Anda di halaman 1dari 12

HHBK Gaharu

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asal usul pohon agar-agar atau gaharu (Aquilaria malaccensis) banyak ditemukan di hutan
cemara Asia Tenggara. Selain negara-negara utara-timur India, tanaman gaharu ditemukan di
negara-negara seperti Myanmar, Kamboja, Malaysia, Indonesia, Thailand, Korea Selatan,
Filipina, Laos, Jepang, dan sebagainya. Gaharu mulai dikenal masyarakat Indonesia pada sekitar
tahun 1200 melalui sejarah perdagangan dalam bentuk tukar menukar (barter) antara masyarakat
Sumatera Selatan dan Kalimantan Barat dengan para pedagang dari daratan
China. Indonesia dikenal sebagai salah satu negara penghasil gaharu di dunia, karena
mempunyai lebih dari 25 jenis pohon penghasil gaharu yang tersebar di Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua.
Gaharu merupakan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) bernilai ekonomi tinggi, berwarna
khas, mengandung aroma resin wangi jika dibakar dan dapat digunakan untuk bahan parfum,
dupa, obat-obatan, sabun mandi, kosmetik, dan pengharum ruangan. Tanaman ini dapat
memproduksi gubal gaharu yang aromanya harum yang mengandung damar wangi (aromatic
resin) sebagai akibat adanya serangan jamur akibat perlukaan yang disertai infeksi patogen
melalui inokulasi atau proses lainya yang selanjutnya membuat jaringan kayu itu berwarna
cokelat kehitaman. Semakin luas bidang infeksi pada jaringan kayu, semakin banyak rendemen
gaharu yang dihasilkan dan kayunya akan semakin harum.
Meningkatnya nilai guna gaharu, mendorong minat negara-negara industri untuk
memperoleh gaharu dengan harga jual yang semakin meningkat. Tingginya harga jual
mendorong upaya masyarakat merubah pola produksi, semula hanya memanfaatkan atau
memungut dari pohon produksi yang telah mati alami, kini dilakukan dengan cara menebang
pohon hidup dan mencacah bagian batang untuk memperoleh bagian kayu yang telah
bergaharu. Hal ini dapat mengancam kelestarian sumber daya pohon, maka dari itu
perluadanya kelestarian sumberdaya dan produksi gaharu, dengan upaya pembudidayaan.
Pembudidayaan tanaman gaharu dapat didukung dengan penggunaan cendawan mikoriza
arbuskula (CMA) guna pertumbuhan bibit dalam membantu pertumbuhan
tanaman,meningkatkan resistensi tanaman terhadap kekeringan serta memperbaiki nutrisi
tanaman.Selain ideal dikembangkan di berbagai wilayah endemik sesuai daerah sebaran tumbuh
jenis, juga dimungkinkan dapat dibudidayakan pada lahan-lahan atau kawasan yang memiliki
kesesuaian tumbuh. Hal ini diharapkan selain dapat melestarikan plasma nutfah sumberdaya
pohon penghasil, juga sekaligus dapat membina perolehan pendapatan masyarakat serta devisa
negara dan membina kelestarian produksi gaharu yang konstruktif dalam revitalisasi disektor
kehutanan.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah mengenai gaharu adalah sebagai berikut :
1. Apakah pengertian gaharu ?
2. Bagaimana ciri-ciri tanaman gaharu ?
3. Bagaimana jenis dan kelas pohon penghasil gaharu ?
4. Bagaimana Proses atau teknis pembentukan gubal gaharu serta faktor kegiatan budidaya pohon
gaharu ?
5. Apakah manfaat gaharu itu dalam kehidupan sehari-hari ?
6. Bagaimana Nilai ekonomi pada pohon gaharu ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada
mahasiswa tentang pengetian gaharu, ciri-ciri tanaman gaharu, jenis dan kelas gaharu, Proses
atau teknis pembentukan gubal gaharu serta faktor kegiatan budidaya pohon gaharu, dan manfaat
gaharu dalam kehidupan sehari-hari, serta dapat mengetahui nilai ekonomi pada pohon gaharu.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Gaharu
Suku gaharu-gaharuan atau Thymelaeaceae adalah salah satu suku anggota
tumbuhanberbunga. Menurut Sistem klasifikasi APG II suku ini dimasukkan ke dalam bangsa
Malvales, klad eurosids II.
Klasifikasi ilmiah :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Family : Thymelaeaceae genera
Gaharu merupakan substansi aromatic berupa gumpalan yang terdapat diantara sel-sel kayu
dengan berbagai bentuk dan warna yang khas, serta memiliki kandungan kadar damar wangi,
berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu yang tumbuh secara alami dan telah mati,
sebagai akibat dari proses infeksi yang terjadi baik secara alami atau buatan pada pohon tersebut,
dan pada umumnya terjadi pada pohon Aguilaria sp (Thymelaeaceae).
B. Ciri-ciri Tanaman Gaharu
ciri-ciri gaharu asli beraroma harum, tanaman gaharu memiliki kandungan damar wangi
yang kuat, dan melekat di tangan apabila di pegang, dan tanaman yang menghasilkan gaharu
memiliki ciri kulit batang menjadi lunak, tajuk tanaman menguning dan rontok, terjadi
pembengkakan, pelekukan atau penebalan pada batang dan cabang berupa gumpalan berbentuk
padat berwarna coklat kehitaman sampai hitam, berbau harum jika dibakar.
C. Jenis dan Kelas Pohon Penghasil Gaharu
a. Aquilaria spp.
Pohon dengan tinggi batang yang dapat mencapai antara 35-40 m, berdiameter sekitar 60
cm, kulit batang licin berwarna putih atau keputih-putihan dan berkayu keras. Daun lonjong
memanjang dengan ukuran panjang 5-8 cm dan lebar 3-4 cm, ujung daun runcing, warna daun
hijau mengkilat. Bunga berada diujung ranting atau diketiak atas dan bawah daun. Buah berada
dalam polongan berbentuk bulat telur aatau lonjong berukuran sekitar 5 cm panjang dan 3 cm
lebar. Biji/benih berbentuk bulat atau bulat telur yang tertutup bulu-bulu halus berwarna
kemerahan.
b. A. malaccensis
A. malaccensis di wilayah potensial dapat mencapai tinggi pohon sekitar 40 m dan
diameter 80 cm, beberapa nama daerah seperti: ahir, karas, gaharu, garu, halim, kereh,
mengkaras dan seringak. Tumbuh pada ketinggian hingga 750 m dpl pada hutan dataran rendah
dan pegunungan, pada daerah yang beriklim panas dengan suhu rata-rata 32° C dan kelembaban
sekitar 70%, dengan curah hujan kurang dari 2.000 mm/tahun.
c. A. microcarpa
Tinggi sekitar 35 m berdiameter sekitar 70 cm dengan nama daerah tengkaras, engkaras,
karas, garu tulang, dan lain-lain. Sedangkan A. filaria tinggi pohon antara 15-18 m berdiameter
sekitar 50 cm, di Irian Jaya memiliki nama daerah age dan di Maluku las. Tumbuh di hutan
dataran rendah, rawa hingga ketinggian sekitar 150 m, pada kawasan beriklim kering bercurah
hujan sekitar 1.000 mm/th. A. beccariana, memiliki nama daerah mengkaras, gaharu dan gumbil
nyabak. Tumbuh hingga ketinggian 850 m.dpl pada kondisi kawasan beriklim kering dengan
curah hujan sekitar 1.500 mm/th.
d. Gyrinops spp.
Tumbuhan gaharu jenis ini berbentuk sebagai pohon yang memiliki ciri dan sifat
morfologis yang relatif hampir sama dengan kelompok anggota famili Thymeleacae lainnya.
Daun lonjong memanjang, hijau tua, tepi daun merata, ujung meruncing, panjang sekitar 8 cm,
lebar 5-6 cm. Buah berwarna kuning- kemerahan dengan bentuk lonjong. Batang abu-kecoklatan,
banyak cabang, tinggi pohon dapat mencapai 30 m dan berdiameter sekitar 50 cm. Daerah
sebaran tumbuh di wilayah Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara dan potensi terbesar berada di
Irian Jaya (Papua).

e. Aetoxylon spp.
Pohon dengan rataan tinggi sekitar 15 m, berdiameter antara 25-75 cm, kulit batang ke abu-
abuan atau kehitam-hitaman dan bergetah putih. Bentuk daun bulat telur, lonjong, licin dan
mengkilap dan bertanggkai daun sekitar 8 mm. Bunga dalam kelompok berjumlah antara 5-6
bunga, berbentuk seperti payung, dengan panjang tangkai bunga sekitar 9 mm, bentuk bunga
membulat atau bersegi lima berdiameter sekitar 4 mm, buah membulat panjang sekitar 3 cm dan
lebar 2 cm, serta tebal 1 cm. Tumbuh pada kawasan hutan dataran rendah dengan lahan kering
berpasir, beriklim sedang dengan curah hujan sekitar 1.400 mm/th, bersuhu sekitar 27° C dan
berkelembaban sekitar 80%. Gaharu dari jenis ini memiliki nama daerah sebagai kayu biduroh,
laka, garu laka, garu buaya, dan pelabayan.
f. Gonystylus spp.
Memiliki ciri dan sifat morfologis dengan tinggi dapat mencapai 45 m dan berdiameter
antara 30-120 cm, memiliki tajuk tipis, dan berakar napas (rawa), Bedaun tunggal, berbentuk
bulat telur, panjang 4-15cm, lebar 2-7 cm dengan ujung runcing, bertangkai daun 8-18 mm, licin
dengan warna hijau-kehitaman. Bunga berbentuk malai berlapis dua, muncul diujung ranting
atau ketiak daun, berwarna kuning, tangkai bunga panjang sekitar 1,5 cm. Berbuah
keras,berbentuk bulat telur dengan ujung meruncing, memiliki 3 ruang, panjang 4-5 cm, lebar 3-
4 cm, benih berwarna hitam. Gaharu dari jenis ini umumnya terbentuk pada bekas taksis duduk
cabang, sehingga bentuk gaharu terbentuk umumnya berbentuk bulatan-bulatan. Nama daerah
gaharu dari kelompok jenis ini adalah: karas, mengkaras, garu, halim, alim, ketimunan,
pinangbae, nio, garu buaya, garu pinang, bal, garu hideung, bunta, mengenrai, udi makiri,
sirantih, dan lain-lain.
g. Enkleia spp.
Tumbuhan penghasil gaharu dari kelompok jenis ini berbentuk tumbuhan memanjat (liana)
dengan panjang mencapai 30 m berdiameter sekitar 10 cm, batang kemerah-merahan, beranting
dan memiliki alat pengait. Bunga berada diujung ranting, bertangkai bunga dengan panjang
mencapai 30 cm, bunga berwarna putih atau kekuningan, Buah bulat-telur, panjang 1,25 cm dan
lebar 0,5 cm. Dikenal dengan nama daerah tirap akar, akar dian dan akar hitam, garu cempaka,
garu pinang, ki laba, medang karan, mengenrai, udi makiri, garu buaya, bunta, dan lain-lain.
h. Wiekstroemia spp.
Pohon berbentuk semak dengan tinggi mencapai sekitar 7 m dan diameter sekitar 7,5 cm,
ranting kemerah-merahan atau kecoklatan. Daun bulat telur, atau elips/lancet, panjang 4-12 cm
dan lebar 4 cm. Helai daun tipis, licin di dua permukaan, bertangkai daun panjang 3 cm. Bunga
berada diujung ranting atau ketiak daun, berbentuk malai dan tiap malai menghasilkan 6 bunga
dengan warna kuning, putih kehijauan atau putih, dengan tangkai bunga sekitar 1 mm, mahkota
bunga lonjong atau bulat telur dengan panjang 8 mm dan lebar 5 mm berwarna merah.
Kelompok gaharu dari jenis-jenis ini dikenal memiliki nama daerah, layak dan pohon pelanduk,
kayu linggu, menameng atau terentak.
i. Dalbergia sp.
Sementara hanya ditemukan 1 jenis yakni D. parvifolia sebagai salah satu dari anggota
famili Leguminoceae merupakan tumbuhan memanjat (liana) dan produk gaharunya kurang
disukai pasar.
j. Excoccaria sp.
Genus ini hanya ditemukan 1 jenis yakni E. agaloccha yang merupakan anggota famili
Euphorbiacae tergolong tumbuhan tinggi dengan tinggi pohon antara 10-20 m dan dapat
mencapai kelas diameter sekitar 40 cm. Produksi gaharunya kurang disukai pasar.
Dari beberapa jenis kayu gaharu, ada 3 jenis yang paling banyak dibudidayakan saat iniyaitu :
1. Gaharu Subintegra
2. Gaharu Crassna
3. Gaharu Malaccensis
Untuk membedakan ketiga jenis kayu gaharu ini ada 2 hal yang dapat kita perhatikan dengan
mudah yakni penampilan bentuk daun dan bentuk buah.

1. Gaharu Subintegra
Gambar diatas merupakan gambar bentuk fisik daun dan buah gaharu subintegra. Daun terlihat
hijau muda, mengkilat, bentuk memanjang dan terkesan runcing, permukaan daun nampak
lembut atau halus. Gambar disamping adalah gambar daun muda, pada daun yang sudah tua
umumnya daun besar dan panjang dan berwarna hijau tua dan daun lebih tebal jika dibanding
dengan jenis lain. Ukuran daun jauh diatas ukuran daun crassna dan malacensisi. Sedangkan
buah berwarna kuning cerah, mengkilat, membulat.
2. Gaharu Crassna
Bentuk daun gaharu crassna lebih membulat, warna hijau tua, tebal dan nampak keras. Bentuk
buah gaharu crassna lonjong pada bagian bawah.
3. Gaharu Malaccensis
Daun berwarna hijau tua, daun terlihat agak membulat dan pada ujung daun terdapat bagian yang
runcing. Daun terlihat tipis.
D. Proses Atau Teknis Pembentukan Gubal Gaharu Serta Cara Budidaya Pohon
Gaharu

Gaharu dihasilkan dari tanaman sebagai respon dari mikroba yang masuk ke dalam
jaringan yang terluka. Luka pada tanaman berkayu dapat disebabkan secara alami karena adanya
cabang dahan yang patah atau kulit terkelupas, maupun secara sengaja dengan pengeboran dan
penggergajian. Masuknya mikroba ke dalam jaringan tanaman dianggap sebagai benda asing
sehingga sel tanaman akan menghasilkan suatu senyawa fitoaleksin yang berfungsi sebagai
pertahanan terhadap penyakit atau patogen. Senyawa fitoaleksin tersebut dapat berupa resin
berwarna coklat dan beraroma harum, serta menumpuk pada pembuluh xilem dan floem untuk
mencegah meluasnya luka ke jaringan lain. Namun, apabila mikroba yang menginfeksi tanaman
dapat mengalahkan sistem pertahanan tanaman maka gaharu tidak terbentuk dan bagian tanaman
yang luka dapat membusuk.
Untuk kepentingan komersil, masyarakat mengebor batang tanaman penghasil gaharu dan
memasukkan inokulum cendawan ke dalamnya. Setiap spesies pohon penghasil gaharu memiliki
mikroba spesifik untuk menginduksi penghasilan gaharu dalam jumlah yang besar. Beberapa
contoh cendawan yang dapat digunakan sebagai inokulum adalah Acremonium sp.,
Cylindrocarpon sp., Fusarium nivale, Fusarium solani, Fusarium fusariodes, Fusarium roseum,
Fusarium lateritium dan Chepalosporium sp.
Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam kegiatan budidaya pohon penghasil
gaharu yaitu persyaratan tumbuh. Tempat tumbuh yang cocok untuk tanaman penghasil gaharu
adalah dataran rendah, lereng-lereng bukit, sampai ketinggian 750 meter diatas permukaan laut.
Jenis Aquilaria tumbuh sangat baik pada tanah-tanah liat (misalnya podsolik merah kuning),
tanah lempung berpasir dengan drainase sedang sampai baik. Tipe iklim A-B dengan
kelembaban sekitar 80%. Suhu berkisar antara 22-28 drajat celcius dengan curah hujan berkisar
antara 2000 s/d 4000 mm/tahun. Lahan tempat tumbuh yang perlu dihindari adalah (1) lahan
tergenang secara permanen, (2) tanah rawa, (3) lahan dangkal (kedalaman kura dari 50 cm), (4)
pasir kuarsa, dan (5) lahan yang ber-pH kurang dari 4,0.
a. Penanganan Benih Dan Persemaian
Pengadaan bibit gaharu sementara dapat memanfaatakn potensi tegakan alam gaharu yang
masih tersedia sebagai pohon tegakan benih ( seed stand ). Dalam jangka panjang perlu dibina
ketersediaan pohon induk ( seed orchard ) yang berperan sebagai sumber bahan tanaman dalam
membina budidaya serta sekaligus upaya pelestarian sumberdaya genetik jenis gaharu.
Pengadaan bibit gaharu dapat berasal dari biji, anakan cabutan alam, dan stump . Pengunduhan
biji dapat dilakukan dari pohon induk. Anakan alam diperoleh dari hasil cabutan yaitu dengan
cara mengambil bibit cabutan alam yang memiliki tinggi 15-20 cm, daun lebih dari 6 helai, dan
di persemaian akarnya diberi perlakuan hormon tumbuh Rootone-F sebesar 200 ppm dan
dipelihara di persemaian sampai umur 4 bulan. Bibit dengan stump bisa diperoleh dari anakan
alam maupun lewat persemaian dengan membuat potongan stump dengan panjang batang atas 5
cm dan panjang bagian bawah (akar) 10 cm yang diikuti pemotongan akar serabut dan diberi
perlakuan Rootone-F sebesar 200 ppm sebelum ditanam di lapangan. Pengadaan benih gaharu
yang berasal dari biji bisa dilakukan dengan pemungutan buah yang telah masak fisiologis. Buah
masak jenis Gyrinops verstegii (Gig) Domke terbanyak terjadi pada bulan Januari-Februari dan
di luar bulan tersebut gaharu berbuah sangat sedikit. Buah bentuknya bulat lonjong sebesar biji
kacang tanah yang telah dikupas, dengan ukuran tinggi 1 cm dan lebar 0,5 cm. Buah tua
dicirikan kulit berwarna hijau kekuning-kuningan dan cangkang buah belum merekah.
Pemungutan buah dilakukan dengan cara memanjat pohon dan menjatuhkan buah dengan galah
berkait agar buah dapat berjatuhan dan selanjutnya biji dikeluarkan dari buah masak dan segera
didederkan di bedeng tabur, karena biji gaharu tidak tahan lama dalam penyimapanan (bersifat
recasiltran). Setiap buah mengandung 3-4 biji. Dalam 1 kg buah gaharu terdapat 3.000 biji
dengan daya kecambah 65 %. Pemakaian Rootone-F dalam perkecambahan biji dapat
meningkatkan persen kecambah sampai 85 % (Surata, 2004). Selanjutnya penyapihan dilakukan
di bedeng sapih dengan menggunakan polybag 15 cm x 20 cm, media semai tanah : kompos 4 :1.
Persemaian di bedeng sapih dapat menggunakan persemaian permanen ( shade house ) dan
persemaian konvensional. Setelah penyapihan maka dilakukan penyiram setiap hari. Bibit gaharu
memerlukan umur > 6 bulan di persemaian sebelum ditanam di lapangan. Sebelum pemindahan
bibit ke lapangan maka perlu dilakukan pemotongan akar yang tembus polybag dan hardening of
(aklimatisasi) yang dilakukan sebulan sebelum penanaman.
b. Teknik Penanaman
Sesuai dengan sifat fisiologis pohon gaharu yang mempunyai sifat toleran (memerlukan
naungan) pada awal pertumbuhannya ( vegetaif growth ), maka persiapan lahan tanaman perlu
diiringi persiapan pohon penaung. Letak tanaman ditata dalam jalur berjarak 3 atau 6 m yang
dibersihkan secara jalur sekitar 1 m dan pohon atau semak di sekitarnya dibiarkan sebagai
penaung. Jarak tanam dalam jalur 3 m atau 6 m, lubang tanam 30 cm x 30 cm x 30 cm.
Modifikasi jarak tanam ini dapat dilakukan sesuai dengan kondisi tapak setempat jenis pohon
penaung yang sudah ada dengan pengaturan pohon penaung sebesar 50 %. Sebaiknya gaharu
ditanam pada awal musim hujan, agar bibit yang ditanam mempunyai waktu yang cukup panjang
untuk tumbuh dan berkembang, sehingga pada musim kemarau pertama tanaman sudah cukup
kuat untuk menghadapi keadaan cuaca yang kering dan panas di lapangan.
c. Pola Tanam
Pola tanam budidaya gaharu disesuaikan dengan sifat fisiologis tumbuhan inang gaharu
yang memerlukan pohon penaung. Apabila tanaman penghasil gaharu akan ditanam pada
hamparan lahan yang luas dan masih kosong (monokultur), maka jarak tanam dapat dibuat 3 X 3
m, 3 x 4 m, 3 x 5 m, 4 m x 4 m atau 5 m x 5 m. Beberapa teknik alternatif yang dapat
diterapkan antara lain dengan memanfaatkan pohon penaung yang sudah ada (sistem perkayaan
jalur) dan pembutan hutan tanaman dengan menanam pohon penaung jenis cepat tumbuh (pola
hutan campuran), baik pada hutan produksi maupun hutan rakyat. Pola penaung pada hutan
alami (sistem perkayaan) dapat diterapkan dengan membebaskan tajuk pohon penaung yang
sudah ada.
Penggunaan naungan ini menunjukkan bahwa pada musim kemarau pertumbuhan tinggi,
diameter, dan persen tumbuh lebih baik serta warna daun lebih hijau, jumlah daun lebih banyak,
dan kondisi vigor tajuk tanaman lebih sehat; demikian sebaliknya yang dengan tanpa penaung
pertumbuhan tanaman lebih rendah. Penggunaan pohon penaung mempengaruhi iklim mikro
seperti meningkatkan kelembaban udara serta menurunkan intensitas penyinaran, temperatur
udara dan temperatur tanah pada musim kemarau dan hal ini sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan gaharu di daerah kering Nusa Tenggara yang mempunyai iklim kering yang agak
panjang (8 bulan).
d. Pemeliharaan
Pemeliharaan akan sangat menentukan produksi gaharu pada saat tegakan masih muda.
Pemeliharaan terdiri dari pemeliharaan tanaman muda, pemeliharaan tegakan lanjutan, dan
perlindungan tanaman. Pemeliharaan tanaman muda dilakukan sejak bibit ditanam di lapangan
sampai terbentuknya tegakan hutan yaitu pada saat tajuk hutan mulai menutup meliputi
penyulaman, penyiangan, dan pandangiran. Penyulaman dilakukan dua kali yaitu pada tahun
tanam berjalan dan umur satu tahun sampai tercapainya persen tumbuh 80 %. Penyiangan
dilakukan 2 kali setahun atau disesuaikan dengan keadaan pertumbuhan gulma dan pendangiran
dilakukan setahun sekali. Pemeliharaan tegakan lanjutan dilakukan sejak tajuk hutan menutup
dengan pohon penaung sampai tegakan mencapai umur panen gaharu dengan melakukan
pemangkasan dan penjarangan pohon penaung yang ditujukan untuk memberi kesempatan
tumbuh yang sebaik-baiknya pada setiap pohon inang gaharu. Pemeliharaan tegakan juga
dilakukan pada inang gaharu yang terlalu rapat, dilakukan untuk mengurangi terjadinya
persaingan antar pohon dalam rangka meningkatkan kesehatan, kualitas, dan nilai tegakan.
Penjarangan pohon inang gaharu bisa juga didahului dengan mempercepat mengadakan
penularan secara intensif pada pohon yang akan dijarangi selagi pohon masih muda, sehingga
apabila pohon tersebut dipotong hasil penjarangan bisa dimanfaatkan.
Untuk memperoleh pertumbuhan yang optimal, pohon penghasil gaharu perlu ditanam pada
kondisi yang sesuai dengan tempat tumbuhnya di alam. Tempat tumbuh yang cocok untuk
tanaman penghasil gaharu adalah dataran rendah, lereng-lereng bukit sampai ketinggian 750
meter di atas permukaan laut.
e. Pemanenan
Pemanenan gaharu dapat dilakukan minimum 1- 2 tahun setelah proses induksi jamur
pembentuk gaharu Apabila ingin mendapatkan produksi gaharu yang baik dari segi kualitas
maupun kuantitas, maka proses pemanenan dapat dilakukan 2-3 tahun setelah proses induksi
jamur.Teknik pemanenan dan keahlian dalam pemilahan kayu gaharu (Gubal dan kemedangan)
E. Manfaat Gaharu Itu Dalam Kehidupan Sehari-Hari

1. Aktivitas Kebudayaan – Islam, Budha, Hindu


2. Perayaan Keagamaan – Kebanyakan di Negara Islam dan Arab
3. Wangi Parfum – Wanginya Tahan Lama Banyak Diminati di Negara Eropa Seperti Daerah Yves
Saint Laurent, Zeenat dan Amourage
4. Aroma Terapi – Menyegarkan Tubuh, Perayaan dan Undangan
5. Obat & Kesehatan – Biasa Digunakan di Pengobatan Tradisional Khususnya Dinegara China
dan Jepang
6. Koleksi Pribadi – Untuk Ruangan Besar Khusus Eksklusif
7. Kecantikan – Sabun, Shampo Yang Harum Semerbak
8. Untuk pengharum ruangan yang besar
9. Bahan obat-obatan yang memiliki khasiat sebagai anti asmatik, anti mikrobia, dan stimulan kerja
syaraf dan pencernaan
10. Contoh gambar pemanfaatan produk gaharu yang lain
Daun pohon gaharu dari budidaya kayu gaharu dapat dibuat menjadi teh yg membantu
kebugaran tubuh. Manfaat teh dari budidaya kayu gaharu :
 Sebagai anti oksidant
 Baik Tuk pengidap insomnia/sukar tidur karena teh gaharu menekan sistem syaraf pusat
sehingga menimbulkan efek menenangkan
 Sebagai obat anti mabuk
 Membantu merendahkan tahap kolestrol
 Membantu meredakan ketegangan/hiperten si/stress
 Membantu mengurangkan toksik dalam badan
 Mengurangkan kadar tekanan dalam darah dan gula yg tinggi
F. Nilai Ekonomi Pada Pohon Gaharu
Gaharu banyak diperdagangan dengan harga jual yang sangat tinggi terutama untuk gaharu
dari tanaman famili Themeleaceae dengan jenis Aquilaria spp. yang dalam dunia perdangangan
disebut sebagai gaharu beringin. Untuk jenis gaharu dengan nilai jual yang relatif rendah,
biasanya disebut sebagai gaharu buaya. Selain ditentukan dari jenis tanaman penghasilnya,
kualitas gaharu juga ditentukan oleh banyaknya kandungan resin dalam jaringan kayunya.
Semakin tinggi kandungan resin di dalamnya maka harga gaharu tersebut akan semakin mahal
dan begitu pula sebaliknya.
Secara umum perdagangan gaharu digolongkan menjadi tiga kelas besar, yaitu gubal,
kemedangan, dan abu. Gubal merupakan kayu berwarna hitam atau hitam kecoklatan dan
diperoleh dari bagian pohon penghasil gaharu yang memiliki kandungan damar wangi beraroma
kuat. Kemedangan adalah kayu gaharu dengan kandungan damar wangi dan aroma yang lemah
serta memiliki penampakan fisik berwarna kecoklatan sampai abu-abu, memiliki serat kasar, dan
kayu lunak. Kelas terakhir adalah abu gaharu yang merupakan serbuk kayu hasil pengerokan
atau sisa penghancuran kayu gaharu.
Sebab gaharu sangat mahal harganya salah satunya merupakan kebutuhan pokok bagi
masyarakat di negara-negara Timur Tengah yang digunakan sebagai dupa untuk ritual
keagamaan. Masyarakat di Asia Timur juga menggunakannya sebagai hio. Minyak gaharu
merupakan bahan baku yang sangat mahal dan terkenal untuk industri kosmetika seperti parfum,
sabun, lotions, pembersih muka serta obat-obatan seperti obat hepatitis, liver, antialergi, obat
batuk, penenang sakit perut, rhematik, malaria, asma, TBC, kanker, tonikum, dan aroma terapi.
Atas dasar itu, pengembangan gaharu sangat mendukung program pelestarian hutan yang
digalakkan pemerintah. Investasi dibidang gaharu sendiri sebenarnya sangat menguntungkan.
Gaharu bisa dipanen pada usia 5-7 tahun.
Untuk satu hektare gaharu hingga bisa dipanen, memerlukan biaya sebesar Rp 125 juta namun
hasil panen yang didapat mencapai puluhan kali lipat. Budi daya gaharu sangat cocok
dikembangkan dalam meningkatkan hasil hutan non kayu, sementara pasarnya sangat luas dan
tidak terbatas.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
 Gaharu merupakan substansi aromatic berupa gumpalan yang terdapat diantara sel-sel kayu
dengan berbagai bentuk dan warna yang khas, serta memiliki kandungan kadardamar wangi.
 Jenis gaharu yang paling banyak dibudidayakan saat ini yaitu Gaharu Subintegra Gaharu
Crassna, Gaharu Malaccensis
 Proses pembentukan gubal gaharu dihasilkan dari masuknya mikroba ke dalam jaringan yang
terluka dan akhirnya menghasilkan aroma yang harum.
 Manfaat gaharu bermacam-macam yaitu dapat dibuat obat, dijadikan bahan kosmetik atau
kecantikan, dan juga parfum dan untuk perayaan keagamaan.
 Gaharu banyak diperdagangan dengan harga jual yang sangat tinggi terutama untuk gaharu dari
tanaman famili Themeleaceae dengan jenis Aquilaria spp.
B. Saran
Tanaman gaharu banyak memberikan manfaat serta meningkatkan pendapatan masyarakt juga
meningkatkan devisa negara oleh karena itu diharapkan dapat melestarikan plasma nutfah
sumberdaya pohon penghasil gaharu agar keberadanya tetap terjaga.

DAFTAR PUSTAKA
Agusramadhani, 2012. Jual Bibit Gaharu. http://jual-bibit-gaharu-subintegra.blogspot

Com/is proudly powered. Diakses pada 6 september 2013 pukul 10.12 Wita.
Anonim, 2012. Budidaya Gaharu. http://www.budidayagaharu.com/kemitraan/
artikel/72-pengertian-gaharu.html. Diakses pada 6 september 2013 pukul 10.25 Wita.
Jahiruddin, 2009. Gaharu. http;//htysite.com/gaharu.htm. Diakses pada tanggal 6 sepetember 2013
pukul 11.12 Wita.
Kurniawan, Soraya.2008. Jenis-jenis Gaharu. http://files. Word press.com/pdf. Diakses pada
tanggal 6 September 2013 pukul 12.30 Wita.

Suryatmojo. 2004.Pohon Penghasil Gaharu. Hasil Penelitian :Yogyakarta. Diakses pada tanggal 6

September 2013 pukul 09.10 Wita.

Sumarna, yana. 2012. Budidaya pohon jenis gaharu.http://-7-budidaya pohon jenis gaharu.fan.pdf.

Diakses pada tanggal 6 september 2013 pukul 10.10 Wit

Anda mungkin juga menyukai