Analgesikk
Analgesikk
ANALGESIK
Oleh:
1. Hilmi Himatul Aliyah (611710040)
2. Iman Nurjaman (611710044)
3. Nehemia Immanuel Blessing (611710059)
4. Siti Aisyah Ratna Putri (611710070)
PENDAHULUAN
Obat analgesik atau anti nyeri adalah jenis obat yang dapat digunakan untuk
mengatasi rasa sakit atau nyeri. Bedasarkan golongannya obat analgesik dapat
dikelompokkan menjadi 2 yaitu: obat golongan Opioid dan Obat dengan golongan
Non Opioid . Obat analgesik opioid bekerja pada sistem saraf pusat (SSP),
sedangkan obat Non Opioid merupakan obat generik yang berkerja pada di reseptor
saraf perifer dan sistem saraf pusat. Salah satu contoh obat analgesik golongan
opioid adalah tramadol 50 mg.
Reseptor opioid akan diaktifkan oleh peptide endogen dan juga eksogen
ligand. Reseptor-reseptor ini terdapat pada banyak organ, seperti thalamus,
amygdala dan juga ganglia dorsalis. Tramadol dapat diberikan secara oral, i.m. atau
i.v. dengan dosis 50-100 mg dan dapat diulang setiap 6-7 jam dengan dosis
maksimal 400 mg per hari.19,20Kadar terapeutik dalam darah berkisar antara 100-
300 ng/ml. Tramadol memperlambat pengosongan lambung, meskipun efeknya
kecil dibandingkan dengan opioid lain. Selain itu, tramadol juga dapat
menyebabkan sensasi berputar, konstipasi, pusing, dan penurunan kesadaran.
Penggunaan tramadol sebaiknya dihentikan bila didapatkan gejala seperti kejang,
nadi lemah, dan kesulitan bernafas.
Contoh obat analgesik Non Opioid adalah natrium diklofenak, dan
paracetamol. Natrium diklofenak merupakan golongan anti inflamasi non steroid
(AINS) derivat asam fenil asetat yang dipakai untuk mengobati penyakit reumatik
dengan kemampuan menekan tanda-tanda dan gejalagejala inflamasi. Natrium
diklofenak cepat diserap sesudah pemberian secara oral, tetapi bioavaibilitas
sistemiknya rendah hanya antara 30 - 70% sebagai efek metabolisme lintas pertama
di hati. Waktu paruh natrium diklofenak juga pendek yakni hanya 1 - 2 jam. Efek-
efek yang tidak diinginkan bisa terjadi pada kira-kira 20% dari pasien meliputi
distres gastrointestinal, pendarahan gastrointestinal yang terselubung, dan
timbulnya ulserasi lambung (Katzung, 2002). Salah satu alternatif untuk mengatasi
masalah tersebut adalah bentuk sediaan dengan rute pemberian topikal (Ranade et
al, 2004). Diklofenak adalah golongan obat non steroid dengan aktivitas anti
inflamasi, analgesik dan antipiretik. Aktivitas diklofenak dengan jalan menghambat
enzim siklo-oksigenase sehingga pembentukan prostaglandin terhambat.
TINJAUAN PUSTAKA
Rasa nyeri disebabkan oleh berbagai macam faktor, baik mekanis maupun
kimiawi. Sebagian jaringan akan mengalami kerusakan disaat bagian tubuh terkena
rangsangan nyeri tersebut, dan jaringan itu akan melepaskan mediator-mediator
nyeri. Setelah jaringan tersebut melepaskan mediator tersebut, mediator akan
berinteraksi dengan reseptornya dan kemudian menstimulasi transduksi sinyal
dengan bantuan second messenger dan akhirnya tubuh akan merasakan rasa nyeri
tersebut.
2.1.1 Farmakokinetik
Farmakokinetik bertujuan meneliti jalanya obat, mulai dari obat masuk kedalam
tubuh dan sampai obat di absorpsi di usus, transpor dalam darah, dan distribusin
ke jaringan lain. Farmakokinetika adalah aspek farmakologi yang mencakup nasib
obat didalam tubuh, obat yang masuk kedalam tubuh akan mengalami absorbsi,
distribusi, metabolisme, dan ekskresinya (ADME). Obat yang masuk ke dalam
tubuh akan melalui berbagai macam cara masuknya, proses ADME akan
menimbulkan efek, baik efek samping maupun efek yang positif.
1) Absorbsi
Absorpsi adalah proses masuknya obat ke dalam pembuluh darah.
Kecepatan absorbsi (Bioavailabilitas) tergantung dari kelarutan obat yang masuk
kedalam tubuh. Proses kelarutan obat dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu masuk
bersama dengan makanan, karena ukuran partikel, dan adaya kadar pH. Obat akan
diabsorbsi dikulit, membran mukosa, dan usus halus. Obat oral absorbsi terjadi di
usus halus karena luas permukaannya. Obat inhalasi, diabsorbsi dengan cepat
karena di dalam epitelium paru-paru ada ruang yang cukup luas. Jumlah obat yang
diabsorbsi dan lama kerja konsentrasi terapeutik di urin akan meningkat jika obat
dikonsumsi bersama dengan makanan dan minuman, karena setiap obat yang
masuk ke dalam tubuh manusia sisa pembuangan obat tersebut akan melalui
jalanya.
2) Distribusi
Distribusi adalah proses yang terjadi setelah proses absorpsi, obat setelah di
distribusi akan disalurkan ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Selain
distribusi melalui aliran darah, distribusi obat juga ditentukan oleh sifat kimianya.
Distribusi dibedakan menjadi 2 fase yaitu penyerapan yang terjadi pada proses
distribusi. Pertama, pada bagian organ yang fungsinya sangat berprean penting dan
sangat baik contohnya jantung, hati, ginjal dan otak. Kedua, distribisi terjadi pada
bagian tubuh yang tidak begitu berperan penting dan baik misalnya otot, kulit, dan
jaringan lemak. Proses distribus akan berjalan secara jangka waktu yang panjang.
Obat yang sudah masuk dalam tubuh akan mudah larut dalam lemak dan akan
distribusikan ke dalam oragan otak, sedangkan obat yang sudah masuk kedalam
tubuh tetapi susah larut dalam lemak akan sulit untuk menembus membran sel.
Ikatan obat akan membatasi distribusi, hanya obat-obat bebas saja yang bisa
mencapai keseimbangan. Ikatan obat dengan protein ditentukan obat terhadap
protein dan kadar obat.
3) Metabolisme
4) Ekskresi
Ekskresi adalah sisa obat yang dikeluarkan dari dalam tubuh melalui organ
ekskresi atau dalam bentuk asalnya. Obat yang setelah diproses ekskresi akan lebih
cepat larut dalam lemak, kecuali melalui pada paru. Ginjal merupakan organ tubuh
dimana tempat ekskresi yang terpenting. Ekskresi dibagi menjadi 3 jenis. Pertama,
proses filtrasi yang terjadi di glomerulus. Kedua, proses sekresi aktif yang terjadi
di dalam tubuli proksimal. Ketiga, rearbsorpsi pasif yang terjadi di dalam tubuli
proksimal dan distal. Obat yang sudah melalui organ ginjal akan menurun
efektisitasnya pada gangguan fungsi ginjal sehingga dosis yang diberikan perlu
diturunkan. Patokan utamanya adalah kebersihan kreatinin untuk menyesuaikan
dosis yang diberikan. Obat yang sudah diekskresi oleh akan berjalan melalui
keringat, air liur, air mata, air susu dan rambut, tetapi obat dalam jumlah yang kecil
tidak akan mempengaruhi pengakhiran efek obat. Air liur berfungsi sebagai
pengganti darah untuk menentukan kadar obatyang akan diberikan. Rambut
berfungsi untuk menemukan logam racun dalam obat, misalnya arsen.
2.1.2 Farmakodinamik
Efek samping obat adalah efek yang tidak diinginkan dan membahayakan
atau merugikan pasien setelah menggunakan obat. Efek samping tidak dapat
dihindari karena dapat menimbulkan dampak penggunaan obat, seperti
meningkatnya biaya pengobatan. Efek farmakologi yang berlebihan disebut efek
toksik, karena dosis terlalu besar atau karena adanya perbedaan respon kinetik dan
dinamik, misalnya pasien dengan gangguan ginjal, jantung, perubahan sirkulasi
darah, usia, genetik, sehingga dosis lazim menjadi terlalu besar. Efek samping obat
terjadi karena adanya interaksi proses farmakokinetik dan farmakodinamik obat
yang diberikan dan dilakukan secara bersamaan. Biasanya peristiwa tersebut terjadi
pada saat proses pengobatan depresan susunan saraf pusat.
Alergi terhadap obat merupakan efek samping yang sering terjadi akibat
reaksi imunologik. Reaksi tidak bisa diperkirakan, biasanya tergantung dosis
penggunaan dan pada sebagian kecil dari penggunakan suatu obat. Reaksi ini
berbagai macam bentuk yang ringan misalnya reaksi kulit sampai yang paling
berat misalnya syok anafilaksi yang bisa berakibat fatal.
Interaksi obat terjadi ketika efek suatu obat akan berubah karena adanya
obat lain atau berupa makanan dan minuman. Interaksi obat akan menghasilkan
efek yang tidak dikehendaki oleh pasien, yang seharusnya menyebabkan efek
samping obat atau efek toksisitas karena terjadi meningkatnya kadar obat di dalam
plasma darah atau sebaliknya yang akan menurunkannya kadar obat dalam plasma
darah yang menyebabkan hasil dari terapi menjadi tidak optimal atau menjadi tidak
sesuai seperti apa yang diinginkan. Sebagian besar obat baru yang akan dilepas dan
di pasarkan setiap tahunnya akan menjadikan munculnya interaksi baru antara obat
yang satudenan obat yang lainya.
2.1.5 Paracetamol
Parasetamol adalah obat analgetik dan non narkotik yang bekerja dengan cara
menghambat di sistem syaraf pusat. Parasetamol digunakan dengan cara luas dan
digunakan baik dalam bentuk sediaan tunggal maupun combinasi sebagai daya
analgetik antipiretik atau kombinasi dengan obat lain yang dapat membantu
meningkatkan kerja obat itu sendiri, seperti halnya yang diberikan resep oleh dokter
maupun di jual tanpa resep dokter. Parasetamol adalah metabolit fenasetin dan
sudah digunakan sejak tahun 1893. Parasetamol mempunyai daya analgetik (pereda
nyeri), antipiretik (pereda demam), yang tidak mempunyai daya anti radang dan
tidak menyebabkan efek yang bahaya pada lambung. Parasetamol digunakan untuk
menghilangkan dan meredakan rasa demam pada tubuh dan menghilangkan nyeri
ringan bahkan sampai sedang, seperti nyeri kepala, migrain dan keadaan lain.
1) Farmakokinetik
2) Farmakodinamik
2.1.6 Tramadol
Tramadol adalah obat analgesik kuat yang digunakan untuk menghilangkan dan
mengurangirasa nyeri yang sangat parah misalnya nyeri setelah pasca operasi.
Tramadol adalah analgesik sintetik yang bekerja sentral dengan daya ikat lemah
terhadap reseptor opioid lemah. Tramadol merupakan obat yang tidak di jual
dengan bebas, karena efek samping atau efek toksik dari tramadol sangatlah
berbahanya jika disalah gunakan. Bentuk dari sediaan tramadol berbagaimacam
misalnya capsul, injeksi dan ampul. Golongan obat ini adalah golongan analgesik
opiate, kategori obat ini harus dibeli menggunankan resep dokter dan obat ini dapat
di gunakan untuk pasien yang sudah berumur dewasa atau anak-anak diatas 12
tahun.
1) Farmakodinamika
2) Farmakokinetik
a. Absorbsi
b. Distribusi
c. Pemberian Oral
Untuk mengatasi nyeri sedang tramadol 50-100 mg dapat diberikan 2-3 kali
sehari. Untuk nyeri sedang-berat, 100 mg diberikan untuk mengatasi nyeri, dan
dapat diulang setiap 4-6 jam. Untuk nyeri berat dosis 100 mg dianggap lebih efektif.
Dosis maksimum tidak boleh melebihi 400mg/hari.
d. Pemberian Parietal
2.1.7 Na-Diklofenak
Diklofenak adalah derivat sederhana dari asam fenil asetat yang termasuk obat
anti inflamasi nonsteroid yang terkuat daya anti radangnya dengan efek samping
yang lebih ringan dibandingkan dengan obat antiinflamasi nonsteroid lainnya
seperti indometasin dan piroksikam. Diklofenak mempunyai aktifitas analgetik,
antipiretik, dan antiradang. Senyawa ini merupakan inhibitor siklooksigenase.
Selain itu, diklofenak tampak menurunkan konsentrasi intrasel arakidonat bebas
dalam leukosit, dengan mengubah pelepasan atau pengambilan asam lemak
tersebut. Na-Diklofenak bekerja dengan baik dan memberikan efek yang sempurna
pada pasien yang sedang mengalami luka memar akibat pukulan, tertabrak sesuatu
ataupun karena keseleo yang disebabkan karena olahraga dan juga digunakan untuk
mencegah pembengkakan. Diklofenak adalah turunan asam fenilasetat sederhana
yang merupakan penghambat COX yang kuat dengan efek anti-inflamasi, analgesik
dan antipiretik. Obat ini cepat diabsorpsi setelah pemberian oral dan mempunyai
waktu paruh yang pendek. Obat ini dianjurkan untuk kondisi peradangan kronis
seperti arthritis rematoid dan osteoarthritis serta untuk pengobatan nyeri otot rangka
akut.
1) Farmakokinetik
3) Efek samping
Efek samping terjadi kira-kira 20% penderita dan meliputi distress saluran
cerna, perdarahan saluran cerna dan tukak lambung. Inhibisi sintesis prostaglandin
dalam mukosa saluran cerna sering menyebabkan kerusakan gastrointestinal
(dyspepsia, mual, dan gastritis). Efek samping yang paling utama adalah perdarahan
gastrointestinal dan perforasi.
4) Penggunaan terapeutik
2.1.8 Mencit
Bahan
1. Larutan asam asetat 3%
2. Paracetamol
3. Natrium Diclofenak
4. Akuades
5. Tramadol
3.2 Skema kerja
Timbang mencit,
1) Paracetamol
Bobot mencit
1. 36 gr
2. 33 gr
3. 32 gr
4. 23 gr
5. 17 gr
a) Perhitungan Konsentrasi
WxD
𝐶= V
0.036 x 400
= = 28,8 mg/ml
0,5
b) Perhitungan Dosis
WxD
𝑉= C
0,036 𝑥 400
𝑉1 = = 0,48 ml
30
0,033 x 400
𝑉2 = = 0,44 ml
30
0,032 𝑥 400
𝑉3 = = 0,42 ml
30
0,025 x 400
𝑉4 = = 0,333 ml
30
0,017 x 400
𝑉5 = = 0,22 ml
30
2) Natrium Diclofenak
Bobot mencit
1. 29 gr
2. 25 gr
3. 26 gr
4. 24 gr
5. 19 gr
a) Perhitungan Konsentrasi
WxD
𝐶= V
29 x 40
= = 2 mg/ml
0,5
b) Perhitungan Dosis
WxD
𝑉= C
0,029 𝑥 40
𝑉1 = = 0,58 ml
2
0,025 x 40
𝑉2 = = 0,5 ml
2
0,026 𝑥 40
𝑉3 = = 0,52 ml
2
0,019 x 40
𝑉4 = = 0,48 ml
2
0,017 x 400
𝑉5 = = 0,38 ml
30
3) Tramadol
Bobot mencit
1. 36 gr
2. 33 gr
3. 32 gr
4. 23 gr
5. 17 gr
a) Perhitungan Konsentrasi
WxD
𝐶= V
0.036 x 400
= = 28,8 mg/ml
0,5
b) Perhitungan Dosis
WxD
𝑉= C
0,036 𝑥 400
𝑉1 = = 0,48 ml
30
0,033 x 400
𝑉2 = = 0,44 ml
30
0,032 𝑥 400
𝑉3 = = 0,42 ml
30
0,025 x 400
𝑉4 = = 0,333 ml
30
0,017 x 400
𝑉5 = = 0,22 ml
30
4) Kontrol
Bobot mencit
1. 36 gr
2. 33 gr
3. 32 gr
4. 23 gr
5. 17 gr
a) Dosis
V1=
V2=
V3=
V4=
V5=
BAB IV
4.1 Data
Pertamanya, dalam masing masing kelompok, ke5 mencit tersebut ditimbang satu
persatu.
Mencit 1 0 6 17 6 29
Mencit 2 0 5 14 24 43
Mencit 3 3 6 20 25 54
Mencit 4 2 4 2 5 13
Mencit 5 0 2 5 15 22
Pada kelompok Natrium Diklofenak didapatkan hasil jumlah geliat sebagai berikut:
Mencit 1 5 8 9 11 33
Mencit 2 3 3 1 2 9
Mencit 3 2 5 4 8 19
Mencit 4 3 7 14 12 36
Mencit 5 2 1 1 3 7
Mencit 1 1 0 0 0 1
Mencit 2 1 0 1 0 1
Mencit 3 0 0 0 0 0
Mencit 4 0 0 1 0 1
Mencit 5 1 0 0 0 1
Mencit 1 5 6 19 18 48
Mencit 2 5 15 16 22 58
Mencit 3 5 13 20 21 59
Mencit 4 6 10 20 22 58
Mencit 5 21 22 20 20 83
Sehingga dari data tersebut dihasilkan sebuah tabel pembanding antar obat
sebagai berikut:
Jumlah Geliat
Paracetamol 29 43 54 13 22
Na- 33 9 19 36 7
Dicofenak
Tramadol 1 2 0 1 1
Kontrol 38 58 59 58 83
Setelah mendapatkan hasil dari uji distribusi, maka diinputkan data grup sehingga
ke empat data tersebut dapat dibandingkan
Setelah data tersebut di grupkan, maka paracetamol, na-dic, tramadol, dan kontrol
sudah dapat dibandingkan.
Dapat disimpulkan bahwa percobaan ini termasuk mendapatkan hasil data yang
non-parametrik. Dikarenakan saat uji homogenitas, hasil yang keluar tidak sesuai
ketentuan.
Setelah uji data non-parametrik, kita bisa melihat kesignifikansian dari keempat
obat tersebut. Hal ini diuikan melalui Uji signifikan menggunakan Anova
Setelah dilihat dari Pr(>F) yang hasilnya kurang dari 0,05 maka artinya ada
perbedaan yang sangat signifikan diantara ke4 obat tersebut.
Setelah itu melihat dari TukeyHSD untuk mencari tahu kelas mana yang
memberikan signifikansi paling tinggi
Dilihat dari keenam perbandingan data maka bisa dilihat bahwa ada perbandingan
perbedaan yang signifikan karena p adj di bawah 0,05, seperti contohnya tramadol
dan paracetamol yang signifikan, kontrol dan paracetamol, kontrol dan natrium
dicloffenak, serta kontrol dan tramadol. Sedangkan tramadol dan nadic serta nadic
dan paracetamol memiliki efek yang tidak signifikan.
Lalu untuk melihat kelas mana yang paling signifikan dilihat dari plot TukeyHSD
Dilihat dari grafik maka bisa dilihat bahwa nadic dan paracetamol tidak signifikan,
sedangkan tramadol dan paracetamol signifikan. Lalu kontrol dan paracetamol
tidak signifikan, tramadol dan nadic hampir signifikan, kontrol dan nadic tidak
signifikan dan kontrol dan tramadol tidak signifikan pula.
Lalu dilihat dari boxplot untuk melihat obat mana yang paling baik,
Dilihat dari boxplot, paracetamol dan natrium diclofenak adalah yang memiliki two
tails, sedangkan tramadol dan kontrol tidak memiliki two tails, hal ini menandakan
bahwa paracetamol dan natrium diklofenak adalah yang paling baik. namun, bila
ingin menemukan yang paling baik, jawabannya adalah paracetamol karena ia
memiliki two tails lebih panjang dan letaknya diatas daripada natrium diclofenak.
Natrium diclofenak memiliki tails yang pendek, namun area di dalam antara atas
dan bawah hampir sama, artinya natrium diclofenak juga baik.
BAB V
5.1 Pembahasan
5.2 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31341/4/Chapter%20II.pdf
(Paracetamol)
WebMD. Drugs & Medications. Tramadol HCL U.S. Food & Drug Administration
FDA (2017). Drugs - FDA Drug Safety Communication: FDA evaluating the risks
of using the pain medicine tramadol in children aged 17 and younger.
Drugs (2017). Tramadol.( https://www.alodokter.com/tramadol)
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/62346/4/Chapter%20II.pdf (Na
Diklofenak)