Anda di halaman 1dari 35

BAB II

KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN
KABUPATEN MAMUJU UTARA

A. KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI BARAT


1. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Daerah Provinsi Sulawesi

Barat
Tujuan penataan ruang wilayah Provinsi Sulawesi Barat adalah untuk
mewujudkan tatanan ruang wilayah provinsi yang produktif dan berwawasan
lingkungan, yang mendukung pemenuhan hak-hak dasar dan peningkatan taraf
hidup masyarakat secara berkelanjutan, serta berbasis pada perkebunan,
pertambangan, pertanian, perikanan, pariwisata dan pendidikan. Berdasarkan tujuan
tersebut maka sasaran penataan ruang wilayah Provinsi Sulawesi Barat antara lain:
a. Terkendalinya pemanfaatan ruang lintas kabupaten di wilayah
Provinsi Sulawesi Barat baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun
oleh masyarakat dan swasta.
b. Terciptanya keserasian antara kawasan lindung dan kawasan
budidaya lintas kabupaten.
c. Tersusunnya arahan pengembangan sistem pusat-pusat
permukiman perkotaan dan perdesaan dalam sistem struktur ruang
provinsi.
d. Tersusunnya arahan pengembangan sistem prasarana wilayah
provinsi
e. Terkoordinasinya pembangunan antar wilayah dan antar
sektor pembangunan
2. Struktur Ruang, Pola Ruang dan Kawasan Strategis Provinsi

Sulawesi Barat
Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah dilakukan dalam
pengembangan struktur ruang, pola ruang dan pengembangan kawasan strategis
wilayah agar tujuan penataan ruang wilayah provinsi tercapai.
a. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang
Kebijakan pengembangan struktur ruang Provinsi Sulawesi Barat adalah
peningkataan akses pelayanan perkotaan dan pusat-pusat pertumbuhan
ekonomi wilayah berbasis keunggulan lokal yang merata, hierarkis dan
sinergis. Berdasarkan kebijakan tersebut kemudian dijabarkan kedalam
strategi peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan
ekonomi wilayah, sebagai berikut:
 Mempromosikan Pusat Kegiatan Nasional (PKNp) Mamuju (ibukota
Kabupaten Mamuju) – Tampapadang - Belang Belang (MATABE) yang
potensil berfungsi sebagai pusat kegiatan terpadu kepelabuhanan,
kebandarudaraan, industri, perdagangan, pergudangan dan peti kemas,
Pusat-Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Majene (ibukota Kabupaten
Majene) sebagai kota pendidikan, Pasangkayu (ibukota Kabupaten
Mamuju Utara) dan mempromosikan Polewali (ibukota Kabupaten
Polewali Mandar) sebagai PKWp yang potensil dikembangkan menjadi
agropolitan, Pusat-Pusat Kegiatan Lokal (PKL) meliputi Mamasa (ibukota
Kabupaten Mamasa), Tobadak (Ibukota Kabupaten Mamuju Tengah),
Wonomulyo sebagai sentra lumbung beras, dan Topoyo yang
dikembangkan sebagai Kota Terpadu Mandiri;
 meningkatkan sinergitas antar kawasan perkotaan baik PKNp MATABE,
PKWp yang meliputi Majene Pasangkayu dan Polewali, PKL yang meliputi
Mamasa, Tobadak, Wonomulyo, dan Topoyo;
 mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan, khususnya daerah
pantai dan daerah irigasi teknis; dan
 mendorong kawasan perkotaan dan pusat-pusat pertumbuhan agar lebih
produktif, kompetitif dan lebih livable untuk hidup dan berkehidupan
secara berkelanjutan, serta lebih efektif dalam mendorong pengembangan
wilayah sekitarnya, termasuk PKNp, PKWp dan PKL.
b. Kebijakan dan Strategi Pola Ruang
Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang meliputi:
 Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung;
 Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi sistem ekologi
wilayah (ecoregion) termasuk ekohidrolika DAS; dan
 Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat
menimbulkan kerusakan lingkungan hidup terutama sektor kehutanan

 Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budidaya


 Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar
kegiatan budidaya; dan
 Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui
daya dukung dan daya tampung lingkungan.
 Strategi untuk mewujudkan, peningkatan keterpaduan serta keterkaitan
antar kegiatan budidaya meliputi:
 Menetapkan kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis provinsi
untuk memanfaatkan sumberdaya alam di ruang darat, laut dan udara,
termasuk ruang di dalam bumi secara sinergis untuk mewujudkan
keseimbangan pemanfaatan ruang wilayah;
 Mengembangkan kegiatan budidaya unggulan di dalam kawasan
beserta prasarana secara sinergis dan berkelanjutan untuk mendorong
pengembangan perekonomian kawasan
 Mengembangkan dan melestarikan kawasan budidaya pertanian
pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan provinsi sebagai
pendukung fungsi Sulawesi Barat sebagai lahan pangan berkelanjutan;
 Mendukung kegiatan pengelolaan sumberdaya kelautan yang bernilai
ekonomi tinggi di Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI), Zona Ekonomi
Ekslusif Indonesia atau landasan kontinental untuk meningkatkan
perekonomian nasional;
 Strategi untuk mengendalikan perkembangkan kegiatan budidaya agar
tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan, diwujudkan
untuk menumbuhkembangkan agropolitan yang memadukan agroindustri,
agrobisnis, agroedukasi serta model rumah kebun di klaster sentra-sentra
produksi komoditas pertanian unggulan;
c. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Strategi
Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis Provinsi
Sulawesi Barat meliputi beberapa sudut kepentingan sebagai berikut:
 Kebijakan pengembangan kawasan strategis Provinsi Sulawesi Barat dari
sudut pandang kepentingan pertumbuhan ekonomi meliputi:
 mengembangkan produktifitas sentra-sentra produksi pertanian,
perikanan, serta agro industri dan agribisnis;
 Membangun prasarana wilayah pendukung kegiatan produktif.
 mengembangkan dan meningkatkan fungsi kawasan dalam
pengembangan perekonomian Provinsi yang produktif, efisien, dan
mampu bermitra sejajar dalam perekonomian nasional atau
internasional;
 mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumberdaya
alam dan kegiatan budidaya unggulan sebagai penggerak utama
pengembangan wilayah;
 menciptakan iklim yang kondusif bagi investasi yang mendukung
peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal dan pelestarian
lingkungan;
 mengelola dampak negatif kegiatan budidaya agar tidak menurunkan
kualitas sosial ekonomi budaya masyarakat dan lingkungan hidup
kawasan;
 meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan
ekonomi.
 strategis pengembangan kawasan kepentingan pertumbuhan ekonomi
terkait peningkatan produktifitas sentra-sentra produksi pertanian,
perkebunan, agroindustri dan agrobisnis meliputi:
 mengembangkan dan meningkatkan fungsi kawasan dalam
pengembangan perekonomian provinsi yang produktif, efisien, dan
mampu bersaing dalam perekonomian nasional atau internasional;
 mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumberdaya
alam dan kegiatan budidaya unggulan sebagai penggerak utama
pengembangan wilayah;
 menciptakan iklim yang kondusif bagi investasi yang mendukung
peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal;
 mengelola dampak negatif kegiatan budidaya agar tidak menurunkan
kualitas sosial ekonomi budaya masyarakat dan lingkungan hidup
kawasan
 mengembangkan kawasan pertanian berkelanjutan berupa sawah
irigasi teknis di Kabupaten Mamuju Utara, sawah irigasi teknis di
Kabupaten Mamuju, Kabupaten Mamuju Tengah terutama di KTM
Topoyo, Kabupaten Polewali Mandaryang dipaduselaraskan dengan
perencanaan dan manajemen DAS terutama S. Kaluku, S. Karosa, S.
Budong-Budong, S. Karama, S. Babalang, S. Tomo dan S. Lariang
untuk wilayah Kabupaten Mamuju Utara, Mamuju Tengah, dan
Mamuju, serta S. Sa’dang, S. Maloso, S. Mandar dan S. Mapili untuk
wilayah Kabupaten Polewali Mandar;
 Pengembangan kawasan-kawasan perkebunan kelapa sawit di
Kabupaten Mamuju Utara, Mamuju Tengah, dan Mamuju, perkebunana
kakao di seluruh wilayah Provinsi Sulbar, perkebunan jeruk Limau
China di kabupaten Mamuju Utara dan Mamuju Tengah, perkebunan
kelapa dalam di sepanjang pesisir selat Makassar kecuali kawasan
perkotaan, perkebunan kopi, teh dan hortikulura di Kabupaten
Mamasa;
 Mengembangkan kawasan terpadu pelabuhan, industri, pergudangan
dan perdagangan Belang-Belang sebagai outlet dan pintu masuk
komoditi dari dan ke seluruh wilayah Sulbar serta wilayah perbatasan
provinsi tetangga.
 Strategi pengembangan kawasan strategis kepentingan pertumbuhan
ekonomi terkait pembangunan prasarana wilayah pendukung kegiatan
produktif meliputi:
 meningkatkan prasarana jalan untuk angkutan komoditi dari sentra –
sentra produksi serta angkutan sarana produksi seperti pupuk,
peralatan pertanian dan sebagainya ke sentra – sentra produksi;
 mengembangkan kawasan industri pengolahan komoditi dan
pergudangan;
 mengembangkan prasarana wilayah lainnya seperti irigasi, jaringan
listrik, telekomunikasi, air bersih dan sebagainya, sebagai pendukung
kegiatan usaha pertanian hulu – hilir.
B. KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN KABUPATEN MAMUJU UTARA
1. Visi Kabupaten Mamuju Utara
Keadaan ideal yang ingin diwujudkan Kabupaten Mamuju Utara dalam visi
pembangunan 2005-2025 adalah “Terwujudnya Mamuju Utara sebagai Daerah
Agropolitan yang Berbasis pada Keragaman dan Kemandirian”. Visi pembangunan
mengandung makna sebagai berikut.
a. Keragaman adalah potensi sosial budaya dan sumberdaya alam yang dimiliki
Kabupaten Mamuju Utara yang pengelolaannya akan menjadi cara (means)
untuk mewujudkan tujuan yang lebih jauh yakni perwujudan daerah
agropolitan. Poinnya disini adalah penghargaan terhadap keragaman
sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang dijadikan potensi dalam
mewujudkan daerah agropolitan dan kemandirian.
b. Kemandirian yang dimaksud disini adalah kemandirian internal yang
mencakup tatanan lokal pemerintahan, pelaku swasta dan masyarakat
sipil/komunitas untuk mengelola dan memanfaatkan sumberdaya lokal secara
berkelanjutan. Sedangkan kemandirian eksternal mencakup tatanan
pemerintahan, swasta dan komunitas di luar dari tatanan lokal yang ditandai
dengan interkoneksitas antar tatanan untuk mengelola dan memanfaatkan
sumberdaya eksternal secara berkesinambungan dan saling menguntungkan,
seperti menjalin kerjasama dan mendatangkan investor yang dapat
membantu percepatan pembangunan daerah. Jadi kemandirian internal dan
eksternal adalah saling terkait satu dengan yang lainnya serta tidak dapat
terpisahkan. Sehingga kemandirian yang ingin dicapai adalah kemandirian
wilayah dan kemandirian pelaku pembangunan.
c. Agropolitan sebagai tujuan akhir pembangunan yang berhorizon waktu 20
(dua puluh) tahun, adalah mewujudkan Mamuju Utara sebagai kota pertanian
yang tumbuh dan berkembang dan mampu memacu berkembangnya sistem
dan usaha agribisnis sehingga dapat melayani, mendorong, menarik, dan
menghela kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya.
Dari sisi kawasan agropolitan terdiri dari kota pertanian dan desa-desa sentra
produksi pertanian yang ada disekitarnya dengan batasan yang tidak
ditentukan oleh batasan administrasi pemerintahan, tetapi lebih ditentukan
oleh keadaan alam dengan memperhatikan skala ekonomi yang ada. Dengan
kata lain kawasan agropolitan adalah kawasan agribisnis yang memiliki
fasilitas perkotaan. Sedangkan dari sisi pengembangan kawasan, agropolitan
adalah pembangunan ekonomi berbasis pertanian di kawasan agribisnis,
yang dirancang dan dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai
potensi yang ada untuk mendorong berkembangnya sistem dan usaha
agribisnis yang berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan
terdesentralisasi, yang digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh
pemerintah.
2. Misi Kabupaten Mamuju Utara
Sebagai tindak lanjut dari pernyataan visi yang dijelaskan di atas, maka
dirumuskan misi yang harus diemban atau dilaksanakan oleh Kabupaten Mamuju
Utara, agar rencana pembangunan Kabupaten Mamuju Utara dapat terlaksana
dengan baik dan tujuan pembangunan dapat tercapai. Untuk mewujudkan visi
Kabupaten Mamuju Utara maka ditetapkan misi sebagai berikut
a. Mewujudkan SDM Berkapasitas Unggul dan Berdaya Saing Tinggi,
didefinisikan sebagai upaya memperkuat/membentuk SDM yang berkualitas
dan berdaya saing tinggi serta berkemampuan menguasai ilmu
pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang mendukung
keunggulan, dengan berbasis pada nilai-nilai keragaman yang hidup dan
berkembang di masyarakat.
b. Mewujudkan Kemandirian Pemerintah dan Masyarakat dalam
Pembangunan Daerah, dengan pengertian mensinergikan kemampuan dan
kekuatan pemerintah dan masyarakat dalam mengelola sumberdaya dan
peluang yang berasal dari potensi daerah sendiri maupun dari luar
(interkoneksitas antar komponen) untuk mewujudkan tatanan masa depan
masyarakat dan pemerintahan yang mandiri. Kemandirian pemerintah
tercermin dari upaya optimalisasi manajemen keuangan daerah, optimalisasi
sumber-sumber pembiayaan pembangunan, dan optimalisasi pengelolaan
sumber daya alam dengan prinsip pembangunan yang mandiri, berwawasan
lingkungan dan berkelanjutan. Sedangkan kemampuan diri masyarakat
tercermin dari adanya kemampuan masyarakat beradaptasi dengan
berbagai pihak untuk mengelola sumber daya yang dimilikinya .
c. Mewujudkan Kemajuan Daerah yang Berbasis Agrosistem, dimaksudkan
sebagai upaya membangun/memperkuat struktur perekonomian daerah
yang berbasis pertanian dalam arti luas dengan memanfaatkan keunggulan
kompetitif dan komparatif melalui pembangunan sistem produksi, pasca
panen, distribusi dan pemasaran. Selain itu diupayakan perwujudan
pembangunan SDM yang berkualitas melalui penguasaan dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan berpijak pada nilai
agama dan budaya serta keragaman yang dimiliki Mamuju Utara serta
mengembangkan interkoneksitas antar komponen internal dan eksternal
untuk terbentuknya tatanan yang dapat mendorong kearah kemandirian
wilayah dan kemadirian pelaku pembangunan.

3. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan kabupaten Mamuju

Utara

a. Rencana Program Jangka Panjang Daerah (RPJPD)

Kabupaten Mamuju Utara.

 Mewujudkan Kapasitas Sumberdaya Manusia Yang Memiliki Daya


Saing Tinggi.
Peningkatan kapasitas sumberdaya manusia diwujudkan dengan
cara menuntut kemampuan pembangunan manusia dalam meningkatkan
akses masyarakat atas pendidikan dan kesehatan yang layak, yang
selanjutnya mengkondisikan akses dan pemanfaatan ilmu-pengetahuan
dan teknologi dalam meningkatkan daya saing SDM dan daerah, serta
mendorong apresiasi nilai-nilai yang berbasis pada keragaman masyarakat
Mamuju Utara secara sosial-budaya. Maka arah pembangunan jangka
panjang Kabupaten Mamuju Utara dirumuskan sebagai berikut :
 Pembangunan pendidikan
 Pembangunan kesehatan
 Pengelolaan kependudukan
 Pengembangan IPTEK
 Mewujudkan Kemandirian Pemerintah Dan Masyarakat Dalam
Pembangunan Daerah
Terciptanya kemandirian pemerintah dan masyarakat dalam
pembangunan daerah merupakan suatu kondisi yang dicita-citakan guna
membentuk sebuah daerah yang kuat dalam mengelola sumberdaya yang
dimiliki untuk mencapai. tingkat kesejahteraan masyarakat yang tinggi
dalam jangka panjang. Kondisi tersebut menuntut berfungsinya
kelembagaan pemerintah dan kelembagaan masyarakat secara optimal
dalam berkontribusi bagi akselerasi pembangunan daerah. Penguatan
kelembagaan pemerintah dan kelembagaan masyarakat sehingga masing-
masing mampu mengatasi permasalahan pembangunan dengan
memanfaatkan sumberdaya yang ada merupakan dimensi pertama dari
perwujudan kemandirian dimaksud. Sedangkan dimensi lainnya adalah
pengembangan interkoneksitas diantara kelembagaan pemerintah dan
kelembagaan masyarakat tersebut, sehingga terlahirkan
kekuatan/sumberdaya baru sebagai hasil sinergi antara keduanya, dan
dengan itu pembangunan akan terjamin keberlanjutannya, merupakan
dimensi kedua dari kemandirian dimaksud.
Guna mencapai kondisi di atas, maka arah pembangunan jangka
panjang Kabupaten Mamuju Utara sebagai berikut:
 Penataan organisasi pemerintah
 Pengembangan sumberdaya aparatur
 Penataan sistem nilai dan norma pemerintahan
 Pengelolaan keuangan daerah
 Penguatan kelembagaan masyarakat
 Pembangunan kesejahteraan sosial
 Pembangunan politik dan kesatuan bangsa
 Mewujudkan Daya Saing Daerah Yang Berbasis Agrosistem
Terciptanya daya saing daerah yang tinggi dan berbasis agrosistem
di Kabupaten Mamuju Utara, diperlukan untuk mendorong pertumbuhan
dan pemerataan pembangunan, baik aspek kewilayahan maupun aspek
kegiatan usaha masyarakatnya. Hal tersebut menuntut pembangunan
ekonomi daerah yang optimal mengelola sumberdaya alam untuk
menghasilkan produktivitas dan nilai tambah. Selain itu, pembangunan
wilayah yang memungkinkan tersedianya sarana, prasarana dan fasilitas
untuk mendukung aktivitas ekonomi juga harus menjadi perhatian. Kedua
pilar ini, yakni pembangunan ekonomi dan pembangunan wilayah,
diarahkan untuk mewujudkan Mamuju Utara sebagai daerah agropolitan.
Untuk mencapai sasaran tersebut, maka arah pembangunan jangka
panjang Kabupaten Mamuju Utara dirumuskan sebagai berikut:
 Pembangunan wilayah
 Pembangunan sarana dan prasarana wilayah
 Pengembangan struktur ekonomi daerah
 Pengembangan pelaku ekonomi daerah
 Pembangunan pertanian
 Pembangunan industri dan perdagangan
 Pembangunan perhubungan
 Pembangunan Koperasi, Usaha Kecil dan Usaha Menengah (UKM)
 Pembangunan ketenagakerjaan
 Pembangunan lingkungan hidup
b. Rencana Program Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Kabupaten Mamuju Utara


Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan dalam
rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah
kebijakan pembangunan jangka menengah daerah meliputi:
 Meningkatkan Kuantitas dan Kualitas Layanan Pendidikan, arah
kebijakan ini adalah bagaimana memastikan bahwa semua anak yang
berada pada usia sekolah benar-benarmemperoleh pendidikan secara
layak. Kebijakan ini bertumpu pada dua upaya penting, yaitu, bagaimana
“memaksa” anakanak yang tidak bersekolah untuk memasuki sekolah
dan bagaimana agar anak-anak yang sudah bersekolah tidak
“meninggalkan” bangku sekolah. Untuk mendukung upaya ini,
pemerintah daerah harus lebih mengintensifkan berbagai program
layanan pendidikan, subsidi dan bantuan dana pendidikan untuk
keluarga kurang mampu, membangun sarana dan prasarana sekolah
hingga ke pelosok-pelosok desa, memperbaiki kualitas proses belajar-
mengajar, dan sebagainya. Keberhasilan kebijakan ini akan berdampak
besar terhadap peningkatan kualitas pembangunan manusia.
 Meningkatkan akses dan pemerataan kesehatan dan keluarga
berencana, Arah kebijakan ini bagaimana memastikan bahwa semua
orang tanpa kecuali bisa memperoleh layanan kesehatan secara mudah,
cepat, dan terjangkau pada saat membutuhkannya. Untuk mendukung
upaya ini, pemerintah daerah harus lebih mengintensifkan berbagai
program layanan kesehatan, subsidi dan bantuan kesehatan bagi
keluarga kurang mampu, membangun sarana dan prasarana kesehatan
hingga ke pelosok-pelosok desa, memperbaiki manajemen layanan
kesehatan, dan sebagainya. Keberhasilan kebijakan ini, seperti halnya
layanan pendidikan, akan berdampak besar terhadap peningkatan
kualitas pembangunan manusia.
 Meningkatkan Pendapatan atau Pengeluaran Perkapita, Kebijakan ini
akan diorientasikan pada pengembangan aktivitas ekonomi masyarakat
terutama skala usaha mikro, kecil, dan industri rumah tangga. Kebijakan
Pemerintah Daerah diarahkan pada pemberian kemudahan perizinan,
meningkatkan akses terhadap sumber-sumber pembiayaan,
menyediakan bimbingan teknis dalam pengelolaan usaha, peningkatan
kualitas produk, dan pengembangan teknologi, serta menfasilitasi
kerjasama kemitraan usaha dengan pihak swasta atau pelaku usaha
skala besar..
 Menurunkan Angka Kemiskinan, Kebijakan ini akan diarahkan pada
upaya menurunkan jumlah dan persentase penduduk miskin. Sedikitnya,
ada dua skema kebijakan yang akan diimpelementasikan, yaitu,
pertama, menurunkan atau memperkecil beban pengeluaran penduduk
miskin. Skema ini muncul dalam bentuk bantuan sosial (misalnya, BLT,
Raskin, dan berbagai bentuk transfer. lainnya), bantuan biaya
pendidikan dan kesehatan, dan pemberian subsidi (misalnya, pupuk dan
sarana produksi lainnya). Kedua, meningkatkan produktivitas dan
pendapatan penduduk miskin. Skema ini muncul terutama dalam bentuk
pembangunan infrastruktur perdesaan (misalnya irigasi, pasar, jalan
desa, dsb), penyediaan skim bantuan modal usaha, pelatihan
keterampilan, program padat karya perdesaan, dll.
 Meningkatkan Sarana dan Prasarana Wilayah, Kebijakan ini
difokuskan pada upaya menarik investasi, terutama dari luar daerah,
baik dalam bentuk PMDN maupun PMA. Agar upaya ini dapat berhasil,
maka pada tahap awal akan diidentikasi berbagai potensi investasi
daerah, terutama di sektor pertambangan, pertanian, perkebunan, dan
perikanan, melakukan penataan regulasi dan perizinan yang pro-
investasi, memperbaiki iklim investasi dan meningkatkan realisasi
investasi melalui pemberian kepastian hukum, keamanan, kemudahan
perizinan, dan penyediaan berbagai insentif lainnya, serta meningkatkan
promosi dan kerjasama investasi, baik dengan pelaku usaha dalam
negeri maupun dengan pihak asing.
 Mengembangan Komoditas Unggulan Daerah, Kebijakan ini akan
difokuskan pada upaya peningkatan kuantitas, kualitas, dan
produktivitas komoditas unggulan daerah. Untuk mendukung upaya ini,
pemerintah daerah akan memberikan dukungan berupa peningkatan
infrastruktur pertanian dan perdesaan, pengembangan teknologi
pertanian tepat guna; peningkatan akses petani terhadap sarana
produksi pertanian dan permodalan, penguatan kelembagaan petani,
pengembangan manajemen usaha tani dan sistem pemasaran,
peningkatan kegiatan pasca panen dan pengolahan hasil, dan
pengembangan jaringan kemitraan dengan berbagai stakeholder.
 Meningkatkan Pelayanan Publik, Kebijakan ini akan diarahkan pada
penyediaan layanan publik, terutama layanan yang terkait dengan
perbaikan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), pencapaian Tujuan
Pembangunan Millenium (MDGs), dan pemenuhan hak-hak dasar
masyarakat. Dengan demikian, kebijakan ini mensinergikan berbagai
bentuk layanan publik, mulai layanan yang terkait dengan dimensi
ekonomi, dimensi sosial, hingga dimensi lingkungan untuk menuju
kehidupan masyarakat yang lebih berkualitas.
 Memperkuat Kelembagaan Pemerintahan Daerah, Kebijakan ini
difokuskan pada penataan organisasi perangkat daerah sesuai dengan
arahan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah. Kebijakan ini disertai dengan upaya penyegaran
organisasi perangkat daerah melalui penempatan SDM-aparat sesuai
dengan kompetensi, kemampuan, dan kapasitasnya. Agar kebijakan ini
dapat berjalan efektif, maka diterapkan pakta integritas dan kontrak
kinerja dengan seluruh organisasi perangkat daerah dan pejabat
pemerintahan daerah, membangun kerangka koordinasi antar SKPD
guna mewujudkan efektifitas pelaksanaan program-program prioritas
daerah, merumuskan format komunikasi yang lebih efisien, efektif,
produktif, dan konstruktif dengan legislatif (DPRD) dalam rangka
merumuskan kebijakan dan program pembangunan daerah, dan
mengembangkan mekanisme konsultasi publik yang memungkinkan
masyarakat ikut berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan
daerah, perumusan kebijakan publik, dan tata-kelola pemerintahan
daerah.
Program Pembangunan daerah
Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan jangka
menengah daerah, maka dirumuskan langkah operasional ke dalam
kebijakan umum dan program pembangunan daerah, kaitannya dengan
penyusunan penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi
Sudut Kepentingan Ekonomi pada Kawasan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan adalah pada akselerasi kebijakan yang saling terintegrasi
guna tercapainya penataan ruang yang komprehensif, berikut ini program
pembangunan yang terkait RTR Kawasan Strategis Provinsi Sudut
Kepentingan Ekonomi pada Kawasan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan sebagai berikut:
 Program Perencanaan Tata Ruang
 Program Pemamfaatan Ruang
 Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri
 Program Pengembangan Sentra-sentra Industri Potensial
 Program Peningkatan Dan Pengembangan Ekport
 Program Peningkatan Kualitas Dan Akses Informasi Sumberdaya Alam
Dan Lingkungan Hidup
 Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan
 Program Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa, Dan
Jaringan Pengairan Lainnya
 Pemberdayaan Kesejahteraan Sosial
 Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian
 Peningkatan Kesejahteraan Petani
 Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan
 Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian
 Peningkatan Ketahanan Pangan
c. Tinjauan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten

Mamuju Utara

 Struktur Ruang Wilayah


Rencana pengembangan sistem pusat-pusat kegiatan ditujukan
untuk mendorong percepatan dan pemerataan pembangunan ekonomi
wilayah dan membuka daerah terisolasi serta memperkuat interaksi dan
fungsi kawasan secara berjenjang (PKW, PKL, PKLp, PPK, dan PPL) yang
didukung dengan pengembangan prasarana dan sarana wilayah yang lebih
baik dan lengkap. Dalam konteks lokal, rencana pengembangan sistem
pusat-pusat kegiatan di Kabupaten Mamuju Utara ditujukan untuk
mewujudkan pemerataan pembangunan sosial dan ekonomi melalui
pembentukan sistem pusat-pusat kegiatan.
Rencana sistem pusat-pusat kegiatan di Kabupaten Mamuju Utara
dirumuskan berdasarkan beberapa pertimbangan meliputi:
 Tujuan penataan ruang yang telah dirumuskan: “mewujudkan
Kabupaten Mamuju Utara sebagai pusat perkebunan kakao dan kelapa
sawit didukung kegiatan pertanian, perikanan, industri, pertambangan,
dan pariwisata inovatif dan infrastruktur wilayah yang handal dengan
tetap menjaga kelestarian lingkungan hidup dalam rangka pemerataan
kesejahteraan masyarakat”. Dari tujuan tersebut, terlihat perlunya
pengembangan pusat-pusat kegiatan dengan basis komoditas
unggulan di Kabupaten Mamuju Utara yaitu sebagai pusat perkebunan
kakao dan kelapa sawit, termasuk industri pengolahannnya.
Pengembangan ini sesuai dengan rencana pengembangan PKW
Pasangkayu sebagaimana termuat dalam Perpres tentang RTR Pulau
Sulawesi. Selain itu, diperlukan pengembangan pusat-pusat kegiatan di
bawah PKW Pasangkayu, untuk mendukung pengembangannya.
Pusat-pusat kegiatan yang dapat ditetapkan oleh Pemerintah
Kabupaten Mamuju Utara meliputi PKLp, PPK, dan PKL.
 Kebijakan dan strategi penataan ruang yang telah ditetapkan, yang
pada intinya adalah untuk mengembangkan dan meningkatkan sistem
pusat-pusat kegiatan yang merata dan berjenjang sesuai dengan skala
pelayanan dan karakteristik wilayahnya.
 Posisi geografis Kabupaten Mamuju Utara yang berada di Alur Laut
Kepulauan Indonesia (ALKI) II yang merupakan jalur pelayaran
internasional dari Asia Timur ke Australia dan berada di lintas Barat
Pulau Sulawesi bagian Barat yang menghubungkan Makassar dan
Palu dengan dukungan ketersediaan pelabuhan sebagai simpul
pergerakan utama ke wilayah yang lebih luas.
 Mendukung pengembangan komoditas unggulan di Kabupaten Mamuju
Utara, terutama perkebunan kakao dan kelapa sawit. Pusat-pusat
kegiatan yang dikembangkan akan menjadi pusat jasa perdagangan,
industri pengolahan, koleksi dan distribusi dari komoditas unggulan
yang ada di Kabupaten Mamuju Utara. Pengembangan kegiatan
perkebunan, pertanian, perikanan, dan pariwisata termasuk industri
pengolahannnya akan mengerakan ekonomi lokal dan regional
sehingga akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
 Penciptaan keseimbangan pengembangan wilayah antara kawasan
perkotaan dan kawasan perdesaan dalam rangka menciptakan
pemerataan pembangunan dan mengatasi ketimpangan wilayah
melalui pengembangan sistem pusat-pusat kegiatan sosial ekonomi.
 Kecenderungan perkembangan pusat-pusat kegiatan eksisting dengan
dukungan prasarana dan sarana wilayah sejak pembentukan
Kabupaten Mamuju Utara, yang berdasarkan analisis skalogram urutan
pusat kegiatan terdiri dari Pasangkayu, Baras, Sarudu, Bambalamotu,
dan Tikke sebagai pusat kegiatan yang berkembang paling maju di
Kabupaten Mamuju Utara. Oleh karena itu, lima pusat kegiatan di atas,
selain Pasangkayu yang telah ditetapkan sebagai PKW oleh RTRWN,
dapat ditetapkan hierarkinya sesuai Permen PU Nomor 16 di atas,
yang sesuai kewenangan Pemerintah Kabupaten Mamuju Utara dapat
ditetapkan PKLp, PPK, dan PPL.
 Jarak antar ibukota kecamatan dengan dukungan jaringan jalan
eksisting dan potensi pengembangan jaringan jalan, yang membentuk
struktrur ruang di Kabupaten Mamuju Utara.
Atas dasar pertimbangan di atas, rencana pengembangan sistem
pusat-pusat kegiatan di Kabupaten Mamuju Utara terdiri dari:
 Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) di Kawasan Perkotaan Pasangkayu
Kecamatan Pasangkayu.
 Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) di Baras Kecamatan Baras dan
Sarjo di Kecamatan Sarjo.
 Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) di Sarudu Kecamatan Sarudu,
Bambalamotu di Kecamatan Bambalamotu, dan Tikke di Kecamatan
Tikke Raya.
 Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) di:
 Dapurang di Kecamatan Dapurang;
 Lilimori di Kecamatan Bulu Taba;
 Parabu di Kecamatan Lariang;
 Malei di Kecamatan Pedongga;
 Bambaira di Kecamatan Bambaira; dan
 Tammarunang di Kecamatan Duripoko.

Secara jelas, sistem pusat-pusat kegiatan yang direncanakan di


Kabupaten Mamuju Utara dapat dilihat pada Tabel 2.1 di halaman berikut
ini.
Tabel 2.1
Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Mamuju Utara
Skala
No Hierarki Lokasi Fungsi Utama
Pelayanan
1. PKW Pasangkayu  permukiman perkotaan; kabupaten,
Kec.  pusat pemerintahan beberapa
Pasangkayu kabupaten; kabupaten dan
 pusat kegiatan jasa antar provinsi
Skala
No Hierarki Lokasi Fungsi Utama
Pelayanan
perdagangan;
 pusat koleksi dan distribusi
serta pemasaran komoditas
perkebunan kakao dan kelapa
sawit, pertanian, perikanan,
dan peternakan;
 kegiatan industri pengolahan
kakao dan kelapa sawit, serta
pengolahan hasil pertanian,
perikanan;
 kegiatan pariwisata;
 simpul transportasi darat, laut,
dan udara.
2. PKLp Baras  permukiman perkotaan; kabupaten
Kec.Baras  pusat pemerintahan atau beberapa
kecamatan; kecamatan
 pusat kegiatan jasa
perdagangan;
 pusat koleksi dan distribusi
komoditas perkebunan kelapa
sawit, pertanian, perikanan,
dan peternakan;
 kegiatan industri pengolahan
hasil perkebunan kelapa sawit,
pertanian, dan perikanan;
 kegiatan pariwisata;
 simpul transportasi darat dan
laut.
Skala
No Hierarki Lokasi Fungsi Utama
Pelayanan
Sarjo Kec. Sarjo  permukiman perkotaan;
 pusat pemerintahan
kecamatan;
 pusat kegiatan jasa
perdagangan;
 pusat koleksi dan distribusi
komoditas perkebunan kelapa
dalam dan kakao, pertanian,
dan perikanan;
 industri pengolahan hasil
perkebunan kelapa dalam dan
kakao, pertanian, dan
perikanan;
 kegiatan pariwisata;
 simpul transportasi darat.
3. PPK Sarudu Kec.  permukiman perkotaan; kecamatan
Sarudu  pusat pemerintahan atau beberapa
kecamatan; desa
 pusat kegiatan jasa
perdagangan;
 pusat koleksi dan distribusi
komoditas perkebunan kelapa
sawit, pertanian jagung,
perikanan, dan peternakan;
 kegiatan industri pengolahan
hasil perkebunan kelapa sawit,
pertanian, dan perikanan;
 kegiatan pariwisata;
 simpul transportasi darat dan
laut.
Skala
No Hierarki Lokasi Fungsi Utama
Pelayanan
Bambalamotu  permukiman perkotaan;
Kec.  pusat pemerintahan
Bambalamotu kecamatan;
 pusat kegiatan jasa
perdagangan;
 pusat koleksi dan distribusi
komoditas perkebunan kelapa
dalam dan kakao, pertanian
(padi sawah), dan perikanan;
 industri pengolahan hasil
perkebunan kelapa dalam dan
kakao, pertanian, dan
perikanan;
 kegiatan pariwisata;
 simpul transportasi darat.
Tikke Kec. Tikke  permukiman perkotaan;
Raya  pusat pemerintahan
kecamatan;
 pusat kegiatan jasa
perdagangan;
 pusat koleksi dan distribusi
komoditas perkebunan kelapa
dalam dan kelapa sawit,
pertanian jagung, perikanan,
dan peternakan;
 kegiatan industri pengolahan
hasil perkebunan
 simpul transportasi darat dan
laut.
Skala
No Hierarki Lokasi Fungsi Utama
Pelayanan
4 PPL Dapurang Kec.  permukiman perdesaan; beberapa desa
Dapurang  pusat pemerintahan
kecamatan;
 pusat kegiatan jasa
perdagangan;
 pusat koleksi dan distribusi
komoditas perkebunan kakao,
pertanian jagung, dan
perikanan;
 industri pengolahan hasil
perkebunan kakao, pertanian,
dan perikanan.
Lilimori Kec  permukiman perdesaan;
Bulu Taba  pusat pemerintahan
kecamatan;
 pusat kegiatan jasa
perdagangan;
 pusat koleksi dan distribusi
komoditas durian, pertanian
jagung, dan perikanan;
 industri pengolahan hasil
perkebunan durian, pertanian
jagung, dan perikanan.
Parabu Kec  permukiman perdesaan;
Lariang  pusat pemerintahan
kecamatan;
 pusat kegiatan jasa
perdagangan;
 pusat koleksi dan distribusi
komoditas jeruk, durian,
jagung, dan perikanan;
 industri pengolahan hasil
perkebunan jeruk, durian,
jagung, dan perikanan.
Skala
No Hierarki Lokasi Fungsi Utama
Pelayanan
Malei Kec.  permukiman perdesaan;
Pedongga  pusat pemerintahan
kecamatan;
 pusat kegiatan jasa
perdagangan;
 pusat koleksi dan distribusi
komoditas kelapa dalam,
kelapa sawit, jeruk, dan
perikanan;
 industri pengolahan hasil
perkebunan kelapa dalam,
kelapa sawit, jeruk, dan
perikanan.
Bambaira Kec.  permukiman perdesaan;
Bambaira  pusat pemerintahan
kecamatan;
 pusat kegiatan jasa
perdagangan;
 pusat koleksi dan distribusi
komoditas padi, kakao, kelapa
dalam, dan perikanan;
 industri pengolahan hasil
perkebunan padi, kakao,
kelapa dalam, dan perikanan.
Tamarunang  permukiman perdesaan;
Kec. Duripoko  pusat pemerintahan
kecamatan;
 pusat kegiatan jasa
perdagangan;
 pusat koleksi dan distribusi
komoditas kakao, jagung, dan
perikanan;
 industri pengolahan hasil
Sumber : RTRW Kabupaten Mamuju Utara
Gambar 2.1 Struktur Ruang Kabupaten Mamuju Utara

 Pola Ruang Wilayah


Rencana pola ruang Kabupaten Mamuju Utara mempunyai proporsi
37,9% kawasan lindung dan 62,1% kawasan budidaya. Distribusi terluas
dari kawasan lindung diperoleh dari kawasan hutan lindung seluas 34,12%,
sedangkan dari kawasan budidaya adalah kawasan perkebunan kelapa
sawit 15,5% dan hutan produksi terbatas 14,7%. Secara jelas, pola ruang
dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2
Pola Ruang Kabupaten Mamuju Utara

No Pola Ruang Luas (ha) %


A Kawasan Lindung 115.361,12 37,90
1 Kawasan Hutan Lindung 103.860,55 34,12
2 Kawasan Bergambut 171,62 0,06
3 Sempadan Pantai 707,06 0,23
4 Sempadan Sungai 5.424,82 1,78
5 Kawasan Sekitar Mata Air 71,47 0,02
6 Kawasan Pantai Berhutan Bakau 1.208,09 0,40
7 RTH Hutan Kota 149,14 0,05
8 Sungai 3.768,36 1,24
B Kawasan Budidaya 189.014 62,1
1 Kawasan Hutan Produksi Terbatas 44.866 14,7
2 Kawasan Hutan Produksi Tetap 1.392 0,5
3 Kawasan Hutan Produksi Konversi 8.452 2,8
4 Kawasan Hutan Rakyat 16.785 5,5
5 Kawasan Pertanian Tanaman Pangan 15.427 5,1
6 Kawasan Pertanian Holtikultura 2.187 0,7
7 Kawasan Perkebunan 13.509 4,4
8 Kawasan Perkebunan Campuran 18.063 5,9
9 Kawasan Perkebunan Kelapa Dalam 877 0,3
10 Kawasan Perkebunan Kelapa Sawit 47.322 15,5
11 Kawasan Budidaya Perikanan 1.802 0,6
12 Kawasan Pertambangan Batuan 380 0,1
13 Kawasan Pertambangan Batubara 9.365 3,1
14 Kawasan Industri Besar 467 0,2
15 Kawasan Pariwisata 311 0,1
16 Kawasan Permukiman Perkotaan 2.043 0,7
17 Kawasan Permukiman Perdesaan 5.765 1,9
Jumlah 304.375 100,0
Sumber : RTRW Kabupaten Mamuju Utara
Gambar 2.2 Pola Ruang Kabupaten Mamuju Utara

 Kawasan Strategis
Kabupaten Mamuju Utara merupakan salah satu wilayah kabupaten
di Provinsi Sulawesi Barat yang berada di posisi segitiga emas antara
Provinsi Sulawesi Selatan dengan Provinsi Sulawesi Tengah, yang
berhadapan langsung dengan jalur perdagangan internasional atau ALKI II.
Kabupaten Mamuju Utara yang memiliki potensi pengembangan di sektor
perkebunan, pertanian, perikanan yang sangat strategis, sehingga
agroindustri di wilayah ini cukup potensial untuk berkembang, mengingat
potensi agroekologinya untuk beberapa komoditas unggulan yang juga
didukung letak geografisnya yang mempunyai akses ke wilayah lebih luas.
Selain itu, pengembangan sektor pertambangan dan pariwisata juga akan
menjadi faktor pemicu pertumbuhan secara cepat. Sektor pariwisata baik
alam maupun budaya akan dapat menjadi daya tarik tersendiri, dalam
upaya meningkatkan perekonomian wilayah.
Mengacu pada tipologi kawasan strategis kabupaten dan kriterianya,
kawasan strategis di Kabupaten Mamuju Utara meliputi:
 kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi terdiri
dari:
 kawasan perkotaan strategis terdiri dari:
 Pasangkayu dan sekitarnya;
 Baras dan sekitarnya;
 Sarjo dan sekitarnya;
 kawasan pertanian pangan berkelanjutan terdiri dari:
 Sawah irigasi teknis di sebagian Kecamatan Bambaira dan
sebagian Kecamatan Bambalamotu; dan
 Sawah setengah irigasi teknis di sebagian Kecamatan Baras,
sebagian Kecamatan Pasangkayu, sebagian Kecamatan Tikke
Raya, sebagian Kecamatan Bambaira, dan sebagian Kecamatan
Bambalamotu.
 kawasan perkebunan strategis terdiri dari:
 kawasan perkebunan kakao dan kelapa dalam yang mencakup
sebagian Kecamatan Sarjo, sebagian Kecamatan Bambaira, dan
sebagian Kecamatan Bambalamotu;
 kawasan perkebunan kelapa dalam, kelapa sawit, kakao, dan jeruk
terletak di:
 sebagian Kecamatan Baras, sebagian Kecamatan Bulu Taba, dan
sebagian Kecamatan Lariang;
 sebagian Kecamatan Pasangkayu, sebagian Kecamatan Tikke Raya,
dan Kecamatan Pedongga;
 kawasan perkebunan kakao, kelapa sawit, dan jeruk di sebagian
Kecamatan Sarudu, sebagian Kecamatan Dapurang, dan sebagian
Kecamatan Duripoku;
 Kawasan Kota Terpadu Mandiri Baras.
 kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya adalah
kawasan masyarakat adat Suku To’ Bunggu di Desa Kalola dan Desa
Wulai di Kecamatan Bambalamotu serta Desa Pakawa di Kecamatan
Pasangkayu yang akan dikembangkan sebagai kawasan pariwisata
budaya.
Gambar 2.3 Kawasan Strategis Kabupaten Mamuju Utara

C. LANDASAN HUKUM DAN KEBIJAKAN


Dasar hukum yang melandasari penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan
Strategis Provinsi Sudut Kepentingan Ekonomi pada Kawasan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan Kabupaten Mamuju Utara sebagai berikut :
1. Undang-Undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 No.47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia No.4286)
2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No.125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia No.4437).
4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438)
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup
6. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Pertanian Berkelanjutan
7. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
8. Udang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang perumahan dan Kawasan
Permukiman
9. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
10. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Kehutanan
11. Undang-Undang RI Nomor 5 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya
12. Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
13. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria
14. Undang-Undang RI Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan
15. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1982 tentang Irigasi.
16. Peraturan Pemerintah No.20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
17. Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 2001 tentang Pelaporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia No.4124.

D. RUANG LINGKUP
1. Ruang Lingkup Wilayah
Lingkup wilayah mencakup wilayah berdesarkan pola ruang Kabupaten
Mamuju Utara untuk kawasan pertanian dan perkebunan sesuai dengan arahan
kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi.
2. Ruang Lingkup Materi
Secara substantif materi RTR Kawasan Streategis sudut pandang Ekonomi
pada lahan pertanian pangan berkelanjutan dan perkebunan meliputi rencana pusat-
pusat pelayanan, arahan pemanfaatan ruang, arahan pengendalian pemanfaatan
ruang dan indikasi program pembangunan terkait pengembangan lahan pertanian
tanaman pangan dan perkebunan
3. Dimensi Waktu Perencanaan
Sesuai dengan UU.26/2007 tentang Penataan Ruang, maka dimensi waktu
RTR Kawasan Streategis sudut pandang Ekonomi pada lahan pertanian pangan
berkelanjutan dan perkebunan adalah disesuaikan dengan RTRW dan RPJPD
Kabupaten Mamuju Utara yaitu 20 tahun, yang akan diperinci dalam tahapan
perencanaan jangka menengah 5 (lima) tahunan, dengan tahapan Rencana
Penataan Ruang Wilayah Jangka Menengah (RJM -I) kurun waktu Tahun
2014~2019; RJM-II kurun waktu Tahun 2020~2024; RJM-III kurun waktu Tahun
2025-2029; dan RJM-IV kurun waktu Tahun 2020~2034

E. PENDEKATAN DAN TEKNIK PERENCANAAN


1. Azas Perencanaan
Menurut UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007, penataan ruang
diselenggarakan berdasarkan asas:

a. Keterpaduan;
Yang dimaksud dengan “keterpaduan” adalah bahwa penataan ruang
diselenggarakan dengan mengintegrasikan berbagai kepentingan yang
bersifat lintas sektor, lintas wilayah, dan lintas pemangku kepentingan.
Pemangku kepentingan, antara lain, adalah Pemerintah, pemerintah
daerah, swasta dan masyarakat.
b. Keserasian, Keselarasan, dan Keseimbangan;
Yang dimaksud dengan “keserasian, keselarasan, dan keseimbangan”
adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan mewujudkan
keserasian antara struktur ruang dan pola ruang, keselarasan antara
kehidupan manusia dengan lingkungannya, keseimbangan pertumbuhan
dan perkembangan antardaerah serta antara kawasan perkotaan dan
kawasan perdesaan.
c. Keberlanjutan;
Yang dimaksud dengan “keberlanjutan” adalah bahwa penataan ruang
diselenggarakan dengan menjamin kelestarian dan kelangsungan daya
dukung dan daya tampung lingkungan dengan memperhatikan
kepentingan generasi mendatang.
d. Keberdayagunaan dan Keberhasilgunaan;
Yang dimaksud dengan “keberdayagunaan dan keberhasilgunaan” adalah
bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan mengoptimalkan
manfaat ruang dan sumber daya yang terkandung di dalamnya serta
menjamin terwujudnya tata ruang yang berkualitas.
e. Keterbukaan;
Yang dimaksud dengan “keterbukaan” adalah bahwa penataan ruang
diselenggarakan dengan memberikan akses yang seluas-luasnya kepada
masyarakat untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan
penataan ruang.
f. Kebersamaan dan Kemitraan;
Yang dimaksud dengan “kebersamaan dan kemitraan” adalah bahwa
penataan ruang diselenggarakan dengan melibatkan seluruh pemangku
kepentingan.
g. Pelindungan Kepentingan Umum;
Yang dimaksud dengan “pelindungan kepentingan umum” adalah bahwa
penataan ruang diselenggarakan dengan mengutamakan kepentingan
masyarakat.
h. Kepastian Hukum dan Keadilan;
Yang dimaksud dengan “kepastian hukum dan keadilan” adalah bahwa
penataan ruang diselenggarakan dengan berlandaskan hukum/ketentuan
peraturan perundang-undangan dan bahwa penataan ruang dilaksanakan
dengan mempertimbangkan rasa keadilan masyarakat serta melindungi
hak dan kewajiban semua pihak secara adil dengan jaminan kepastian
hukum.
i. Akuntabilitas
Yang dimaksud dengan “akuntabilitas” adalah bahwa penyelenggaraan
penataan ruang dapat dipertanggungjawabkan, baik prosesnya,
pembiayaannya, maupun hasilnya.
2. Pendekatan Perencanaan
Pendekatan perencanaan yang digunakan dalam penyusunan Rencana Tata
Ruang Kawasan Kawasan Strategis Provinsi Sudut Kepentingan Ekonomi pada
Kawasan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Kabupaten Mamuju Utara sebagai
berikut :
a. Pendekatan Umum
 Tahap Persiapan Survey
Pada tahap persiapan survey beberapa hal yang akan dilakukan
konsultan sebagai berikut :
 Penelaan materi Rencana Tata Ruang
Kawasan Kawasan Strategis Provinsi Sudut Kepentingan Ekonomi pada
Kawasan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Kabupaten Mamuju
Utara sesuai kerangka acuan yang telah ditetapkan.
 Persiapan peta dasar yang menjadi acuan
Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Kawasan Strategis Provinsi
Sudut Kepentingan Ekonomi pada Kawasan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan Kabupaten Mamuju Utara.
 Pembuatan daftar data yang akan dicari di
lapangan (list data).
 Pembuatan model-model untuk
pengumpulan data di lapangan.
 Penyusunan program survey.
 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara :
 Pengamatan lapangan untuk mengetahui
letak dan posisi Kawasan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
Kabupaten Mamuju Utara yang menjadi obyek perencanaan.
 Pengumpulan data sekunder pada instansi
terkait.
 Wawancara kepada masyarakat dan
pejabat setempat.
 Interview terhadap informan untuk
mengetahui kondisi dan situasi Kawasan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan Kabupaten Mamuju Utara yang menjadi obyek
perencanaan.
 Pengamatan lapangan dalam hal
keberadaan jenis tanah, kualitas air, kondisi lahan, jenis komoditi dan
karakteristik Kawasan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
Kabupaten Mamuju Utara.
Evaluasi data dilakukan terhadap hal-hal yang berhubungan dengan
situasi, kondisi Kawasan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Kabupaten
Mamuju Utara, antara lain :
Data Makro Wilayah, mencakup data :
 Kebijaksanaan pembangunan yang diduga berpengaruh pada
Kawasan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Kabupaten Mamuju
Utara dalam hal ini keterkaitan dengan wilayah MATABE SULBAR
dan ketetapan dalam Rencana Tata Ruang Sulawesi Barat terutama
penetapan fungsi yang akan diemban Kabupaten Mamuju Utara
sebagai pengembangan kawasan Agropolitan.
 Potensi dan permasalahan wilayah Kabupaten Mamuju Utara.
 Rona wilayah Kabupaten Mamuju Utara meliputi : Rona sosial, rona
ekonomi dan kegiatan/pola usaha, rona fisik dan lingkungan, struktur
tata ruang dan alokasi pemanfaatan ruang, rona kelembagaan dan
keuangan daerah.
 Kondisi demografi, antara lain :
 Jenis kelamin, tingkat pendidikan, agama, lapangan kerja, tingkat
pendapatan, dan sebagainya.
 Perkembangan penduduk, dalam hal jumlah, penyebaran dan
komposisi.
 Adat istiadat, kebiasaan masyarakat dan sebagainya.
 Aspek perekonomian, antara lain :
 Produksi tiap sektor kegiatan ekonomi.
 Perkembangan tiap sektor kegiatan ekonomi dan hubungannya
dengan tenaga kerja.
 Pola aliran barang dan jasa serta sistem pemasaran hasil produksi.
 Aspek sumberdaya alam, antara lain :
 Keadaan tanah, air, dan iklim.
 Sumberdaya alam yang belum diolah.
 Keadaan dan kondisi pengelolaan tanah.
 Aspek fasilitas pelayanan dan prasarana,
antara lain :
 Jenis Fasilitas yang ada, prasarana dan penyebarannya, baik
fasilitas untuk menunjang kegiatan sosial maupun ekonomi.
 Kemudahan hubungan antar kegiatan (aksesibilitas).
Data Mikro Kabupaten Mamuju Utara mencakup data :
 Karakteristik penduduk Kabupaten
Mamuju Utara, sosial, dan kebudayaan, antara lain :
 Jumlah dan penyebaran penduduk yang berlokasi di Kawasan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan Kabupaten Mamuju Utara.
 Komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin
 Tingkat pendidikan, agama, lapangan kerja, pendapatan dan lain
sebagainya.
 Perkembangan penduduk dalam hal jumlah penyebaran dan
komposisi.
 Adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan dan sebagainya.
 Aspek ekonomi Kabupaten Mamuju Utara,
antara lain :
 Identifikasi potensi ekonomi di Kabupaten Mamuju Utara antara lain :
industri, transportasi, perkebunan, dan pertanian,
 Kegiatan usaha masyarakat Kabupaten Mamuju Utara khususnya
sekitar kawasan pertanian pangan berkelanjutan.
 Sistem hubungan antar sektor kegiatan ekonomi.
 Perkembangan keadaan dan tingkat pertumbuhannya.
 Aspek fisik dasar, antara lain :
 Keadaan iklim
 Keadaan Topografi
 Keadaan geologi dan struktur tanah
 Keadaan hidrologi
 Keadaan curah hujan
 Keadaan Iklim
 Tata guna lahan
 Aspek fasilitas pelayanan dan prasarana
 Jenis-jenis fasilitas, jumlah dan penyebarannya di sekitar Kawasan
Pertanian Pangan Berkelanjutan Kabupaten Mamuju Utara baik untuk
melayani kegiatan sosial maupun kegiatan ekonomi.
 Jenis-jenis prasarana dan sarana perhubungan dan prasarana
lingkungan seperti jalan, listrik, drainase, air minum, baik dalam
kualitas, maupun kuantitasnya.
 Aspek pengelolaan sektor pembangunan
Kabupaten Mamuju Utara, antara lain :
 Kehutanan
 Pertanian
 Kawasan permukiman
 Sistem pembuangan limbah padat (Solid Waste)
 Sistem pembuangan limbah cair (Sewage)
 Pedoman umum pengembangan kawasan
 Sistem transportasi
 Pelabuhan

Anda mungkin juga menyukai