Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (2): 54 - 62

ISSN : 0852-3681
E-ISSN : 2443-0765
©Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/

Pengaruh perbedaan jenis pelarut dalam proses ekstraksi buah


mengkudu (Morinda citrifolia L.) pada pakan terhadap viabilitas
protozoa dan produksi gas in-vitro

Deni Ramdani, Marjuki dan Siti Chuzaemi


Departemen Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
Jl. Veteran, Malang (65145) - Indonesia

Correspondent author: dr.ramdani93@gmail.com

ABSTRACT: The aim of this study is to determine the best solvent for noni fruits
(Morinda citrifolia L.) extraction processes to reduce ruminal protozoa’s growth and
gas production. This research used nested on randomized block design with two factors
of treatment and three group replication, if there was significant different would be
tested by Duncan’s Multiple Range Test Methods. EM was noni fruits extract which
methanol used as solvent, and EA was noni fruits extract which aquadest used as
solvent. The result showed protozoa and gas production were decreased on additional of
noni fruits extract with methanol solvent (P<0.05). The conclusion is the methanol can
be used as the best solvent in noni fruits extraction processes to reduce ruminal protozoa
and to increase degradability.

Keywords: Saponin, defaunation, gass, protozoa, viability

PENDAHULUAN meningkatkan produksi. Rumen


Ternak ruminansia merupakan memiliki kondisi yang ideal bagi
salah satu ternak yang mengkonsumsi pertumbuhan mikroba termasuk
hijauan sebagai pakan utama dan protozoa. Protozoa yang memiliki sifat
dijadikan sebagai sumber energi untuk kanibal diharapkan dapat ditekan
kebutuhan hidup pokok dan pertumbuhannya sehingga tidak
produksinya. Rumen sebagai salah satu memakan bakteri dalam rumen.
organ pencernaan yang dimiliki ternak Buah mengkudu (Morinda
ruminansia, merupakan habitat alami citrifolia L.) memiliki kandungan
dan istimewa bagi mikroba dalam senyawa alkaloid, fenol, flavonoid,
melakukan berbagai macam aktivitas glikosida, antrakuinon dan kumarin
pencernaan pakan secara fermentatif. (Valli and Murugalakshmi, 2014). Buah
Ternak ruminansia tanpa adanya mengkudu juga mengandung senyawa
mikroba tidak akan mampu mencerna antrakuinon, skopoletin dan saponin
bahan pakan berserat kasar tinggi dan (Satwadhar et al., 2011). Selain
dijadikan sebagai sumber energi (Lamid komponen flavonoid buah mengkudu,
dkk., 2011). juga mengandung vitamin A, C, niasin,
Mikroba rumen mampu tiamin, ribovlafin serta mineral seperti
memanfaatkan dan memecah berbagai zat besi, kalium, natrium dan kalsium.
ikatan kompleks dalam pakan sehingga Saponin merupakan salah satu
ketersediaan nutrisi bagi ternak mampu senyawa yang berfungsi sebagai agen

DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.02.07 54
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (2):54 – 62

defaunator untuk mengurangi jumlah protozoa rumen, dan; pelarut yang


protozoa di dalam cairan rumen. digunakan adalah metanol dan akuades.
Perbedaan konsentrasi senyawa saponin Inkubasi selama 48 jam pada
dalam ekstrak buah mengkudu secara suhu 39oC anaerob untuk pengukuran
kuantitatif ditentukan oleh kemampuan produksi gas dilakukan menggunakan
jenis pelarut yang digunakan dalam syringe berskala; inkubasi selama 48
proses ekstraksi untuk melarutkan jam pada suhu 39oC anaerob untuk
senyawa saponin. Berdasarkan uraian pengukuran populasi dan viabilitas
tersebut, perlu dilakukan penelitian protozoa rumen dilakukan
lebih lanjut yang bertujuan untuk menggunakan tabung in-vitro. Metode
mengetahui pengaruh perbedaan jenis yang digunakan adalah percobaan
pelarut dalam proses ekstraksi buah laboratorium menggunakan rancangan
mengkudu pada pakan terhadap acak kelompok pola tersarang 2 faktor,
produksi gas in-vitro, populasi protozoa masing-masing dilakukan 3 kali running
dan persentase viabilitas protozoa sebagai ulangan sebagai berikut:
rumen secara in-vitro. EA = Ekstrak akuades buah mengkudu
MATERI DAN METODE L0= tanpa penambahan ekstrak
Penelitian ini dilaksanakan pada L1= + Ekstrak 1% BK pakan
bulan Juni sampai Agustus 2015. L2= + Ekstrak 2% BK pakan
Pembuatan ekstrak buah mengkudu L3= + Ekstrak 3% BK pakan
dilakukan di Laboratorium (Lab.) EM = Ekstrak methanol buah
Biokimia Pangan Fakultas Teknologi mengkudu
Pertanian Universitas Brawijaya (UB). L0= tanpa penambahan ekstrak
Percobaan produksi gas secara in-vitro L1= + Ekstrak 1% BK pakan
dilakukan di Lab. Nutrisi dan Makanan L2= + Ekstrak 2% BK pakan
Ternak UB. Perhitungan jumlah dan L3= + Ekstrak 3% BK pakan
viabilitas protozoa rumen dilaksanakan Variabel yang diamati meliputi
di Lab. Mikrobiologi dan Lab. produksi gas total in-vitro menurut
Epidemiologi Fakultas Peternakan UB. Makkar et al., (1995), potensi produksi
Materi yang digunakan dalam gas (b) dan laju produksi gas (c) yang
penelitian ini adalah buah mengkudu ditentukan berdasarkan persamaan
matang yang baru dipetik dari Mertans (1977) yang dikutip oleh
pohonnya; bahan pakan terdiri dari Makkar et al., (1995), populasi dan
campuran rumput gajah dan pollard viabilitas protozoa rumen dan dinamika
dengan kandungan Protein Kasar (PK) pertumbuhan protozoa rumen yang
masing-masing 9% dan 17% dari Bahan dihitung dan dimodifikasi berdasarkan
kering (BK); cairan rumen dari sapi petunjuk Ogimoto et al., (1981).
betina berfistula yang berumur 8 tahun Analisis data menggunakan analisis
yang diberi pakan berupa rumput gajah ragam untuk mengukur produksi gas
dan campuran antara pollar, bekatul dan dan viabilitas protozoa rumen, serta
bungkil kelapa yang diambil pada pagi analisis peragam untuk perhitungan
hari sebelum pemberian pakan; populasi protozoa rumen. Uji Jarak
seperangkat bahan kimia untuk Berganda Duncan digunakan untuk
pengukuran produksi gas in-vitro; mengetahui perbedaan masing-masing
seperangkat bahan kimia untuk perlakuan.
perhitungan populasi dan viabilitas

DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.02.07 55
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (2):54 – 62

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Kandungan nutrisi bahan pakan untuk pakan percobaan
Bahan Kandungan Nutrisi (%BK)
Bahan Pakan
Kering1 (%) BO1 PK1 LK SK BETN
2 2
Rumput Gajah 16,46 89,06 08,12 2,7 44,49 23,162
3 3
Pollard 82,31 94,62 17,06 6,92 3,75 65,883
Sumber: 1Hasil analisis laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya (2015); 2Dinata, dkk. (2015); 3Rianto, dkk. (2006)

Gambaran umum penelitian atau sumber nitrogen lain yang bukan


Substrat yang digunakan dalam berasal dari protein (non protein
penelitian ini terdiri dari campuran nitrogen). Degradasi bahan organik
antara rumput gajah (Pennisetum pakan oleh mikroba juga menghasilkan
purpureum) dan pollard (Triticum produk sekunder berupa Volatile Fatty
aestivum) dalam bentuk tepung. Acid (VFA) dan berbagai macam gas
Kandungan nutrisi rumput gajah dan seperti karbon dioksida (CO2), hidrogen
pollard sebagai pakan percobaan (H2), metana (CH4) dan gas lainnya
disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan sebagaimana diungkapkan oleh
hasil analisis laboratorium diperoleh Kurniawati (2009).
kandungan protein kasar (PK) rumput Semakin tinggi kandungan
gajah sebesar 8% dan kandungan PK bahan organik yang mampu didegradasi
pollard sebesar 17% dari total bahan oleh mikroba, maka jumlah gas yang
kering masing-masing bahan pakan. dihasilkan akan semakin meningkat.
Data kandungan protein kasar Pengukuran produksi gas dilakukan
kedua bahan pakan dijadikan sebagai dengan menggunakan teknik in-vitro
acuan dalam penyusunan pakan dalam syringe berskala. Pemilihan
percobaan. Proses penyusunan pakan teknik ini didasarkan pada tingkat
percobaan menggunakan metode efisiensi dan efektifitas kerja dengan
perhitungan pearson square sehingga hasil yang cukup mendekati dengan
pakan percobaan memiliki kandungan hasil penelitian jika dilakukan secara in-
protein kasar sebesar 12% sesuai NRC vivo (Menke et al., 1979).
(2001), bahwa kebutuhan protein kasar
ternak ruminansia berkisar antara 9- Pengaruh perlakuan terhadap
15% dari BK pakan tergantung status populasi protozoa rumen
fisiologis ternak. Berdasarkan hasil Hasil analisis peragam
perhitungan menggunakan metode menunjukkan bahwa penggunaan
pearson square, proporsi rumput gajah metanol sebagai pelarut memberikan
dan pollard dalam pakan percobaan pengaruh yang berbeda (P<0,05) dalam
berturut-turut adalah 56,59% dan menurunkan populasi protozoa rumen.
43,41%. Jumlah populasi protozoa rumen pada
Bahan organik dalam pakan perlakuan penambahan ekstrak buah
yang telah mengalami degradasi oleh mengkudu dengan pelarut methanol dan
mikroba rumen akan dikonversi menjadi akuades dapat diamati pada tabel 2.
produk akhir berupa energi hasil Berdasarkan analisis peragam, diperoleh
degradasi komponen karbohidrat dan hasil bahwa penggunaan metanol
ammonia (NH3) yang merupakan sebagai bahan pelarut dalam proses
produk hasil degradasi fraksi protein ekstraksi buah mengkudu memberikan

DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.02.07 56
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (2):54 – 62

pengaruh yang lebih baik dibandingkan merusak tegangan permukaan membran


dengan akuades. serta menyebabkan sel berpori dan
akhirnya lisis. Kondisi ini disebabkan
Tabel 2. Populasi protozoa rumen karena senyawa saponin terekstrak lebih
Populasi protozoa baik dalam larutan metanol.
Jenis Pelarut
rumen ( log sel/ ml ) Metanol merupakan suatu
Akuades 7,16±0,16a senyawa yang memiliki struktur
Metanol 7,11±0,16b molekul CH3OH, bersifat polar karena
Keterangan: memiliki gugus hidroksil (-OH) dan
a-b superscript yang berbeda pada juga bersifat non-polar karena memiliki
kolom yang sama menunjukkan gugus metil (-CH3). Walaupun
perbedaan nyata (P<0,05) antar demikian, metanol merupakan senyawa
perlakuan bersifat sangat polar, sebagaimana
dinyatakan oleh Lazuardi (2006).
Penelitian sebelumnya yang Saponin dapat diekstrak secara baik
dilakukan oleh Rosida (2002), dengan menggunakan pelarut metanol
menunjukkan bahwa penggunaan dengan konsentrasi lebih dari 40%
larutan metanol sebagai pelarut dalam (Oleszek, 2000). Hasil penelitian ini
proses ekstraksi suatu bahan, sesuai dengan penelitian terdahulu yang
memberikan hasil yang lebih baik dilakukan oleh Herdian, dkk. (2011).
dibandingkan dengan hasil ekstraksi
akuades. Pengaruh perlakuan terhadap
Buah mengkudu memiliki jumlah protozoa hidup
kandungan metabolit sekunder berupa Berdasarkan hasil analisis
senyawa aktif saponin yang mampu peragam menunjukkan bahwa
membunuh dan menurunkan populasi perbedaan jenis pelarut dalam proses
protozoa. Jumlah rata-rata populasi ekstraksi buah mengkudu tidak
protozoa terendah terdapat pada memberikan pengaruh nyata terhadap
perlakuan penambahan ekstrak buah jumlah protozoa hidup (P>0,05), namun
mengkudu dengan larutan metanol memberikan pengaruh nyata terhadap
sebagai pelarut yaitu sebesar 7,11±0,16 persentase viabilitas protozoa (P<0,05).
log sel/ ml atau senilai dengan 1,28 x Jumlah protozoa hidup dan persentase
107 sel/ ml cairan rumen. Rata-rata viabilitas protozoa antara perlakuan
populasi protozoa pada pemberian dapat dilihat pada Tabel 3.
ekstrak buah mengkudu dengan
menggunakan pelarut akuades adalah Tabel 3. Persentase viabilitas protozoa
7,16±0,16 log sel/ ml atau senilai Jenis Protozoa hidup Viabilitas
dengan 1,44 x 107 sel/ ml cairan rumen. Pelarut (log sel/ ml) protozoa (%)
Populasi protozoa dalam penelitian ini Aquadest 6,98±0,19 68,05± 9,87 a
lebih tinggi dibandingkan dengan Metanol 6,92±0,17 65,75±10,06 b
populasi protozoa rumen yang Keterangan:
dilaporkan oleh Hungate (1966) yang a-b superscript yang berbeda pada
berkisar antara 105-106 sel/ ml cairan kolom yang sama menunjukkan
rumen. perbedaan nyata (P<0,05) antar
Penurunan populasi protozoa perlakuan
diakibatkan oleh senyawa saponin yang
berikatan dengan komponen sterol pada Rata-rata jumlah protozoa hidup
membran sel protozoa yang mampu terkecil adalah 6,92±0,17 log sel/ ml

DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.02.07 57
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (2):54 – 62

atau senilai dengan 8,32 x 106 sel/ ml pemberian ekstrak buah mengkudu
cairan rumen. Jumlah ini merupakan menggunakan pelarut akuades adalah
jumlah protozoa hidup pada 68,05±9,87%. Daya tahan protozoa
penambahan ekstrak buah mengkudu terhadap ekstrak metanol buah
dengan menggunakan pelarut metanol. mengkudu lebih rendah, artinya
Rata-rata jumlah protozoa hidup pada kandungan saponin terlarut dalam
penambahan ekstrak buah mengkudu ekstrak metanol buah mengkudu lebih
dengan menggunakan akuades sebagai tinggi dibandingkan saponin dalam
pelarut adalah 6,98±0,19 log sel/ ml ekstrak akuades buah mengkudu.
atau sekitar 9,55 x 106 sel/ ml cairan Hasil penelitian menunjukkan
rumen. bahwa pelarut metanol merupakan
Data jumlah protozoa yang pelarut terbaik yang bisa digunakan
hidup tidak dijadikan sebagai acuan dalam proses ekstraksi. Metanol dikenal
dalam menentukan tinggi rendahnya sebagai pelarut universal. Astarina, dkk.
kemampuan pelarut untuk melarutkan (2013), menyatakan bahwa gugus
senyawa saponin dalam buah hidroksil dan metil pada metanol
mengkudu, tetapi hanya memberikan memberikan kecenderungan menarik
gambaran jumlah protozoa hidup dalam analit-analit yang bersifat polar maupun
satuan waktu tertentu. Parameter utama nonpolar. Oleszek (2000),
yang memberikan gambaran mengungkapkan bahwa saponin
kemampuan metanol dan akuades dalam merupakan senyawa glikosida yang
proses ekstraksi adalah parameter tersusun atas dua jenis molekul sebagai
persentase viabilitas protozoa. kerangka utama yaitu kerangka steroid
atau triterpenoid yang bersifat nonpolar
Pengaruh perlakuan terhadap serta memiliki gugus hidroksil yang
persentase viabilitas protozoa mampu berikatan dengan gula
Viabilitas atau daya hidup sederhana yang bersifat polar, sehingga
protozoa diartikan sebagai jumlah saponin mampu terlarut lebih baik
protozoa yang mampu bertahan hidup didalam pelarut metanol.
setelah ditambahakan perlakuan. Saponin yang terlarut akan
Protozoa yang hidup dan yang mati berikatan dengan sterol yang terdapat
dapat dibedakan melalui prosedur pada membran sel protozoa dan
pewarnaan. Protozoa hidup masih menyebabkan kematian sel. Semakin
memiliki membran sel yang berfungsi tinggi jumlah senyawa saponin terlarut
dengan baik dan tidak menyerap warna, dalam ekstrak, maka semakin rendah
sedangkan protozoa mati cederung jumlah protozoa yang mampu bertahan
menyerap warna diakibatkan rusaknya hidup yang ditandai dengan nilai
membran sel akibat pengaruh senyawa persentase viabilitas protozoa rumen
saponin yang berikatan dengan senyawa yang semakin rendah.
sterol disebagian sisi permukaannya.
Nilai persentase viabilitas protozoa Pengaruh perlakuan terhadap
rumen terhadap jenis pelarut yang produksi gas total secara in-vitro
berbeda dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil perhitungan produksi gas
Rata-rata persentase viabilitas total secara in-vitro yang diberi ekstrak
protozoa rumen yang terkecil adalah buah mengkudu dengan jenis pelarut
65,75±10,06% dengan metanol sebagai yang berbeda, tersaji pada Tabel 4.
pelarut, sedangkan rata-rata persentase Rata-rata produksi gas pada pemberian
viabilitas protozoa rumen dengan ekstrak buah mengkudu menggunakan

DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.02.07 58
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (2):54 – 62

metanol dan akuades sebagai pelarut gas yang paling banyak dihasilkan oleh
secara berturut-turut yaitu 163,84±9,11 mikroba rumen adalah gas CO2. Arora
dan 167,33±9,74 ml/ 500 mg BK pakan. (1995), menerangkan bahwa gas yang
Hasil analisis ragam menunjukkan dihasilkan dalam cairan rumen selama
bahwa perlakuan yang dicobakan proses fermentasi terdiri dari CO2 63-
terhadap produksi gas berbeda nyata 65%, CH4 27-29%, N2 sebanyak 6,7%,
antar perlakuan (P<0,05). H2S + H2 sebanyak 2,3% dan gas O2
sebanyak 1%. Gas CH4 terbentuk oleh
Tabel 4. In-vitro Produksi gas total bakteri metanogen yang bersimbiosis
Jenis Rata-rata produksi gas total dengan protozoa. Semakin tinggi
pelarut (ml/ 500 mg BK) jumlah protozoa yang hidup dalam
Akuades 167,33±9,74a cairan rumen, maka semakin tinggi pula
gas CH4 yang dihasilkan.
Metanol 163,84±9,11b Jumlah saponin terlarut yang
Keterangan: lebih tinggi dalam ekstrak metanol buah
a-b superscript yang berbeda pada mengkudu, mengakibatkan jumlah
kolom yang sama menunjukkan protozoa semakin menurun yang
perbedaan nyata (P<0,05) antar berakibat pada menurunnya produksi
perlakuan gas CH4 sebagai akibat berkurangnya
simbiosis antara protozoa dan bakteri
Produksi gas erat kaitannya metanogen untuk menghasilkan CH4.
dengan nilai degradasi bahan organik Wahyuni, dkk. (2014), menyatakan
pakan oleh mikroba dalam cairan bahwa protozoa merupakan inang bagi
rumen. Semakin tinggi populasi sebagian bakteri metanogen yang
mikroba dalam cairan rumen, maka memanfaatkan gas H2 sebagai substrat
semakin tinggi pula bahan organik untuk pembentukan CH4 dengan
pakan yang mampu didegradasi dan gas bantuan CO2. Berkurangnya kadar CH4
yang dihasilkan akan semakin berdampak positif bagi ternak, hal ini
meningkat. Tinggi dan rendahnya dikarenakan CH4 merupakan ukuran
populasi mikroba rumen dalam hal ini tidak efisiennya penggunaan energi oleh
adalah bakteri, salah satunya ternak.
dipengaruhi oleh jumlah protozoa hidup Penurunan jumlah protozoa
didalam rumen. Protozoa akan berkorelasi positif terhadap penurunan
memakan bakteri atau protozoa lain kadar gas CH4 yang dihasilkan oleh
yang berukuran lebih kecil untuk mikroba. Sebagaimana dinyatakan oleh
mencukupi kebutuhan asam amino dan Thalib, dkk. (2004), bahwa adanya
senyawa lain pembentuk sel. Semakin hubungan yang sebanding antara
tinggi jumlah sel protozoa dalam cairan populasi protozoa dalam cairan rumen
rumen, maka populasi bakteri rumen dengan produksi gas metana. Artinya,
semakin rendah. Semakin rendah jika populasi protozoa semakin rendah
populasi bakteri dalam cairan rumen maka produksi gas metana juga semakin
maka aktivitas degradasi yang ditandai rendah.
dengan produksi gas akan semakin
rendah. Pengaruh perlakuan terhadap
Perbedaan komponen kimia gas potensi produksi gas (b) dan laju
yang dihasilkan oleh mikroba sangat produksi gas (c)
tergantung dari jenis pakan dan jenis Hasil analisis ragam
mikroba yang mendegradasinya. Fraksi menunjukkan bahwa penggunaan

DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.02.07 59
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (2):54 – 62

metanol sebagai bahan pelarut dalam c merupakan nilai laju produksi gas
proses ekstraksi buah mengkudu tidak yang menggambarkan dinamika
memberikan pengaruh yang berbeda peningkatan produksi gas yang terjadi
(P>0,05) terhadap nilai potensi produksi pada waktu inkubasi 0-48 jam. Produksi
gas (nilai b) dibandingkan dengan gas yang dihasilkan menunjukkan tinggi
pemberian ekstrak aquadest buah rendahnya aktivitas mikroba di dalam
mengkudu. Gambar 1 menunjukkan cairan rumen untuk mendegradasi
bahwa rata-rata nilai b pada pemberian pakan.
ekstrak metanol buah mengkudu yaitu Hasil analisis ragam
193,11±7,05 ml/ 500 mg BK pakan, menunjukkan bahwa tidak terdapat
sedangkan rata-rata nilai b pada perbedaan (P>0,05) antara perlakuan
pemberian ekstrak akuades buah pemberian ekstrak buah mengkudu
mengkudu sebesar 193,56±13,73 ml/ dengan menggunakan akuades maupun
500 mg BK pakan. dengan menggunakan metanol sebagai
Nilai rata-rata potensi produksi pelarut dalam proses ekstraksi terhadap
gas (b) merupakan parameter potensi laju produksi gas (c). Rata-rata nilai laju
bahan organik yang tidak larut dalam produksi gas (c) pada penambahan
cairan rumen namun mampu ekstrak akuades dan metanol buah
terdegradasi oleh mikroba rumen. Nilai- mengkudu berturut-turut adalah
nilai parameter degradasi terdiri atas 0,049±0,005 ml/ jam, dan 0,048±0,004
nilai a, b dan c yang dihitung melalui ml/ jam.
persamaan Ørskov et al. (1979) yaitu Y
= a + b (1-e-ct). Nilai a dalam penelitian Model persamaan regresi antara
ini tidak dibahas karena secara biologi, jumlah protozoa hidup dan produksi
nilai produksi gas pada saat waktu gas in-vitro
inkubasi 0 jam (t=0) adalah 0. Hasil analisis statistika
menunjukkan bahwa tingkat keeratan (r)
antara jumlah protozoa hidup dan
produksi gas sebesar 0,30 pada
perlakuan penggunaan akuades sebagai
pelarut. Pola hubungan antar keduanya
berbentuk linier positif dengan
persamaan Y = 2,98X – 0,07,
sedangkan pada perlakuan akuades
sebagai pelarut memiliki nilai r sebesar
0,31 dengan persamaan Y = 2,93X –
0,08, dengan Y merupakan produksi gas
Gambar 1. Nilai Potensi Produksi Gas (ml/ 500 mg BK pakan) dan X
(b) Pakan dengan Penambahan Ekstrak merupakan jumlah sel protozoa yang
Buah Mengkudu Menggunakan Jenis hidup (log/ ml cairan rumen).
Pelarut yang Berbeda Berdasarkan hasil analisis
regresi menunjukkan bahwa persamaan
Nilai b erat kaitannya dengan linier Y = 2,98X – 0,07 dan Y = 2,93X
ketersediaan energi berupa VFA yang – 0,08 antara faktor jumlah protozoa
dihasilkan selama proses fermentasi hidup dan produksi gas adalah nyata
pakan. Semakin tinggi nilai b, maka (P<0,05). Pola hubungan antara jumlah
semakin banyak potensi bahan organik protozoa hidup dengan produksi gas
yang mampu didegradasi oleh mikroba yang dihasilkan menunjukkan adanya
rumen untuk menghasilkan VFA. Nilai

DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.02.07 60
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (2):54 – 62

korelasi positif yang ditandai dengan dengan kenaikan produksi gas hasil
nilai X pada persamaan bernilai positif. fermentasi. Pernyataan ini sesuai
Pola hubungan tersebut tertera pada dengan hasil penelitian Sclegel (1994)
gambar 2 dan gambar 3. dan Jouany (1991) dalam Masruroh
dkk. (2013) bahwa populasi protozoa
rumen berbanding lurus dengan
produksi gas yang dihasilkan.

KESIMPULAN
Penggunaan metanol sebagai
pelarut dalam proses ekstraksi buah
mengkudu memberikan respon terbaik
untuk menurunkan presentase viabilitas
protozoa rumen dan produksi gas total
secara in-vitro.

SARAN
Gambar 2. Nilai Koefisien Korelasi (r), Perlu dilakukan penelitian
Persamaan Linier serta Korelasi antara lanjutan dengan pengukuran produksi
Produksi Gas (Y) dan Jumlah Protozoa gas metana pada masing-masing
Hidup (X) dengan Akuades sebagai perlakuan sebagai salah satu variabel
Pelarut dan komposisi masing-masing gas hasil
fermentasi.

DAFTAR PUSTAKA

Arora, S.P. 1995. Pencernaan mikroba


pada ruminansia. cetakan kedua.
Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta
Astarina, N.W.G., Astuti, K.W., dan
Warditiani, N.K. 2013. Skrining
fitokimia ekstrak metanol rimpang
bangle. Jurnal Farmasi Udayana 2
Gambar 3. Nilai Koefisien Korelasi (r), (4): 1-6. ISSN: 2301-7716
Persamaan Linier serta Korelasi antara Dinata, D.D., Widiyanto, dan
Produksi Gas (Y) dan Jumlah Protozoa Pujaningsih, R.I. 2015. Pengaruh
Hidup (X) dengan Metanol sebagai suplementasi dan proteksi minyak
Pelarut biji kapuk terhadap
Berdasarkan persamaan tersebut fermentabilitas ruminal rumput
diketahui bahwa terdapat korelasi gajah pada sapi secara in-vitro.
positif antara jumlah protozoa hidup Agripet 15 (1): 46-51
dengan produksi gas total. Korelasi Herdian, H., Istiqomah, L.,
positif ditandai dengan nilai X pada Febrisiantosa, A., dan Setiabudi,
kedua persamaan bernilai positif. D. 2011. Pengaruh penambahan
Korelasi positif bermakna jika terjadi daun Morinda citrifolia sebagai
peningkatan jumlah sel protozoa hidup sumber saponin terhadap
dalam cairan rumen, maka akan diikuti karakteristik fermentasi, defaunasi

DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.02.07 61
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (2):54 – 62

protozoa, produksi gas dan Ogimoto, K., and Imai, S. 1981. Atlas of
metana cairan rumen secara in- Rumen Microbiology. Japan
vitro. Jurnal Ilmu Ternak dan Science. Societes Press, Tokyo.
Veteriner (16): 98-103 Oleszek, W.A. 2000. Saponins. CRC
Kurniawati, A. 2007. Teknik produksi Press LLC
gas in-vitro untuk evaluasi pakan Rianto, E., Haryono, E., dan Lestari,
ternak: volume produksi gas dan C.M.S. 2006. Produktivitas
kecernaan bahan pakan. Jurnal domba ekor tipis jantan yang
Ilmiah Aplikasi Isoptop dan diberi pollard dengan aras
Radiasi. ISSN: 1907-0322 berbeda. Seminar Nasional
Lamid, M., Nugroho, T.P., Chusniati, Teknologi Peternakan dan
S., dan Rochiman, K. 2011. Veteriner
Eksplorasi bakteri selulolitik asal Satwadhar, P.N., Desphande, H.W.,
cairan rumen sapi potong sebagai Hashmi, S.I., and Syed, K.A.
bahan inokulum limbah pertanian. 2011. Nutritional composition and
Jurnal Ilmiah Kedokteran Hewan identification of some bioactive
4 (1): 37-42 components in morinda citrifolia
Makkar, H.P.S, Blummel, M., and juice. International Journal of
Becker, K. 1995. Formation of Pharmacy and Pharmaceutical
complexes between polyvinyl Sciences 3(1): 58-59. ISSN: 0975-
pylory dones on pholyethilene 1491
glycoles and tanin and their Thalib, A., Widyawati, Y., dan Hamid,
implication in gas production and H. 2004. Uji efektivitas isolat
true digestibility in-vitro bakteri hasil isolasi mikroba
techniques. Journal of Nutrition rumen dengan media asetogen
Britania 73:893-913 sebagai inhibitor metanogenesis.
Masruroh, S., Prayitno, C.H., dan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner
Suwarno. 2013. Populasi protozoa 9 (4): 233-238
dan produksi gas total dari rumen Valli, G., and Murugalakshmi, M. 2014.
kambing perah yang pakannya Isolation, preliminary
disuplementasi ekstrak herbal phytochemical and antibacterial
secara in-vitro. Jurnal Ilmiah activity studies of the constituents
Peternakan 1 (2): 420-429. present in ethanol extract of
Menke, K.H., Raab, L., and Salewski, manjanathi fruits. International
A. 1979. The estimation of the Journal of Innovative Research in
digestibility and metabolizable Science, Engineering and
energy content of rumninant Technology 3 (3): 9940-9946
feedstuffs from the gas production ISSN: 2319-8753
when they are incubated with Wahyuni, I.M.D., Muktiani, A., dan
rumen liquor in vitro. Journal of Christianto, M. 2004. Penentuan
Agriculture Science Cambridge dosis tannin dan saponin untuk
(92): 217-222 defaunasi dan peningkatan
NRC. 2001. Nutrient requirements of fermentabilitas pakan. Jurnal Ilmu
dairy cattle: subcomitte on dairy dan Teknologi Peternakan 3 (3):
cattle nutrition. Commite on 133-140
Animal Nutrition, National
Research Council, National
Academy Press, Washington D.C.

DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.02.07 62

Anda mungkin juga menyukai