ISSN : 0852-3681
E-ISSN : 2443-0765
©Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/
ABSTRACT: The aim of this study is to determine the best solvent for noni fruits
(Morinda citrifolia L.) extraction processes to reduce ruminal protozoa’s growth and
gas production. This research used nested on randomized block design with two factors
of treatment and three group replication, if there was significant different would be
tested by Duncan’s Multiple Range Test Methods. EM was noni fruits extract which
methanol used as solvent, and EA was noni fruits extract which aquadest used as
solvent. The result showed protozoa and gas production were decreased on additional of
noni fruits extract with methanol solvent (P<0.05). The conclusion is the methanol can
be used as the best solvent in noni fruits extraction processes to reduce ruminal protozoa
and to increase degradability.
DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.02.07 54
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (2):54 – 62
DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.02.07 55
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (2):54 – 62
DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.02.07 56
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (2):54 – 62
DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.02.07 57
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (2):54 – 62
atau senilai dengan 8,32 x 106 sel/ ml pemberian ekstrak buah mengkudu
cairan rumen. Jumlah ini merupakan menggunakan pelarut akuades adalah
jumlah protozoa hidup pada 68,05±9,87%. Daya tahan protozoa
penambahan ekstrak buah mengkudu terhadap ekstrak metanol buah
dengan menggunakan pelarut metanol. mengkudu lebih rendah, artinya
Rata-rata jumlah protozoa hidup pada kandungan saponin terlarut dalam
penambahan ekstrak buah mengkudu ekstrak metanol buah mengkudu lebih
dengan menggunakan akuades sebagai tinggi dibandingkan saponin dalam
pelarut adalah 6,98±0,19 log sel/ ml ekstrak akuades buah mengkudu.
atau sekitar 9,55 x 106 sel/ ml cairan Hasil penelitian menunjukkan
rumen. bahwa pelarut metanol merupakan
Data jumlah protozoa yang pelarut terbaik yang bisa digunakan
hidup tidak dijadikan sebagai acuan dalam proses ekstraksi. Metanol dikenal
dalam menentukan tinggi rendahnya sebagai pelarut universal. Astarina, dkk.
kemampuan pelarut untuk melarutkan (2013), menyatakan bahwa gugus
senyawa saponin dalam buah hidroksil dan metil pada metanol
mengkudu, tetapi hanya memberikan memberikan kecenderungan menarik
gambaran jumlah protozoa hidup dalam analit-analit yang bersifat polar maupun
satuan waktu tertentu. Parameter utama nonpolar. Oleszek (2000),
yang memberikan gambaran mengungkapkan bahwa saponin
kemampuan metanol dan akuades dalam merupakan senyawa glikosida yang
proses ekstraksi adalah parameter tersusun atas dua jenis molekul sebagai
persentase viabilitas protozoa. kerangka utama yaitu kerangka steroid
atau triterpenoid yang bersifat nonpolar
Pengaruh perlakuan terhadap serta memiliki gugus hidroksil yang
persentase viabilitas protozoa mampu berikatan dengan gula
Viabilitas atau daya hidup sederhana yang bersifat polar, sehingga
protozoa diartikan sebagai jumlah saponin mampu terlarut lebih baik
protozoa yang mampu bertahan hidup didalam pelarut metanol.
setelah ditambahakan perlakuan. Saponin yang terlarut akan
Protozoa yang hidup dan yang mati berikatan dengan sterol yang terdapat
dapat dibedakan melalui prosedur pada membran sel protozoa dan
pewarnaan. Protozoa hidup masih menyebabkan kematian sel. Semakin
memiliki membran sel yang berfungsi tinggi jumlah senyawa saponin terlarut
dengan baik dan tidak menyerap warna, dalam ekstrak, maka semakin rendah
sedangkan protozoa mati cederung jumlah protozoa yang mampu bertahan
menyerap warna diakibatkan rusaknya hidup yang ditandai dengan nilai
membran sel akibat pengaruh senyawa persentase viabilitas protozoa rumen
saponin yang berikatan dengan senyawa yang semakin rendah.
sterol disebagian sisi permukaannya.
Nilai persentase viabilitas protozoa Pengaruh perlakuan terhadap
rumen terhadap jenis pelarut yang produksi gas total secara in-vitro
berbeda dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil perhitungan produksi gas
Rata-rata persentase viabilitas total secara in-vitro yang diberi ekstrak
protozoa rumen yang terkecil adalah buah mengkudu dengan jenis pelarut
65,75±10,06% dengan metanol sebagai yang berbeda, tersaji pada Tabel 4.
pelarut, sedangkan rata-rata persentase Rata-rata produksi gas pada pemberian
viabilitas protozoa rumen dengan ekstrak buah mengkudu menggunakan
DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.02.07 58
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (2):54 – 62
metanol dan akuades sebagai pelarut gas yang paling banyak dihasilkan oleh
secara berturut-turut yaitu 163,84±9,11 mikroba rumen adalah gas CO2. Arora
dan 167,33±9,74 ml/ 500 mg BK pakan. (1995), menerangkan bahwa gas yang
Hasil analisis ragam menunjukkan dihasilkan dalam cairan rumen selama
bahwa perlakuan yang dicobakan proses fermentasi terdiri dari CO2 63-
terhadap produksi gas berbeda nyata 65%, CH4 27-29%, N2 sebanyak 6,7%,
antar perlakuan (P<0,05). H2S + H2 sebanyak 2,3% dan gas O2
sebanyak 1%. Gas CH4 terbentuk oleh
Tabel 4. In-vitro Produksi gas total bakteri metanogen yang bersimbiosis
Jenis Rata-rata produksi gas total dengan protozoa. Semakin tinggi
pelarut (ml/ 500 mg BK) jumlah protozoa yang hidup dalam
Akuades 167,33±9,74a cairan rumen, maka semakin tinggi pula
gas CH4 yang dihasilkan.
Metanol 163,84±9,11b Jumlah saponin terlarut yang
Keterangan: lebih tinggi dalam ekstrak metanol buah
a-b superscript yang berbeda pada mengkudu, mengakibatkan jumlah
kolom yang sama menunjukkan protozoa semakin menurun yang
perbedaan nyata (P<0,05) antar berakibat pada menurunnya produksi
perlakuan gas CH4 sebagai akibat berkurangnya
simbiosis antara protozoa dan bakteri
Produksi gas erat kaitannya metanogen untuk menghasilkan CH4.
dengan nilai degradasi bahan organik Wahyuni, dkk. (2014), menyatakan
pakan oleh mikroba dalam cairan bahwa protozoa merupakan inang bagi
rumen. Semakin tinggi populasi sebagian bakteri metanogen yang
mikroba dalam cairan rumen, maka memanfaatkan gas H2 sebagai substrat
semakin tinggi pula bahan organik untuk pembentukan CH4 dengan
pakan yang mampu didegradasi dan gas bantuan CO2. Berkurangnya kadar CH4
yang dihasilkan akan semakin berdampak positif bagi ternak, hal ini
meningkat. Tinggi dan rendahnya dikarenakan CH4 merupakan ukuran
populasi mikroba rumen dalam hal ini tidak efisiennya penggunaan energi oleh
adalah bakteri, salah satunya ternak.
dipengaruhi oleh jumlah protozoa hidup Penurunan jumlah protozoa
didalam rumen. Protozoa akan berkorelasi positif terhadap penurunan
memakan bakteri atau protozoa lain kadar gas CH4 yang dihasilkan oleh
yang berukuran lebih kecil untuk mikroba. Sebagaimana dinyatakan oleh
mencukupi kebutuhan asam amino dan Thalib, dkk. (2004), bahwa adanya
senyawa lain pembentuk sel. Semakin hubungan yang sebanding antara
tinggi jumlah sel protozoa dalam cairan populasi protozoa dalam cairan rumen
rumen, maka populasi bakteri rumen dengan produksi gas metana. Artinya,
semakin rendah. Semakin rendah jika populasi protozoa semakin rendah
populasi bakteri dalam cairan rumen maka produksi gas metana juga semakin
maka aktivitas degradasi yang ditandai rendah.
dengan produksi gas akan semakin
rendah. Pengaruh perlakuan terhadap
Perbedaan komponen kimia gas potensi produksi gas (b) dan laju
yang dihasilkan oleh mikroba sangat produksi gas (c)
tergantung dari jenis pakan dan jenis Hasil analisis ragam
mikroba yang mendegradasinya. Fraksi menunjukkan bahwa penggunaan
DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.02.07 59
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (2):54 – 62
metanol sebagai bahan pelarut dalam c merupakan nilai laju produksi gas
proses ekstraksi buah mengkudu tidak yang menggambarkan dinamika
memberikan pengaruh yang berbeda peningkatan produksi gas yang terjadi
(P>0,05) terhadap nilai potensi produksi pada waktu inkubasi 0-48 jam. Produksi
gas (nilai b) dibandingkan dengan gas yang dihasilkan menunjukkan tinggi
pemberian ekstrak aquadest buah rendahnya aktivitas mikroba di dalam
mengkudu. Gambar 1 menunjukkan cairan rumen untuk mendegradasi
bahwa rata-rata nilai b pada pemberian pakan.
ekstrak metanol buah mengkudu yaitu Hasil analisis ragam
193,11±7,05 ml/ 500 mg BK pakan, menunjukkan bahwa tidak terdapat
sedangkan rata-rata nilai b pada perbedaan (P>0,05) antara perlakuan
pemberian ekstrak akuades buah pemberian ekstrak buah mengkudu
mengkudu sebesar 193,56±13,73 ml/ dengan menggunakan akuades maupun
500 mg BK pakan. dengan menggunakan metanol sebagai
Nilai rata-rata potensi produksi pelarut dalam proses ekstraksi terhadap
gas (b) merupakan parameter potensi laju produksi gas (c). Rata-rata nilai laju
bahan organik yang tidak larut dalam produksi gas (c) pada penambahan
cairan rumen namun mampu ekstrak akuades dan metanol buah
terdegradasi oleh mikroba rumen. Nilai- mengkudu berturut-turut adalah
nilai parameter degradasi terdiri atas 0,049±0,005 ml/ jam, dan 0,048±0,004
nilai a, b dan c yang dihitung melalui ml/ jam.
persamaan Ørskov et al. (1979) yaitu Y
= a + b (1-e-ct). Nilai a dalam penelitian Model persamaan regresi antara
ini tidak dibahas karena secara biologi, jumlah protozoa hidup dan produksi
nilai produksi gas pada saat waktu gas in-vitro
inkubasi 0 jam (t=0) adalah 0. Hasil analisis statistika
menunjukkan bahwa tingkat keeratan (r)
antara jumlah protozoa hidup dan
produksi gas sebesar 0,30 pada
perlakuan penggunaan akuades sebagai
pelarut. Pola hubungan antar keduanya
berbentuk linier positif dengan
persamaan Y = 2,98X – 0,07,
sedangkan pada perlakuan akuades
sebagai pelarut memiliki nilai r sebesar
0,31 dengan persamaan Y = 2,93X –
0,08, dengan Y merupakan produksi gas
Gambar 1. Nilai Potensi Produksi Gas (ml/ 500 mg BK pakan) dan X
(b) Pakan dengan Penambahan Ekstrak merupakan jumlah sel protozoa yang
Buah Mengkudu Menggunakan Jenis hidup (log/ ml cairan rumen).
Pelarut yang Berbeda Berdasarkan hasil analisis
regresi menunjukkan bahwa persamaan
Nilai b erat kaitannya dengan linier Y = 2,98X – 0,07 dan Y = 2,93X
ketersediaan energi berupa VFA yang – 0,08 antara faktor jumlah protozoa
dihasilkan selama proses fermentasi hidup dan produksi gas adalah nyata
pakan. Semakin tinggi nilai b, maka (P<0,05). Pola hubungan antara jumlah
semakin banyak potensi bahan organik protozoa hidup dengan produksi gas
yang mampu didegradasi oleh mikroba yang dihasilkan menunjukkan adanya
rumen untuk menghasilkan VFA. Nilai
DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.02.07 60
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (2):54 – 62
korelasi positif yang ditandai dengan dengan kenaikan produksi gas hasil
nilai X pada persamaan bernilai positif. fermentasi. Pernyataan ini sesuai
Pola hubungan tersebut tertera pada dengan hasil penelitian Sclegel (1994)
gambar 2 dan gambar 3. dan Jouany (1991) dalam Masruroh
dkk. (2013) bahwa populasi protozoa
rumen berbanding lurus dengan
produksi gas yang dihasilkan.
KESIMPULAN
Penggunaan metanol sebagai
pelarut dalam proses ekstraksi buah
mengkudu memberikan respon terbaik
untuk menurunkan presentase viabilitas
protozoa rumen dan produksi gas total
secara in-vitro.
SARAN
Gambar 2. Nilai Koefisien Korelasi (r), Perlu dilakukan penelitian
Persamaan Linier serta Korelasi antara lanjutan dengan pengukuran produksi
Produksi Gas (Y) dan Jumlah Protozoa gas metana pada masing-masing
Hidup (X) dengan Akuades sebagai perlakuan sebagai salah satu variabel
Pelarut dan komposisi masing-masing gas hasil
fermentasi.
DAFTAR PUSTAKA
DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.02.07 61
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (2):54 – 62
protozoa, produksi gas dan Ogimoto, K., and Imai, S. 1981. Atlas of
metana cairan rumen secara in- Rumen Microbiology. Japan
vitro. Jurnal Ilmu Ternak dan Science. Societes Press, Tokyo.
Veteriner (16): 98-103 Oleszek, W.A. 2000. Saponins. CRC
Kurniawati, A. 2007. Teknik produksi Press LLC
gas in-vitro untuk evaluasi pakan Rianto, E., Haryono, E., dan Lestari,
ternak: volume produksi gas dan C.M.S. 2006. Produktivitas
kecernaan bahan pakan. Jurnal domba ekor tipis jantan yang
Ilmiah Aplikasi Isoptop dan diberi pollard dengan aras
Radiasi. ISSN: 1907-0322 berbeda. Seminar Nasional
Lamid, M., Nugroho, T.P., Chusniati, Teknologi Peternakan dan
S., dan Rochiman, K. 2011. Veteriner
Eksplorasi bakteri selulolitik asal Satwadhar, P.N., Desphande, H.W.,
cairan rumen sapi potong sebagai Hashmi, S.I., and Syed, K.A.
bahan inokulum limbah pertanian. 2011. Nutritional composition and
Jurnal Ilmiah Kedokteran Hewan identification of some bioactive
4 (1): 37-42 components in morinda citrifolia
Makkar, H.P.S, Blummel, M., and juice. International Journal of
Becker, K. 1995. Formation of Pharmacy and Pharmaceutical
complexes between polyvinyl Sciences 3(1): 58-59. ISSN: 0975-
pylory dones on pholyethilene 1491
glycoles and tanin and their Thalib, A., Widyawati, Y., dan Hamid,
implication in gas production and H. 2004. Uji efektivitas isolat
true digestibility in-vitro bakteri hasil isolasi mikroba
techniques. Journal of Nutrition rumen dengan media asetogen
Britania 73:893-913 sebagai inhibitor metanogenesis.
Masruroh, S., Prayitno, C.H., dan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner
Suwarno. 2013. Populasi protozoa 9 (4): 233-238
dan produksi gas total dari rumen Valli, G., and Murugalakshmi, M. 2014.
kambing perah yang pakannya Isolation, preliminary
disuplementasi ekstrak herbal phytochemical and antibacterial
secara in-vitro. Jurnal Ilmiah activity studies of the constituents
Peternakan 1 (2): 420-429. present in ethanol extract of
Menke, K.H., Raab, L., and Salewski, manjanathi fruits. International
A. 1979. The estimation of the Journal of Innovative Research in
digestibility and metabolizable Science, Engineering and
energy content of rumninant Technology 3 (3): 9940-9946
feedstuffs from the gas production ISSN: 2319-8753
when they are incubated with Wahyuni, I.M.D., Muktiani, A., dan
rumen liquor in vitro. Journal of Christianto, M. 2004. Penentuan
Agriculture Science Cambridge dosis tannin dan saponin untuk
(92): 217-222 defaunasi dan peningkatan
NRC. 2001. Nutrient requirements of fermentabilitas pakan. Jurnal Ilmu
dairy cattle: subcomitte on dairy dan Teknologi Peternakan 3 (3):
cattle nutrition. Commite on 133-140
Animal Nutrition, National
Research Council, National
Academy Press, Washington D.C.
DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.02.07 62