SALINAN
RANCANGAN
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 35 TAHUN 2019
TENTANG
PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN NOMOR 3 TAHUN 2019 TENTANG PETUNJUK TEKNIS
BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH REGULER
jdih.kemdikbud.go.id
-2-
jdih.kemdikbud.go.id
-3-
jdih.kemdikbud.go.id
-4-
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 3 TAHUN 2019
TENTANG PETUNJUK TEKNIS BANTUAN OPERASIONAL
SEKOLAH REGULER.
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 3 Tahun 2019 tentang Petunjuk Teknis
Bantuan Operasional Sekolah Reguler (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 56) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
18 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 3 Tahun 2019 tentang
Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah Reguler (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 609) diubah
sebagai berikut:
jdih.kemdikbud.go.id
-5-
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Sekolah adalah sekolah dasar, sekolah dasar luar
biasa, sekolah menengah pertama, sekolah menengah
pertama luar biasa, sekolah menengah atas, sekolah
menengah atas luar biasa, atau sekolah menengah
kejuruan.
2. Sekolah Dasar yang selanjutnya disingkat SD adalah
salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang
menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang
pendidikan dasar.
3. Sekolah Dasar Luar Biasa yang selanjutnya disingkat
SDLB adalah salah satu bentuk satuan pendidikan
formal yang menyelenggarakan pendidikan khusus
pada jenjang pendidikan dasar.
4. Sekolah Menengah Pertama yang selanjutnya
disingkat SMP adalah salah satu bentuk satuan
pendidikan formal yang menyelenggarakan
pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar.
5. Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa yang
selanjutnya disingkat SMPLB adalah salah satu
bentuk satuan pendidikan formal yang
menyelenggarakan pendidikan khusus pada jenjang
pendidikan dasar.
6. Sekolah Menengah Atas yang selanjutnya disingkat
SMA adalah salah satu bentuk satuan pendidikan
formal yang menyelenggarakan pendidikan umum
pada jenjang pendidikan menengah.
7. Sekolah Menengah Atas Luar Biasa yang selanjutnya
disingkat SMALB adalah salah satu bentuk satuan
pendidikan formal yang menyelenggarakan
pendidikan khusus pada jenjang pendidikan
Menengah.
jdih.kemdikbud.go.id
-6-
jdih.kemdikbud.go.id
-7-
jdih.kemdikbud.go.id
-8-
jdih.kemdikbud.go.id
-9-
Pasal 7A
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 250/M/2019
tentang Pengadaan Barang dan Jasa di Sekolah yang
jdih.kemdikbud.go.id
- 10 -
Pasal II
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
jdih.kemdikbud.go.id
- 11 -
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 27 September 2019
ttd.
MUHADJIR EFFENDY
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 10 Oktober 2019
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
WIDODO EKATJAHJANA
ttd.
Dian Wahyuni
NIP 196210221988032001
jdih.kemdikbud.go.id
SALINAN
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
NOMOR 35 TAHUN 2019
TENTANG
PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 3 TAHUN 2019
TENTANG PETUNJUK TEKNIS BANTUAN OPERASIONAL
SEKOLAH REGULER
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tujuan
Mekanisme PBJ Sekolah bertujuan untuk:
1. mendorong transparansi PBJ Sekolah dengan penyediaan dan
keterbukaan informasi atas rincian transaksi belanja Pendidikan
yang bisa diakses pihak-pihak pemangku kepentingan;
2. meningkatkan pertanggungjawaban belanja pendidikan, dengan
pencatatan data PBJ Sekolah;
3. melindungi dan memberikan rasa aman bagi pelaku dan penanggung
jawab atas PBJ Sekolah;
4. memperbaiki kualitas PBJ Sekolah melalui penyediaan data yang
valid untuk keperluan perencanaan, penganggaran, dan
pengendalian realisasi anggaran;
5. mengurangi potensi dan ruang untuk kecurangan dan
penyalahgunaan kewenangan dalam melaksanakan PBJ Sekolah; dan
6. mempermudah dan menyederhanakan kewajiban pelaporan oleh
Sekolah, sehingga beban administrasi Sekolah bisa dikurangi.
jdih.kemdikbud.go.id
-2-
BAB II
PELAKSANA PENGADAAN BARANG/JASA SEKOLAH
jdih.kemdikbud.go.id
-3-
jdih.kemdikbud.go.id
-4-
5. Penyedia
Penyedia memiliki kewenangan dan tanggung jawab sebagai berikut:
a. mengajukan penawaran PBJ Sekolah;
b. melakukan pendaftaran sebagai Penyedia;
c. menyetujui atau menolak pembelian dan/atau negosiasi;
d. memonitor status perkembangan kemajuan pelaksanaan PBJ
Sekolah; dan
e. menyerahkan hasil PBJ Sekolah.
jdih.kemdikbud.go.id
-5-
BAB III
TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI SEKOLAH
A. Umum
1. PBJ Sekolah bisa dilaksanakan secara daring atau luring;
2. PBJ Sekolah secara daring, dilakukan melalui SIPlah; dan
3. apabila terdapat ketentuan pengadaan barang/pekerjaan
konstruksi/jasa lainnya yang mewajibkan pembelian secara elektronik
(e-purchasing), maka pengadaan barang/pekerjaan kontruksi/jasa
lainnya di Sekolah dilakukan melalui sistem katalog elektronik.
B. Persiapan
1. Spesifikasi Teknis
a. Kepala Sekolah wajib menetapkan spesifikasi teknis untuk nilai
pengadaan di atas Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah); dan
b. penetapan spesifikasi teknis mengacu pada RKAS.
Kepala sekolah dapat menetapkan tim dan/atau tenaga ahli yang
bertugas memberi masukan dalam penyusunan spesifikasi teknis.
2. Harga Perkiraan
Kepala sekolah menetapkan harga perkiraan dengan tujuan untuk
menilai kewajaran harga. Data dan/atau informasi yang dapat
digunakan untuk penetapan harga perkiraan antara lain:
a. harga pasar setempat, yaitu harga barang/jasa di lokasi
barang/jasa diproduksi/diserahkan/dilaksanakan, menjelang
pelaksanaan PBJ Sekolah;
b. informasi yang dipublikasikan oleh instansi resmi pemerintah
dan/atau asosiasi;
c. perbandingan dengan biaya/harga satuan barang/jasa sejenis
dengan kontrak yang pernah atau sedang dilaksanakan;
dan/atau
d. informasi lain yang dapat dipertangungjawabkan.
Penetapan harga perkiraan dikecualikan untuk nilai pengadaan barang/
jasa sekolah paling banyak Rp10,000,000 (sepuluh juta rupiah) dan/atau
pengadaan barang/jasa dengan tarif resmi/ harga pasar.
Kepala sekolah dapat menetapkan tim dan/atau tenaga ahli yang bertugas
memberi masukan dalam penyusunan harga perkiraan.
jdih.kemdikbud.go.id
-6-
C. Pelaksanaan Pemilihan
1. Penyedia
Penyedia memiliki ketentuan sebagai berikut:
a. diutamakan pelaku usaha mikro atau kecil; dan
b. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;
2. Tata cara pemilihan
a. Kepala Sekolah atau Bendahara BOS Reguler melakukan
pembelian langsung kepada Penyedia untuk PBJ Sekolah dengan
nilai paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
b. PBJ Sekolah dengan nilai lebih besar dari Rp50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) sampai dengan nilai paling banyak
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah):
1) kepala Sekolah mengundang minimal 2 (dua) Pelaku Usaha
untuk mengajukan penawaran sesuai dengan spesifikasi
teknis yang ditetapkan;
2) kepala Sekolah melakukan pemilihan dan negosiasi dengan
calon Penyedia. Apabila hanya terdapat 1 (satu) Pelaku
Usaha yang mengajukan penawaran, maka kepala Sekolah
langsung melakukan negosiasi;
3) kepala Sekolah menetapkan Penyedia. Apabila kepala
Sekolah tidak menetapkan Penyedia, maka kepala Sekolah
melakukan kembali proses pemilihan dan negosiasi; dan
4) kepala Sekolah menandatangani Surat Perintah Kerja (SPK)
setelah kepala Sekolah menetapkan Penyedia.
c. PBJ Sekolah dengan nilai lebih besar dari Rp200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah), maka PBJ Sekolah dilaksanakan melalui
UKPBJ, dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Kepala Sekolah menyusun spesifikasi teknis atau Kerangka
Acuan Kerja (KAK);
2) Kepala Sekolah menetapkan harga perkiraan;
3) Kepala Sekolah melalui dinas pendidikan mengajukan surat
permohonan kepada UKPBJ terdekat;
4) dalam hal kepala Sekolah menyetujui penetapan pemenang
oleh UKPBJ, kepala Sekolah melaksanakan kontrak dengan
pemenang;
jdih.kemdikbud.go.id
-7-
D. Serah Terima
Serah terima PBJ Sekolah dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. setelah pekerjaan selesai 100% (seratus persen) sesuai dengan
ketentuan yang tertuang dalam spesifikasi teknis, KAK, atau
kontrak/perjanjian. Penyedia mengajukan permintaan secara tertulis
kepada Bendahara BOS Reguler untuk penyerahan hasil PBJ Sekolah;
2. sebelum pelaksanaan serah terima, Bendahara BOS Reguler
melakukan pemeriksaan atas hasil PBJ Sekolah. Dalam pelaksanaan
pemeriksaan hasil PBJ Sekolah, Bendahara BOS Reguler dapat
dibantu oleh tenaga administrasi Sekolah dan/atau guru;
3. Bendahara BOS Reguler dan Penyedia menandatangani BAST, apabila
pekerjaan telah sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam dalam
spesifikasi teknis, KAK, atau kontrak/perjanjian. Dalam hal nilai
pengadaan paling banyak Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah),
BAST dapat digantikan bukti pembelian;
4. Bendahara BOS Reguler meminta Penyedia untuk memperbaiki
dan/atau melengkapi kekurangan PBJ Sekolah dalam jangka waktu
yang disepakati, apabila pekerjaan tidak sesuai dengan ketentuan
yang tertuang dalam kontrak/perjanjian;
5. Penyedia dikenakan denda 1/1000 (satu permil) per hari
keterlambatan, apabila Penyedia tidak memperbaiki dan/atau
melengkapi kekurangan pekerjaan dalam jangka waktu yang
disepakati dalam kontrak/perjanjian; dan
6. Bendahara BOS Reguler menyerahkan hasil PBJ Sekolah kepada
kepala Sekolah, setelah penandatanganan BAST.
E. Bukti
Bukti PBJ Sekolah merupakan surat pertangungjawaban dalam PBJ
Sekolah, dengan ketentuan sebagai berikut:
1. bukti pembelian seperti faktur, nota, dan bukti pembelian lain untuk
pengadaan dengan nilai paling banyak Rp10.000.000,00 (sepuluh juta
rupiah);
jdih.kemdikbud.go.id
-8-
F. Pembayaran
Pembayaran atas pelaksanaan PBJ Sekolah dianjurkan untuk
dilaksanakan secara nontunai sejalan dengan arah kebijakan Kementerian
dalam penguatan tata kelola keuangan pendidikan.
jdih.kemdikbud.go.id
-9-
BAB IV
SISTEM INFORMASI PENGADAAN BARANG/JASA DI SEKOLAH
A. Umum
SIPLah digunakan untuk pengadaan barang/jasa yang dananya bersumber
dari dana BOS dan/atau dana lain yang ketentuan pengadaannya
dilakukan secara daring melalui SIPLah dengan penetapan oleh pejabat
sesuai kewenanganya.
1. Jenis Barang/Jasa melalui SIPLah terdiri dari:
a. Barang/Jasa umum; dan
b. Barang/Jasa yang dinilai strategis.
2. Pencantuman dan nilai transaksi barang/jasa melalui SIPLah
dilakukan dengan metode sebagai berikut:
a. untuk Barang/Jasa umum dilakukan dengan ketentuan:
1) pencantuman dilakukan tanpa proses pemilihan sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan; dan
2) pengadaan dengan nilai transaksi paling banyak sebesar
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah);
b. untuk Barang/Jasa yang dinilai strategis dengan ketentuan:
1) pencantuman dilakukan dengan proses pemilihan; dan
2) pengadaan dengan nilai transaksi paling banyak sebesar
Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah).
3. Kriteria Barang/Jasa yang dinilai strategis sebagai berikut:
a. memiliki pengaruh yang besar/signifikan terhadap pencapaian
sasaran pembangunan nasional dan/atau indikator kinerja
utama Kementerian;
b. memerlukan penilaian kualifikasi teknis dan harga;
c. berpengaruh terhadap reputasi pemerintah atau Kementerian;
dan/atau
d. memerlukan tingkat ketersediaan yang memadai.
Barang/jasa yang dinilai strategis tersebut ditetapkan oleh Sekretaris
Jenderal Kementerian.
jdih.kemdikbud.go.id
- 10 -
jdih.kemdikbud.go.id
- 11 -
jdih.kemdikbud.go.id
- 12 -
jdih.kemdikbud.go.id
- 13 -
jdih.kemdikbud.go.id
- 14 -
jdih.kemdikbud.go.id
- 15 -
BAB V
AUDIT DAN EVALUASI
A. Audit
Audit terhadap pelaksanaan PBJ Sekolah dilakukan dengan ketentuan
sebagai berikut:
1. audit atas pelaksanaan PBJ Sekolah dilakukan oleh aparat pengawas
internal pemerintah. Aparat pengawas internal pemerintah merupakan
Inspektorat Jenderal Kementerian, unit pengawasan lembaga
pemerintah nonkementerian, inspektorat provinsi, dan inspektorat
kabupaten/kota; dan
2. pelaksanaan audit dilakukan melalui sistem, analisa data, tatap muka,
pengujian, dan/atau metode audit lain sesuai dengan praktik audit
dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
B. Evaluasi
Evaluasi PBJ Sekolah dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. evaluasi terhadap pelaksanaan PBJ Sekolah dilakukan paling sedikit
satu kali dalam satu tahun;
2. evaluasi PBJ Sekolah dapat dilaksanakan sewaktu - waktu apabila
diperlukan; dan
3. hasil evaluasi disampaikan kepada Menteri melalui Sekretaris
Jenderal Kementerian.
ttd.
MUHADJIR EFFENDY
Salinan sesuai dengan aslinya,
Kepala Biro Hukum dan Organisasi
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan,
ttd.
Dian Wahyuni
NIP 196210221988032001
jdih.kemdikbud.go.id