat kekritisannya, pada tahun 2010 terlihat bahwa tingkat kekritisan ada
pada status lainnya (Agak kritis; potensi kritis dan tidak ada data) yakni
seluas 519.440,29 Ha; disusul kemudian tidak kritis yakni seluas 155.837,86
Ha dan paling sedikit potensinya adalah sangat kritis yakni seluas 875,11 Ha.
(Sumber : Kabupaten Kubu Raya Dalam Angka 2011, pada Lampiran).

Luas Kawasan Hutan Kabupaten Kubu Raya


Tahun 2010

Areal Dalam Kawasan


Hutan

36% 32% Hutan Lindung

hutan Produksi
14%
8% Hutan Produksi Konversi

6%
4% Hutan Produksi Terbatas

KABUPATEN KUBU RAYA | INVENTARISASI LINGKUNGAN HIDUP 32


Draft Laporan Antara Inventarisasi Lingkungan Hidup

Gambar 3.1 Peta sebaran kawasan hutan Kabupaten Kubu Raya

KABUPATEN KUBU RAYA | INVENTARISASI LINGKUNGAN HIDUP 33


Draft Laporan Antara Inventarisasi Lingkungan Hidup

3.1.1 Kawasan Budidaya

Kawasan Budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya buatan. Kawasan Budidaya sesuai dengan padu
serasi RTRW dan tata guna Hutan kesepakatan yang dipertegas dengan Surat
Keputusan Menhutbun N.259/Kpts-II/2000 yang berada di kabupaten Kubu Raya
Seluas 737,7373,33 Ha (83,71%) terdiri atas dua kelompok yaitu :

1. Kawasan Budidaya Kehutanan


Kawasan Budidaya kehutanan antara lain : Hutan produksi, hutan
produksi terbatas, dan hutan produksi Konversi, seluas 238,327.34 Ha
(27,04%).
2. Kawasan Budidaya non Kehutanan seluas 441.481,98 Ha (50,09%) yang
terdiri dari pertanian lahan kering dan pertanian lahan basah.

Sehubungan dengan investasi yang memerlukan lahan yang luas, diperlukan


arahan lahan yang sesuai dengan fungsi kawasan tersebut. Untuk kegiatan
dibidang perkebunan, transmigrasi dan perikanan serta pertanian lainnya, maka
pertanian lahan basah (PLB) dan pertanian Lahan kering (PLK) yang disarankan,
dan masih memungkinkan Kawasan hutan produksi konversi (HPK) untuk
perluasaannya melalui pelepasan kawasan hutan. Dan sedangkan Investasi untuk
sektor kehutanan dan pertambangan dicadangkan pada kawasan hutan produksi
(HP) dan kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT).

3.1.2 Kawasan Non Budidaya

Luas kawasan Hutan di KAbupaten Kubu Raya sesuai dengan paduserasi RTRW
dan Tata guna hutan kesepakatan yang dipertegas dengan SK Menhutbun
N0.259/Kpts-II/2000 adalah seluas 381.913,02 Ha atau sebesar 43,33% dari luas
wilayah Kabupaten Kubu Raya. Dan Kawasan hutan yang dimaksud diatas adalah
Hutan yang berada dikawasan budidaya kawasan kehutanan seperti : hutan
produksi terbatas, Hutan produksi, Hutan produksi Biasa, hutan produksi
Konversi. Sehingga hutan pada kawasan budidaya seluas 238.327,34 Ha
(27,04%) sedangkan hutan yang berada diluar kawasan non budidaya (Kawasan

KABUPATEN KUBU RAYA | INVENTARISASI LINGKUNGAN HIDUP 34


Draft Laporan Antara Inventarisasi Lingkungan Hidup

lindung) terdiri dari hutan lindung, hutan lindung gambut dan hutan lindung
bakau seluas 143.585,68 Ha (16,29%)

3.1.3 Kawasan Hutan Lindung

Hutan Lindung merupakan Hutan lindung adalah hutan yang difungsikan sebagai
penjaga ketaraturan air dalam tanah (fungsi hidrolisis), menjaga tanah agar tidak
terjadi erosi serta untuk mengatur iklim (fungsi klimatologis) sebagai
penanggulang pencematan udara seperti C02 (karbon dioksida) dan C0 (karbon
monoksida). Hutan lindung sangat dilindungi dari perusakan penebangan hutan
membabibuta yang umumnya terdapat di sekitar lereng dan bibir
pantai.Kabupaten Kubu Raya memiliki tiga puluh (34) Titik kawasan hutan hutan
lindung yang masing-masing tersebar di beberapa Kecamatan, antara lain
sebagai berikut :

No Kawasan Hutan Lindung Luas (Ha) Lokasi


1 Kawasan Hutan Lindung Teluk Besar – Parit Kelabau ± 2.300 Ha Kecamatan Sungai Kakap
2 Kawasan Hutan Lindung P. Sepok Perupuk ± 1.750 Ha Kecamatan Kubu
3 Kawasan Hutan P. Karunia ± 1.800 Ha Kecamatan Sungai Kakap
4 Kawasan Hutan Lindung P. Betingan Tengah ± 2.375 Ha Kecamatan Sungai Kakap
5 Kawasan Hutan Lindung P.Selat Dampang ± 2.81 Ha Kecamatan Teluk Pakedai
6 Kawasan Hutan Lindung S. Arus Deras ± 1.725 Ha Kecamatan Teluk Pakedai
7 Kawasan Hutan Lindung S. Pinang Luar ± 2.300 Ha Kecamatan Kubu
8 Kawasan Hutan Lindung S. Ambawang Kecil ± 1.370 Ha Kecamatan Kubu
9 Kawasan Hutan Lindung G.Ambawang-G.Pemancing ± 3.370 Ha Kecamatan Teluk Pakedai
10 Kawasan Hutan Lindung S. Ambangah ± 4.780 Ha Kecamatan Sungai Raya
11 Kawasan Hutan Lindung S. Tebedak ± 1.200 Ha Kecamatan Sungai Raya
12 Kawasan Hutan Lindung P. Limbung ± 1.350 Ha Kecamatan Sungai Raya
13 Kawasan Hutan Lindung S. Mendawak ± 19.100 Ha Kecamatan Terentang
14 Kawasan Hutan Lindung S. Seruat dan P. Tiga ± 14.363 Ha Kecamatan Kubu
15 Kawasan Hutan Lindung S. Kubu - S. Radak ± 1.700 Ha Kecamatan Kubu
16 Kawasan Hutan Lindung G. Terjun - G. Radak ± 550 Ha Kecamatan Batu Ampar
17 Kawasan Hutan Lindung SP. Cabai ± 2.035 Ha Kecamatan Kubu
18 Kawasan Hutan Lindung P. Panjang I ± 3.085 Ha Kecamatan Batu Ampar
19 Kawasan Hutan Lindung P.Panjang II ± 1.211 Ha Kecamatan Batu Ampar
20 Kawasan Hutan Lindung P.Panjang III ± 2.080 Ha Kecamatan Batu Ampar
21 Kawasan Hutan Lindung P.Panjang IV ±2.657 Ha Kecamatan Batu Ampar
22 Kawasan Hutan Lindung P.Perling ± 1.400 Ha Kecamatan Batu Ampar
23 Kawasan Hutan Lindung P.Berembang ± 850 Ha Kecamatan Batu Ampar

KABUPATEN KUBU RAYA | INVENTARISASI LINGKUNGAN HIDUP 35


Draft Laporan Antara Inventarisasi Lingkungan Hidup

24 Kawasan Hutan Lindung S. Pandak - S. Jenu ± 750 Ha Kecamatan Batu Ampar


25 Kawasan Hutan Lindung S. Buntung ± 700 Ha Kecamatan Batu Ampar
26 Kawasan Hutan Lindung Teluk Air ± 402 Ha Kecamatan Batu Ampar
27 Kawasan Hutan Lindung Selat Tikus ± 648 Ha Kecamatan Batu Ampar
28 Kawasan Hutan Lindung S. Lebak - S. kerrawang ± 2.481 Ha Kecamatan Batu Ampar
29 Kawasan Hutan Lindung S. Alur - Mungguk Linang ± 600 Ha Kecamatan Batu Ampar
30 Kawasan Hutan Lindung S. Padu Empat ± 3.160 Ha Kecamatan Batu Ampar
31 Kawasan Hutan Lindung S. Jenu ± 5.565 Ha Kecamatan Batu Ampar
32 Kawasan Hutan Lindung S. Padu Empat - S. Bumbun ± 10.000 Ha Kecamatan Batu Ampar
33 Kawasan Hutan Lindung Tj. Prapat Muda ± 6.094 Ha Kecamatan Batu Ampar
34 Kawasan Hutan Lindung P. Padang Tikar ± 30.230 Ha Kecamatan Batu Ampar

Berdasarkan keterangan diatas, sebaran luasan kawasan hutan lindung lebih


banyak terdapat di kecamatan Batu Ampar dengan total luasan 14’557.963 Ha,
sedangkan untuk kecamatan kubu total luasan hutan lindung sebesar 23.518 Ha,
untuk kecamatan Teluk Pakedai luasan hutan lindung sebesar 3.370 Ha.
Kecamatan sungai kakap seluas 6.475 Ha. Kecamatan Sungai Raya seluas 7.330
Ha, dan sedangkan kecamatan Terentang seluas 19.100 Ha. Tidak semua
kecamatan memiliki kawasan hutan lindung. Untuk Kawasan peruntukan hutan
produksi tetap, dengan luasan kurang lebih 284.589 Ha terdapat di : Hutan
Produksi Peniti, Hutan Produksi Sungai Sebatang – Sungai Mendawak – Sungai
Dawak dan Hutan Produksi Sungai Sabi. Kawasan peruntukan hutan produksi
terbatas sebagaimana dengan luasan kurang lebih 284.589 Ha terdapat di Hutan
Produksi Terbatas G. Terjun – G. Radak, Hutan Produksi Terbatas S. Bumbun,
Hutan Produksi Terbatas S. Mandor, dan Hutan Produksi Terbatas
Memperigang. Kawasan peruntukan hutan produksi yang dapat dikonversi
dengan luasan kurang lebih 53.041,54 Ha terdapat di Hutan Produksi Konversi S.
Ambawang, Hutan Produksi Konversi S. Ambawang II, dan Hutan Produksi
Konversi Selat Sekh.

3.1.4 Kawasan Hutan Mangrove


Mangrove merupakan suatu tipe Hutan yang tumbuh di daerah pasang
surut, terutama di pantai yang terlindung, laguna dan muara sungai yang
tergenang pada saat pasang dan bebas dari genangan pada saat surut yang
komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap garam (Kusuma et al, 2003).

KABUPATEN KUBU RAYA | INVENTARISASI LINGKUNGAN HIDUP 36


Draft Laporan Antara Inventarisasi Lingkungan Hidup

Menurut FAO, hutan mangrove adalah Komunitas tumbuhan yang tumbuh di


daerah pasang surut. Kata mangrove merupakan kombinasi antara bahasa
Portugis ”Mangue” dan bahasa Inggris ”grove” (Macnae, 1968). Hutan mangrove
adalah bagian vegetasi hutan yang berada di areal kawasan hutan dan di luar
kawasan hutan. Informasi yang di peroleh dari Dinas Perkebunan, Kehutanan
dan Pertambangan Kabupaten Kubu Raya berupa data sekunder, bahwa luas
kawasan yang berpotensi mangrove tahun 2010 di Kabupaten Kubu Raya kurang
lebih 60.973,73 ha, antara lain di dalam kawasan hutan 55.439,84 ha
(90,924%) dan di luar kawasan hutan 5.533,88 ha (9,075%).

Luas total kawasan berpotensi mangrove di Kabupaten Kubu Raya kurang lebih
60.973,73 Ha, yang terbagi dalam kawasan hutan 55.439,84 Ha ( 90,92%), di luar
kawasan hutan 5.533,88 Ha ( 9,075% ). Dengan data penyebaran hutan mangrove
yang tersebar Hutan Lindung seluas 34.884,89 Ha, hutan Produksi Terbatas :
14.419,11 Ha, hutan Produksi : 48,56 Ha, hutan Produksi Konversi : 6.087,28 Ha,
areal Penggunaan Lain : 5.533,88 Ha
Hutan mangrove yang ada di Kabupaten Kubu Raya tidak semuanya berada dalam
kondisi baik. Berikut dipaparkan luas kerusakan hutan mangrove yang ada di
Kabupaten Kubu Raya terdapat produktifitas rendah seluas 33.149 Ha ( Kec Batu
Ampar, Kubu, Teluk Pakedai, dan Sungai Kakap), rusak Ringan : 561 Ha ( Kec Batu
Ampar, rusak Berat : 3981 Ha ( Kec Batu Ampar, Kubu, dan Teluk Pakedai )
Hutan yang ada di Kabupaten Kubu Raya tersebar di sembilan kecamatan, setiap
kecamatan memiliki luas hutan yang berbeda-beda, di bawah ini akan dijelaskan
mengenai potensi kehutanan di masing-masing kecamatan. Berikut mengenai
data luasan hutan mangrove yang berhasil dianalisa masing-masing luasan yang
terdapat diempat kecamatan Batu Ampar, Kubu, Teluk Pakedai, Sungai Kakap.
Habitat yang ditumbuhi tumbuhan mangrove dapat bersifat padat dan
keras, misalnya batu-batuan atau formasi karang, tetapi dapat pula bersifat
sangat lembek, misalnya endapan lumpur yang berada di muara sungai. Dan
agar dapat tumbuh tegak, maka tumbuhan ini memiliki sistem perakaran yang
lebar dan luas. Habitat hutan mangrove bersifat khusus tetapi setiap jenis biota
di dalamnya mempunyai kisaran ekologi tersendiri dan masing-masing
mempunyai relung khusus. Hal ini menyebabkan terbentuknya berbagai macam

KABUPATEN KUBU RAYA | INVENTARISASI LINGKUNGAN HIDUP 37


Draft Laporan Antara Inventarisasi Lingkungan Hidup

komunitas, sehingga komposisi jenis berbeda dari satu tempat ke tempat yang
lain. Dalam Bahasa Inggris kata mangrove digunakan baik untuk komunitas
tumbuhan yang tumbuh di daerah jangkauan pasang surut maupun untuk
individu-individu jenis tumbuhan yang menyusun komunitas tersebut. Hutan
mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal woodland,
vloedbosschen dan hutan payau (bahasa Indonesia). Selain itu, hutan mangrove
oleh masyarakat Indonesia dan negara Asia Tenggara lainnya yang berbahasa
Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Terdapat potensi hutan mangrove di
empat kecamatan yakni, kecamatan Batu Ampar, Kecamatan Kubu, Kecamatan
teluk Pakedai, dan Kecamatan Sungai kakap

Luasan Mangrove Sekunder Kabupaten Kubu Raya


Tahun 2011
Kecamatan Batu Ampar Kecamatan Teluk Pakedai
Kecmatan Kubu Kecamatan Sungai Kakap

7%

27%

45%
21%

Sumber : Kubu raya dalam angka 2010 dan Dinas Kehutan, perkebunan dan pertambangan 2011.

Gambar Data Luasan Hutan Mangrove Kabupaten Kubu Raya

Didasarkan pada luas masing-masing kecamatan dimulai dari Kecamatan Batu


Ampar luasan hutan mangrove seluas
Ekosistem hutan mangrove di kabupaten Kubu Raya. bersifat kompleks
dan dinamis, namun labil. Dikatakan kompleks karena ekosistemnya di samping
dipenuhi oleh vegetasi mangrove, juga merupakan habitat berbagai satwa dan
biota perairan. Jenis tanah yang berada di bawahnya termasuk tanah

KABUPATEN KUBU RAYA | INVENTARISASI LINGKUNGAN HIDUP 38


Draft Laporan Antara Inventarisasi Lingkungan Hidup

perkembangan muda (saline young soil) yang mempunyai kandungan liat yang
tinggi dengan nilai kejenuhan basa dan I kapasitas tukar kation yang tinggi.
Kandungan bahan organik, total nitrogen, dan ammonium termasuk kategori
sedang pada bagian yang dekat laut dan tinggi pada bagian arah daratan
(Kusmana, 1994). Hutan Mangrove sendiri dapat memberikan perlindungan
kepada berbagai organisme baik hewan darat maupun hewan air untuk
bermukim dan berkembang biak. Hutan Mangorove dipenuhi pula oleh kehidupan
lain seperti mamalia, amfibi, reptil, burung, kepiting, ikan, primata, serangga dan
sebagainya. Selain menyediakan keanekaragaman hayati (biodiversity),
ekosistem Mangorove juga sebagai plasma nutfah (geneticpool) dan menunjang
keseluruhan sistem kehidupan di sekitarnya. Habitat Mangorove merupakan
tempat mencari makan (feeding ground) bagi hewan-hewan tersebut dan
sebagai tempat mengasuh dan membesarkan (nursery ground), tempat bertelur
dan memijah (spawning ground) dan tempat berlindung yang aman bagi
berbagai ikan-ikan kecil serta kerang (shellfish) dari predator. Beberapa manfaat
hutan mangrove dapat dikelompokan sebagai berikut :
A. Manfaat / Fungsi Fisik :
1. Menjaga agar garis pantai tetap stabil
2. Melindungi pantai dan sungai dari bahaya erosi dan abrasi.
3. Menahan badai/angin kencang dari laut
4. Menahan hasil proses penimbunan lumpur, sehingga memungkinkan
terbentuknya lahan baru.
5. Menjadi wilayah penyangga, serta berfungsi menyaring air laut
menjadi air daratan yang tawar
6. Mengolah limbah beracun, penghasil O2 dan penyerap CO2.
B. Manfaat / Fungsi Biologik :
1. Menghasilkan bahan pelapukan yang menjadi sumber makanan
penting bagi plankton, sehingga penting pula bagi keberlanjutan
rantai makanan.
2. Tempat memijah dan berkembang biaknya ikan-ikan, kerang, kepiting
dan udang.
3. Tempat berlindung, bersarang dan berkembang.biak dari burung dan
satwa lain.

KABUPATEN KUBU RAYA | INVENTARISASI LINGKUNGAN HIDUP 39


Draft Laporan Antara Inventarisasi Lingkungan Hidup

4. Sumber plasma nutfah & sumber genetik.


5. Merupakan habitat alami bagi berbagai jenis biota.
C. Manfaat / Fungsi Ekonomik :
1. Penghasil kayu : bakar, arang, bahan bangunan.
2. Penghasil bahan baku industri : pulp, tanin, kertas, tekstil, makanan,
obat- obatan, kosmetik, dll
3. Penghasil bibit ikan, nener, kerang, kepiting, bandeng melalui pola
tambak silvofishery
4. Tempat wisata, penelitian & pendidikan.
Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari
ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Umumnya mangrove
mempunyai sistem perakaran yang menonjol yang disebut akar nafas
(pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi
terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob
Mangrove tersebar di seluruh lautan tropik dan subtropik, tumbuh hanya
pada pantai yang terlindung dari gerakan gelombang; bila keadaan pantai
sebaliknya, benih tidak mampu tumbuh dengan sempurna dan menancapkan
akarnya. karena hutan mangrove dapat tumbuh dan berkembang terus serta
mengalami suksesi sesuai dengan perubahan tempat tumbuh alaminya.
Dikatakan labil karena mudah sekali rusak dan sulit untuk pulih kembali
seperti sediakala. Hutan Mangrove adalah bagian vegetasi hutan yang berada di
areal kawasan hutan dan di luar kawasan hutan. Berdasarkan hasil pengukuran
dan interpretasi luas hutan mangrove yang dilakukan dengan menggunakan citra
spot 5 tahun 2009, maka diperoleh luasan hutan mangrove di Kabupaten Kubu
Raya yaitu seluas 99.518 Ha. (Sumber : Katalog informasi sumberdaya wilayah
pesisir dan pulau-pulau Kabupaten Kubu Raya, tahun anggaran 2011) . Berikut
ini adalah tabel jenis vegetasi mangrove yang ada di pesisir Kabupaten Kubu
Raya :
Tabel 3.1 Data Jenis Mangrove di Kabupaten Kubu Raya
No Jenis Mangrove Kategori
1 Avicennia alba Mangrove Sejati
2 Bruguiera gymnorrhiza Mangrove Sejati
3 Bruguiera parviflora Mangrove Sejati
4 Ceriops tagal Mangrove Sejati

KABUPATEN KUBU RAYA | INVENTARISASI LINGKUNGAN HIDUP 40


Draft Laporan Antara Inventarisasi Lingkungan Hidup

5 Excoecaria agallocha Mangrove Sejati


6 Lumnitzera littorea Mangrove Sejati
7 Lumnitzera racemoza Mangrove Sejati
8 Rhizopora apiculata Mangrove Sejati
9 Rhizopora mucronata Mangrove Sejati
10 Sonneratia alba Mangrove Sejati
11 Sonneratia caseoralis Mangrove Sejati
12 Xylocarpus granatum Mangrove Sejati
13 Xylocarpus moluccensis Mangrove Sejati
14 Nypa fruticans Mangrove Sejati
15 Acrostichum aureum Mangrove Sejati
16 Acrostichum speciosum Mangrove Sejati
17 Arthocarpus rigidus Ekoton
18 Archiedendron elipticum Ekoton
19 Beluchia axinanthera Ekoton
20 Caryota mitos Ekoton
21 Dillenus suftruticosa Ekoton
22 Fikus firstulosa Ekoton
23 Harpulua arborea Ekoton
24 Loea indica Ekoton
25 Semecarpus gleucus Ekoton
26 Syzyrgum acutangulum Ekoton
27 Syzyrgum.... Ekoton
28 Viler Vestiva Ekoton
29 Terminalia catappa Mangrove Ikutan
30 Pandanus tectorius Mangrove Ikutan
31 Hibiscus tiliacous Mangrove Ikutan
Sumber : Katalog Informasi sumberdaya wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Kabupaten Kubu
Raya, 2011

Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran di lapangan diperoleh


nilai kerapatan total sebesar 478.92 pohon/Ha untuk tingkat pohon, untuk
tingkat pancang sebesar 717.94 pohon/Ha, dan untuk tingkat semai sebesar
915.48 pohon/Ha. Berikut tabel yang menjelaskan struktur vegetasi Hutan
Mangrove di Kabupaten Kubu Raya :

Tabel 3.2 Tingkat Pohon, Tingkat Pancang, dan Tingkat Semai, Jenis-jenis
Mangrove

Jenis RDI RFI INP


No Btng/Ha Fi Ci Rci (%)
(%) (%) (%)
Tingkat Pohon
1 Avicennia alba 8.21 1.74 0.08 4.91 0.48 1.41 8.05
2 Bruguiera gymnorrhiza 86.8 18.46 0.46 27.08 5.24 15.03 60.57
3 Excoecaria agallocha 0 0 0 0 0 0 0
4 Rhizopora apiculata 362.66 75.52 0.95 60.78 28.9 80.29 216.59

KABUPATEN KUBU RAYA | INVENTARISASI LINGKUNGAN HIDUP 41


Draft Laporan Antara Inventarisasi Lingkungan Hidup

5 Sonneratia alba 18.33 3.81 0.09 5.65 1.14 3 12.46


6 Xylocarpus granatum 0.54 0.11 0.01 0.3 0.03 0.07 0.48
7 Xylocarpus moluccensis 2.38 0.37 0.02 1.28 0.08 0.19 1.84
Total 478.92 100 1.61 100 35.86 100 300

Tingkat Pancang

1 Avicennia alba 2.29 0.28 0.02 1.58 0.01 0.31 2.16


2 Bruguiera gymnorrhiza 107.4 15.06 0.42 27.03 0.35 15.96 58.05
3 Excoecaria agallocha 0.69 0.06 0.01 0.64 0.003 0.1 0.8
4 Rhizopora apiculata 602.8 84.05 0.94 68.26 1.77 83.19 235.5
5 Sonneratia alba 4.75 0.54 0.04 2.5 0.01 0.45 3.49
6 Xylocarpus granatum 0 0 0 0 0 0 0
7 Xylocarpus moluccensis 0 0 0 0 0 0 0
Total 717.94 100 1.42 100 2.15 100 300

Tingkat Semai

1 Avicennia alba 2.98 0.27 0.02 1.98 2.25


2 Bruguiera gymnorrhiza 120.08 13.47 0.33 23.56 37.03
3 Excoecaria agallocha 0 0 0 0 0
4 Rhizopora apiculata 782.24 85.52 0.94 70.27 155.79
5 Sonneratia alba 8.18 0.74 0.06 4.2 4.94
6 Xylocarpus granatum 0 0 0 0 0
7 Xylocarpus moluccensis 0 0 0 0 0
Total 915.48 100 1.36 100 200

Sumber : Katalog informasi sumberdaya wilayah pesisir dan pulau-pulau Kabupaten Kubu Raya, 2011

Berdasarkan hasil perhitungan, total nilai manfaat ekosistem mangrove di


Kabupaten Kubu Raya adalah sebesar Rp. 10.637.453.28 per hektar per tahun ( lihat
tabel )

Tabel 3.3 Tabel Jenis Manfaat dan Nilai Manfaat Mangrove


Nilai Manfaat Rata-
No Jenis Manfaat Nilai Manfaat rata %
( Rp/Thn ) ( Rp/Ha/Thn )
1 Langsung 4.804.327.979.20 2.047.671.16 19.25
2 Tidak Langsung 6.566.145.320.03 2.798.582.12 26.31
3 Pilihan 354.751.488.00 151.200.00 1.42
4 Keberadaan 13.232.793.600.00 5.640.000.00 53.02
Jumlah 24.958.018.387.23 10.637.453.28 100

KABUPATEN KUBU RAYA | INVENTARISASI LINGKUNGAN HIDUP 42


Draft Laporan Antara Inventarisasi Lingkungan Hidup

Sumber : Katalog informasi sumberdaya wilayah pesisir dan pulau-pulau Kabupaten Kubu Raya, tahun
anggaran 2011.

3.1.5 Hutan Rawa

Rawa adalah kawasan sepanjang pantai, aliran sungai, danau atau letak yang
menjorok masuk (intake) ke pedalaman sampai sekitar 100 km atau sejauh
dirasakannya pengaruh gerakan pasang. Dalam pengertian yang lebih luas, rawa
digolongkan sebagai lahan basah (wet lands) atau lahan bawahan (low lands),
Lahan gambut merupakan salah satu contoh lahan rawa (Noor, 2004). Gambut
merupakan tanah yang terbentuk dari bahan organik pada fisiografi cekungan
atau rawa, akumulasi bahan organik pada kondisi jenuh air, anaerob,
menyebabkan proses perombakan bahan organik berjalan sangat lambat,
sehingga terjadi akumulasi bahan organik yang membentuk tanah gambut
(Sagiman,2007)
Lahan rawa gambut dinilai tidak saja “Marginal” tetapi juga “fragile”, tingkat
kesuburan tanah gambut ditentukan oleh sifat fisik, tingkat kematangan dan
susunan haranya, sifat kimia tanah gambut sangat beragam, umumnya
kandungan N, bahan organik, dan C/N ratio adalah tinggi. Kemasaman
merupakan salah satu kendala paling inherence dalam usaha perbaikan beberapa
lahan ini.Kawasan hutan rawa di Kabupaten Kubu Raya tersebar di beberapa
kecamatan. Rawa adalah lahan genangan air secara ilmiah yang terjadi terus-
menerus atau musiman akibat drainase yang terhambat serta mempunyai ciri-ciri
khusus secara fisika, kimiawi dan biologis.

Definisi yang lain dari rawa adalah semua macam tanah berlumpur yang terbuat
secara alami, atau buatan manusia dengan mencampurkan air tawar dan air laut,
secara permanen atau sementara, termasuk daerah laut yang dalam airnya
kurang dari 6 m pada saat air surut yakni rawa dan tanah pasang surut. Rawa-
rawa , yang memiliki penuh nutrisi, adalah gudang harta ekologis untuk
kehidupan berbagai macam makhluk hidup. Rawa-rawa juga disebut "pembersih
alamiah", karena rawa-rawa itu berfungsi untuk mencegah polusi atau
pencemaran lingkungan alam. Dengan alasan itu, rawa-rawa memiliki nilai tinggi
dalam segi ekonomi, budaya, lingkungan hidup dan lain-lain, sehingga
lingkungan rawa harus tetap dijaga kelestariannya.

KABUPATEN KUBU RAYA | INVENTARISASI LINGKUNGAN HIDUP 43


Draft Laporan Antara Inventarisasi Lingkungan Hidup

KABUPATEN KUBU RAYA | INVENTARISASI LINGKUNGAN HIDUP 44

Anda mungkin juga menyukai